Anda di halaman 1dari 9

PERAN LEMBAGA AMIL ZAKAT NASIONAL DALAM PENGHIMPUNAN DANA

ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH

Artikel Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Operasional Keuangan
Syariah

Dosen Pengampu: Siti Aminah Anwar, SE., MM

Disusun Oleh:

Mahfiro (21601082103)

Ufairoh Rohmawati (21601082102)

Miftachul Widia Lestari (21601082098)

Baiq Sonia Toin (21601082108)

Syarifudin (21601082109)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM MALANG


1. PENDAHULUAN

Pada dasarnya, pengaturan urusan kehidupan dan hubungan sosial manusia


tidak akan benar, menurut timbangan keadilan Tuhan dan logika manusia, apabila
tidak disertai dengan akidah yang benar, etika yang kukuh dan prinsip-prinsip serta
hukum-hukum yang komprehensif yang dapat mengatur seseorang, baik dalam
keadaan tersembunyi maupun terang-terangan, keluarga dan masyarakat luas yang
teratur dibawah kekuasaan negara.

Dalam kita berhubungan sosial dengan manusia, ada salah satu ibadah yang
memang erat hubungannya dengan manusia sekaligus berhubungan dengan Tuhan.
Ibadah tersebut adalah zakat. Zakat merupakan salah satu rukun islam ke tiga yang
diwajibkan kepada setiap muslim. Zakat infaq dan shadaqah merupakan salah satu
topic selalu menarik untuk dikaji dan didiskusikan. Karena zakat, infaq, dan
shadaqah dalam peranannya memberikan kontribusi yang signifikan dalam
pengentasan kemiskinan.

B. PERMASALAHAN

1. Apakah zakat, infaq, dan shadaqah itu ?

2. Apa perbedaan zakat, infaq, dan shadaqah itu ?

3. Hikmah apa saja yang dapat kita peroleh dengan adanya zakat, infaq, dan
shadaqah ?
C. PEMBAHASAN

1. Zakat

Zakat menurut lughat adalah subur, bertambah. Menurut syara’ adalah


pemberian suatu yang wajib diberikan dari sekumpulan harta tertentu, menurut
sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya[1]. Zakat adalah hak yang telah ditentukan besarnya yang wajib
dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun muqaddarun yajibu fi amwalin
mu’ayyanah).[2]

Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan, “ Mengeluarkan sebagian yang


khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab ( batas kuantitas
yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(mustahiqq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul
(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian”.[3]

Menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya


harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut mazhab Imam
Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok delapan yang disyaratkan dalam Al-
Qur'an.[4]

Zakat merupakn suatu ibadah yang penting. Kerap kali dalam Al-Qur'an
menyebutkan zakat beriringan dengan urusan shalat. Ini menunjukkan bahwa antara
zakat dengan shalat mempunyai hubungan yang rapat sekali dalam hal
keutamaannya. Sembahyang dipandang seutama-utama 'ibadah badaniah dan zakat
dipandang seutama-utama 'ibadah Maliyah[5]. Zakat itu wajib untuk semua ummat
islam, sama dengan wajib sholat. Allah Swt telah mewajibkan zakat atas hamba-
hambanya.

Firman Allah SWT:

...‫صلَّوةة ةواتتووا الززكَّوةة‬


‫ةواةققويتمووا ال ز‬.......

Artinya: “Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. (QS. Al-Muzammil : 20).

Tujuan zakat dapat ditinjau dari berbagai aspek[6], diantaranya:

1. Hubungan manusia dengan Allah.


2. Hubungan manusia dengan dirinya.

3. Hubungan manusia dengan masyarakat.

4. Hubungan manusia dengan harta benda.

Secara umum, zakat dapat dibedakan menjadi dua: pertama, zakat harta dan
kedua zakat fitrah. Cara pengumpulan zakat sebagai dijelaskan dalam al-Qur’an,
adalah para petugas (‘amilin) melakukan kegiatan yangbersifat aktif ( bukan
menunggu kerelaan para wajib zakat).[7]

Macam-macam zakat dan dasar-dasar hukumnya[8] :

a) Menurut garis besarnya, zakat dapat dibagi dua bagian:

 Zakat harta (zakat mal) : misalnya, zakat emas, perak, binatang ternak, hasil
tumbuh-tumbuhan baik berupa buah-buahan maupun biji-bijian, dan harta
perniagaan.

 Zakat jiwa (zakat nafs) : zakat ini populer di dalam masyarakat dengan nama
zakatul fitri yaitu zakat yang harus dikeluarkan oleh setiap muslim di bulan
Ramadhan menjelang shalat Idul Fitri.

b) Adapun ulama yang mengadakan pembagian dari segi apakah harta itu terlihat
dengan nyata atau yang dapat disembunyikan oleh pemiliknya. Mereka membagi
zakat kepada 2 bagian pula yaitu:

 Zakat harta yang nyata, seperti binatang ternak dan hasil tumbuh-tumbuhan.

 Zakat yang tidak nyata, seperti : Emas, perak dan harta perniagaan.

Tentang zakat fitrah ada yang menempatkannya pada bagian pertama dan ada pula
yang menempatkannya pada bagian kedua.

Syarat-syarat wajib zakat[9]

Syarat-syarat wajib zakat bagi harta benda yang dikenakan zakat adalah:

a) Cukup haul artinya harta yang sampai nishab itu sudah sampai satu tahun
dimilikinya.

b) Cukup nishab artinya apabila keadaan harta itu jumlahnya/ banyaknya cukup nishab
(minimal nishab).
Hal-hal yang menyebabkan seseorang berhak menerima zakat (menjadikannya
sebagai mustahiq) adalah seorang muslim yang merdeka (yakni bukan budak),
bukan seorang anggota suku Bani Hasyim atau Bani Muthallib, dan harus memiliki
salah satu sifat diantara sifat-sifat kedelapan ashnaf (kelompok) yang tersebut dalam
al-Qur’an[10].

Delapan ashnaf yang dimaksud adalah fakir, miskin, ‘amil, muallaf, budak yang
dijanjikan kebebasannya, orang yang berutang, pejuang fi sabilillah, ibnu sabil.
Adapun anak yang belum dewasa atau seorang gila boleh disalurkan kepada mereka
apabila yang menerimanya ialah seorang wali (penanggung jawab) atas urusan-
urusan mereka.

2. Infaq

Infaq berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan sesuatu untuk
kepentingan sesuatu[11]. Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti
mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk suatu
kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Ada pula pendapat yang mengatakan, secara bahasa Infaq bermakna :


keterputusan dan kelenyapan, dari sisi leksikal infaq bermakna : mengorbankan
harta dan semacamnya dalam hal kebaikan. Dengan demikian, kalau kedua makna
ini di gabungkan maka dapat dipahami bahwa harta yang dikorbankan atau
didermakan pada kebaikan itulah yang mengalami keterputusan atau lenyap dari
kepemilikan orang yang mengorbankannya.

Berdasarkan pengertian di atas, maka setiap pengorbanan (pembelanjaan)


harta dan semacamnya pada kebaikan disebut al-infaq. Dalam infaq tidak di
tetapkan bentuk dan waktunya, demikian pula dengan besar atau kecil jumlahnya.
Tetapi infaq biasanya identik dengan harta atau sesuatu yang memiliki nilai barang
yang di korbankan. Infaq adalah jenis kebaikan yang bersifat umum, berbeda
dengan zakat. Jika seseorang ber-infaq, maka kebaikan akan kembali pada dirinya,
tetapi jika ia tidak melakukan hal itu, maka tidak akan jatuh kepada dosa,
sebagaimana orang yang telah memenuhi syarat untuk berzakat, tetapi ia tidak
melaksanakannya.

3. Shadaqah

Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Orang yang suka
bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Shadaqah adalah
pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang membutuhkan, ataupun
pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa disertai imbalan[12].
Shadaqah atau yang dalam bahasa Indonesia sering di tuliskan dengan sedekah
memiliki makna yang lebih luas lagi dari zakat dan infaq.

Shadaqah dapat dimaknai dengan satu tindakan yang dilakukan karena


membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Sehingga shadaqah dapat
kita maknai dengan segala bentuk / macam kebaikan yang dilakukan oleh seseorang
karena membenarkan adanya pahala / balasan dari Allah SWT. Shadaqah dapat
berbentuk harta seperti zakat atau infaq, tetapi dapat pula sesuatu hal yang tidak
berbentuk harta. Misalnya seperti senyum, membantu kesulitan orang lain,
menyingkirkan rintangan di jalan, dan berbagai macam kebaikan lainnya.

Seperti halnya infaq, dalam shadaqah tidak di tetapkan bentuknya, bisa


berupa barang, harta maupun satu sikap yang baik. Jika ia berupa harta atau barang,
maka shadaqah tidak di tetapkan waktunya, dan jumlahnya.

Shadaqah adalah jenis kebaikan yang sifatnya lebih luas dari zakat dan
infaq, maka seringkali kita menemukan kata shadaqah ini di artikan dengan zakat
atau dengan infaq. Dan shadaqah seringkali juga di gunakan untuk ungkapan
kejujuran seseorang pada agama / keimanan seseorang.

Ketika seseorang ber-shadaqah maka ia akan mendapatkan balasan dari apa


yang ia lakukan, tetapi jika ia tidak melakukan hal ini, maka ia tidak berdosa seperti
ia tidak membayar zakat hanya saja ia kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
pahala.

Shadaqah ialah segala bentuk nilai kebajikan yang tidak terikat oleh jumlah,
waktu dan juga yang tidak terbatas pada materi tetapi juga dapat dalam bentuk non
materi, misalnya menyingkirkan rintangan di jalan, menuntun orang yang buta,
memberikan senyuman dan wajah yang manis kepada saudaranya dsb. Dan
shadaqah adalah ungkapan kejujuran (shiddiq) iman seseorang.

 Perbedaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah

Zakat hukumnya wajib sedangkan infaq dan shadaqah hukumnya sunnah, zakat
ditentukan nisabnya sedangkan infaq dan shadaqah tidak memiliki batas, zakat
ditentukan siapa saja yang berhak menerimanya sedangkan infaq dan shadaqah boleh
diberikan kepada siapa saja. Infaq ada yang wajib ada juga yang sunah. Infaq yang
wajib diantaranya zakat, kafarat, nazar, dan lain-lain. Infaq sunah diantaranya, infaq
kepada para fakir miskin, sesama muslim, infaq bencana alam, infaq kemanusiaan,
dan lain-lain.
 Hikmah zakat, infaq, dan shadaqah

Secara umum tujuan zakat, infaq, dan shadaqah adalah untuk meningkatkan taraf
hidup dan mengangkat martabat manusia dari kemiskinan, sehingga di dalamnya
mengandung banyak hikmah, baik bagi orang yang mengeluarkan maupun bagi orang
yang menerimanya. Adapun hikmahnya adalah sebagai berikut.

a. Hikmah bagi orang yang mengeluarkan:

1. Sebagai ungkapan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT. atas segala limpahan
nikmat dan rahmat yang diberikan kepadanya.

2. Dapat membersihkan diri dan harta, menjaga dan memelihara harta dari incaran mata
dan tangan para pendosa dan pencuri.

3. Memberikan motivasi untuk bekerja keras agar dapat sederajat dengan orang lain.

4. Akan memperoleh pahala yang besar.

5. Menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil.

b. Hikmah bagi orang yang menerimanya:

1. Dapat merasakan dan menikmati harta yang dimiliki oleh orang kaya.

2. Menghilangkan perasaan hasud, iri, dan dengki.

3. Dapat meringankan beban yang harus ditanggungnya.

4. Dapat tertolong kesulitan dan kesusahannya.

c. Hikmah bagi masyarakat:

1. Dapat menolong orang yang lemah dan susah.

2. Jurang pemisah antara si kaya dengan si miskin makin diperkacil.

3. Mendidik masyarakat untuk berjiwa dan memiliki kepedulian sosial.


D. Kesimpulan

Zakat adalah pemberian suatu yang wajib diberidari sekumpulan harta tertentu,
menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak
menerimanya.

Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan / penghasilan untuk
suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran Islam.

Shadaqah adalah pemberian harta kepada orang-orang fakir, orang yang


membutuhkan, ataupun pihak-pihak lain yang berhak menerima shadaqah, tanpa
disertai imbalan

Adapun yang membedakan antara zakat, infaq dan shadaqah adalah bentuk, nishab,
waktu, serta hukumnya.

Sedangkan hikmah-hikmah yang dapat diambil itu banyak sekali, baik dari pihak
pemberi maupun dari pihak penerima.

E. Penutup

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, penulis sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bisa menjadikan
manfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat al-Ghazali,


Karisma, Bandung, cet.VIII, 1997

2. Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, PT Raja Grafindo, Jakarta, 2002

3. DR. Wahbah Al- Zuhayly, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 1995

4. Prof. DR. Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Kuliah Ibadah, PT. Pustaka
Rizki Putra, Semarang, 2000

Anda mungkin juga menyukai