Anda di halaman 1dari 63

LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beton seiring perkembanganya dalam hal konstruksi bangunan sering digunakan
sebagai struktur, dan dapat digunakan untuk hal lainnya yang berhubungan dengan struktur.
Banyak hal yang dapat dilakukan dengan beton dalam bangunan, contohnya dalam struktur
beton yang terdiri dari balok, kolom, pondasi, atau pelat. Selain itu dalam bangunan air pun
beton dapat digunakan untuk membuat saluran, drainase, bendung atau bendungan. Bahkan
dalam bidang jalan raya dan jembatan, beton dapat digunakan untuk membuat jembatan,
gorong-gorong atau yang lainnya. Jadi, hampir semua itu banyak yang memanfaatkan beton
karena beton mempunyai karakteristik yang cocok untuk hal infrastruktur pembangunan.
Untuk lebih mengenal tentang karakteristik beton, maka diperlukan pemahaman tentang
beton. Pemahaman tersebut tidak hanya diperoleh dari membaca atau hanya mendengar orang
lain bercerita tentang beton. Maka, dilakukan prosedur praktikum agar diperoleh pemahaman
yang lebih tentang beton, baik itu karakteristik, fungsi, cara membuat, dan hitungan-hitungan
untuk membuat suatu campuran beton normal.
Tentu dalam pelaksanaan praktikum, perlu memperhatikan kaidah, syarat, standar
nasional Indonesia yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, dalam pemilihan semen, rasio air-
semen dalam campuran, pemilihan agregat halus ataupun kasar, FAS maksimum, FAS
minimum, dan masih banyak lagi.

1.2 Ruang Lingkup Praktikum


Dalam praktikum akan dilakukan beberapa tahap yaitu, pemeriksaan gradasi agregat
(halus dan kasar), pemeriksaan kadar air agregat, pemeriksaaan berat jenis dan penyerapan
agregat halus maupun agregat kasar, pemeriksaan berat isi agregat, perencanaan dalam
pembuatan campuran beton normal (mix design), pengecoran, pengujian slump, pengujian
kuat tekan beton.

KELOMPOK 5A 1
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

1.3 Tujuan
Tujuan keseluruhan dalam praktikum adalah untuk membuat beton normal yang sesuai
dengan perencanaan mix desain yang dibuat, selain itu agar diperoleh data-data yang nantinya
akan diolah dan dianalisis untuk dijadikan sebagai laporan. Dan tujuan keseluruhan adalah
untuk pemenuhan tugas dalam matakuliah teknologi bahan II yang diberikan pada semester
ini (semester tiga).

KELOMPOK 5A 2
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB II
DASAR TEORI

Dalam bidang bangunan yang dimaksud dengan beton adalah suatu campuran yang
terdiri dari bahan berupa air, semen, agregat halus (pasir), dan agregat kasar (kerikil). Semen
adalah suatu jenis bahan yang memiliki sifat adesif dan kohesif yang memungkinkan
melekatnya fragmen-fragmen mineral menjadi suatu massa yang padat, sedang air sebagai
katalisator. Semen adalah suatu bahan yang bersifat hidrolis, artinya akan mengeras jika
bereaksi dengan air. Agregat sebagai salah satu bahan campuran beton sangat mempengaruhi
kekuatan beton, dalam hal ini pasir sebagai agreagt halus dan kerikil sebagai agregat kasar.
Fungsi agregat dalam beton diantaranya adalah :
1. Sebagai bahan pengisi beton.
2. Menghemat pemakaian semen untuk mendapatkan beton yang murah.
3. Mengurangi penyusutan pada perkerasan beton.
4. Gradasi agregat yang baik (tidak seragam) menghasilkan beton yang padat. Gradasi
adalah variasi ukuran susunan butiran agregat.
5. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton, karena 50% sampai 80% volume
beton terdiri dari agregat.
Beton merupakan bahan konstruksi yang sangat umum, mempunyai sifat yang khas
yaitu mampu memikul gaya tekan yang besar, tetapi tidak kuat menahan gaya tarik. Dalam
perkembangannya, beton digabungkan dengan bahan konstruksi lain untuk menutupi
kelemahan-kelemahan beton seperti terhadap gaya tarik. Bahan tersebut adalah baja atau lebih
dikenal dengan tulangan baja. Beton tersebut diberi nama beton bertulang.
Klasifikasi beton selama ini merupakan penggolongan yang berdasarkan kekuatan tekan
karakteristik. Hasil ini diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium.
Secara singkat dapat disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton
antara lain :
 Faktor Air Semen (FAS).
 Perbandingan campuran.
 Proses pembuatan dan quality control.
 Perawatan.

KELOMPOK 5A 3
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Selain hal diatas juga terdapat faktor-faktor lain yang kurang berpengaruh dalam
menentukan kekuatan beton, antara lain :
 Mutu semen.
 Susunan agregat halus dan agregat kasar, gradasi yang baik mengahasilkan beton
yang padat.
 Umur beton, optimum 28 hari dan kekuatannya terus meningkat.
Faktor-faktor di atas harus diperhatikan agar dapat diperoleh beton dengan mutu yang
baik.

2.1 Semen
Semen yang akan dipakai dalam campuran dipilih dari 5 tipe semen yang sesuai dengan
kebutuhan konstruksi, yaitu :
a. Tipe I
Semen Portland jenis umum (Normal Portland Cement), yaitu jenis semen
Portland untuk penggunaan dalam konstruksi beton secara umum yang tidak
memerlukan sifat-sifat khusus.
b. Tipe I
Semen jenis umum dengan perubahan-perubahan (Modified Portland
Cement), yaitu jenis semen yang tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.
c. Tipe III
Semen Portland dengan kekuatan awal tinggi (High Early Strength Portland
Cement). Jenis ini untuk struktur yang menuntut kekuatan yang tinggi atau cepat
mengeras.
d. Tipe IV
Semen Portland dengan panas hidrasi yang rendah (Low Heat Portland
Cement). Jenis ini khusus untuk penggunaan panas hidrasi serendah-rendahnya.
e. Tipe V
Semen Portland tahan sulfat (Sulfate Resisting Portland Cement). Jenis ini
Merupakan jenis khusus untuk penggunaan pada bangunan-bangunan yang terkena
sulfat seperti di tanah, atau di air yang tinggi kadar alkalinya.

KELOMPOK 5A 4
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

2.2 Agregat Halus dan Agregat Kasar


Agregat halus (pasir) adalah agregat yang semua butirannya menembus ayakan dengan
lubang 4.8 mm, sedangkan agreagat kasar (kerikil) agregat yang semua butirannya tertinggal
di atas ayakan dengan lubang 4,8 mm.
Pasir dan kerikil harus bergradasi baik, dalam arti bahwa bidang kosong antara kerikil
dapat diisi dengan pasir, sehingga didapat susunan yang padat. Pasir dan kerikil tidak boleh
mengandung bahan reaktif alkali dan bahan organis yang merusak beton. Pada jenis pekerjaan
beton, pasir dan kerikil sering dipakai bahan tambahan sebagai bahan tambahan yang
berfungsi untuk memperbaiki sifat beton baik dalam hal proses beton maupun
penyusunannya.

2.3 Faktor Air Semen (FAS)


Air yang dipakai pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
merusak yang mengandung oli, asam, alkali, atau bahan – bahan lainnya yang merugikan
terhadap beton.
Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali memenuhi
ketentuan tertentu berdasarkan SNI 03-2847-2002. ” 1.)Air yang digunakan pada campuran
beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali,
garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau
tulangan. 2.)Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat,
tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan. 3.)Air yang tidak
dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
(1)Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang
menggunakan air dari sumber yang sama. (2)Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada
kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus
mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang
dibuat dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan
pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan
”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis”.”

KELOMPOK 5A 5
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

2.4 Mix Design


Untuk mendapat beton yang baik, maka diperlukan adanya perencanaan adukan beton
(concrete mix design). Sedangkan untuk langkah-langkah pokok rancangannya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
2.4.1. Penetapan Kuat Tekan Beton
Kuat tekan beton yang disyaratkan atau direncanakan ditentukan dengan
kuat tekan pada beton umur 28 hari (f’c). Kuat tekan beton yang disyaratkan
sesuai dengan persyaratan perencanaan strukturnya dan kondisi setempat. Yang
dimaksud dengan kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan beton yang
kemungkinan lebih rendah dari nilai itu sebesar 5 % yang merupakan persentase
maksimal kegagalan hasil uji.

2.4.2. Penetapan Nilai Deviasi Standar (S)


Deviasi standar ditetapkan berdasarkan atas tingkat mutu pengendalian
pelaksanaan pencampuran betonnya. Deviasi standar didapatkan dari pengamatan
di lapangan selama produksi beton. Faktor pengali nilai deviasi standar
berdasarkan pada jumlah benda uji dan umur beton 28 hari.
Penetapan nilai deviasi standar berdasarkan pada SNI 03-2834-2002.
”1.)Deviasi standar. (1.)Nilai deviasi standar dapat diperoleh jika fasilitas
produksi beton mempunyai catatan hasil uji yang akan dijadikan sebagai data
acuan untuk perhitungan deviasi standar harus: a)Mewakili jenis material,
prosedur pengendalian mutu dan kondisi yang serupa dengan yang diharapkan,
dan perubahan-perubahan pada material ataupun proporsi campuran dalam data
pengujian tidak perlu dibuat lebih ketat dari yang digunakan pada pekerjaan
yang akan dilakukan. b)Mewakili beton yang diperlukan untuk memenuhi
kekuatan yang disyaratkan atau kuat tekan fc’ pada kisaran 7 Mpa dari yang
ditentukan untuk pekerjaan yang akan dilakukan. c)Terdiri dari sekurang-
kurangnya 30 contoh pengujian berurutan atau dua kelompok pengujian
berurutan yang jumlah sekurang-kurangnya 30 contoh pengujian seperti yang
ditetapkan pada 7.6(2(4)), kecuali sebagaimana yang ditentukan pada 7.3(1(2).
7.6(2(4)) 2)Frekuensi Pengujian. (4)Suatu uji kuat tekan harus merupakan nilai
kuat tekan rata-rata dari dua contoh uji silinder yang berasal dari adukan beton
KELOMPOK 5A 6
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

yang sama dan diuji pada umur beton 28 hari atau pada umur uji yang ditetapkan
untuk penentuan f’c.

2.4.3 Menghitung Nilai Tambah (Margin)


M = 12 MPa, karena tidak terdapat data lapangan sebelumnya.

2.4.4 Menetapkan Kuat Desak Rata-rata yang direncanakan


Kuat desak beton rata-rata yang hendak dicapai diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + 12 MPa
Dimana :
f’cr = kuat desak rata-rata dalam Mpa.
f’c = kuat desak yang direncanakaan dalam Mpa.
12 MPa = nilai tambah.
Penetapan nilai kuat desak rata-rata yang direncanakan berdasarkan pada
SNI 03-2834-2002. ”Kuat tekan rata-rata perlu f’cr yang digunakan sebagai
dasar pemilihan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai terbesar
dari persamaan 1/ persamaan 2 dengan nilai standar deviasi sesuai dengan
7.3(1(1))pada nilai standar deviasi di atas atau 7.3(1(2))pada nilai standar
deviasi di atas.”

2.4.5 Menetapkan Jenis Semen


Jenis semen yang ditentukan dalam praktikum beton ini adalah semen tipe
I. Jenis semen tipe I dipilih karena beton yang dibuat adalah jenis beton normal.
”1)Semen harus memenuhi salah satu dari ketentuan berikut: (1)SNI 15-2049-
1994, Semen Portland. (2)Spesifikasi semen blended hidrolis (ASTM C 595),
kecuali tipe S dan SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama
struktur beton. (3)Spesifikasi semen hidrolis ekspansif (ASTM C 845). 2)Semen
yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perancangan proporsi campuran.

KELOMPOK 5A 7
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

2.4.6 Menetapkan Jenis Agregat


Jenis agregat yang akan digunakan ditetapkan apakah akan menggunakan
pasir alam dan kerikil alam atau pasir alam dan batu pecah (crushed aggregate).

2.4.7 Penetapan Faktor Air Semen


Untuk menetapkan faktor air semen, digunakan standar SNI 03-2834-2002.
” 1.)Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari
bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik,
atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan. 2.)Air
pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di
dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam
agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3.)Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali
ketentuan berikut terpenuhi: (1)Pemilihan proporsi campuran beton harus
didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
(2)Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat
dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan
sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat
dengan air yang dapat diminum. Perbandingan uji kekuatan tersebut harus
dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan
diuji sesuai dengan ”Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis”.”

2.4.8 Menetapkan Faktor Air Semen Maksimum


FAS maksimum ditetapkan berdasarkan grafik 1 SNI 03-2834-2002.” Jika
FAS yang diperoleh dari grafik 1 lebih besar dari FAS yang diperoleh
sebelumnya, maka digunakan FAS yang terkecil diantara keduanya.”

2.4.9 Menentukan Nilai Slump


Nilai Slump dapat ditentukan dengan mempertimbangkan atas dasar
pelaksanaan pembuatan, cara mengangkut (alat yang digunakan), penuangan
(percetakan), pemadatan, maupun jenis strukturnya.

KELOMPOK 5A 8
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

2.4.10 Menetapkan Ukuran Agregat Maksimum


Untuk penetapan butir maksimum dapat menggunakan diameter maksimum,
yaitu 40 mm, 30 mm, 20 mm, dan 10 mm.

2.4.11 Menetapkan Kebutuhan Air


Kadar air bebas ditentukan sebagai berikut :
 Agregat tidak pecah dan agregat pecah dipergunakan nilai-nilai ada tabel 3
(persyaratan jumlah semen dan faktor air semen maksimum untuk berbagai
macam pembetonan dalam lingkungan khusus).
 Agregat campuran (pecah dan tidak pecah) dihitung menurut rumus berikut :
2/3 Wh + 1/3 Wk
Dimana :
Wh = perkiraan jumlah air untuk agregat halus.
Wk = perkiraan jumlah air untuk agregat kasar.

2.4.12 Menetapkan Berat Semen yang diperlukan


Untuk menentukan kadar semen yang diperlukan, yaitu dengan membagi
kebutuhan air dengan FAS.

2.4.13 Kebutuhan Semen Minimum


Kebutuhan semen minimum ini disyaratkan untuk menghindarkan beton
dari kerusakan yang diakibatkan oleh adanya pengaruh lingkungan khusus.
Kebutuhan semen minimum dapat ditetapkan dengan tabel 4 (ketentuan untuk
beton yang berhubungan dengan air tanah yng mengandung sulfat) dan tabel 5
(ketentuan minimum untuk beton bertulang kedap air). SNI 03-2834-2002.”Rasio
air semen maksimum atau kadar semen minimum untuk beton yang akan
digunakan pada pekerjaan yang akan dilakukan harus seperti diperlihatkan pada
kurva untuk menghasilkan kuat rata-rata yang disyaratkan oleh 7.3(2), kecuali
bila rasio air semen yang lebih rendah atau kuat tekan yang lebih tinggi
disyaratkan oleh pasal 6.
*7.3(2) Jika fasilitas produksi beton tidak mempunyai catatan hasil uji
yang memenuhi 7.3(1(1))(seperti pada standar deviasi di atas, tetapi
KELOMPOK 5A 9
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

mempunyai catatan uji dari pengujian sebanyak 15 contoh sampai 29 29 contoh


secara berurutan, maka deviasi standar ditentukan sebagai hasil perkalian antara
nilai deviasi standar yang dihitung dan faktor modifikasi pada tabel 4. Agar
dapat diterima harus memenuhi persyaratan (a) dan (b) dari 7.3(1(1)), dan hanya
mewakili catatan tunggal dari pengujian-pengujian yang berurutan dalam
periode waktu tidak kurang dari 45 hari kalender”

2.4.14 Menentukan Golongan Pasir


Golongan pasir ditentukan dengan cara menghitung hasil ayakan sehingga
dapat ditentukan golongannya. Dalam SNI 03-2834-2002,” kekasaran pasir
dibagi menjadi 4 zona, yaitu :
 Zona 1 : pasir kasar.
 Zona 2 : pasir agak kasar.
 Zona 3 : pasir agak halus.
 Zona 4 : pasir halus.”

2.4.15 Menentukan Perbandingan Pasir dan Kerikil


Untuk menentukan perbandingan pasir dan kerikil, dicari dengan bantuan
tabel 10, tabel 11, tabel 12, dan tabel 13.
Dengan melihat nilai slump yang diinginkan, ukuran butir maksimum, zona
pasir, dan faktor air semen (FAS).

2.4.16 Menentukan Berat Pasir dan Kerikil


Menentukan berat pasir dan kerikil dapat menggunakan acuan rumus
sebagai berikut :
Berat Pasir + Berat Kerikil = Berat Beton – Kebutuhan Air – Kebutuhan Semen.

2.4.17 Menentukan Kebutuhan Pasir


Kebutuhan Pasir : kebutuhan pasir dan kerikil × presentase berat pasir.
Kebutuhan Kerikil : kebutuhan pasir dan kerikil – kebutuhan pasir.
Dengan diketahuinya bahan penyusun tersebut, maka dapat ditentukan
perbandingannya.
KELOMPOK 5A 10
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

2.4.18 Umur Beton


Kuat tekan beton bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton
tersebut. Kecepatan bertambahnya umur beton sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain : FAS dan perawatan.
Perawatan yang baik setelah pengangkatan beton dari cetakan akan
mempengaruhi kekuatan beton yang terus akan bertambah. Sehingga, kekuatan
beton yang diperoleh memenuhi syarat yang ditentukan.

KELOMPOK 5A 11
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB III
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT HALUS

3.1. Teori Dasar


Pasir merupakan agregat halus untuk campuran beton sebagai hasil disintegrasi alami
dari batu-batuan. Agregat halus ialah agregat yang semua butirannya lolos ayakan berlubang
4.8 mm atau 5 mm. Sebagai bahan campuran beton, pasir harus dapat memenuhi syarat
sebagai berikut :
a. Butiran harus tajam dan keras serta bersifat kekal terhadap pengaruh cuaca yang
dapat merusaknya.
b. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, bila lebih maka pasir itu harus
dicuci.
c. Tidak boleh mengandung bahan organik yang dapat merusak kualitas beton.
Masalah gradasi sangat penting pada pekerjaan beton, sehingga sedapat mungkin
gradasinya harus tetap, sebab jika tidak tetap akan berpengaruh pada pengerjaan dan mutu
beton yang akan dihasilkan. Gradasi pasir, kerikil dan semen berpengaruh pada sifat
pengerjaan dan mutu beton yang dihasilkan. Jika keadaan tersebut diatas tidak dapat dipenuhi
maka pekerjaan beton dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor teknis ataupun
ekonomisnya.

3.2. Tujuan
Untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus.

3.3. Bahan
Pasir alam atau batuan dari sungai atau gunung dengan berat 1000 gram.

3.4. Peralatan
Peralatan yang digunakan pada percobaan pemeriksaan gradasi agregat halus adalah
sebagai berikut :
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 2 % terhadap benda uji.

KELOMPOK 5A 12
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

b. Satu set saringan : 4,75 mm (no 4); 2,36 mm (no 8); 1,18 mm (no 16); 0,6 mm (no
30); 0,3 mm (no 50); 0,15 mm (no 100); 0,075 mm (no 200).
c. Mesin pengguncang saringan. (Tetapi ketika praktikum, kami mengayak secara
manual tanpa mesin pengguncang).
d. Talam-talam.

3.5. Pelaksanaan
 Menimbang bahan seberat 1000 gram.
 Bahan diayak dengan susunan ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3
mm; 0,15 mm; 0,075 mm; dan Pan selama 15 menit.
 Bahan yang tinggal diatas masing-masing ayakan ditimbang.

3.6. Hasil Pengujian


ANALISA GRADASI AGREGAT HALUS

Pasir
Lubang Saringan
Tertinggal % Kumulatif
No. mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76.200 - - - -
2.5" 63.500 - - - -
2" 50.800 - - - -
1.5" 38.100 - - - -
1" 25.400 - - - -
3/4" 19.100 - - - -
1/2" 12.700 - - - -
3/8" 9.500 0.000 0.000 0.000 100.000
4 4.760 33.700 3.405 3.405 96.595
8 2.380 55.000 5.558 5.558 94.442
16 1.190 86.500 8.741 14.299 85.701
20 0.590 236.700 23.919 38.217 61.783
50 0.297 311.100 31.437 69.654 30.346
100 0.149 193.700 19.574 89.228 10.772
200 0.075 39.700 4.012 93.240 6.760
Pan 33.200 3.355 96.595 3.405
Total 989.600 100.000 410.196 489.804
Tabel 3.1 Analisa Gradasi Agregat Halus

KELOMPOK 5A 13
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Kehilangan = 1,000 gram – 989.6 gram


= 10.4 gram.

Contoh perhitungan mata ayakan no 8


% tertinggal mata ayakan no 8

% tertinggal =

= = 5.558 %
% kumulatif tertinggal = % kumulatif tertinggal no 4 + % tertinggal no 8
= 3.405 % + 5.558 % = 8.963 %
% kumulatif lolos = 100 % - 8.963 % = 91.037 %

 % yang tertahan ayakan no 100 ,50,30,16,8,4


Modulus halus pasir =
100
434.034
= = 4.340
100
Yang termasuk jumlah % yang tertinggal dalam perhitungan modulus halus pasir adalah
% yang tertinggal pada lubang saringan ukuran 0,149 (no.100); 0,297 (no.50); 0,59 (no.30);
1,19 (no.16) dan seterusnya yang merupakan 2x ukuran lubang saringan sebelumnya. Data
yang didapat dihitung dari persentase jumlah persentase tertahan dan persentase lolos. Dari
hasil tersebut bisa diketahui angka modulus lembut dari pasir tersebut. Dari persentase jumlah
yang kita dapatkan dijumlah dan dibagi 100, itu yang disebut angka modulus halus.

KELOMPOK 5A 14
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 3.1 Grafik Lengkung Ayakan Agregat Halus

Grafik 3.2 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 1

KELOMPOK 5A 15
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 3.3 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 2

KELOMPOK 5A 16
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 3.4 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 3

KELOMPOK 5A 17
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 3.5 Grafik Lengkung Ayakan Pasir Zona 4

3.6 Pembahasan
Dari hasil perhitungan, selanjutnya ditentukan batas gradasi agregat halus dengan
menggunakan grafik daerah gradasi. Data yang dimasukkan dalam grafik meliputi ukuran
mata ayakan sebagai sumbu x, dan % yang lewat ayakan (lolos ayakan). Setelah data yang ada
dimasukkan dalam grafik, maka diketahui bahwa agregat halus yang diperiksa dalam
praktikum termasuk dalam daerah gradasi zona 2. Hal ini dikarenakan grafik yang terbentuk
memiliki alur yang mengikuti alur grafik daerah gradasi zona 2, dan berada pada daerah
gradasi zona 2.
Setelah penentuan gradasi agregat halus, langkah selanjutnya adalah menghitung
besarnya modulus kehalusan. Modulus kehalusan adalah suatu faktor empiris yang didapat
dengan menjumlahkan agregat yang tertahan oleh tiap-tiap saringan pada suatu seri saringan
tertentu, kemudian membagi jumlah ini dengan 100.

KELOMPOK 5A 18
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Setelah modulus halus dan sisa ayakan diperoleh, maka dilakukan analisis sesuai
dengan standar yang digunakan. Standar yang digunakan antara lain:
ASTM C35–37, “disyaratkan standar modulus kehalusan (finness modulus) agregat
halus berkisar antara 2,3 – 3,1.”
SNI 03-2834-2002, “gradasi pasir dibedakan menjadi 4 zona, yaitu : Zona 1 (pasir
kasar), Zona 2 (pasir agak kasar), Zona 3 (pasir agak halus), Zona 4 ( pasir halus).”
Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari ukuran saringan 200) = 33.2/1000 x 100%
= 3.32 %. Kadar lempung < 5%, maka agregat halus tersebut baik dan bisa digunakan
sebagai campuran beton (SK SNI– S–04–1989–F : 28 ; PBI 1971).

3.7. Kesimpulan
 Menurut ASTM C35-37 “standar modulus kehalusan untuk agregat halus (pasir)
adalah 2.3-3.1”, karena dalam perhitungan didapatkan modulus lembut agregat
halus (pasir) adalah 4,340, berarti gradasi pasir tidak memenuhi standar ASTM C
35-37, tetapi memenuhi standar PBI 1971 “Agregat halus harus terdiri dari butir –
butir yang beraneka ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan
yang ditentukan dalam pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat – syarat sisa di
atas ayakan 4 mm minimum 2% berat; sisa di atas ayakan 1 mm minimum 10%
berat dan sisa di atas ayakan 0,25 mm berkisar antara 80% - 90% berat. Jadi
agregat halus bisa digunakan sebagai bahan campuran beton.
 Pada hasil percobaan di atas, gradasi pasir masuk di batas gradasi agregat halus
berada di zona 2.
3.1.9 Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Gradasi Pasir

Gambar Sample Agregat Halus dan Ayakan Agregat Halus (Pasir)

KELOMPOK 5A 19
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Gambar Aktivitas mengayak pasir menggunakan ayakan

KELOMPOK 5A 20
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB IV
PEMERIKSAAN GRADASI AGREGAT KASAR

4.1 Teori Dasar


Pada dasarnya kerikil seperti halnya pasir terbentuk dari hasil proses disintegrasi batuan
alam. Sebenarnya, kerikil merupakan salah satu jenis dari agregat kasar yang berupa natural
sand. Jenis lain dari agregat kasar adalah batu pecah atau batu kericak yang merupakan hasil
dari mesin pemecah batu atau stone crusher.
Sebagai bahan untuk campuran beton, kerikil harus memenuhi beberapa syarat yaitu :
 Terdiri dari butir keras tidak berpori.
 Bersifat kekal, artinya tahan terhadap pengaruh cuaca.
 Tidak mudah pecah.
 Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % (dari berat kering), Lumpur artinya
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. apabila melalui 1%, maka
agregat harus dicuci.
Kerikil yang butirnya pipih dan tajam mempunyai daya pengikat yang jelek, oleh karena
itu pemakaiannya dibatasi maksimum 20%. Sedangkan batu pecah biasanya dalam praktek
mempunyai bentuk tajam dan keras. Bentuk ideal dari batu pecah adalah mendekati kubus
atau balok, bentuk tajam dan kasar akan membuat beton tidak ekonomis lagi sebab pemakaian
semen akan besar untuk tercapainya sifat workability.
Mempertahankan gradasi kerikil agar tetap konstan adalah sangat penting, karena
berpengaruh pada mutu beton. Maksudnya agar kerikil dan pasir (diameter 0,14-5 mm) dapat
membentuk susunan agregat yang padat (beton padat) sehingga kekuatan beton akan besar.
Namun apabila situasi tidak memungkinkan untuk memperoleh hasil yang disyaratkan, maka
dapat diambil suatu pendekatan antara persyaratan teknis dan ekonomisnya dalam batas-batas
tertentu.

4.2 Tujuan
 Untuk menentukan pembagian butir gradasi agregat kasar.
 Untuk menentukan modulus kehalusan dalam butiran kerikil.

KELOMPOK 5A 21
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

4.3 Bahan
Kerikil batu pecah dengan berat 10,000 gram.
4.4 Peralatan
a. Timbangan dan neraca dengan ketelitian 2 % terhadap benda uji.
b. Satu set saringan : 4,75 mm (no 4); 2,36 mm (no 8); 1,18 mm (no 16); 0,6 mm (no
30); 0,3 mm (no 50); 0,15 mm (no 100); 0,075 mm (no 200).
c. Talam-talam.
4.5 Pelaksanaan
a. Bahan ditimbang seberat 10 kg dalam ember plastik pada timbangan.
b. Ayakan disusun mulai diameter terbesar di atas sampai yang terkecil.
c. Mengayak bahan secara manual.
d. Menimbang bahan-bahan yang tertahan pada masing-masing saringan.
4.6 Hasil Pengujian
ANALISA GRADASI AGREGAT KASAR

Pasir
Lubang Saringan
Tertinggal % Kumulatif
No. mm gram % Tertinggal Lolos
3" 76.200 - - - -
2.5" 63.500 - - - -
2" 50.800 - - - -
1.5" 38.100 0.000 0.000 0.000 0.000
1" 25.400 1,060.000 10.632 10.632 89.368
3/4" 19.100 4,360.000 43.731 54.363 45.637
1/2" 12.700 3,430.000 34.403 88.766 11.234
3/8" 9.500 760.000 7.623 96.389 3.611
4 4.760 300.000 3.009 99.398 0.602
8 2.380 - - - -
16 1.190 - - - -
20 0.590 - - - -
50 0.297 - - - -
100 0.149 - - - -
200 0.075 - - - -
Pan 60.000 0.602 100.000 0.000
Total 9970.000 100.000 449.549 250.451
Tabel 4.1 Analisa Gradasi Agregat Kasar

KELOMPOK 5A 22
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Kehilangan =10,000 gram – 9,970 gram


=30 gram.
 Contoh perhitungan mata ayakan no. 3/4” (0,75”)
% tertinggal mata ayakan no. 3/4”

% tertinggal =

= 4,360/9,970 x 100% = 43.731%


% kumulatif tertinggal = % kum tertinggal no 1” + % tertinggal no 3/4”
= 10.632 % + 43.731 % = 54.363%
% kumulatif lolos = 100 % - % kumulatif tertinggal no 3/4”
= 100 % - 54.363 % = 45.637 %
 % yang tertahan ayakan no.100,50,30,16,8,4,3 / 8" ,3 / 4"
Modulus kehalusan kerikil =
100
449.549
=
100
= 4.495
Yang termasuk jumlah % yang tertinggal dalam perhitungan Modulus halus agregat kasar
adalah % yang tertinggal pada lubang saringan ukuran 0,149(no.100); 0,297(no.50);
0,59(no.30); 1,19(no.16) dan seterusnya yang merupakan 2x ukuran lubang saringan
sebelumnya.

KELOMPOK 5A 23
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 4.1 Grafik Lengkung Ayakan Agregat Kasar

KELOMPOK 5A 24
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 4.2 Grafik Batas Agregat Kasar Ukuran Maksimum 10 mm

KELOMPOK 5A 25
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 4.3 Grafik Batas Agregat Kasar Ukuran Maksimum 20 mm

KELOMPOK 5A 26
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik 4.4 Grafik Batas Agregat Kasa Ukuran Maksimum 40 mm

4.7 Pembahasan
 Batas gradasi kerikil ukuran maksimum adalah 40 mm. Berdasarkan grafik, % lolos
kerikil pada ukuran mata ayakan 38 mm dan 76 mm masuk dalam batas atas gradasi
kerikil, sedangkan batas bawah pada ukuran mata ayakan 9,6 mm dan 19 mm berada
di luar batas gradasi kerikil. Agar % lolos kerikil masuk dalam syarat batas gradasi,
maka dilakukan penambahan jumlah kerikil (agregat kasar).
Dengan tindakan ini, persentase agregat kasar yang lolos pada ayakan dengan
ukuran 9.6 mm dan 19 mm dapat masuk sehingga agregat kasar yang ada dapat
digunakan sebagai campuran beton.
 Kadar lempung (berat butiran pasir lebih dari ukuran saringan 200)
= 60/10000 x 100% = 0.6 %
Kadar lempung < 1%, maka agregat kasar tersebut baik dan bisa digunakan sebagai
campuran beton (SNI 03-4141-1996).

KELOMPOK 5A 27
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

4.8 Kesimpulan
 Dalam perhitungan yang dilakukan, didapatkan modulus halus agregat kasar
(kerikil) adalah 4.495. Menururt ASTM C 35-37 modulus kehalusan agregat kasar =
7,49-9,55. Jadi, agregat kasar tidak memenuhi standar ASTM, tetapi memenuhi
standar PBI 1971 ”Agregat kasar harus terdiri dari butir – butir yang beraneka
ragam besarnya dan apabila diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan dalam
pasal 3.5 ayat (1), harus memenuhi syarat-syarat sisa di atas ayakan 31,5 mm 0%
berat; sisa diatas ayakan 4 mm berkisar antara 90% - 98% berat; selisih antara sisa
– sisa kumulatif di atas dua ayakan yang berurutan minimum 10 % berat dan
maksimum 60% berat. Jadi agregat kasar bisa di gunakan sebagai campuran beton.
 Pada hasil percobaan di atas gradasi kerikil masuk di batas gradasi kerikil ukuran
maksimum 40 mm.
4.9 Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Gradasi Kerikil

Gambar Agregat Kasar (Kerikil) dan Ayakan Agregat Kasar (Kerikil)

KELOMPOK 5A 28
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB V
PEMERIKSAAN KADAR AIR AGREGAT

5.1 Dasar Teori


Yang dimaksud dengan kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat
kering agregat yang dinyatakan dalam presentase. Kadar air agregat menentukan mutu beton
yang dihasilkan. Selain itu, kadar air agregat berfungsi untuk menentukan besarnya
kandungan air, pasir dan kerikil untuk pembuatan mix design sehingga diperoleh komposisi
ideal.
Besarnya kandungan air pada agregat perlu diketahui untuk mengontrol besarnya
jumlah air di dalam suatu campuran beton. Kondisi agregat berdasarkan kandungan airnya
dibagi atas:
1. Kering oven
Yaitu kondisi agregat yang dapat menyerap air dalam campuran beton secara
maksimal.
2. Kering udara
Yaitu kondisi agregat yang kering permukaan namun mengandung sedikit air di
rongga-rongganya. Agregat jenis ini juga dapat menyerap air di dalam campuran
walaupun tidak dengan kapasitas penuh.
3. Jenuh dengan permukaan kering (SSD-Saturated Surface Dry)
Yaitu kondisi agregat yang permukaan kering, namun semua rongga-rongganya terisi
air. Di dalam campuran beton, agregat dengan kondisi ini tidak akan menyerap
ataupun menyumbangkan air ke dalam campuran.
4. Basah
Yaitu kondisi agregat dengan kandungan air yang berlebihan pada permukaannya.
Agregat dengan kondisi ini akan menyumbangkan air ke dalam campuran,sehingga
bila tidak diperhitungkan akan mengubah nilai rasio air-semen di dalam campuran.
Berdasarkan PBI 1971 pengerjaan Perencanaan Campuran Beton, disebutkan bahwa :
Kadar air agregat secara umum (kasar dan halus) harus kurang dari 5%.

KELOMPOK 5A 29
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

5.2 Tujuan
Untuk menentukan prosentase kadar air yang dikandung agregat.

5.3 Bahan
 Agregar halus (pasir)
 Agregat kasar (kerikil)

5.4 Peralatan
 Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat benda uji
 Oven pengatur suhu kapasitas (110 + 5)° C
 Talam

5.5 Pelaksanaan
 Menimbang dan mencatat berat talam .
 Memasukkan benda uji basah ke dalam talam , dan kemudian menimbang talam
dan benda uji.
 Menghitung berat benda uji basah..
 Memasukkan benda uji basah ke dalam oven dengan suhu 110o C.
 Menimbang benda uji yang telah dioven.
 Menghitung kadar air agregat.

5.6 Hasil Percobaan


KADAR AIR AGREGAT HALUS

Nomor Talam A B
1 Berat Talam + Contoh basah (gr) 52.800 63.700
2 Berat Talam + Contoh kering (gr) 51.800 62.300
3 Berat Air = (1)-(2) (gr) 1.000 1.400
4 Berat Talam (gr) 32.800 36.500
5 Berat Contoh Kering = (2)-(4) (gr) 19.000 25.800
6 Kadar Air = (3)/(5) (%) 5.263% 5.426%
7 Kadar Air rata-rata (%) 5.345%
Tabel 5.1 Kadar Air Agregat Halus

KELOMPOK 5A 30
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

KADAR AIR AGREGAT KASAR


Nomor Talam A B
1 Berat Talam + Contoh basah (gr) 76.400 79.900
2 Berat Talam + Contoh kering (gr) 76.200 79.600
3 Berat Air = (1)-(2) (gr) 0.200 0.300
4 Berat Talam (gr) 34.500 31.300
5 Berat Contoh Kering = (2)-(4) (gr) 41.700 48.300
6 Kadar Air = (3)/(5) (%) 0.480% 0.621%
7 Kadar Air rata-rata (%) 0.550%
Tabel 5.2 Kadar Air Agregat Kasar

5.7 Pembahasan Kadar Air Agregat Halus


Talam A
 Berat talam + contoh basah = 52.8 gr
 Berat talam + contoh kering = 51.8 gr
 Berat air = (berat talam + contoh basah) – (berat talam + contoh kering)
= 52.8 gr – 51.8 gr = 1 gr
 Berat talam = 32.8 gr
 Berat contoh kering = (berat talam + contoh kering) – berat talam
= 51.8 gr – 32.8 gr = 19 gr
 Kadar air = (berat air / berat contoh kering) x 100 %
= (1 gr / 19 gr) x 100 % = 5.263 %
 Kadar air rata-rata = 5.354 %
 Kadar air pasir pada talam A = 5.263 % dan pada talam B = 5.426 %. Untuk kadar
air rata-rata diperoleh 5.354 %

5.8 Pembahasan Kadar Air Agregat Kasar


Talam A
 Berat talam + contoh basah = 76.4 gr
 Berat talam + contoh kering = 76.2 gr
 Berat air = (berat talam + contoh basah) – (berat talam + contoh kering)
 = 76.4 gr – 76.2 gr = 0.2 gr
 Berat talam = 34.5 gr

KELOMPOK 5A 31
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Berat contoh kering = (berat talam + contoh kering) – berat talam = 76.2 gr – 34.5
gr = 41.7 gr
 Kadar air = (berat air / berat contoh kering) x 100 % = (0.2 gr / 41.7 gr) x 100 % =
0.48 %
 Kadar Air rata-rata = 0.55 %.
 Kadar air kerikil pada talam A = 0.48 % dan pada talam B = 0.621 %. Untuk
kadar air rata-rata diperoleh 0.55 %

5.9 Kesimpulan
 Kadar air agregat halus (pasir) : 5.345 %
 Kadar air agragat kasar (kerikil) : 0.550 %

5.10 Gambar Alat, Bahan dan Aktifitas Dalam Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Gambar Timbangan Gambar Oven

Gambar Timbangan Praktikan Mengambil Agregat dari Oven

KELOMPOK 5A 32
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB VI
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT

6.1 Dasar Teori


Yang dimaksud dengan berat isi agregat, adalah perbandingan antara berat benda
uji dengan volume alat ukur. Berat isi ini diperoleh dengan memasukkan benda uji
kedalam alat ukur yang telah diketahui volumenya, sehingga berat benda uji tersebut dapat
diketahui dengan dua cara yaitu dengan cara Rodding dan Shovelling.
Cara Rodding, yaitu jika pasir dan kerikil yang dimasukkan ember ditusuk-tusuk
sebanyak 25 kali, yaitu 25 kali tusukan ketika ember terisi 1/3 pasir atau kerikil, dan 25
kali tusukan berikutnya ketika ember terisi 2/3 pasir atau kerikil dan terakhir 25 kali
tusukan ketika ember terisi penuh oleh pasir atau kerikil, kemudian diisi penuh tanpa
penusukan, penusukan dilakukan dengan tongkat tusuk. Sedangkan cara Shovelling
adalah jika pasir atau kerikil yang dimasukkan kedalam ember dengan cara biasa (tidak
ditusuk-tusuk).

6.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan berat isi agregat (pasir dan
kerikil).

6.3 Bahan
 Pasir alam / buatan dari sungai / gunung.
 Kerikil batu pecah / buatan dari sungai / gunung.

6.4 Peralatan
 Timbangan kapasitas  1 kg dengan ketelitian 0,1 gr
 Tongkat penusuk baja, panjang  600 mm dan diameter  16 mm.
 Kotak takar.

KELOMPOK 5A 33
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

6.5 Pelaksanaan
1. Rodding
1. Timbang kotak takar kosong.
2. Timbang kotak takar berisi air penuh.
3. Isi masing-masing kotak takar dengan benda uji dalam 3 lapisan sama tebal,
dimana tiap lapisan ditusuk-tusuk 25 kali.
4. Timbang kotak takar yang berisi benda uji

2. Shovelling
1. Timbang kotak takar kosong.
2. Timbang kotak takar berisi air penuh.
3. Isi masing-masing kotak takar sampai lebih dan tinggi tidak lebih dari 2 inci(2’’)
4. Ratakan muka bahannya dengan tangan atau mistar.
5. Timbang kotak takar yang berisi benda uji.

6.6 Hasil Pengujian


Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel:
PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT HALUS

1 Berat takaran (gr) 1,061.000 1,061.000


2 Berat takaran + air (gr) 3,060.000 3,060.000
3 Berat air = (2)-(1) (gr) 1,999.000 1,999.000
4 Volume air = (3)/(1) (cc) 1.884 1.884
CARA RODDED SHOVELED
5 Berat Takaran (gr) 1,061.000 1,061.000
6 Berat takaran + benda uji (gr) 3,920.000 3,500.000
7 Berat benda uji = (6)-(5) (gr) 2,859.000 2,439.000
8 Berat isi agregat halus = (7)/(4) (gr/cc) 1,517.458 1,294.537
9 Berat isi agregat halus rata-rata (gr/cc) 1,405.997
Tabel 6.1 Pemeriksaan Berat Isi Agregat Halus

KELOMPOK 5A 34
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Perhitungan berat isi agregat halus


1. Berat takaran = 1,061gr
2. Berat takaran + air = 3,060 gr
3. Berat air = (berat takaran + air) – berat takaran
= 3,060 gr – 1,061 gr = 1,999 gr
4. Volume air = berat air / berat takaran
= 1,999 gr / 1,061 gr = 1.884 cc
Cara Rodded
1. Berat takaran = 1,061 gr
2. Berat takaran + benda uji = 3,920 gr
3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji ) – berat takaran
= 3,920 gr – 1,061 gr = 2,859 gr
4. Berat isi agregat halus = berat benda uji / volume air
= 2,859 gr / 1.884 cc = 1,517.458 gr/cc
Cara Shovelled
1. Berat takaran = 1,061 gr
2. Berat takaran + benda uji = 3,500 gr
3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji ) – berat takaran
= 3,500 gr – 1,061 gr = 2,439 gr
Berat isi agregat halus = berat benda uji / volume air
= 2,439 gr / 1.884 cc = 1,294.537 gr/cc

PEMERIKSAAN BERAT ISI AGREGAT KASAR

1 Berat takaran (gr) 1,061.000 1,061.000


2 Berat takaran + air (gr) 3,060.000 3,061.000
3 Berat air = (2)-(1) (gr) 1,999.000 2,000.000
4 Volume air = (3)/(1) (cc) 1.884 1.885
CARA RODDED SHOVELED
5 Berat Takaran (gr) 1,061.000 1,061.000
6 Berat takaran + benda uji (gr) 4,120.000 3,780.000
7 Berat benda uji = (6)-(5) (gr) 3,059.000 2,719.000
8 Berat isi agregat kasar = (7)/(4) (gr/cc) 1,623.611 1,442.430
9 Berat isi agregat kasar rata-rata (gr/cc) 1,533.020
Tabel 6.2 Pemeriksaan Isi Agregat Kasar

KELOMPOK 5A 35
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Perhitungan berat isi agregat kasar


1. Berat takaran = 1,061 gr
2. Berat takaran + air = 3,060 gr
3. Berat air = (berat takaran + air) – berat takaran
= 3,060 gr – 1,061 gr = 1,999 gr
4. Volume air = berat air / berat takaran
= 1,999 gr / 1,061 gr = 1.884 cc

Cara Rodded
1. Berat takaran = 1,061 gr
2. Berat takaran + benda uji = 4,120 gr
3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji ) – berat takaran
= 4,120 gr – 1,061 gr = 3,059 gr
4. Berat isi agregat kasar = berat benda uji / volume air
= 3,059 gr / 1.884 cc = 1,623.611 gr/cc

Cara Shovelled
1. Berat takaran = 1,061 gr
2. Berat takaran + benda uji = 3,780 gr
3. Berat benda uji = (berat takaran+benda uji ) – berat takaran
= 3,780 gr – 1,061 gr = 2,719 gr
4. Berat isi agregat kasar = berat benda uji / volume air
= 2,719 gr / 1.884 cc = 1,442.430 gr/cc

6.7 Pembahasan
1. Berat isi Rodded > dari berat isi Shovelled. Hal ini dikarenakan tusukan-tusukan
sehingga volume menjadi lebih padat dan berat isi menjadi lebih besar.
2. Berat isi juga dipengaruhi oleh gradasi butiran.
3. Bila bentuk butiran agregat bulat, maka gesekan antar butiran adalah kecil, sehingga
berat isi menjadi besar. Sebaliknya apabila butiran agregat adalah batu pecah, maka
berat isi akan menjadi kecil.

KELOMPOK 5A 36
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

6.8 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian maka diperoleh berat isi :
a. Agregat Halus (Pasir):
 Cara Rodded : 1517,458 gr/cc
 Cara Shovelled : 1294,537 gr/cc
b. Agregat Kasar (Kerikil):
 Cara Rodded : 1623,611 gr/cc
 Cara Shovelled : 1442,430 gr/cc
 Berat isi Rodded > dari berat isi Shovelled
 Pemeriksaan berat isi dengan cara shovelled lebih cocok digunakan di
lapangan.

KELOMPOK 5A 37
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB VII
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR

7.1 Dasar Teori


Yang dimaksud dengan Specific Gravity kerikil adalah perbandingan antara berat kering
udara dengan berat air yang terkandung dalam kerikil tersebut. Sedangkan penyerapan atau
absorpsi kerikil adalah banyaknya air yang dikandung dalam kerikil tersebut. Berat jenis
curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC. Berat jenis kering permukaan jenuh
ialah perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang
isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC.Berat jenis semu ialah
perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering pada suhu 25 oC. Penyerapan
ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering (%).

7.2 Tujuan
 Untuk mengetahui apakah kerikil dalam keadaan tersebut, bisa dipakai untuk
campuran beton atau tidak.
 Untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan air pada agregat kasar.

7.3 Bahan
a. Kerikil batu pecah atau buatan dari sungai atau gunung seberat 5 kg.
b. Kerikil tertahan oleh saringan no. 4 (4,75 mm).

7.4 Peralatan
 Keranjang kawat ukuran 3,35 mm (no. 6) / 2,36 mm (no. 8) dengan kapasitas  5 kg.
 Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesui untuk pemeriksaan. Tempat ini
harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap.
 Timbangan dengan kapasitas 10 kg dan ketelitian 0,1% dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang.
 Oven pengatur suhu kapasitas (110  5) oC.

KELOMPOK 5A 38
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Saringan no. 4 (4,75 mm).


7.5 Pelaksanaan
a. Mengambil agregat basah.
b. Mengelap agregat basah sampai kering, sampai berat agregat mencapai 5kg.
c. Menimbang agregat di dalam air.
d. Mengeringkan benda uji dalam oven pada suhu oven (110  5)0 C sampai berat tetap
selama 24 jam.
e. Menimbang berat benda uji setelah dioven

7.6 Hasil Percobaan


BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT KASAR
Nomor Contoh A
Berat benda uji kering permukaan jenuh Bj (gr) 748.900
Berat benda uji kering oven Bk (gr) 741.300
Berat benda uji dalam air Ba (gr) 360.000

Nomor Contoh A
Berat Jenis Curah
Bk / (Bj-Ba) 1.906
(Bulk Spesific Grafity)
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh
Bj / (Bj-Ba) 1.926
(Bulk Spesific Grafity Saturated Surface Dry)
Berat Jenis Semu
Bk / (Bk-Ba) 1.944
Apparent Spesific Gravity)
Penyerapan (%)
(Bj-Bk) / Bk x 100% 1.025%
(Absorption)
Tabel 7.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar
Cara perhitungan
Bk = Berat benda uji kering oven (gram).
Bj = Berat benda uji kering permukaan jenuh (gram).
Ba = Berat benda uji kering permukaan jenuh didalam air (gram).
Bk 741,300
a. Berat jenis curah = = =1.906
(Bj - Ba) (748, 900 - 360, 000)
b. Berat jenis kering permukaan jenuh =
Bj 748.900
= =1.926
(Bj - Ba) (748.900 - 360.000)

KELOMPOK 5A 39
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Bk 741.300
c. Berat jenis semu = = =1.944
(Bk - Ba) (741.300 - 360.000)
d. Penyerapan air =
(Bj - Bk) (748.900 - 741.300)
= =1.025%
Bk 741.300

7.7 Pembahasan
Berdasarkan ASTM C 128 penyerapan air pada agregat di hitung setelah proses
penjenuhan selama ± 24 jam. Dari hasil perhitungan didapatkan penyerapan air
agregat kasar sangat kecil, yaitu sebesar 1.025 %. Menurut ASTM C 33 besar
penyerapan maksimum yaitu 2 % ; SNI-03-2461-1991/2002 besarnya penyerapan
maksimum 3%. Jadi agregat kasar tersebut bisa digunakan sebagai bahan campuran
untuk pembuatan beton.

7.8 Kesimpulan
Hasil pengujian berat isi dan penyerapan agregat kasar didapatkan :
 Berat jenis curah = 1.906
 Berat jenis kering permukaan jenuh = 1.926
 Berat jenis semu = 1.944
 Penyerapan = 1.025 %

7.9 Gambar Bahan

Gambar agregat sebelum dan sesudah dioven

KELOMPOK 5A 40
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB VIII
BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

8.1 Teori Dasar


Berat jenis (Spesific Gravity) adalah perbandingan antara berat kering udara dengan
berat air yang berat volumenya sama dengan volume sample pada suha atau temperature
yang sama.
Berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25oC.
Berat jenis kering permukaan jenuh ialah perbandingan antara berat agregat kering
permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 25 oC.
Berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dalam keadaan kering
pada suhu 25 oC.
Penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat
kering (%).

8.2 Tujuan
 Untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis permukaan jenuh, berat jenis kering
permukaan jenuh, berat jenis semu dan penyerapan air pada agregat halus.

8.3 Bahan
 Pasir alam atau buatan dari sungai atau gunung seberat 1000 gram.
 Pasir lolos oleh saringan no 4 (4,75 mm).

8.4 Peralatan
 Timbangan yang mempunyai kapasitas lebih dari 1 kg dengan ketelitian 0,1 gram
 Piknometer kapasitas 500 ml
 Kerucut terpancung diameter atas (40+3) mm, diameter bawah (90+3) mm dan tinggi
(75+3) mm dibuat dari logam dengan tebal 0.8 mm.

KELOMPOK 5A 41
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Batang penumbuk dengan bidang penumbuk rata, berat (340+15) gram dan diameter
(25+3) mm
 Saringan no. 4 (4,475 mm)
 Oven pengatur suhu kapasitas (110+5) oC

8.5 Pelaksanaan
a. Menimbang agregat halus seberat 500gr.
b. Menimbang piknometer kosong.
c. Menimbang air + piknometer.
d. Memasukkan agregat yang telah ditimbang ke dalam piknometer kosong.

e. Menambahkan air ke dalam piknometer hingga ketinggian ¾ piknometer terisi air.

f. Mengeluarkan agregat yang telah basah dari piknometer ke dalam wadah.


g. Mengeringkan agregat di wadah ke dalam oven pada suhu 110o C selama 24 jam.
h. Menimbang benda uji yang telah dioven.

8.6 Hasil Percobaan


BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT HALUS

Nomor Contoh A
Berat benda uji kering permukaan jenuh 500 (gr) 500.000
Berat benda uji kering oven Bk (gr) 493.100
Berat benda uji dalam air B (gr) 1349.700
Berat piknometer + benda uji (SSD) + air (pd suhu
Bt (gr) 1704.300
kamar)

Nomor Contoh A
Berat Jenis Curah
Bk / (B+500-Bt) 3.391
(Bulk Spesific Grafity)
Berat Jenis Kering Permukaan Jenuh
500 / (B+500-Bt) 3.439
(Bulk Spesific Grafity Saturated Surface Dry)
Berat Jenis Semu
Bk / (B+Bk-Bt) 3.560
Apparent Spesific Gravity)
Penyerapan (%) (500-Bk) / Bk x
1.399%
(Absorption) 100%
Tabel 8.1 Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus

KELOMPOK 5A 42
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Cara perhitungan
Bk = berat benda uji kering oven (gram).
B = berat piknometer berisi air (gram).
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram).
500 = berat benda uji dalam keadaan SSD (gram).

Bk 493.100
a. Berat jenis curah = = = 3.391
(B + 500 - Bt) (1349.700 + 500.000 -1704.300)
b. Berat jenis kering permukaan jenuh =
500 500
= = 3.439
(B + 500 - Bt) (1349.700 + 500.000 -1704.300)
Bk 493.100
c. Berat jenis semu = = = 3.560
(B + Bk - Bt) (1349.700 + 493.100 -1704.300)
(500 - Bk)100% (500.000 - 493.100)100%
d. Penyerapan air = = =1.399%
Bk 493.100

8.7 Pembahasan
Berdasarkan ASTM C 128 penyerapan air pada agregat di hitung setelah proses
penjenuhan selama ± 24 jam. Dari hasil perhitungan kelompok kami, didapatkan penyerapan
air pada agregat sebesar 1.399 %. Menurut ASTM C 33 besar penyerapan maksimum yaitu
2,3% ; SNI-03-2461-1991/2002 besarnya penyerapan maksimum 2%. Jadi, agregat tersebut
dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.

8.8 Kesimpulan
Hasil pengujian berat isi dan penyerapan agregat halus didapatkan :
a. Berat jenis curah = 3.391
b. Berat jenis kering permukaan jenuh = 3.439
c. Berat jenis semu = 3.560
d. Penyerapan = 1.399 %

KELOMPOK 5A 43
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

8.9 Gambar Aktivitas

Praktikan sedang menggunakan piknometer

KELOMPOK 5A 44
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB IX
PERENCANAAN MIX DESIGN

9.1 Tujuan
Pembuatan bertujuan untuk mempersiapkan benda uji untuk pengujian kuat tekan beton.

9.2 Bahan
Dalam praktikum pembuatan beton ini, bahan yang digunakan meliputi semen Portland
tipe I , kerikil (batu pecah), pasir dan air.

9.3 Peralatan
Adapun beberapa peralatan yang digunakan dalam praktikum pembuatan konstruksi
beton meliputi :
a. Cetakan berbentuk kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm.
b. Tongkat pemadat, diameter 16 mm dan panjang 600 mm, dengan ujung
dibulatkan ,terbuat dari baja yang bersih dan bebas dari karat.
c. Mesin pengaduk beton.
d. Timbangan dengan ketelitian 0.2 % dari berat contoh.
e. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok perata dan talam.
f. Satu set alat pemeriksaan slump (kerucut terpancung).

9.4 Pelaksanaan
a. Semen, air, pasir dan kerikil dicampur dengan perbandingan
1 : 0.600 : 2,839 : 3,322
b. Kemudian dimasukkan ke dalam mesin pengaduk beton sedikit demi sedikit.
c. Tambahkan air ke dalam mesin pengaduk beton secara perlahan.
d. Mesin dihidupkan sampai semua bahan tercampur rata. Bila sudah tercampur
merata, mesin dimatikan dan campuran beton dituangkan ke dalam cetakan kubus
yang sudah disiapkan.
e. Mengambil contoh untuk pengujian slump.

KELOMPOK 5A 45
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

f. Campuran beton dimasukkan ke dalam cetakan silinder dan didiamkan selama 1


hari dan direndam sampai hari ke tujuh.
9.5 Perhitungan Mix Design
Perencanaan campuran beton untuk mutu K 200 (fc’ 20 MPa) :
 Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami).
 Agregat halus yang dipakai : pasir.
 Diameter agregat maksimum : 20 mm.
 Mutu semen yang dipakai : Tipe I.
 Slump test : 60 – 180 mm.
 Volume kubus : 3,375 x 10-3 m3.
 Dari hasil penelitian diperoleh :

Ket Kerikil Pasir


Berat Jenis 1.926 3.439
Kadar air 0.550% 5.345%
Penyerapan 1.025% 1.399%

Ditanyakan :
Komposisi bahan - bahan yang diperlukan untuk 1 m3 campuran beton
Penyelesaian :
Nilai tambah /Margin (M) = 12 Mpa.
Kuat tekan rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus :
fcr’ = fc’ + M
dimana : fcr’ = kuat tekan rata-rata (Mpa).
fc’ = kuat tekan yang diisyaratkan (Mpa).
M = nilai tambah /margin (Mpa).

KELOMPOK 5A 46
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Mix Design
No. Uraian Nilai Keterangan
1 Kuat Tekan yang disyaratkan (28 hri, 5 %) 19,62 Mpa ≈ 20 Mpa 20 MPa pada 28 hari
2 Deviasi Standar Data di lapangan tidak tersedia
3 Nilai Tambah (margin) 12 Mpa Diketahui
4 Kuat Tekan rata-rata target 32,000 (1) + (3)
5 Jenis Semen Tipe 1 Ditetapkan
Jenis Agregat : Kasar Batu pecah Ditetapkan
6
Jenis Agregat : Halus Pasir Ditetapkan
7 Faktor Air Semen Bebas 0,740 Dari grafik hal 77
8 Faktor Air Semen Maksimum 0,600 Ditetapkan
9 Slump 60 - 180 Dari tabel 6 hal 54
10 Ukuran Agregat Maksimum 40 mm Dilihat dari grafik agregat kasar zona 3
11 Kadar Air Bebas 205,000 Dari Tabel 6 Hal 54
12 Kadar Semen 341,667 (11) / (8)
13 Kadar Semen Maksimum - -
14 Kadar Semen Minimum 275,000 Dari tabel 3 hal 51
15 Faktor Air Semen Penyesuaian - -
16 Gradasi Agregat Halus Zona 2 Dari grafik hal 65 - 66
17 Gradasi Agregat Kasar Atau Gabungan Ukuran Maksimum 40 mm Tabel 7, Dari grafik hal 68 - 69
18 Presentase Agregat Halus 45% Dari grafik hal 83 - 84
19 Berat Jenis Relatif (SSD) 2,607 Dari (0,45*BJ halus) + (0,55*BJ kasar)
20 Berat isi Beton 2.345,000 Dari Grafik 16 hal 85
21 Kadar Agregat Gabungan 1.798,333 (20) - (12) - (11)
22 Kadar Agregat Halus 809,250 (18) x (21)
23 Kadar Agregat Kasar 989,083 (21) - (22)
Tabel 3.9 Mix Design

9.6 Penjelasan Pengisian Daftar Isian(Formulir)


1. Kuat tekan karakteristi sudah ditetapkan 20 Mpa untuk umur 28 hari
2. Deviasi Standart diabaikan karena data lapangan tidak tersedia sebelumnya,atau data
lapangan kurang dari 15 buah maka kuat tekan rata rata yang di targetkan fcr harus
diambil tidak kurang dari fcr = f’cr + 12 Mpa
3. Nilai tambah kuat tekan sebesar 12 Mpa sesuai dengan rumus
4. Kuat Tekan Target fcr = f’cr + 12 = 32.0 Mpa
5. Jenis semen ditetapkan jenis 1
6. Jenis Agregat Diketahui
 Agregat Halus (pasir) alami
 Agregat Kasar berupa Batu Pecah (koral)
7. Faktor Air Semen dari tabel 2 diketahui untuk agregat kasar batu pecah(kerikil) dan
semen type I dengan bentuk benda uji kubus, maka kekuatan tekan beton umur 28

KELOMPOK 5A 47
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

hari yang di harapkan dengan faktor air semen 0,6 adalah 45 kg/cm2. Harga ini
dipakai untuk membuat kurva yang harus diikuti menurut gambar 2.
Langkah menentukan faktor air bebas dari grafik
a. Tarik garis tegak lurus keatas melalui faktor air semen 0,6 sampai memotong
ordinat kuat tekan beton 45, sehingga didapat koordinat ( fas =0,6 ; 45).
b. Tarik garis lengkung melalui koordinat tersebut membentuk kurva yang
proporsional terhadap kurva lengkung di bawah dan diatasnya.
c. Tarik garis mendatar melalui kuat tekan target sebesar 32 Mpa sampai
memotong kurva baru yang baru saja di buat
d. Tarik Garis lurus dari perpotongan tersebut untuk mendapatkan harga faktor air
semen yang di perlukan yaitu sebesar: 0,63
8. Faktor air semen maksimum, dalam hal ini ditetapkan 0,6 sesuai tabel 3.
9. Slump ditetapkan setinggi : 60 – 180 mm sesuai tabel 7.
10. Ukuran agregat maksimum ditetapkan 40 mm (dilihat dari ukuran butiran maksimum
pada analisa gradasi ayakan).
11. Kadar air bebas
Untuk mendapatkan nilai kadar air bebas lihat tabel 6 yang di buat untuk agregat
batu alami yang berupa batu pecah.
12. Kadar semen = Kadar air bebas/faktor air semen maksimum
= 205/0.6 = 341,667 kg/m3
13. Jumlah semen maksimum tidak ditentukan.
14. Jumlah semen minimum ditetapkan 275 kg/cm3
15. Faktor Air Semen yang disesuaikan: dalam hal ini dapat di abaikan karena syarat
minimum jumlah semen sudah dipenuhi.
16. Susunan butir agregat halus : dari hasil analisa ayakan didapat bahwa pasir berada
dalam zona 2.
17. Presentase agregat halus (bahan yang lebih halus dari 4,8 mm):dtentukan pada grafik
13 – 15 untuk kelompok butir agregat maksimum 20 mm pada nilai slump 60-180
mm dan nilai faktor air semen bebas 0.63. Nilai yang dapat diambil persen agregat
halus sebesar 45%.
18. Berat jenis relatif agregat ini adalah berat jenis gabungan, artinya gabungan agregat
halus dan kasar. Ditentukan dengan rumus berikut:
KELOMPOK 5A 48
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Menghitung berat isi relatif agregat(SSD)


BJ agrt. Halus)+
45 100-45
=( 100 x 3,439) + ( 100 x 1,926 )
= 2,607 kg/m3
19. Berat isi beton diperoleh dari grafik 16 dengan cara membuat grafik linier baru yang
sesuai dengan berat isi relatif gabungan yaitu sebesar 2,607. Titik potong grafik baru ini
sesuai dengan garis tegak lurus yang menunjukkan kadar air bebas (dalam hal ini 205
kg/cm3 ), menunjukkan berat isi beton yang dicari, yaitu 2345 kg/cm3.
20. Kadar agregat gabungan adalah berat isi beton dikurangi jumlah kadar semen dan kadar
air bebas = 2345 – 341,667 – 205 = 1798,333 kg/cm3.
21. Kadar agregat halus = persen agregat halus x agregat gabungan
= 45 % x 1798,333 = 809,250 kg/cm3.
22. Kadar agregat kasar = kadar agregat gabungan – agregat halus
= 1798,333 – 809,250 = 989,083 kg/cm3
 Kebutuhan toeritis semen = 341,67 kg/m3
 Kebutuhan teoritis air = 205 kg/m3
 Kebutuhan teoritis pasir = 809,250 kg/m3
 Kebutuhan teoritis kerikil = 989,083 kg/m3
Rasio Proporsi teoritis (dalam berat) =
Semen : Air : Pasir : Kerikil
1 : 0,6 : 2,369 : 2,895

Perhitungan kebutuhan untuk campuran uji 0.003375 m3 :


 Semen = 0,003375 x 341,67 = 1,15 kg
 Air = 0,003375 x 205 = 0,69 kg
 Pasir = 0,003375 x 809,250 = 2,73 kg
 Kerikil = 0,003375 x 989,083 = 3,34 kg

KELOMPOK 5A 49
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Perhitungan kebutuhan aktual tiap m3:

 Air =

= 205 – (5,345 – 1,399) x 809,250/100 – (0,55 – 1,025) x


989,083/100

= 177,765 kg/m3

 Pasir =

= 809,250 + (5,345 – 1,399) x 809,250/100

= 841,183 kg/m3

 Kerikil =

= 989,083 + (0,550 – 1,025) x 989,083/100

= 984,3849 kg/m3
Keterangan:
B = jumlah air (kg/m3)
C = jumlah agregat halus (kg/m3)
D = jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca = absorpsi air pada agregat halus (%)
Da = absorpsi air pada agregat kasar (%)
Ck = kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = kandungan air dalam agregat kasar (%)

Perbandingan susunan aktual dalam berat :


Semen : Air : Pasir : Kerikil
1 : 0,52 : 2,462 : 2,881

KELOMPOK 5A 50
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Perhitungan kebutuhan untuk campuran uji 0.003375 m3:


 Semen = 0,003375 x 341,67 = 1,153 kg
 Air = 0,003375 x 177,765 = 0,600 kg
 Pasir = 0,003375 x 841,183 = 2,839 kg
 Kerikil = 0,003375 x 984,385 = 3,332 kg

Cek jumlah campuran beton dalam berat :


Sebelum Koreksi = Setelah koreksi
341,667 + 205 + 809,250 + 989,083 = 341,667 + 177,765 + 841,183 + 984,385
2345 = 2345

9.7 Gambar yang terkait pengecoran

Gambar alat pengaduk Gambar Pencetak

Gambar saat alat pengaduk mengaduk campuran beton

KELOMPOK 5A 51
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB X
PENGUJIAN SLUMP

10.1 Tujuan
Tujuan pengujian adalah untuk mendapatkan angka slump dan pembuatan benda uji
sesuai dengan prosedur yang benar

10.2 Pengertian
Angka slump menggambarkan sifat-sifat kelecakan ( workability ) beton segar.

10.3 Peralatan
Peralatan yang diperlukan adalah cetakan dari logam tebal, tongkat berdiameter 16
mm dan panjang 600 mm, mistar.
10.4 Bahan
Dalam percobaan slump ini digunakan campuran beton yang telah tersedia dengan
perbandingan :
Semen : Air : Pasir : Kerikil
1 : 0,520 : 2,462 : 2,881
10.5 Pelaksanaan Pengujian Slump
 Basahilah cetakan dan pelat dengan kain basah.
 Letakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh.
 Isilah cetakan sampai penuh dengan beton segar dalam 3 lapisan. Tiap-tiap
lapisan berisi kira-kira 1/3 cetakan. Setiap lapisan ditusuk dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata. Tongkat harus masuk sampai
lapisan bagian bawah tiap-tiap lapisan. Pada lapisan pertama, untuk penusukan
bagian tepi, tongkat dimiringkan sesuai dengan kemiringan cetakan.
 Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat
dan semua sisa benda uji yang jatuh disekitar cetakan harus disingkirkan.
Kemudian cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
 Balikkan cetakan dan letakkan perlahan-lahan disamping benda uji. Ukurlah
slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan dengan tinggi
rata-rata benda uji.
KELOMPOK 5A 52
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

10.6 Kesimpulan
Dari percobaan ini diperoleh benda uji mempunyai nilai slump 15,3 cm = 153 mm.
Stándar Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971) nilai slump beton segar berkisar 60 - 180 mm.
Dapat disimpulkan bahwa benda uji tersebut telah memenuhi stándar PBI 1971.

10.7 Gambar yang Terkait

KELOMPOK 5A 53
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB XI
PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON

11.1 Dasar Teori


Beton mempunyai daya tahan yang sangat besar terhadap tekan. Beton terbuat dari
bahan – bahan utama yaitu semen, pasir, air dan kerikil. Pada praktikum uji tekan beton ini
diharapkan praktikan mengetahui cara penentuan kuat tekan beton rata-rata yaitu kuat dengan
minimum 30 benda uji ( dalam praktikum ini dibuat 5 benda uji karena terbatasnya waktu
serta alat yang tersedia ). Syarat yang lain adalah dari benda uji yang ada, yang berada
dibawah standar kekuatan dibolehkan hanya 5% saja.

11.2 Maksud dan Tujuan


Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kuat tekan benda uji (beton) dengan
benda uji berbentuk kubus.

11.3 Ruang Lingkup


Pengujian ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran beton, bentuk
benda uji adalah kubus. Hasil Pengujian ini dapat digunakan dalam pekerjaan :
- Perencanaan campuran beton
- Pengendalian mutu beton dalam pelaksanaan pembetonan

11.4 Pelaksanaan
Untuk pelaksanaan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan sebagai
berikut :
a. Meletakkan benda uji pada mesin secara sentris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan.
c. Lakukan pembebanan pada benda uji sampai benda uji mengalami keretakan dan
catat beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

KELOMPOK 5A 54
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

11.5 Hasil Uji Kuat Tekan


PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON
1kN = 980,665 kg
Luas Kuat Tekan
Benda Uji Berat Volume Berat Isi Umur Beban Maksimum
Penampang 7 hari (fci) 28 hari (fci)
No kg cm² cm³ kg/cm³ hari kN kg kg/cm² kg/cm²
1 7,860 225 3375 0,002329 7 338,000 34466,408 153,184 235,668
2 8,200 225 3375 0,002430 7 343,000 34976,266 155,450 239,154
3 8,180 225 3375 0,002424 7 354,000 36097,954 160,435 246,824
4 8,080 225 3375 0,002394 7 369,000 37627,528 167,233 257,282
5 8,240 225 3375 0,002441 7 315,000 32121,061 142,760 219,631
Rata - Rata 0,002404 Jumlah 1198,559
Rata - Rata 239,712

fcm (fci-fcm)² S f"c


kg/cm² kg/cm² kg/cm² kg/cm²
239,712 16,354 13,957 211,558
239,712 0,311 13,957 216,344
239,712 50,579 13,957 216,344
239,712 308,722 13,957 216,344
239,712 403,229 13,957 216,344
Jumlah 779,195 Rata - Rata 215,387

11.6 Pembahasan
Perhitungan pada Benda Uji 1
 Dimensi benda uji adalah kubus dengan panjang sisi = 15cm
o Luas = 15 x 15 = 225 cm2
o Volume = l225 x 15 = 3375 cm3
 Berat = 7,86 kg
o Berat isi = berat : volume = 7,86 : 3375 = 0,002329 kg/cm3
o Berat isi rata-rata = 0,002404 kg/cm3
 Beban maksimum = 33800 kg

o fci (7hari) = = 33800/225= 153,184 kg/cm2

o fci (28hari) = = 338000/(225 x 0,65) = 235,668 kg/cm2

o fcm = = 1198,559/5 = 239,712 kg/cm2

KELOMPOK 5A 55
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

 Standart deviasi
S = ∑√(fci-fcm)2 / (n-1)
= √779,195 / 4
= 13,957 kg/cm2

 Kuat tekan beton karakteristik :


f’c = (fcm – (1.64 x 0,83 x K1 x S))
= (239,712 – (1,64 x 0,83 x 1.23 x 13,957))
= 216,344 kg/cm2
Keterangan :
fci = kuat tekan masing – masing benda uji (kg/cm2)
fcm = kuat tekan rata – rata benda uji (kg/cm2)
f’c = kuat tekan beton karakteristik (kg/cm2)
n = jumlah benda uji (5 buah)
S = standar deviasi
P = beban maksimum (kg)
k = faktor umur (7 hari = 0,65)
K
1 = koreksi jumlah benda uji ( 5 benda uji = 1.23 )

Tabel konversi umur terhadap umur 28 hari untuk beton normal


Umur beton (Hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen portland biasa 0.4 0.65 0.88 0.95 1 1.2 1.35
Semen portland dengan kekuatan awal tinggi 0.55 0.75 0.9 0.95 1 1.15 1.2

11.7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan uji tekan beton didapatkan nilai kuat tekan rata-rata beton
setelah dikurangi standar deviasi sebesar 216,344 kg/cm2 ternyata sesuai dengan kuat tekan
beton yang telah direncanakan sebelumnya yaitu 200 kg/cm2 . Dimana kuat tekan beton
percobaan lebih besar dari kuat tekan beton yang direncanakanan.

KELOMPOK 5A 56
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

11.8 Gambar Alat Uji Tekan

Gambar alat Uji Tekan

KELOMPOK 5A 57
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

BAB XII
PENUTUP

12.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan praktikum teknologi beton ini, diperoleh kesimpulan bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas beton yang akan diproduksi, seperti :
A. Dari segi bahan
1. Semen berpengaruh dalam kualitas dari kecepatan pengerasan beton.
2. Agregat halus :
o Gradasi, mempengaruhi kemudahan pengerjaanya.
o Kadar air , mempengaruhi perbandingan air semen.
o Lumpur , memepengaruhi kekuatan beton.
o Kebersihan , mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton.
3. Agregat kasar :
o Gradasi , mempengaruhi kekuatan beton.
o Kadar air , mempengaruhi perbandingan air semen.
o Kebersihan , mempengaruhi kekuatan dan sifat awet beton.
4. Air, kuantitasnya mempengaruhi hampir semua sifat beton sedangkan
kualitasnya mempengaruhi pengerasan.

B. Dari cara menakar dan mencampur


Dari pengujian bahan-bahan, dibuatlah suatu campuran mix design yang
didasarkan pada SNI 03-2834-2002. Dalam praktikum ini rasio proporsi aktual
dalam berat
Semen : Air : Pasir : Kerikil
1 : 0,52 : 2,462 : 2,881
Pencampuran bahan dalam praktikum ini menggunakan proporsi berat.
Didasarkan pada :
 Kadar air agregat .
 Kecepatan pencampuran bahan, sangat mempengaruhi beton yang dihasilkan.
Bahan-bahan yang terbuang selama dimasukkan dalam mesin pencampur, serta

KELOMPOK 5A 58
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

efisiensi mesin pencampurnya juga berpengaruh. Dari semua itu mempunyai


daya kemudahan pengerjaannya yang cukup, sehingga memungkinkan
pengecoran dilakukan tanpa kesulitan.

C. Dari segi cara pelaksanaan pekerjaan


Kualitas juga dipengaruhi oleh pelaksanaan praktikum. Dalam hal ini terjadi
dalam 2 kondisi yaitu:
1. Pemadatan, rongga-rongga udara dapat mempengaruhi kekuatan beton.
2. Tidak adanya perawatan setelah mengangkat beton dari cetakan.
Setelah pembuatan beton, perlu dilakukan pengujian kuat tekan, untuk
mengetahui batas beban yang mampu ditahan oleh benda uji persatuan luas.
Setelah melalui perhitungan mix design, dari percobaan dapat diketahui
bahwa kuat tekan karakteristik beton percobaan adalah 216,344 kg/cm2 ( 21,222
MPa ). Hasil ini lebih dari kuat tekan karakteristik yang disyaratkan, yaitu sebesar
200 kg/cm2 ( 19,62 Mpa ). Jadi bisa disimpulkan bahwa perhitungan mix design
yang direncanakan sesuai atau benar.

12.2 Saran
Dalam praktikum ini disarankan beberapa hal yang sebaiknya perlu diperhatikan untuk
perbaikan praktikum di tahun mendatang, yaitu :
1. Sebelum melaksanakan praktikum, diharapkan kepada mahasiswa agar mengerti
konsep dari praktikum sehingga praktikum bisa berjalan dengan baik.
2. Dalam pelaksanaan praktikum, sebaiknya mahasiswa memperhatikan petunjuk-
petunjuk yang disampaikan oleh pembimbing praktikum, agar dalam melaksanakan
praktikum tidak mengalami kesulitan.
3. Sebelum melaksanakan praktikum, sebaiknya diadakan briefing untuk pembagian
kerja kepada setiap kelompok, untuk kefektifan praktikum, baik keefektifan waktu,
maupun keefektifan kerja.
4. Pemadatan beton sebaiknya dilakukan dengan segera dan menggunakan prosedur yang
telah dijelaskan sebelumnya. Pemadatan yang kurang baik akan menghasilkan mutu
beton yang kurang baik pula.

KELOMPOK 5A 59
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

LAMPIRAN
Grafik Hubungan Kuat Tekan dan FAS
( benda uji berbentuk kubus 150 x 150 x 150 mm )

45

32

0,74

KELOMPOK 5A 60
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik Persen Pasir terhadap Kadar Total Agregat Maksimum 40 mm

45

0,63

KELOMPOK 5A 61
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

Grafik Hubungan Kadar Air Bebas dan Berat Isi Beton

2345

205

KELOMPOK 5A 62
2013 - 2014
LABORATORIUM BAHAN KONSTRUKSI
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jln. M.T. Haryono 167 Malang 65145

DAFTAR PUSTAKA

- Buku petunjuk praktikum teknologi beton


- Buku tabel harga koreksi jumlah benda uji PBI tahun 1971.
- Internet sumber peraturan standar ASTM.

KELOMPOK 5A 63
2013 - 2014

Anda mungkin juga menyukai