Anda di halaman 1dari 7

POSISI DAYA SAING DAN SPESIALISASI PERDAGANGAN LADA

INDONESIA DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI


(Studi Pada Ekspor Lada Indonesia Tahun 2009-2013)

Feira Aprilia R
Zainul Arifin
Sunarti
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
E-mail: apriliafeira@gmail.com

ABSTRACT
This study aims to determine indonesian position of competitiveness and specialization on pepper product in
2009-2013. The type of this research is quantitative descriptive and using Indonesian pepper export value in
2009-2013 as a data. The study is based on secondary data. The secondary data has been collected from
official website of Badan Pusat Statistik Indonesia, International Pepper Community, International Trade
Centre,Indonesian Ministry Of Trade and Indonesian Ministry Of Agriculture. The result of this study indicate
Indonesia has a comparative advantage in world trade, based on pepper product. RCA calculation on 2013
shows Vietnam becoming number one with RCA 44,77, Indonesia (17,26) Brazil (7,70), India (3,60), and
Malaysia (3,13).Based on the RCA calculation, Indonesia has a high competitiveness due to the RCA value >1
and Indonesia in the second position after Vietnam. While from the calculation of the ISP on 2013, Indonesia
is a eksporter country with ISP 0,98 places second after Brazil (ISP 0,99)but above Vietnam (0,73), Malaysia
(0,69) and India (0,15). Based on ISP calculation, Indonesia is a exporter country and places second after
Brazil.

Key Words: Competitiveness, Trade Specialization, Globalization

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya saing dan spesialisasi perdagangan lada Indonesia dalam
kurun waktu tahun 2009 hingga 2013. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif deskriptif. Data
penelitian adalah nilai ekspor lada Indonesia tahun 2009 hingga tahun 2013. Data yang digunakan diperoleh
dari website resmi Badan Pusat Statistik Indonesia, International Pepper Community, International Trade
Centre, Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
lada Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan dunia. Dibuktikan dengan perhitungan
RCA pada tahun 2013, RCA Indonesia (17,26) berada di atas Brazil (7,70), India (3,60), dan Malaysia (3,13)
namun di bawah Vietnam (44,77). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat di ketahui bahwa
Indonesia memiliki daya saing yang tinggi karena nilai RCA >1 dan lada Indonesia berada pada posisi kedua
tertinggi dunia di bawah Vietnam. Sedangkan dari perhitungan ISP, Indonesia merupakan negara ekportir lada
dengan nilai ISP tahun 2013 sebesar 0,98 dibawah Brazil dengan nilai ISP 0,99 namun di atas Vietnam (0,73),
Malaysia (0,69) dan India (0,15).Maka berdasarkan perhitungan ISP, dapat diketahui bahwa Indonesia
merupakan negarara eksportir lada dan merupakan negara eksportir lada kedua setelah Brazil.

Kata Kunci: Daya Saing, Spesialisasi Perdagangan, Globalisasi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
1. PENDAHULUAN Kementrian Perdagangan dan Kementrian Pertanian.
Globalisasi merupakan proses dimana negara di Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang posisi daya saing perdagangan lada Indonesia dan
terintegrasi tanpa batas teritorial negara. Proses ini mengetahui spesialisasi perdagangan lada Indonesia.
mengacu pada perkembangan masyarakat dan
perekonomian negara di seluruh dunia. Salah satu 2. TINJAUAN PUSTAKA
efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem 2.1 Perdagangan Internasional
perdagangan bebas. Perdagangan bebas berdampak Perdagangan Internasional adalah perdagangan
pada kondisi ekonomi, sosial, dan politik suatu yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan
negara (Mugiono, 2012:72). penduduk negara lain berdasarkan kesepakatan
Perdagangan bebas memungkinkan masyarakat bersama (Mugiono, 2012:72). Perdagangan
dari berbagai negara mendapatkan barang yang internasional tidak sesederhana perdagangan dalam
lebih baik dengan harga yang lebih rendah. Barang negeri, karena negara dihadapkan dengan batasan-
yang di perdagangkan dapat berupa barang dan jasa. batasan yang menghambat perdagangan seperti bea,
Jasa yang diperdagangkan seperti investasi, tarif dan kuota barang impor. Dalam perdagangan
intellectual property protection atau hak paten. internasional negara-negara dapat membuat
Perdagangan bebas merupakan perjanjian antar perjanjian atau kerja sama antar negara yang
negara dimana hambatan tarif atau non tarif tiap bertujuan untuk memperluas pasar perdagangan
negara diturunkan atau ditiadakan (Mugiono, mereka dan membuatnya lebih luas dibandingkan
2012:72). Hambatan perdagangan yang dikurangi dengan negara lain
ini berpengaruh pada persaingan yang semakin
kompetitif dan potensi transfer teknologi yang 2.2 Globalisasi
selanjutnya berakibat pada kemampuan Kata Globalisasi bertujuan untuk menjelaskan
memproduksi dan ekonomi terhadap keunggulan perkembangan ekonomi, politik, sosial, budaya dan
komparatif yang dimiliki tiap negara (Lakra, Bairwa, ideologi yang mampu menghubungkan penduduk
Meena, dan Kushwaha. 2014:107). dunia melalui pengetahuan, ide, barang, uang dan
Indonesia memiliki kekayaan alam yang manusia yang melewati batas negara (Nadrag dan
melimpah dan dikenal sebagai negara agraris. Bala. 2014:641). Kritikus melihat globalisasi
Pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang sebagai kesengajaan dan merupakan proyek dari
ekspor Indonesia dan subsektor perkebunan liberalisasi ekonomi dengan negara dan individu
merupakan subsektor potensial yang ikut berperan sebagai subjek untuk kekuatan pasar yang lebih
dalam meningkatkan nilai ekspor komoditas besar (Nadrag dan Bala. 2014:643). Negara yang
pertanian di Indonesia. Salah satu komoditas tidak punya kemampuan bersaing di pasar dunia,
potensial pada sektor perkebunan yang memiliki ekspornya tidak akan berkembang dan impornya
potensi pasar yang cukup luas, terutama di pasar akan semakin meningkat sehingga akan
dunia adalah lada (Kania, 2012:2). menghambat pertumbuhan ekonomi dan masalah
Produk lada unggulan Indonesia dikenal dengan kemiskinan menjadi semakin serius.
sebutan lampung black pepper untuk lada hitam dan
muntok white pepper untuk lada putih. Produksi 2.3 Daya Saing
lada putih Indonesia berpusat di Provinsi Bangka Keberhasilan perdagangan internasional suatu
Belitung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi dan negara dapat dilihat dari daya saingnya. Daya saing
lada hitam di Provinsi Lampung dan Kalimantan merupakan konsep umum yang digunakan untuk
Timur. Sebagian besar produksi lada dunia merujuk pada komitmen persaingan pasar terhadap
diproduksi oleh Vietnam, Indonesia, Brazil, India keberhasilan suatu negara dalam persaingan
dan Malaysia. Kelima negara ini tergabung dalam internasional (Bustami dan Hidayat, 2013:56). Daya
komunitas produsen lada dunia atau International saing merupakan posisi relatif suatu organisasi atau
Pepper Community (IPC). negara dibandingkan dengan yang lain.negara
Penelitian ini dilakukan di Indonesia. Objek memiliki peranan yang sangat penting dalam
penelitian adalah posisi daya saing dan spesialisasi meningkatkan daya saing dengan membuat
perdagangan komoditas lada Indonesia pada tahun kebijakan ekonomi atau politik yang
2009-2013 dengan Vietnam, Brazil, India dan menguntungkan.
Malaysia sebagai pembanding. Data yang
digunakan diperoleh dari website resmi Badan Pusat
Statistik Indonesia, International Pepper
Community, International Trade Centre,
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 2
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
2.4 RCA dan ISP 3. METODE PENELITIAN
2.4.1 RCA 3.1 Jenis Penelitian
Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian
metode yang digunakan sebagai alat ukur daya kuantitatif deskriptif yang dilakukan untuk
saing komoditas ekspor suatu negara dan untuk memberikan gambaran mengenai suatu gejala atau
melihat komoditas mana yang berdaya saing lemah fenomena dan hasil dari penelitian ini yang
dan komoditas mana yang berdaya saing kuat. RCA kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil
merupakan metode dengan dasar pemikiran bahwa kesimpulannya.
kinerja ekspor suatu negara sangat ditentukan
tingkat daya saing relatifnya terhadap produk serupa 3.2 Lokasi Penelitian
buatan negara lain, metode ini dikenalkan oleh Bela Penelitian ini dilakukan di Indonesia. Objek
Balassa, metode Balassa ini kemudian dikenal penelitian adalah posisi daya saing dan spesialisasi
dengan Balassa RCA Index. perdagangan komoditas lada Indonesia pada tahun
Indeks RCA menunjukan perbandingan pangsa 2009-2013 dengan Vietnam, Brazil, India dan
ekspor komoditas di suatu negara yang Malaysia sebagai pembanding dengan
dibandingkan dengan pangsa ekspor komoditas pertimbangan negara tersebut merupakan negara
yang sama dari seluruh dunia. Indeks ini produsen lada dunia berdasarkan data dari Food and
menunjukkan keunggulan komparatif atau daya Agriculture Organization (FAO).
saing suatu negara tertentu dengan asumsi (cateris
paribus) bahwa faktor-faktor lain yang 3.3 Variabel Penelitian
mempengaruhi pertumbuhan ekspor tetap tidak Variabel dalam penelitian ini adalah:
berubah (Bustami dan Hidayat, 2013:58). Dalam 1. Posisi daya saing lada indonesia
perhitungan RCA apabila hasilnya menunjukkan 2. Spesialisasi perdagangan lada indonesia
angka komoditas yang lebih besar dari 1, maka Perhitungan daya saing dalam penilitian ini
negara tersebut memiliki keunggulan komparatif. menggunakan nilai ekspor lada Indonesia tahun
Sebaliknya apabila hasilnya lebih kecil dari 1 maka 2009 hingga 2013. Dengan negara Vietnam, Brazil,
keunggulan komparatifnya rendah atau di bawah India dan Malaysia sebagai pembanding. Posisi
rata-rata dunia (kemenkeu.go.id). daya saing lada indonesia dapat diukur dengan
menggunakan metode analisis Revealed
2.4.2 ISP Comparative Advantage (RCA). RCA digunakan
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan untuk mengetahui keunggulan komparatif indonesia
indeks yang digunakan untuk menghitung atas produksi dan ekspor lada. Sedangkan Indeks
spesialisasi perdagangan suatu negara. ISP Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk
menganalisis posisi atau tahapan perkembangan mengukur spesialisasi perdagangan lada Indonesia
suatu komoditas dengan menggambarkan apakah dan mengetahui posisi indonesia sebagai negara
untuk suatu komoditas, posisi Indonesia cenderung pengekspor atau pengimpor komoditi lada dunia.
menjadi negara eksportir atau importir
(kemenkeu.go.id). ISP merupakan perbandingan 3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data
antara selisih nilai bersih perdagangan dengan nilai Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik
total perdagangan dari suatu negara. Indeks pengumpulan data dokumentasi pada lembaga
Spesialisasi Perdagangan (ISP) digunakan untuk seperti Kementrian Keuangan, International Pepper
menganalisis posisi atau tahapan perkembangan Community (IPC), Badan Pusat Statistik (BPS),
suatu produk (Wulandari, 2013:4). Kementrian Perdagangan, Kementrian Pertanian
Nilai indeks ini adalah antara 0 dan 1. Jika nilai dan International Trade Centre (ITC).
positif (diatas 0 sampai dengan 1), maka komoditi
3.5 Teknik Analisis Data
tersebut memiliki daya saing yang tinggi atau
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian
negara/wilayah bersangkutan cenderung sebagai
ini adalah dengan metode kuantitatif deskriptif,
negara pengekspor dari komoditi tersebut.
yakni dengan melakukan:
Sebaliknya, jika nilainya negatif (dibawah 0 hingga
1. Melakukan pengukuran dengan menggunakan
-1) daya saing rendah atau cenderung sebagai
rumus sebagai berikut.
pengimpor (Safriansyah, 2010:328).
a. Revealed Comparative Advantage
(RCA)
RCA = (XIK/XIM)/(XWK/XWM)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan Sesuai dengan buku Teknologi Budidaya lada yang
(ISP) di terbitkan oleh Badan Penelitian dan
ISP = (XIa – MIa)/(XIa + MIa) Pengembangan Pertanian, Kementrian Pertanian
2. Menganalisis dan menginterptretasikan hasil (2008:2) tanaman ini akan mulai berproduksi pada
penelitian. usia 2 sampai 5 tahun. Membutuhkan udara yang
3. Pembahasan dari setiap pengukuran hangat dan lembab dengan curah hujan 1000-3000
berdasarkan analisis yang dilakukan dengan mm per tahun, merata sepanjang tahun dengan hari
rumus RCA dan ISP. hujan 110-170 hari per tahun. Musim kemarau 2-3
bulan per tahun dengan kelembaban udara 63-98%
3.6 Revealed Comparative Advantage (RCA) selama musim hujan. Suhu maksimum 35o C dan
Dalam perhitungan RCA jika hasil menunjukkan suhu minimum 20o C. Lada membutuhkan tanaman
angka komoditas lebih dari 1, maka negara dinilai peneduh untuk tumbuh dengan baik, biasanya lada
memiliki keunggulan komparatif, sebaliknya jika ditanam dengan tanaman lain seperti kelapa,
hasil menunjukkan lebih kecil dari 1 maka mangga, belimbing, dsb.
keunggulan komparatifnya rendah atau dibawah
rata-rata dunia. 4.2 Pemasaran Lada
IPC dalam Pepper Production Guide For Asia and
Rumus RCA sebagai berikut: The Pasific menyatakan bahwa alur pemasaran
RCA = (XIK/XIM)/(XWK/XWM) setiap negara berbeda dalam struktur, kompleksitas
Dimana: dan efisiensi. Di India para perantara utama dalam
XIK= nilai ekspor produk I negara K perdagangan lada adalah pedagang di desa,
XIM= total nilai ekspor negara K upcountry wholeselers, agen pemerintah, brokers,
XWK= nilai ekspor produk I dunia eksportir dan wholeselers domestik. Di Indonesia,
XWM= total nilai ekspor dunia lada yang siap dipasarkan akan sampai ke tangan
eksportir setelah melewati beberapa level pedagang.
3.7 Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) Dimulai dari pedagang desa yang membeli lada
Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) merupakan langsung dari petani, pedagang pada tingkat
metode umum yang digunakan sebagai alat ukur kecamatan, dan pedagang tingkat kabupaten. Di
tingkat daya saing. Indeks ini digunakan untuk Malaysia, alur perdagangan di mulai dari produsen
melihat apakah suatu jenis produk di suatu negara lada atau petani lada yang selanjutnya di
cenderung menjadikan negara eksportir atau perdagangkan melalui organisasi petani lada,
menjadi negara importir (Bustami dan Hidayat, pepper marketing board, pedagang pada level dua,
2013:59). pengepul atau langsung pada eksportir.
Ketentuan dari indeks ISP adalah antara 1 dan +1,
jika nilainya positif (diatas 0 hingga dengan 1),
maka produk I mempunyai daya saing yang kuat
dan negara tersebut memiliki potensi dalam
melakukan ekspor produk tersebut. Begitu juga
sebaliknya jika nilai indeks ISP negatif (dibawah 0
hingga -1) maka produk I tidak mempunyai daya
saing, dan negara tersebut cenderung sebagai negara
pengimpor.

Indeks ISP dirumuskan sebagai berikut :


ISP = (XIa – MIa)/(XIa + MIa)
Dimana:
Gambar 1. Alur perdagangan lada di Malaysia
XIa = nilai ekspor produk I disuatu negara Sumber : ipcnet.org. 2014
MIa = nilai impor produk I disuatu Negara
4.3 Perkembangan Ekspor Lada Lima Negara
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Produsen Lada Dunia
4.1 Gambaran Umum Lada Ekspor lada dunia mengalami kenaikan tiap
Lada (Piper Ningrum L) merupakan buah dari tahunnya, dibuktikan pada tahun 2009 lada dunia
tanaman lada yang dikeringkan. Tanaman ini tercatat senilai 803 juta US$ dan terus mengalami
tergolong tanaman yang dapat berproduksi hingga peningkatan hingga tahun 2013 senilai 1.927 juta
lama, usia tumbuhan lada dapat mencapai 40 tahun. US$. Namun lain halnya dengan kelima negara ini.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Pada tahun 2009 Vietnam sebesar 310 juta US$ dan 4.5 Hasil Analisis RCA Komoditas Lada
meningkat hingga tahun 2012 senilai 688 juta US$, Nilai RCA Vietnam pada tahun 2009 sebesar 83,29
namun mengalami penurunan pada tahun 2013 menurun dan tahun 2013 nilai RCA hanya sebesar
dengan nilai ekspor lada 665 juta US$. Indonesia di 44,77. NilaiRCA Vietnam yang tinggi
tahun yang sama mengalami penurunan ekspor menunjukkan bahwa Vietnam memiliki keunggulan
dengan nilai ekspor lada sebesar 338 juta US$. Hal komparatif tinggi jika di bandingkan dengan negara
ini berbeda, jika dibandingkan dengan Brazil, India lainnya. Sedangkan Indonesia berada di peringkat
dan Malaysia yang justru mengalami peningkatan kedua setelah Vietnam dengan nilai RCA Indonesia
nilai ekspor di tahun 2013dengan nilai ekspor pada tahun 2009 sebesar 18,40 dan mengalami
masing-masing negara 200 juta US$, 130 juta US$, fluktuasi hingga tahun 2013 dengan nilai RCA
dan 77 juta US$. 17,26. Namun Indonesia masih lebih unggul jika
dibandingkan dengan Brazil, India dan
Malaysia.Nilai RCA Brazil pada tahun 2009 sebesar
9,20 dan pada tahun 2013 sebesar 7,70. Nilai RCA
India pada tahun 2009 sebesar 4,32 dan pada tahun
2013 nilai RCA sebesar 3,60. Nilai RCA Malaysia
pada tahun 2009 sebesar 3,51 dan pada 2013 sebesar
3,13.

Gambar 2. Ekspor Lada Lima Negara, dalam juta


US$
Sumber: trademap.org. 2014

4.4 Perkembangan Lada Indonesia


Sentra produksi lada hitam Indonesia (Lampung Gambar 3. Analisis RCA lima negara produsen lada
Black Pepper) terdapat di daerah Lampung dan Sumber: trademap.org. 2014
Kalimantan Timur, sedangkan untuk lada putih
(Muntok White Pepper) terdapat di daerah Bangka Dari data di atas dapat diketahui bahwa Vietnam
Belitung, Kalimantan Tengah dan Sulawesi. merupakan negara produsen lada dengan nilai RCA
Banyak dari petani lada mengkonversi lahan tertinggi, disusul Indonesia, Brazil, India dan
perkebunan lada mereka dan mengalihfungsikan Malaysia. Nilai RCA yang tinggi mengindikasikan
lahan mereka untuk perkebunan kelapa sawit atau tingkat daya saing suatu negara atas produk yang di
tanaman perkebunan lain yang dianggap lebih produksinya. Dengan demikian, berdasarkan
menguntungkan. Pemerintah telah mengeluarkan analisis RCA dapat disimpulkan bahwa daya saing
kebijakan untuk memunculkan ketertarikan kembali lada Indonesia berada pada urutan kedua tertinggi di
petani untuk menanam lada. Dengan membentuk dunia.
koperasi petani lada, penyediaan dan subsidi bibit
unggul, melakukan riset dan pengembangan 4.5 Hasil Analisis ISP Komoditas Lada
teknologi, sehingga produktivitas lada Indonesia Hasil perhitungan ISP lada lima negara utama
tetap terjamin kualitas serta tidak bergantung pada produsen lada menunjukkan bahwa Brazil dan
cuaca dalam prosesnya. Indonesia merupakan negara dengan Indeks
Indonesia sebagai negara produsen lada dunia Spesialisasi Perdagangan (ISP) tertinggi jika
dituntut untuk mampu memenuhi permintaan lada dibandingkan dengan negara lain. Kedua negara
dunia yang terus meningkat. Hal ini di dukung oleh tersebut sejak tahun 2009 hingga 2013, terhitung
produksi lada Indonesia meningkat setiap tahunnya. memiliki nilai ISP 1 dan hampir 1. Dimana produk
Produksi lada Indonesia mengalami kenaikan. yang dihasilkan termasuk dalam golongan produk
Kenaikan produksi lada ini di dorong oleh berbagai yang memiliki daya saing yang sangat kuat dan
faktor, salah satunya adalah karena para petani termasuk dalam golongan produk yang sudah dalam
mulai menggunakan bibit unggul sebagai bibit tahap kematangan.
tanaman mereka.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tradisional dan mengalami penurunan
produktivitas karena kekeringan, penyakit
pada tanaman dan konversi areal perkebunan
lada. Berdasarkan hasil dari perhitungan RCA
di atas Vietnam menjadi pesaing utama
Indonesia dalam perdagangan lada
internasional sedangkan Brazil, India, dan
Malaysia merupakan pesaing potensial.
2. Dilihat dari nilai Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP) Indonesia menjadi negara
pengekspor lada, berdasarkan perhitungan
ISP tahun 2013, nilai ISP Indonesia sebesar
0,98. Hal ini menunjukkan bahwa komoditas
Gambar 4. Nilai ISP Lima Negara Produsen Lada lada Indonesia berada dalam tahap
Dunia. pematangan dalam perdagangan dunia atau
Sumber: trademap.org. 2014 memiliki daya saing yang sangat kuat. Nilai
ISP indonesia tahun 2013 di atas Vietnam
Indonesia mendapatkan nilai ISP hampir 1, hal ini (0,73),Malaysia (0,67), dan India (0,15)
dapat terjadi karena ekspor lada Indonesia namun dibawah Brazil (0,99).
cenderung mengalami peningkatan. nilai ISP
berfluktuasi namun Vietnam, Malaysia dan India 5.2 Saran
berada pada peringkat tiga, empat dan lima. Dari kesimpulan penelitian dapat diajukan beberapa
Vietnam mengalami penurunan nilai, dengan nilai langkah sebagai saran. Adapun saran yang diajukan
ISP 0,68 nilai ini merupakan terendah pada tahun adalah sebagai berikut.
2010. India mengalami penurunan nilai ISP pada 1. Bagi para produsen lada diharapkan mampu
tahun 2012 sebesar -0,06 dimana tahun 2011 nilai meningkatkan produksidan ekspor lada
ISP terhitung sebesar 0,3. Namun telah mengalami nasional karena Indonesia merupakan negara
peningkatan signifikan dengan nilai ISP 0,15 pada eksportir lada, melalui dukungandari
2013. pemerintah yang telah mengembangkan bibit
lada unggul dankebijakan lain yang mampu
5. KESIMPULAN DAN SARAN mendorong produktivitas serta ekspor lada
5.1 Kesimpulan sehingga posisi daya saing Indonesia semakin
Dari hasil penelitian dan pembahasan dengan meningkat.
menggunakan metode RCA dan ISP maka dapat 2. Pemerintah diharapkan terus memberikan
ditarik kesimpulan sebagai berikut. dukungan kepada petani lada sehingga
1. Komoditi Indonesia memiliki keunggulan memunculkan ketertarikan para petani untuk
komparatif dalam perdagangan lada. Di kembali memproduksi lada agarproduktivitas
buktikan dengan nilai Revealed Comparative lada dalam negeri meningkat. Sehingga impor
Advantage (RCA) Indonesia pada tahun 2013 lada Indonesia dapat di tekan se-minimal
sebesar 17,26 diatas Brazil (7,70), India (3,60), mungkin. Pemerintah juga diharapkan untuk
Malaysia (3,13) namun masih dibawah membuat peraturan lain yang mampu
Vietnam (44,77). Indonesia memiliki meningkatkan produksi lada dalam negeri.
keunggulan komparatif namun daya saing
Indonesia masih dibawah negara Vietnam DAFTAR PUSTAKA
yang menjadi negara produsen lada terbesar Mugiono. 2012. Strategi Memasuki Pasar China
didunia. Posisi Indonesia berada di bawah (studi perdagangan internasional provinsi jawa
negara Vietnam dikarenakan pada tahun 2001, timur). Jurnal Aplikasi Manajemen, 10(1): 71
Vietnam mulai mengintensifkan produksi 84
lada-nya dengan siap memberikan subsidi
kepada petani lada. Lakra, K., Bairwa, S.L., Meena, L. dan Kushwaha,
Dengan peng-intensifan produksi lada oleh S. 2014. Comparative Advantage in Export of
pemerintah Vietnam, hingga tahun 2013 Major Agricultural Commodities in India: A
Vietnam masih menjadi produsen lada Post-reforms Analysis. Economic Affairs, 59(2):
terbesar di dunia. sedangkan di Indonesia 107 116
produksi lada masih di lakukan secara
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 6
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Kania, R. 2012. ‘Analisis Daya Saing Ekspor Lada
Indonesia di Pasar Internasional’. Universitas
Siliwangi, Tasikmalaya.
Nadrac, L dan Bala, M. 2014. A Study Of The Term
Globalisation. Linguistic and Philosophical
Investigations,13(1): 641 649
Bustami, B. R. dan Hidayat, P. 2013. Analisis Daya
Saing Produk Ekspor Provinsi Sumatra Utara.
Jurnal Ekonomi dan Keuagan, 2(1): 56 71
2014. list of exporter for the selected product.
International Trade Center, diakses 26 Oktober
2014 dari www.trademap.org
Wulandari, R. A. 2013. Analisis Daya Saing
Industri Pulp dan Kertas Indonesia di Pasar
Internasional. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Safriansyah. 2010. Laju Pertumbuhan dan Analisa
Daya Saing Ekspor Unggulan di Propinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 2(8): 327 344

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 27 No. 2 Oktober 2015| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai