MUTU
GOALS
SETTING
BIAYA WAKTU
LATAR BELAKANG
No 8T Alat Kendali
1. Tepat Mutu Sistem Manajemen Mutu
RMU ( rencana mutu unit) oleh ES I dan ES II
RMP ( rencana mutu pelaksanaan ) oleh
kasatker dan PPK
RMK (rencana mutu kontrak) oleh penyedia
jasa (kontraktor & konsultan)
Spesifikasi Teknis, Hasil test lab./ lap.
2. Tepat Waktu Bar chart, S-curve, Network Planning, CPM
3. Tepat Biaya Manajemen Keuangan, DIPA, DPA, PO, DKH,
CCO, VO
4. Tepat Aturan UU, PP, Perpres, Permen, Dokumen Kontrak,
dll
5. Tepat Lingkungan AMDAL, UKL/UPL
6. Tepat Keamanan Dokumen K3 (Keamanan & Keselamatan Kerja)
7. Tepat Manfaat Hasil Pengamatan
8. Tepat Fungsi Hasil Pengamatan (Hasil Uji)
RUMUSAN MASALAH
Persiapan kerja merupakan kegiatan mutlak yang harus dilakukan, hal ini untuk
menghindari kesalahan dalam memperkirakan kondisi lapangan pekerjaan. Karena
lokasi pekerjaan dalam PTM mempunyai sifat yang unik dimana lokasi pekerjaan dan
karakteristik pekerjaan tidak pernah ada yang sama. Pekerjaan ini berkaiatan erat
dengan keadaan lingkungan tempat lokasi pekerjaan itu berada, baik yang bersifat
fisik atau keadaan alamnya /geografis dan yang tak kalah pentingnya adalah
permasalahan yang berkaitan dengan keadaan sosial lingkungan dan infra struktur
yang tersedia. Bila kondisi sosial lingkungan baik, infra struktur lengkap maka
memang tidak ada permasalahan. Namun yang perlu dijaga adalah bila keadaan yang
terjadi sebaliknya, dimana masyarakat kurang menerima dengan baik kehadiran
proyek tersebut, infra struktur yang tidak lengkap, lokasi berada ditengah-tengah
pedalaman. Hal ini akan menjadi permasalahan serius yang harus dipikirkan sejak
awal.
Tahapan-tahapan kerja awal sebelum melakukan pekerjaan pemindahan tanah secara
mekanis adalah:
Survey lapangan yang dimaksud, guna menghimpun data-data lapangan secara actual dilokasi
dimana pekerjaan akan dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam survey lapangan itu antara
lain:
1. Keadaan Lapangan, yang meliputi:
• Keadaan tanam-tanaman (vegetasi), antara lain : jenis pohon, diameter batang, struktur
akarnya, kerapatan pohon dan lain-lain.
• Keadaan tanah, jenis tanah, kekerasan tanah, struktur lapisan tanah, kelandaian atau
ketinggian tanah dan lain-lain.
• Keadaan curah hujan.
• Topografi permukaan tanah.
• Volume dan luas daerah cakupan pekerjaan
2. Kondisi Tenaga Kerja, yang meliputi:
• Keadaan Tenaga Kerja setempat, lualitas dan kuantitas.
• Kondisi kemampuan kerja perusahaan dalam bidang pekerjaan sipil, bahan bangunan,
peralatan pendukung dan lain-lain.
• Kemampuan logistic, suplai bahan makanan, bahan bakar minyak, pelumas, suku cadang dan
kebutuhan hidup sehari-hari
3. Kondisi Transportasi dan Akomodasi, yang meliputi:
• Kondisi dan kemampuan jalan yang ada berkaitann dengan pelaksanaan mobilisasi, meliputi;
a) kelas jalan, b) kelas jembatan, c) tanjakan dan d) tikungan.
• Peta lokasi daerah tujuan akhir peralatan dan material.
• Pengiriman berita (komunikasi).
• Lokasi kerja, dekat atau jauh dari permukiman dan kondisi lingkungan dan lain-lain yang
berhubungan dengan kelancaran pekerjaan
Berdasarkan hasil survey lapangan, maka dibuatlah rencana kerja yang akan menjadi
acuan kerja yang meliputi :
• Persiapan Kerja.
• Struktur Organisasi Proyek.
• Penentuan Metode dan Prosedur Kerja.
• Jadwal Kerja (Time Schedule).
• Penentuan Jenis, type dan kombinasi peralatan yang dipergunakan.
• Penentuan junlah alat-alat berat dan tenaga kerja yang akan digunakan.
• Sistem logistic dan maintenance.
Factor-faktor yang juga sebaiknya diperhatikan:
• Keadaan medan.
• Keadaan tanah.
• Pengaruh keadaan lingkungan.
• Spesifikasi pekerjaan.
• Volume pekerjaan yang diisyaratkan.
• Biaya operasi pelaksanaan pekerjaan dan alat berat serendah mungkin.
• Prosedur pengoperasian alat dan pemeliharaan/maintenance yang mudah dan
sederhana.
• Umur pemakaian alat.
• Undang-undang perburuhan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
• Peraturan, perijinan yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukan.
Mengidentifikasi volume pekerjaan pembersihan lahan (land clearing) perlu informasi data dari hasil
survey lokasi, yang meliputi:
• Keadaan tanam-tanaman (vegetasi), antara lain : jenis pohon, diameter batang, struktur
akarnya, kerapatan pohon dan lain-lain.
• Keadaan tanah, jenis tanah, kekerasan tanah, struktur lapisan tanah, kelandaian atau
ketinggian tanah dan lain-lain.
• Keadaan curah hujan.
• Topografi permukaan tanah.
• Volume dan luas daerah cakupan pekerjaan
Contoh:
Berdasarkan hasil survey diketahui keadaan lahan dilokasi
1. Luas lahan 1000 m2
• Keadaan tanaman:
a. Jenis pohon sengon
b. Diameter rata-rata pohon 20 cm
c. Kerapatan pohon 5m
• Keadaan tanah:
a. Kondisi permukaan tanah berbukit, rata-rata kemiringan tanah: 5%
b. Jenis tanah: tanah campur kerikil
asli → lepas = 1,18
asli → padat = 1,08
lepas → padat = 0,91
Pembagian klasifikasi yang digunakan saat ini umumnya dibedakan atas ukuran dan sifat
plastisitasnya, seperti klasifikasi yang dilakukan pada system Unified dan klasifikasi AASHTO.
Dalam pekerjaan pemindahan tanah, perencana/pelaksana perlu memperhatikan 5 (lima) jenis tanah
yaitu : kerikil, pasir, lumpur, lempung, bahan organic dan gabungan dari jenis ini.
Masing-masing mempunyai karakteristik sebagai berikut (Peurifoy, 1985) :
1. Kerikil (Gravel) adalah bahan seperti batuan berukuran lebih besar dari 0,6 mm dan lebih kecil
dari 25,4 mm. bahan yang berukuran lebih besar dari 25,4 mm biasanya disebut batu.
2. Pasir (Sand) adalah batuan yang hancur, dan ukuran butirannya bervariasi dari 0,05 mm sampai
yang sebesar kerikil. Pasir dapat digolongkan sebagai pasir halus dan kasar tergantung dari
ukuran butirannya. Pasir merupakan bahan yang lepas dan tidak kohesif, sehingga kekuatannya
tidak dipengaruhi kadar kelembabannya.
3. Lanau (Silt) adalah pasir yang sangat halus berukuran antara 0,005 mm – 0,05 mm. Lumpur
merupakan bahan yang tidak kohesif dan kekuatannya sangat ke cil. Bahan ini sangat sukar
dipadatkan.
4. Lempung (Clay) adalah bahan kohesif yang berukuran mikroskopik, yaitu kurang dari 0,005 mm.
Kohesi antara butir-butir memiliki kekuatan yang sangat besar pada saat lempung kering.
Lempung terutama yang memiliki Indeks Plastisitas > 35 memiliki kembang susut yang cukup
besar akibat dari perubahan kelembabannya. Lempung akan memiliki tambahan kekuatan yang
sangat besar bila digabung dengan tanah berbutir.
5. Bahan Organic yaitu bahan yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang telah lapuk dan
hancur. Bahan-bahan ini memiliki daya dukung yang kecil atau tidak ada sama sekali sehingga
harus dihilangkan, diganti atau diperbaiki jika tanah akan digunakan untuk keperluan
konstruksi.
Dalam keadaan sebenarnya sangat jarang dijumpai tanah dalam keadaan memiliki sifat-sifat yang
diperlukan, sehingga pada pekerjaan penimbunan kadang-kadang diperlukan pencampuran beberapa
jenis tanah untuk mendapatkan sifat-sifat yang dikehendaki
LANDASAN TEORI
Kondisi lepas (Loose Cubic Meter/LCM), yaitu kondisi tanah sesudah mengalami
gangguan atau telah tergali, misalnya keadaan tanah didepan dozer blade, diatas
dumptruck dan dalam bucket. Tanah yang telah tergali dari tempat asalnya ini akan
mengalami perubahan volume, yaitu mengalami pengembangan. Hal ini diakibatkan oleh
adanya penambahan rongga udara butir-butir tanah, sehingga volumenya bertambah
besar. Besarnya penambahan volume tergantung dari factor kembang tanah (swelling
factor) yang besarnya dipengaruhi oleh jenis tanah. Volume dalam keadaan lepas dapat
dihitung dengan persamaan 1: LCM = BCM + (% SWELL x BCM ). (1)
Dimana: LCM : volume dalam kondisi lepas (m³)
BCM : volume dalam kondisi asli ( m³)
SWELL: factor kembang tanah (%)
Kondisi padat (solid measure /SM), yaitu keadaan tanah setelah ditimbun kembali
dan diadakan usaha pemadatan. Pada keadaan ini tanah mengalami proses
pemampatan sehingga volumenya menyusut tanpa mengalami perubahan berat.
Perubahan volume pada keadaan ini terjadi karena adanya penyusutan rongga udara
diantara partikel-partikel tanah tersebut. Besarnya volume dalam keadaan padat ini
tergantung dari jenis tanah, kadar airtanah dan usaha pemadatan.
Dalam perhitungan produksi, tanah yang digusur, dimuat dan digelar adalah dalam
kondisi lepas. Untuk menghitung perubahan volume pada kondisi lepas dari bentuk
aslinya atau ke padat setelah dipadatkan perlu dikalikan factor kembang maupun
factor susut. Nilai dan factor-faktor itu dapat dicari dengan menggunakan
persamaan 2 dan persamaan 3.
(2)
(3)
Dimana:
Sw = factor kembang (%)
Sh = factor susut (%)
B = kerapatan tanah asli (kg/m³)
L = kerapatan tanah lepas (kg/m³)
C = kerapatan tanah padat (kg/m³) Sunber:
Rochmanhadi (1992)
LANDASAN TEORI
KETERANGAN:
(A) :Tanah asli
(B) : Tanah lepas
(C) : Tanah padat