9683 PDF
9683 PDF
Abstrak
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya
sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas. Ditemukan crohn’s disease 2,0 % pada pemeriksaan kolonoskopi dari
kasus diare kronik berdarah. Tn. S laki-laki berusia 55 tahun datang mengeluhkan buang air besar cair sejak kurang lebih 6
bulan yang lalu, terdapat peningkatan frekuensi BAB > 5 kali sehari dengan volume sedikit. Pasien mengeluhkan terkadang
BAB terlihat kemerahan dan berlendir. Pada pemeriksaan mata konjungtiva terlihat anemis pada kedua mata, pada palpasi
abdomen didapatkan nyeri tekan diseluruh lapang perut, dan teraba massa di perut kiri atas. Pada Pemeriksaan
laboratorium, terdapat penurunan eritrosit, hemoglobin, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, dan peningkatan trombosit dari
nilai normal. Dari pemeriksaan kolonoskopi didapatkan hasil yang mengarah pada granulomatosa prochto colitis (chron’s).
Dari pemeriksaan Biopsi didapatkan hasil crohn’s disease dan tidak ditemukan sel malignancy. Penatalaksanaan yang
diberikan terbagi menjadi penatalaksaan farmakoterapi dan non farmakoterapi. Crohn’s disease merupakan penyakit
inflamasi kronis transmural pada saluran cerna dengan etiologi yang tidak diketahui. Crohn’s disease dapat melibatkan
setiap bagian dari saluran cerna mulai dari mulut hingga anus tetapi paling sering menyerang usus halus dan colon.
Kata kunci: Biopsi, Crohn’s disease, Diare kronik, Inflammatory Bowel Disease (IBD), Kolonoskopi
Abstract
Inflammatory Bowel Disease (IBD) is an inflammation that involves gastrointestinal tract with unclear etiology. Crohn’s
disease was found as much as 2,0% from colonoscopy of chronic bloody diarrhea cases. A 55 year-old man, Mr. S, came
complaining about watery stool for the last 6 months, there was an increase of defecation frequency > 5 times a day with
little volume. The patient complained that the stool sometimes look reddish and mucous. From inspection the conjungtiva
look anemic on both eyes, from abdominal palpation there was tenderness on all abdominal region, and a mass palpable on
the upper left region. From laboratorium studies, there was decreased of erythrocyte count, hemoglobin, hematocrite,
MCV, MCH, MCHC, and an increase in platelet count from normal values. The result of colonoscopy suggesting to
granulomatous prochto colitis (crohn’s). The result from biopsy accommodate that of crohn’s disease and there was no
malignant cells. The management divide to pharmacotheraphy and non-pharmacotheraphy Chron’s disease is a transmural
chronic inflammation of the gastrointestinal tract with unknown etiology. Chron’s disease can affect every part of
gastrointestinal tract, from the mouth to the anus, but often found in small intestine and colon.
Keyword: Biopsy, Chronic Diarrhea, Colonoscopy, Crohn’s disease, Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Pendahuluan
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah anorektal seperti fistula dan abses sering
penyakit inflamasi yang melibatkan saluran terjadi. Walaupun jarang terjadi, CD dapat
cerna dengan penyebab pastinya sampai saat melibatkan bagian saluran pencernaan yang
ini masih belum diketahui dengan jelas. Secara lebih proksimal, seperti mulut, lidah, esofagus,
garis besar IBD terdiri dari tiga jenis, yaitu lambung dan duodenum.2
colitis ulseratif (ulcerative colitis), penyakit Di Indonesia belum ada studi
crohn (crohn’s disease), dan bila sulit epidemiologi mengenai IBD. Data yang ada
membedakan kedua hal ini dimasukan dalam adalah berdasarkan laporan Rumah Sakit
kategori indeterminate colitis. 1-3 (hospital based). Dari data di unit endoskopi
Penyakit crohn (crohn’s disease) dapat pada beberapa Rumah Sakit di Jakarta
melibatkan bagian manapun daripada saluran dilaporkan 1,4-5,2% mengalami crohn’s disease
pencernaan, mulai dari mulut sampai anus, dan dari total pemeriksaan kolonoskopi. Sedangkan
menyebabkan tiga pola penyakit yaitu penyakit dari kasus diare kronik berdarah yang dilakukan
inflamasi, striktur, dan fistula.4 komplikasi untuk pemeriksaan kolonoskopi didapatkan
colitis ulceratif sebanyak 5,5% dan penyakit didapatkan leukosit 7.800/uL, eritrosit 3,27
crohn’s sekitar 2,0%.1 Insidensi penyakit crohn juta/uL, hemoglobin 6,7 g/dL, Hematokrit
pada laki-laki lebih tinggi 20% daripada 22,4%, MCV 68,5 fL, MCH 20,5 pg, MCHC 29,9
perempuan. Penyakit crohn cenderung terjadi g/dL, dan trombosit 823 ribu/uL. Pemeriksaan
pada kelompok sosial ekonomi tinggi, bukan serologi/imunologi antibodi HIV SD negatif,
perokok, pemakai kontrasepsi oral dan diet pemeriksaan feses lengkap didapatkan feses
rendah serat.2 berwarna coklat, konsistensi lembek, lendir
Tingginya angka kejadian IBD negatif, darah negatif, cacing negatif, leukosit
menciptakan tantangan bagi klinisi terkait negatif, parasit negatif, lemak negatif, serat
dengan pengetahuan yang belum komplit positif. Pada pemeriksaan kolonoskopi
tentang penegakan diagnosis pada crohn’s didapatkan hasil pemeriksaan dilakukan hingga
diseases. Pencitraan untuk crohn’s diseases 48 cm, tidak dilanjutkan karena terdapat
dipastikan, walaupun dengan pencitraan paling penyempitan lumen. Mukosa granulomatosa
canggih. Namun dengan manifestasi klinis circumference spastik dengan eksudasi dan
berupa gangguan saluran pencernaan yang ulcerasi rapuh, mudah berdarah, kemudian
kronik sebagai gejala spesifik dari crohn’s dilakukan biopsi di 48 cm tersebut, dengan
diseases, pemeriksaan USG dan CT Scan kesimpulan pemeriksaan suspek
dengan media kontras oral dapat membantu granulomatosa prochto colitis (chron’s). Biopsi
untuk menentukan diagnosis.1,2 didapatkan hasil sediaan berupa mukosa terdiri
dari stroma dan kelenjar dilapisi epitel torak
Kasus bersebukan sel radang limfosit, sel plasma dan
Tn. S laki-laki berusia 55 tahun datang histiosit membentuk granuloma, dengan
mengeluhkan buang air besar cair sejak kurang kesimpulan pemeriksaan crohn’s disease dan
lebih 6 bulan yang lalu. Pasien juga tidak ditemukan sel malignancy.
mengeluhkan terdapat peningkatan frekuensi Penatalaksanaan pada kasus ini dibagi
BAB > 5 kali sehari dengan volume sedikit. menjadi penatalaksaan farmakoterapi dan non
Pasien mengeluhkan terkadang BAB terlihat farmakoterapi. Non farmakoterapi yang
kemerahan dan berlendir. Pasien juga lakukan berupa bed rest, diet lunak, dan
mengeluhkan nafsu makan menurun, transfusi packed red cell (PRC) sampai
penurunan berat badan, lemas dan nyeri pada hemoglobin meningkat ≥ 10. Tatalaksana
seluruh lapang perut. pasien memiliki riwayat farmakoterapi yang diberikan berupa
dispepsia dan memiliki kebiasaan merokok. pemberian intravenous fluid drip (IVFD) asering
Pada pemeriksaan fisik pasien keadaan 30 tetes permenit, injeksi omeprazol 1 x 1
umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos ampul, infus metronidazol 3 x 500 mg, dan
mentis dengan GCS E4M6V5. Pada pemeriksaan metil prednisolone 1 x 4 mg.
tanda vital didapatkan Tekanan darah 110/70, Follow up pasien hari pertama datang
nadi 72x/menit (teratur, isi dan tegangan dengan keluhan BAB Cair sejak kurang lebih 6
cukup), frekuensi pernafasan 24x/menit, suhu bulan yang lalu. Bab cair satu hari lebih dari 5
36,8oC. Pada pemeriksaan mata konjungtiva kali dengan volume sedikit-sedikit, pasien juga
terlihat anemis pada kedua mata, dan sklera mengeluhkan nyeri ulu hati, dan mual. BAB
tidak ikterik pada kedua mata. Pada akhir-akhir ini dirasakan kemerahan. Pasien
pemeriksaan abdomen, inspeksi didapatkan diberikan IVFD asering 30 tpm, omeprazol 1 x
abdomen yang datar dan simetris, pada 1, ondansentron 2 x 1 dan sukralfat 3 x 1, dan
auskultasi didapatkan bising usus (+) normal 3- direncanakan transfusi packed red cell.
5x/ menit, pada perkusi didapatkan timpani Hari kedua pasien masih mengeluhkan
pada seluruh lapang abdomen, dan pada BAB cair, dengan volume sedikit-sedikit,
palpasi didapatkan nyeri tekan diseluruh mengandung darah dan lendir. Pasien juga
lapang perut, dan teraba massa di perut kiri mengeluhkan nyeri nyeri pada ulu hati, nyeri
atas. pada seluruh perut bila duduk, bila diberikan
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan makan muntah (+) riwayat maag (+).
pada pasien berupa pemeriksaan darah Pemeriksaan darah lengkap HB, HT, dan
lengkap, pemeriksaan serologi/imunologi eritrosit masih rendah, dan trombosit masih
antibodi HIV SD, feses lengkap, kolonoskopi, tinggi, pasien diberikan diberikan IVFD asering
dan biopsi. Pada pemeriksaan darah lengkap 30 tpm, metronidazol 3 x 500 mg,
Majority | Volume 6 |Nomor 3 |Juli 2017| 97
Nico Aldrin Avesina & Cecep Sulaiman Iskandar | Penyakit Crohn’s pada Laki-laki Usia 55 Tahun
direncanakan feses lengkap dan pemeriksaan berlendir. Pasien juga mengeluhkan nafsu
apus darah tepi. makan menurun, penurunan berat badan,
Hari ketiga pasien masih mengeluhkan lemas dan nyeri pada seluruh lapang perut.
BAB cair namun sudah berkurang, volume Pada riwayat penyakit dahulu pasien mengaku
sedikit mengandung darah, dan lendir, nyeri memiliki riwayat dyspepsia. Hal ini sesuai
ulu hati sudah berkurang, muntah jika makan. dengan manifestasi pada penyakit crohn’s
Pemeriksaan darah lengkap didapatkan HB, HT disease berupa inflamasi bowel akut atau
dan eritrosit tetap rendah, leukosit menurun, kronik, inflamasinya merupakan proses
dan trombosit tetap tinggi. Terapi dilanjutkan perkembangan satu dari dua tanda penyakit
dan ditambahkan asam folat 2 x 1, dan antasid yaitu tanda obstruksi fibrostenotik, atau fistula
3 x 1, dan direncanakan lanjut transfusi packed penetrasi.2,5 Gejala terkait kerusakan saluran
red cell, pemeriksaan vct, dan pemeriksaan cerna dapat berupa diare, konstipasi, nyeri
kolonoskopi. atau perdarahan rektal dengan pergerakan
Hari keempat pasien mengeluhkan BAB usus, urgency pergerakan usus, tenesmus,
cair 6-7 kali, volume banyak, nyeri ulu hati nyeri atau kram perut, dan mulat muntah.
berkurang, sakit perut sebelum BAB. Gejala umum terkait crohn’s disease pada
Pemeriksaan kolonoskopi didapatkan Mukosa beberapa kasus berupa demam, hilang nafsu
granulomatosa circumference spastic dengan makan, penurunan berat badan, kelelahan,
eksudasi dan ulcerasi rapuh, mudah berdarah keringat malam, dan pertumbuhan
suspek granulomatosa prochto colitis (chron’s). terhambat.3,6,7,8
Biopsi stroma dan kelenjar dilapisi epitel torak Pemeriksaan fisik pada pasien, tampak
bersebukan sel radang limfosit, sel plasma dan pasien sakit sedang dengan kesadaran compos
histiosit membentuk granuloma dengan mentis. Pasien memiliki tanda vital sebagai
kesimpulan chron’s disease tidak ditemukan berikut tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 72
malignancy. Terapi diberikan IVFD RL, kali/menit, respirasi 24 kali/menit, dan suhu
metronidazol 3 x 500 mg, omeprazol 1 x 1, 36,8oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan
asam folat 2 x 1, antasid 3 x 1, metil tampak konjugtiva terlihat anemis. Pada
prednisolon 1 x 4 mg dan pasien direncanakan pemeriksaan thorax, pasien dalam batas
lanjut transfusi normal. Pada pemeriksaan abdomen tampak
Hari kelima pasien mengeluhkan BAB datar, bising usus terdengar normal, pada
cair sudah berkurang, volume banyak, nyeri ulu perkusi didapatkan suara timpani pada seluruh
hati berkurang, sakit perut sebelum BAB sudah lapang abdomen, dan pada palpasi ditemukan
berkurang, dan terapi dilanjutkan. Hari keenam nyeri tekan pada seluruh lapang abdomen. Hal
pasien mengeluhkan BAB cair berkurang, ini sesuai dengan salah satu gambaran pada
volume banyak, nyeri ulu hati berkurang. crohn’s disease, letak penyakit menentukan
Pasien direncanakan pulang. manifestasi klinik yang timbul. Letaknya dibagi
menjadi2,7
Pembahasan 1. Ileocolitis
Anamnesis dilakukan secara Riwayat kronik episode ulangan nyeri
autoanamnesis yaitu dengan Tn. S, laki-laki kuadran kanan bawah dan diare.
berusia 55 tahun. Hal ini sesuai pada gambaran Terkadang gejala awal mirip dengan
epidemiologi pada crohn’s disease yaitu pasien apendisitis akut dengan nyeri pada
laki-laki memiliki resiko lebih tinggi kuadran kanan bawah, teraba massa,
dibandingkan perempuan (1,1-1,8:1), dan usia demam dan leukositosis. Nyeri biasanya
15-30 atau >60 tahun. Selain itu, faktor resiko seperti kolik sebelum defekasi dan reda
pada crohn’s disease yaitu riwayat merokok, ketika defekasi. Demam derajat rendah,
kontrasepsi oral, appendectomy, kembar bila tinggi mungkin bentuk abses
monozigot, dan kembar dizigot.2,5 intraabdominal. Kehilangan berat badan
Pasien mengeluhkan BAB cair sejak akibat diare, anoreksia, dan sulit makan.
kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah Disuria akibat pembesaran massa
sakit. Pasien juga mengeluhkan terdapat inflamasi yang menekan ureter atau
peningkatan frekuensi BAB > 5 kali sehari kandung kemih.
dengan volume sedikit. Pasien mengeluhkan 2. Jejunoileitis
terkadang BAB terlihat kemerahan dan
Majority | Volume 6 |Nomor 3 |Juli 2017| 98
Nico Aldrin Avesina & Cecep Sulaiman Iskandar | Penyakit Crohn’s pada Laki-laki Usia 55 Tahun
Daftar Pustaka
1. Setiati S, Idrus A, Sudoyo AW, Publishing; 2011.
Simadibrata KM, Setyohadi B, Syam AF, 4. Firmansyah MA. Perkembangan terkini
Dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi diagnosis dan penatalaksanaan
ke-6. Jakarta: Internal Publishing; 2014. imflammatory bowel disease. Cermin
2. Longo DL, Fauci AS. Harisson: Dunia Kedokt. 2013;40(4):247-52.
gastroenterologi & hepatologi. Jakarta: 5. Kelompok Studi Inflammatory Bowel
EGC; 2013. Disease Infonesia. Konsensus nasional
3. Rani A, Simadibrata K M, Syam AF. Buku penatalaksanaan inflammatory bowel
ajar gastroenterologi. Jakarta: Internal disease. 2011.
Majority | Volume 6 |Nomor 3 |Juli 2017| 100
Nico Aldrin Avesina & Cecep Sulaiman Iskandar | Penyakit Crohn’s pada Laki-laki Usia 55 Tahun