Bab Ii
Bab Ii
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Gastroenteritis merupakan penyakit umum yang mengenai segala usia di
seluruh dunia. Penyakit ini merupakan kausa pertama kematian di negara-negara
yang sedang berkembang, menimbulkan sekitar 2 juta kematian setiap tahun, dan
menjadi penyebab 10-12% rawat-inap untuk di negara-negara industri, termasuk
Amerika Serikat. Orang berusia lanjut, khususnya yang mengidap penyakit berat,
juga berisiko mengalami penyulit parah dan kematian akibat gastroenteritis. Pada
orang dewasa muda yang sehat, gastroenteritis jarang mematikan tetapi
menimbulkan biaya medis dan sosial substansial, termasuk hilangnya waktu
bekerja (Parashar dan Glass, 2014).
Di Amerika Serikat, orangtua memiliki risiko kematian tertinggi dari
gastroenteritis. Centers for disease control and prevention (CDC) melaporkan
kematian lebih dari dua kali lipat di Amerika Serikat, meningkat 17.000 pada
tahun 2007 dari sekitar 7000 pada tahun 1999. Dewasa berusia diatas 65 tahun
menyumbang 83% dari kematian. Clostridium difficile (C difficile) dan norovirus
adalah penyebab infeksi yang paling umum kematian pada gastroenteritis
(Tablang, 2014).
Pada orang dewasa, diperkirakan 179 juta kasus gastroenteritis terjadi
setiap tahunnya, dengan angka rawat inap 500.000 dan lebih dari 5000 mengalami
kematian (Al-Thani et al., 2013).
Secara umum, negara-negara berkembang memiliki angka rawat inap yang
lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Ini mungkin disebabkan
fakta bahwa di negara-negara maju memiliki status gizi yang lebih baik dan
layanan kesehatan primer yang lebih baik (Chow et al., 2010).
Di Indonesia pada tahun 2008 diare dan gastroenteritis oleh penyebab
infeksi tertentu masih menduduki peringkat pertama penyakit terbanyak pada
pasien rawat inap di Indonesia yaitu sebanyak 200.412 kasus (Kemenkes RI,
2011).
Tabel 2.1 sepuluh peringkat pertama pasien rawat inap di RS di Indonesia tahun
2008.
No Golongan sebab sakit Jumlah pasien %
1 Diare dan gasroenteritis oleh penyebab infeksi 200.412 8,23
tertentu
2 Demam berdarah dengue 90,466 3,72
3 Demam tifoid dan paratifoid 85,431 3,51
4 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya. 76,012 3,12
5 Cedera intrakranial 55,344 2,27
6 Penumonia 45,180 1,86
7 Malaria 42,704 1,76
8 Dispepsia 42,768 1,75
9 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 40,768 1,67
10 Hipertensi essensial (primer) 40,321 1,66
2.3. Etiologi
Lebih dari 90% gastroenteritis akut disebabkan oleh karena infeksi,
sedangkan sekitar 10% karena sebab-sebab lain, antara lain obat-obatan, bahan-
bahan toksik, iskemik dan sebagainya.
2.3.1. Bakteri : Escherichia coli, Salmonella typhi, Salmonella parathypi A/B/C,
Salmonella spp, Shigella dysentriae, Shigella flexineri, Vibrio cholerae 01
dan 0139, Vibrio cholerae non 01, Vibrio parachemolyticus, Clostridium
perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni, Staphyllococcus spp,
streptococcus spp, Yersinia intestinalis, Coccidosis.
2.3.2. Parasit :
1. Protozoa : Entamoeba hystilitica, Giardia lamblia,
Trichomonas hominis, Isospora sp
2. Cacing : Ascaris lumbricoides, Ascaris duodenale, Nematoda
americanus, Tania trichiura, Tania saginata, Tania sollium.
2.3.3. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus.
Pola mikroorganisme penyebab diare berbeda-beda berdasarkan umur,
tempat dan waktu. Di negara maju penyebab paling sering Norwalk virus,
holicobacter jejuni, salmonella sp, clostridium difficile, sedangkan penyebab
paling sering dinegara berkembang adalah Enterotoxicgenic Escherichia coli
(ETEC), rotavirus dan V. Cholerae (setiawan, 2014).
2.3.4. Faktor makanan
a. Malabsorbsi
- Malabsorbsi karbohidrat
- Malabsorbsi protein
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi vitamin dan mineral
- Insufisiensi pankreas
- Pertumbuhan bakteri berlebihan
(Graber et al., 2006)
b. Keracunan makanan
Bacterial food poisoning atau kerancunan makanan oleh bakteri
adalah penyakit gastroenteritis akut yang dapat terjadi setiap saat
terutama di Indonesia dan dapat dikategorikan sebagai kejadian luar
biasa. Hal ini disebabkan oleh makanan yang terkontaminasi oleh
bakteri hidup atau oleh toksin yang dihasilkannya, makanan basi,
beracun, alergi terhadap makanan (Chandra, 2013).
2.4. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya gastroenteritis akut adalah masuknya masuknya
bakteri atau toksin (Salmonella E. coli), virus dan parasit (Giardia lambia).
Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel,
memproduksi enterotoksin atau sitotoksin penyebab dimana merusak sel-sel, atau
melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa
melalui fekal oral dari satu orang ke yang lainnya (Suharyono, 2012).
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (
makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam
rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus halus, sehingga
sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan motilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu
sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosismetabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi (Diskin dan
Alvarez, 2015).
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi :
- Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang
menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia.
- Gangguan sirkulasi darah dapat berupa rejatan hipovolemik dengan
atau tanpa disertai dengan muntah, perfusi jaringan berkurang
sehingga hipoksia dan asidosis metabolik bertambah berat,
kesadaran menurun dan bila tidak cepat diatasi penderita dapat
meninggal.
- Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan
karena diare dan muntah
- Hipoglikemia (Suharyono, 2012).
2.5.4. Demam
Demam merupakan respon fisiologis dimana suhu tubuh meningkat
diatas nilai normal akibat pengaturan pada sel point di hipotalamus.
Demam terjadi karena pengaruh pirogen eksogen. Kuman penyebab
infeksi dan zat hasil pemecahannya atau toksin yang dihasilkannya
adalah pemicu demam tersering. Molekul lain, seperti kompleks imun
dan produk limfosit juga bisa menimbulkan respon demam (Davey,
2006).
Mekanisme terjadinya demam :
PENINGKATAN SEL
POINT HIPOTALAMUS PRODUKSI PANAS DEMAM
2.7. Komplikasi
2.7.1. Dehidrasi
Dehidrasi adalah komplikasi paling sering terjadi pada penderita
gastroenteritis.
Penentuan derajat dehidrasi :
2.7.4. Hipoglikemia
Gejala-gejala hipoglikemia berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor,
berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma. Hipoglikemia sering terjadi pada
orang yang sebelumnya mengalami malnutrisi. Hipoglikemia dapat
mengakibatkan koma, penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena
cairan ekstraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma
(Widoyono, 2008).
2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan yang kita lakukan pada pasien dewasa berdasarkan World
Gastroenterology Organisation (2012), yaitu :
- Melakukan penilaian awal
- Tangani dehidrasi
- Cegah dehidrasi pada pasien yang tidak terdapat gejala dehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral, menggunakan cairan yang
dibuat sendiri atau larutan oralit
- Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan
oralit, dan pasien dengan dehidrasi berat dengan terapi cairan
intravena yang sesuai
- Pertahankan hidrasi dengan larutan rehidrasi oral
- Atasi gejala-gejala lain
- Lakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk analisis
- Pertimbangkan terapi antimikroba untuk patogen spesifik
2.9. Pencegahan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit gastroenteritis
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pemberian
vaksin rotavirus, dimana rotavirus itu sendiri sangat sering menyebabkan penyakit
ini. Selain itu hal lainyang dapat kita lakukan ialah dengan meningkatkan
kebersihan diri dengan menggunakan air bersih ataupun melaksanakan kebiasaan
mencuci tangan dan juga memperhatikan kebersihan makanan karena makanan
merupakan salah satu sumber penularan virus yang menyebabkan gastroenteritis
(WGO, 2012).
2.10. Kerangka konsep
Pada penelitian ini, maka kerangka konsep tentang angka kejadian
penyakit gastroenteritis dijabarkan sebagai berikut :