Anda di halaman 1dari 7

Alya Miranti Pramasha Putri

210110150259

Ilkom B 2015

Tugas Media Critisism – Kritik terhadap Tayangan Televisi

Late Night Show: Program Tv Bergenre Apa Sebenarnya?

I. Latar Belakang

Media Massa, khususnya media elektronik yaitu televisi merupakan komoditas dari
industri yang paling menguntungkan untuk diperdagangkan. Isi secara konten tayangan
televisi maupun iklan telah terbukti dapat meningkatkan keuntungan perusahaan media
tersebut. Hal ini kembali lagi pada kenyataan bahwa akhir akhir ini tayangan televisi dibuat
selalu untuk tujuan komersil, baik itu acara berita maupun hiburan. Produser tidak lagi
mementingkan mana yang patut atau tidak, dibutuhkan atau tidak, mendidik atau tidak,
yang penting produk dalam hal ini program tersebut dapat diterima masyarakat dan
menghasilkan keuntungan. Padahal, Media Massa Khususnya televisi sangat berperan untuk
membentuk cara pandang masyarakat akan sesuatu sesuai dengan fungsi media menurut
Harold Lasswel yaitu Informasi (to inform), Mendidik (to educate), dan Menghibur (to
entertain). Jika Konten dari Media Massa dewasa ini cenderung negatif, bagaimana hasil
cara pandang orang orang yang terbentuk dari Menonton media televisi? Terutama bagi
kalangan kalangan yang hanya menjadikan televisi sebagai sumber utama tontonan mereka
dan tidak terliterasi dengan baik.

Pada makalah kali ini penulis mencoba mengkaji dan mengkritik sebuah acara televisi
yaitu Late Night Show. Tayangan TV ini sebelumnya tayang di stasiun televisi RTV akan
tetapi sekarang telah berubah tayang menjadi di Trans Tv. Program ini dibintangi oleh Raffi
Ahmad dan Ayu Dewi dan ditayangkan setiap hari senin sampai jumat jam 23.00 – 24.00.
tayangan TV ini kini telah berubah nama menjadi Live with Raffi dan Ayu. Anehnya,
Tayangan Tv Late Night Show memiliki Genre yang berbeda hampir setiap episodenya.
Terkadang program ini seperti Reality show yang menghadirkan bintang tamu sebagai
narasumber tetapi tidak jarang juga bergenre seperti program mistis dengan menghadirkan
paranormal paranormal sampai terjadi kerasukkan di Studio. Sebenarnya, apa yang ingin
ditunjukan oleh program Late Night Show?.

2. Analisis

a. Marxisme

Dalam Marxist Analysist, ada Lima kunci strategi dari maksimalisasi keuntungan
dalam industri media yaitu Sinergi, Keusangan yang terencana, Logika keamanan, Selebriti
dan rintangan, serta Usaha bersama. Beberapa dari kelima poin ini akan menjadi rujukan
dalam pembahasan kali ini, salah satunya adalah Logika Keamanan.

 Logika Keamanan

Ketika sebuah format atau konsep menjadi sukses, perusahaan-perusahaan media


memiliki kenginan yang kuat untuk menduplikasi atau menirunya. Pengeksploitasian konsep
yang terbukti sukses terbukti dapat menghindari resiko perusahaan media, dalam
kebanyakan situasi perusahaan media enggan memproduksi inovasi-inovasi yang terlalu
original, atau konten yang terlalu kreatif karena takut tidak laku. Pada akhirnya mereka
kembali kepada konsep lama: apa yang sebelumnya sukses dan disukai masyarakat. Mereka
tidak berani mencoba sesuatu yang baru dan belum terbukti, dan bisa saja gagal, hal ini
sangat berisiko terhadap finansial, kembali lagi pada kenyataan bahwa produsen media saat
ini berorientasi pada profit. Bahkan jika sebuah program televisi memiliki rating yang tinggi
dengan banyak penggemar, jika biaya produksi lebih tinggi dari pemasukan media tidak
segan segan menghentikan program tersebut seperti yang terjadi pada sebuah tayangan
bernama The Secret Circle.

Program Late Night Show terbukti memiliki nama yang hampir sama serta konsep
awal yang “Tadinya” sama dengan program serupa terdahulu di negara lain, contohnya The
Tonight Show, Late Night with Seth Meyers, The Late Late Show with Tom Snyder, Late
Show with Stephen Colberts dan masih banyak lagi, hal ini menunjukan bahwa program
berbau seperti ini memang sudah sering diproduksi dan dibuat versi lainnya, entah karena
terbukti disukai penonton atau menghasilkan profit yang menguntungkan bagi perusahaan
media dan Produsen media di indonesia berusaha untuk me-remake program tersebut.

Jika memperhatikan dengan baik paragraf ketiga, kata “Tadinya” sengaja diberi petikan
karena akan menjadi penekanan pada bahasan selanjutnya. Konsep awal acara ini yang
ingin mengikuti program-- yang kali ini dapat kita sebut “Late show bersaudara” yaitu
berbau berbincang santai dengan narasumber hampir tengah malam untuk membahas
suatu topik bersama narasumber tersebut yang pastinya narasumber tersebut berhubungan
dengan topik tersebut. Pemilihan waktu bisa dikatakan cukup efektif mengingat jam
ditayangkannya program ini adalah zona ketika orang oang dalam kondisi bersantai dan
menungu mengantuk.

Akan tetapi pada praktiknya acara ini justru bergeser, kembali menduplikasi acara tv lain
yang sejenis dan dianggap sukses. Contohnya, The Late Night Show tidak jarang membahas
tentang dunia lain sampai datang ke tempat kejadiannya dan mengadakan semacam uji
nyali. Khalayak pasti tidak asing dengan program Uji nyali maupun Uka- Uka yang terbukti
selalu ditunggu tunggu penonton pada sekitar awal tahun 2000an. Program tersebut
mendapat tempat di hati Khalayak dan lagi lagi konsepnya diselipkan dalam The Late Night
Show edisi 15 Januari 2015. Diundangnya Paranormal, Pemain si Manis Jembatan Ancol,
Permainan Jelangkung, Penggambaran Makhluk Astral melalui media lukisan dan berujung
pada kerasukannya salah satu anggota tim serasa tidak relevan dengan konsep awal acara
ini jika mengikuti “Late Show Bersaudara” karena seharusnya pembicaraan tetap berbau
santai. Inti dari acara ini terbukti melenceng karena dengan uji nyali sendiri bagi para
penonton degan tingkat paranoitas terhadap hal gaib yang tinggi dapat menyebabkan
suasana menjadi “tidak santai”
 Selebriti dan Tontonan

Pada Episode yang membahas tentang mistis, di segmen ketika tim The Late Night
Show pergi ke Jembatan Ancol dihadirkan bintang tamu yang menurut mereka berhubungan
dengan tema kali itu yaitu Kiki Fatmala dan Ozy Syahputra yang pada tahun akhir tahun
90an terkenal berkat akting mereka di sinetron “Si Manis Jembatan Ancol”. Entah apa
tujuan dihadirkannya mereka pada pembuktian uji nyali episode tersebut dan entah pula
apa tujuan dari pemeran wanita tersebut menggunakan pakaian pink pendek dan terbuka di
malam hari yang dingin dan dikelilingi laki laki yang berbaju serba hitam sehingga nampak
kontras.
Jika Logika keselamatan bertujuan untuk mengatur bentuk dari sebuah media
(menyarankan format umum, rumus, dan pola apa yang harus diikuti), Menurut Teori
Marxist poin Selebriti dan Tontonan dapat dikatakan bertujuan menguasai konten dari
sebuah media (menyarankan hal hal tertentu tertentu untuk dimasukkan.). Konsep dari
selebriti mengacu pada “orang-orang yang dikenal karena keterkenalan mereka” yang jika
dimasukan pada sebuah konten media tertentu walau hanya sesaat dapat menyita sorotan
publik. Produksi biaya rendah dan mampu menangkap perhatian dari audiens yang besar
untuk jangka waktu yang lama adalah sumber penghasil keuntungan industri media.

b. Teori Kultivasi
Seiring berjalannya waktu, Late night Show semakin kerap menjadikan tema mistis
sebagai unsur tema-nya. Program lain seperti bukan empat mata juga pernah bahkan sering
membahas tentang tema mistis, akan tetapi yang dilakukan Late Night Show sampai
mempraktekan langsung di Studio. Seperti yang kita bahas sebelumnya yaitu pada episode
15 januari 2015 disusul dengan episode tanggal 21 Mei 2015, pada episode mei 2015
tersebut menampilkan ritual untuk persembahan kepada sang gaib sebagai cara pemikat
harta, hal tersebut rasanya cukup vular untuk ditayangkan di televisi meningat televisi tidak
membutuhkan intelektualitas yang tinggi untuk menontonnya sehingga penonton televisi
pun kaum tidak melek huruf yang bisa dikatakan kurang intelek. Seperti yang dikemukakan
Dalam riset Proyek Indikator Budaya Terdapat lima asumsi yang dikaji Gerbner dan
koleganya yakni:

1. Televisi secara esensial dan fundamental berbeda dari bentuk media massa
lainnya
Televisi terdapat hampir di setiap rumah tangga. Televisi tidak melek huruf seperti
pada media surat kabar, majalah dan buku. Televisi bebas biaya, sekaligus menarik
karena kombinasi gambar dan suara.
2. Medium televisi menjadi “the central cultural arm”
masyarakat Amerika,karena menjadi sumber sajian hiburan dan informasi. Televisi
telah menjadi anggota keluarga yang penting, yang paling sering dan paling banyak
bercerita.
3. Persepsi seseorang akibat televisi memunculkan sikap dan opini yang spesifik
tentang fakta kehidupan. Karena kebanyakan stasiun televisi mempunyai
targetkhalayak sama, dan bergantung pada bentuk pengulangan program acara dan
cerita (drama).
4. Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkulturasi
Melalui isi tayangannya (berita, drama, iklan) sehingga pemahaman akan televisi
bisa menjadi sebuah pandangan ritual (ritual viewer/berbagi pengalaman)
daripada hanya sebagai medium transmisi (transmissional view).
5. Observasi, pengukuran, dan kontribusi televisi kepada budaya relatif kecil
namun demikian dampaknya signifikan. Menurut teori ini televisi menjadi alat
media utama dimana audience belajar tentang masyarakat dan kultur di
lingkungannya, sehingga persepsi apa yang terbangun di benak audience tentang
masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh televisi.

Televisi dianggap sebagai anggota keluarga dari sebuah keluarga, Televisi dianggap
sebagai anggota keluarga yang paling banyak bercerita yaitu sebagai sumber informasi satu
satunya bagi para heavy viewers sehingga heavy viewers merasa bahwa apa yang ada di
televisi merupakan apa yang ada di kehidupan nyata. Garbner menamakan proses ini
sebagai cultivation (kultivasi), karena Bagi Gerbner, dibandingkan media massa yang lain,
televisi telah mendapatkan tempat yang sedemikian signifikan dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mendominasi “lingkungan simbolik” kita, dengan cara menggantikan pesannya
tentang realitas bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia
lainnya.(McQuail,1996:254).
Kultivasi secara makna kata berarti menanam, sehingga secara makna kata teori
kultivasi dapat diartikan sebagai teori yang menfokuskan pada proses penanaman nilai.
Teori Kultivasi (Cultivation Theory) merupakan salah satu teori yang dapat digunakan untuk
menjelaskan dampak media bagi khalayak.
Teori Kultivasi pada dasarnya menyatakan bahwa para pecandu berat televisi (heavy
viewers) membangun keyakinan yang berlebihan bahwa “dunia itu menakutkan.” Hal
tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa yang mereka lihat di televisi, yang
cenderung banyak menyajikan acara kekerasan, adalah apa yang mereka yakini terjadi juga
dalam kehidupan sehari-hari. Gerbner menyatakan bahwa televisi merupakan suatu
kekuatan besar yang dapat mempengaruhi masyarakat modern. Kekuatan tersebut berasal
dari kemampuan televisi memberikan berbagai gambaran yang terlihat nyata dan penting
seperti sebuah kehidupan sehari-hari. Televisi mampu mempengaruhi penontonnya,
sehingga apa yang ditampilkan di layar kaca dipandang sebagai sebuah kehidupan yang
nyata, kehidupan sehari-hari. Realitas yang tampil di media dipandang sebagai sebuah
realitas objektif.
Disinilah yang dikhawatikan jika tayangan seperti The Late Night Show ditonton oleh
penonton penonton yang kang intelek. Kekhawatiran dapat muncul bahwa audiens
menganggap bahwa apa yang ditayangkan di televisi benar benar ada sehingga mereka
menganggap bahwa dunia adalah tempat yang mengerikan. Di lain sisi, hal ini bisa saja
disalahgunakan oleh orang orang kurang intelek yang ingin mempelajari Ilmu Gaib karena
adegan di TV tersebut mempraktekan secara langsung bagaimana ritual mendapatkan
pemikat harta.

3. Kesimpulan

Media Televisi terbukti telah menjadi Media bagi industri Media untuk memeroleh
keuntungan dengan mengesampingkan kepentingan khalayak, seperti mendapatkan
program yang pantas untuk ditonton dan mendidik. Ketidakjelasan genre dari The Late Night
Show adalah salah satu contoh dari komersialisasi industri Televisi dengan memasukan
unsur standarisasi agar program disukai banyak orang dan mendapat profit, seperti yang
telah dijelaskan di Logika Keamanan dan Selebriti dan Tontonan. Televisi sebagai media juga
melupakan fungsi media terutama untuk mendidik.

Source:

 http://romeltea.com/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi/
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26905/3/Chapter%20II.pdf
 Marxist Analysis paper

Anda mungkin juga menyukai