Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pokok-pokok kesehatan

dicantumkan bahwa: “pertumbuhan anak yang sempurna dalam lingkungan hidup

yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat.” Oleh karena itu

pemerintah mengadakan usaha-usaha khusus untuk pertumbuhan anak yang

sempurna, baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan

masyarakat.

Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan pada umumnya,

Selain itu gigi geligi merupakan salah satu organ pencernaan yang berperan penting

dalam proses pengunyahan makanan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi

penting dilakukan (Depkes RI, 1999).

RISKESDAS (2007) menunjukkan prevalensi penduduk yang bermasalah gigi dan

mulut dan yang menerima perawatan dari tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir

adalah 23,4% dan terdapat 1,6% penduduk yang telah kehilangan seluruh gigi

aslinya. Dari penduduk yang mempunyai masalah gigi dan mulut terdapat 29,6%

yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga kesehatan gigi. WHO (2012)

pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan

kesehatan karena hal tersebut dapat mencegah terjadinya berbagai penyakit rongga

mulut.Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu

aspek pendukung paradigma sehat serta merupakan strategi pembangunan nasional

untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Usaha kesehatan gigi dan mulut berbasis

masyarakat (UKBM), antara lain: bahwa sudah 56,7% Puskesmas


2

di Indonesia (Rifaskes, 2011) yang sudah melaksanakan usaha kesehatan gigi

masyarakat (UKGM) sedangkan untuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

86% Puskesmas di Indonesia sudah melaksanakannya.

Pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut sangat penting untuk

terbentuknya tindakan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi

dan mulut dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, meningkatkan daya

tahan tubuh,dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan.

Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia sekolah

merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada usia dini . Menurut

data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan prevalensi

nasional untuk masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai 25,9% dan angka

perilaku benar dalam menyikat gigi untuk Indonesia hanya 2,3 % . Tingginya

pravelensi karies yang telah diderita oleh anak sekolah dasar disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satunya yaitu kurangnya pengetahuan anak dalam

memelihara kebersihan gigi dan mulut. prevalensi nasional masalah gigi dan mulut

adalah 25,9%, diantaranya sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi

dan mulut di atas angka nasional yaitu DKI Jakarta 29,1%, Jawa Barat 28%,

Yogyakarta 32,1%, Jawa Timur 27,2%, Kalimantan Selatan 36,1%, Sulawesi Utara

31,6%, Sulawesi Tengah 35,6%, Sulawesi Selatan 36,2%, Sulawesi Tenggara

28,6%, Gorontalo 30,1%, Sulawesi Barat 32,2%, Maluku 27,2%, Maluku Utara

26,9%. Penyakit gigi dan mulut menduduki urutan pertama dengan prevalensi 61%

penduduk. Penyakit yang terbanyak yang diderita masyarakat Indonesia adalah

karies gigi dan penyakit periodontal.

Usia anak 12 tahun adalah usia penting untuk diperiksa karena umumnya anak-

anak meninggalkan bangku sekolah dasar pada umur 12 tahun. Selain itu,
3

semua gigi permanen diperkirakan sudah erupsi pada kelompok umur ini kecuali gigi

molar tiga. Berdasarkan ini, umur 12 tahun ditetapkan sebagai umur pemantauan

global untuk karies ( Karjati, 2010).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk dilakukan

pengukuran karies gigi pada anak 12 tahun. Karena menurut WHO pada usia

12 tahun anak lebih mudah diajak berkomunikasi dan diperkirakan semua gigi

permanen telah erupsi, kecuali gigi molar tiga. Alasan lainya itu pada usia tersebut

merupakan kelompok yang muda dijangkau oleh Usaha Kesehatan Gigi Sekolah

(UKGS), sehingga usia 12 tahun ditetapkan sebagai usia pemantauan global untuk

karies gigi. SMP Dharma Putra Nusantara 86 merupakan salah

satu sekolah yang cukup besar dengan siswa berusia 11-14 tahun, status sosial

ekonomi orangtua siswa yang bervariasi dari rendah sampai menengah, Pada

sekolah ini juga belum pernah dilakukan penelitian kebersihan gigi dan mulut

sehingga tidak ada data statistik mengenai status karies siswa.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai status karies pada siswa SMP SMP Dharma Putra Nusantara 86.
4

B. Perumusan Masalah

Bagaimana hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status

kebersihan gigi dan mulut di Sekolah Menengah Pertama Dharma Putra Nusantara

86 Pondok Labu Tahun 2017

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status

kebersihan gigi dan mulut di Sekolah Menengah Pertama Dharma Putra Nusantara

86 Pondok Labu Tahun 2017

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasi karakteristik responden di Smpi Dharma Putra Nusantara 86

b. Mengetahui gambaran pengetahuan kebersihan gigi dan mulut

c. Mengetahui pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kesehatan

gigi dan mulut

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

kepada penulis khususnya tentang pengetahuan pengetahuan kebersihan gigi dan

mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut

2. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi masukkan bagi Sekolah Menengah

Pertama Dharma Putra Nusantara 86 Pondok Labu mengenai pengetahuan para


5

siswa tentang kebersihan gigi dan mulut terhadap status kebersihan gigi dan

mulut para siswa .

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat merupakan kontribusi bagi pengembangan khazanah

ilmu kesehatan masyarakat, utamanya dalam pengembangan ilmu kedokteran gigi

dan dapat dimanfaatkan oleh para peneliti selanjutnya sebagai studi pendahuluan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan pengetahuan kebersihan

gigi dan mulut terhadap status kebersihan gigi dan mulut di Sekolah Menengah

Pertama Dharma Putra Nusantara 86 Pondok Labu Jakarta Selatan tahun 2017.

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2017, di Sekolah Menengah

Pertama Dharma Putra Nusantara 86 Pondok Labu Jakarta Selatan. Dengan cara

pemeriksaan status kebersihan gigi tetap dan pembagian lembar kuesioner

mengenai pengetahuan kebersihan gigi dan mulut. Petugas pengumpul data adalah

tim peneliti sendiri dan dibantu 5 orang mahasiswa semester IV Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Jakarta 1. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional.


6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri (Notoatmodjo, S 2003).

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap

seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO

(World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu

bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari

pengalaman sendiri. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal

ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari


7

pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu obyek mengandung dua aspek, yaitu

aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap

seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan

menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO (World

Health Organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan, A dan Dewi M,

2010).

Pengetahuan yang di cakup dalam domai kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu ( know)

Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali ( recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di

pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu “ tahu” ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain :

menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya .

b. Memahami ( Comprehension )

Memahami di artikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh : menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya terhadap objek apa yang di pelajari .

c. Aplikasi (Application)
8

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya) . Aplikasi di sini dapat di

artikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen- komponen,tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

di lihat dari pengguaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat

bagan)

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya

e. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian – bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru

dari formulasi – formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagianya,

terhadap suatu teori atau rumusan – rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi ( Evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria

– kriteria yang telah ada

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan

bahwa pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui oleh seseorang melalui


9

pengenalan sumber informasi, ide yang diperoleh sebelumnya baik secara

formal maupun informal

2. Kebersihan Gigi dan Mulut (Oral Hygiene)

Oral hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan

mulut, gigi dan gusi (Clark, dalam Shocker, 2008). Dan menurut Taylor, et al

(dalam Shocker, 2008), oral hygiene adalah tindakan yang ditujukan untuk

menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut, mencegah infeksi dan

melembabkan membran mulut dan bibir. Sedangkan menurut Hidayat dan Uliyah

(2005), oral hygiene merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada

pasien yang dihospitalisasi. Tindakan ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar

secara mandiri atau dengan bantuan perawat. Untuk pasien yang tidak mampu

mempertahankan kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dipantau

sepenuhnya oleh perawat. Menurut Perry, ddk (2005), pemberian asuhan

keperawatan untuk membersihkan mulut pasien sedikitnya dua kali sehari.

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang dapat menyerang manusia dari

semua golongan umur, bersifat progresif dan bila tidak dirawat akan makin parah.

Walaupun demikian, karena proses terjadinya penyakit ini lambat dan realitanya

jarang kematian maka sering penderita tidak memberikan perhatian khusus .Itulah

sebabnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan salah satu

masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius dari tenaga

kesehatan.

2.1 DASAR-DASAR KEBERSIHAN GIGI

Tujuan pembersihan gigi adalah menghilangkan plak dari seluruh permukaan

gigi. Plak ini tidak semuanya dapat hilang dengan tindakan menyikat gigi. Plak ini

tidak berwarna dan tidak dapat dilihat oleh mata. Untuk dapat melihat plak
10

diperlukan suatu bahan pewarna yang dapat melekat pada plak. Bahan tersebut

adalah disclosing, yang dapat berbentuk tablet dan cairan. Cara penggunaannya

adalah dengan cara mengunyah tablet atau mengulaskan cairan tersebut pada

permukaan gigi, kemudian kumur. Dengan bantuan bahan ini plak yang ada atau

belum tersikat akan Nampak berwarna merah. Warna merah ini kemudian harus

dihilangkan, dapat dengan sikat gigi, dapat juga dengan benang pembersih gigi.

2.2 PLAK

Plak adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung aneka ragam

bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak dapat dibersihkan

dengan hanya berkumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak dapat

dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif

untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.

Plak sebagai salah satu bentuk dentuk dental deposit, merupakan massa granulair

lunak yang menempel pada permukaan gigi dan hanya bisa dibersihkan dengan

menyikat gigi. Plak akan kembali terbentuk satu jam setelah dibersihkan. Satu

millimeter kubik plak akan mengandung sepuluh pangkat delapan, baik yang

pathogen maupun yang non pathogen.

Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas pengumpulan

mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan

melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak ini tidak berwarna, oleh

karena itu tidak terlihat dengan jelas, maka untuk melihat adanya plak digunakan

zat pewarna.

Secara klinis plak adalah merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak

terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan benda lain yang

berada pada rongga mulut seperti tumpatan,geligi tiruan maupun Kalkulus. Dalam
11

bentuk lapisan tipis, plak pada umumnya tidak dapat terlihat dan hanya dapat dilihat

dengan bantuan disclosing. Dalam bentuk lapisan yang tebal plak terlihat sebagai

deposit kekuningan atau keabu-abuan yang tidak dapat dilepas hanya dengan

kumur-kumur atau irigasi tetapi dapat dihilangkan dengan menyikat gigi. Plak jarang

terdapat pada permukaan oklusal gigi, kecuali jika gigi tersebut tidak berfungsi

sehingga dapat terbentuk deposit yang luas.

2.2.1 Mekanisme Pembentukan Plak.

Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan deposisi

permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan berlipat

ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikrobia yang

mencerminkan adanya keseimbangan ekosistim organism atau microbial pada

permukaan gigi.

Plak pada gigi dapat terlihat 1 - 2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene.

Plak bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang

bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat

dideteksi menjalankan probe periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi bagian

atas. Metode lain yang digunakan yaitu dengan menggunakan disclosing solution.

Tanpa adanya tindakan oral hygiene, plak bisa berlanjut dan terus berakumulasi

sampai sebuah keseimbangan tercapai antara penghapusan plak dengan

pembentukan plak. Proses pembentukan plak bisa dibagi menjadi tiga fase yakni

a. Pembentukan dental pellicle

Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan plak 12. Beberapa

detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis dari protein saliva

yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan gigi (serta pada restorasi
12

dan geligi tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini tipis (0,5µm), translusen, halus,

dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat pada permukaan gigi.

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel ini akan

terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email, tetapi

biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat

menyelubungi glikoprotein saliva11. Bakteri awal yang berkolonisasi dengan pellicle

pada permukaan gigi sebagian besar adalah bakteri gram positif fakultatif seperti

Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis.

c. Kolonisasi kedua dan maturasi plak

Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak berkoloni pada

permukaan gigi termasuk Prevotella intermedia, Prevotella loescheii,

Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis.

Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri yang telah berada dalam plak12.

Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan-lahan akan berubah dan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan menyebabkan

perubahan komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan terjadi pertumbuhan

flora kompleks, termasuk bakteri anaerob gram negatif, bakteri motil dan

spirochaeta.

2.2.2 Komposisi Plak

Hampir 70 % plak terdiri dari microbial dan sisa-sisa produk ekstraselular dari

bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein, karbohidrat, dan lemak juga

dapat ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai adalah produk

bakteri dekstran, juga levan dan galaktose. Komponen anorganik utama adalah
13

kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan sodium. Kandungan garam anorganik

tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah. Ion kalsium ikut membantu

perlekatan antar bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.

2.3 KALKULUS GIGI

Kalkulus, ‘lapisan keras’ yang terbentuk pada gigi, sudah sejak lama

mempunyai hubungan dengan penyakit periodontal. Kalkulus adalah massa

kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid

lainnya di dalam mulut (misalnya pada restorasi dan geligi tiruan).

Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada gigi

permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus sudah

dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir seluruh

rongga mulut individu dewasa.

Deposit kalkulus terkalsifikasi menurut hubungannya terhadap tepi gingiva,

misalnya supragingiva atau subgingiva.

2.3.1 Klasifikasi Kalkulus

a. Kalkulus Supragingiva

Menurut definisinya, kalkulus ini dapat ditemukan di sebelah koronal dari

tepi gingiva. Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang berlawanan

dengan letak duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah dan

permukaan bukal molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan

geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal gigi

yang tidak mempunyai antagonis. Warnanya agak kekuningan kecuali bila

tercemar oleh faktor lain (misalnya tembakau, anggur, pinang), cukup keras, rapuh

dan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus.


14

b. Kalkulus subgingiva

Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar dan distribusinya

tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingiva

dan pembentukan poket, suatu fakta yang terefleksi dari namanya ‘kalkulus

seruminal’. Warnanya hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus

supragingiva dan melekat lebih erat pada permukaan gigi. Kalkulus ini dapat

ditemukan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang dalam, pada kasus

yang parah bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi.

2.3.2 Komposisi Kalkulus

Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di

dalam mulut, dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80% masa

anorganik, air, dan matriks organik dari protein dan karbohidrat, juga sel-sel

epitelial deskuamasi, bakteri filamen gram positif, kokus dan leukosit. Proporsi

filamen pada kalkulus adalah lebih besar daripada dibagian mulut lainnya.

Fraksi anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium, dalam bentuk

hidroksiapatit, brushite, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga

terdapat sejumlah kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluorida.

Kandungan fluorida dari kalkulus adalah beberapa kali lebih besar daripada

didalam plak.

Permukaan kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi pada pusat deposit

yang tebal ada kemungkinan steril. Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata

dari kalkulus supragingiva dan subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan

cara deposisinya juga berbeda. Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip

seperti kalkulus supragingiva kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan
15

kandungan sodiumnya lebih besar. Protein saliva tidak ditemukan pada kalkulus

subgingiva, menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya non-saliva.

2.3.3 Deposisi Kalkulus

Kalkulus adalah plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak semua plak

termineralisasi. Kalkulus supragingiva jarang terlihat pada permukaan fasial molar

bawah tetapi sering ditemukan pada permukaan fasial molar atas yang

berlawanan dengan muara duktus parotis. Mungkin 90% dari kalkulus

supragingiva yang terdapat pada gigi-geligi ditemukan pada insisivus bawah yang

terpapar saliva langsung dari gladula saliva submandibularis dan sublingualis.

Prepisitasi garam-garam mineral kedalam plak mungkin dapat dilihat hanya

beberapa jam setelah deposisi plak tetapi umumnya keadaan ini berlangsung 2-14

hari setelah terbentuknya plak. Mineral pada kalkulus supragingiva berasal dari

saliva, sedangkan pada kalkulus subgingiva berasal dari eksudat cairan gingiva.

Pada plak yang baru terbentuk, konsentrasi kalsium dan ion fosfornya sangat

tinggi, umumnya konsentrasi kalsium pada plak sekitar duapuluh kali lebih besar

daripada di saliva.

2.4 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene

Index Simplified dari Green dan Vermillion. OHI-S diperoleh dengan cara

menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index.

OHI-S = Debris Index (DI) + kalkulus Index (CI)

2.5 Pengertian Debris Index


Debris adalah bahan lunak dipermukaaan gigi yang dapat merupakan plaque,

material alba, dan food debris. Debris index adalah score yang menunjukan
16

banyaknya endapan lunak pada gigi seseorang. (Megananda, Herijulian dan

Nurjanah, 2011 )

Tabel 2.1 Kriteria debris menurut Green Vermilion :

No. Kriteria Nilai


Pada permukaan gigi yang terlihat ,
1 tidak ada debris ataupun pewarnaan
0
extrinsik.
Pada permukaan gigi yang terlihat
ada debris lunak yang menutupi
2 permukaan gigi seluas sepertiga 1
permukaan atau kurang dari
sepertiga permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat,
tidak ada debris lunak, tetapi ada
3 pewarnaan extrinsik yang menutupi 1
sebagian atau seluruh permukaan
gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat,
ada debris lunak yang menutupi
4 permukaan seluas lebih dari 2
sepertiga, tetapi kurang dari dua
pertiga permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat,
ada debris lunak yang menutupi
5 permukaan seluas lebih dari dua 3
pertiga sampai seluruh permukaan
gigi.
17

2.6 Pengertian Calculus Index


Calculus (karang gigi) adalah plak yang telah mengalami pengerasan,

atau remineralisasi (Hermawan, 2010). Sedang menurut Rosebury (1981),

calculus dapat diklasifikasikan dua macam menurut hubunganya terhadap

tepi ginggiva yaitu :

Tabel 2.2 : Kriteria calculus menurut Green dan Vermilion :

No. Kriteria Nilai


Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak ada karang gigi
1 0
(calculus).
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada supra gingival

2 calculus yang menutupi tidak lebih dari sepertiga 1


permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada supra gingival
3 calculus yang menutupi lebih dari sepertiga permukaan 2
gigi, tetapi kurang dari dua pertiga permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada supra gingival

4 calculus yang menutupi dan melingkari seluruh bagian 3


servikal.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada sub gingival
5 calculus yang menutupi permukaan gigi lebih dari dua 3
pertiga permukaan gigi.
Pada permukaan gigi yang terlihat, ada sub gingival

6 calculus yang menutupi dan melingkari seluruh bagian 3


servikal gigi.

2.7 Cara Penghitungan OHI-S


Mengukur kebersihan gigi dan mulut dengan mempergunakan metode-

metode yang seragam digunakan suatu index yang disebut Oral Hygiene

Index Simplified dari ahli yang bernama Green dan Vermilion.

Tingkat derajat kesehatan gigi dan mulut dapat dilihat besar kecilnya

nilai tingkat kebersihan rongga mulut dan OHI-S, sedang tingkat kebersihan
18

gigi dan mulut itu sendiri, dipengaruhi oleh tingkat Debris Index (DI) dan

Calculus Index (CI) seseorang. Dalam pemeriksaan tersebut yang diperiksa

adalah permukaan 6 buah gigi yang terdiri dari 4 buah gigi posterior serta 2

buah gigi anterior untuk masing – masing rahang .

1. Pemeriksaan rahang atas :

a. Diperiksa gigi molar pertama kanan atau permukaan bucal.

b. Diperiksa gigi incisivus pertama kanan atas permukaan labial.

c. Diperikasa gigi molar pertama kiri atas permukaan bucal.

2. Pemeriksaan rahang bawah :

a. Diperiksa gigi molar pertama kanan bawah permukaan lingual.

b. Diperiksa gigi incisivus pertama kanan bawah permukaan labial.

c. Diperiksa gigi molar pertama kiri bawah permukaan lingual

Pemeriksaan Debris Index ( DI – S ) dipilih 6 gigi yang sesuai dengan

keterangan diatas dan dipergunakan sonde yang ditempatkan pada 1 /3 gigi

yang kemudian bergerak kearah 1 / 3 gingival. Nilai skor DI – S adalah :

0 = Tidak ada debris

1 = Ada debris lunak yang menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi

2 = Ada debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi tapi tidak

lebih dari 2/3 permukaan gigi

3 = Ada debris lunak yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi dari arah

apical.

Skor tersebut diatas depat diperoleh dengan menjumlahkan skor tiap tahap

dulu sesuai rahang pemeriksaan kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah

permukaan gigi yang yang diperiksa.


19

Untuk pemeriksaan Calculus Index ( CI – S ) dapat dilakukan dengan cara

menaruh sonde secara hati – hati dicelah ginggiva pada bagian distal, yang

selanjutnya menarik secara sub gingival dari daerah kontak .

distal ke daerah kontak mesial. Yang diperiksa adalah permukaan enamel

gigi tanpa menimbulkan pendarahan seperti apa yang dilakukan pada

pemeriksaan DI – S. Kriteria penilaian adalah sebagai berikut :

0 = tidak ada calculus.

1 = Ada calculus supra gingival, yang menutupi tidak lebih 1/3 permukaan

gigi.

2 = Ada calculus supra gingival yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan

gigi tapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 = Ada calculus supra gingival yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan

serta menutupi sub gingival dan melingkari seluruh bagian servikal gigi.

Skor CI-S dapat diperoleh dengan jumlah skor tiap tahap terlebih dahulu

sesuai daerah pemeriksaan permukaan gigi. Kemudian hasil dibagi dengan

banyaknya jumlah gigi yang diperiksa.

Bila ada salah satu dari gigi index tidak ada ( telah dicabut/tinggal sisa akar )

penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan untuk

mewakilinya, yaitu :

a. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian

dilakukan pada gigi M2 rahang atas atau rahang bawah.

b. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian

dilakukan pada gigi M3 rahang atas atau rahang bawah.

c. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak

dapat dilakukan penilaian.


20

d. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakukan pada I1 kiri

rahang atas.

e. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang atas tidak ada, tidak dapat dilakukan

penilaian.

f. Bila gigi I1 rahanag bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1

kanan rahang bawah.

g. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakukann

penilaian.

Bila terdapat beberapa gigi diantara ke enam gigi yang seharusnya diperiksa

tidak ada, debris indeks dan kalkulus masih dapat dihitung paling sedikit 2

gigi yang dapat dinilai. Setelah dilakukan pemeriksaan baik DI – S Dan CI –

S, maka tingkat kebersihan rongga mulut dapat diketahui dengan cara

menjumlahkan

Debris Index dan Calculus Index ( OHI-S = DI + CI). Kriteria nilai OHI – S

yang didapat adalah sebagai berikut :

1. Baik = 0 - 1,2

2. Sedang = 1,3 - 3,0

3. Buruk = 3,1 - 6,0

(Herijulianti, Indriani, Artini, 2002).

2.8 Oral Higiene Yang Buruk

Oral higiene memegang peranan yang penting dalam menciptakan pola hidup

sehat. Jika oral higiene tidak dipelihara akan menimbulkan berbagai penyakit di

rongga mulut. Oral higiene dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

status sosial ekonomi, umur, dan jenis kelamin. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Sogi GM dan Peres MA, karies gigi dan status kesehatan
21

rongga mulut anak-anak usia 13 hingga 14 tahun sangat berhubungan dengan

keadaan sosial ekonomi anak anak tersebut. Namun, menurut penelitian

Mustah sentahun 2008, status kesehatan rongga mulut tidak dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi .Keadaan sosial ekonomi menengah memiliki kesehatan

rongga mulut yang lebih buruk dari pada yang keadaan 28

sosialnya rendah atau tinggi.27 Anak yang berusia diantara 11-14 tahun dan

jenis kelamin perempuan memiliki kesehatan rongga mulut yang lebih buruk.

2.9 Cara Pemeliharaan Kebersihan Gigi dan Mulut

Cara pemeliharaan kebersihan gigi untuk segala usia :

a. Bayi dan Balita sampai dengan usia 3 tahun : Lap mulut dan gusi bayi

Anda dengan kain basah yang bersih setelah makan . Ajarkan balita

untuk memegang sikat gigi , sikat gigi bayi anda dua kali sehari

menggunakan air (tidak ada pasta gigi ) setelah gigi pertama mereka

muncul .

b. Anak-anak usia 3-6 tahun : Bantu anak-anak Anda untuk menyikat gigi

dua kali sehari , menggunakan pasta gigi fluoride seukuran biji jagung.

Tunjukkan pada mereka bagaimana menyikat setiap permukaan gigi dan

lidah mereka , dan memastikan bahwa mereka meludahkan pasta gigi

ketika mereka selesai.

c. Anak-anak usia 6-13 tahun: Ajarkan anak-anak untuk mulai flossing

sekali sehari , selain menyikat dua kali sehari selama dua menit dengan

pasta gigi berfluoride. Bantu mereka untuk membuat pilihan makanan

sehat, menghindari permen dan gula.


22

d. Remaja dan Dewasa : Sikat gigi minimal dua kali sehari dengan pasta

gigi berfluoride . Bilas dengan obat kumur antibakteri dan membersihkan

di sela gigi setidaknya sekali sehari. Hindari merokok dan konsumsi

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan Oral Status kebersihan Gigi dan


Hygiene Mulut
23

BAB III

DEFINISI OPERASIONAL

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur

1. Debris Nilai yang observasi Lembar 0 = Tidak ada Ordinal


Index (DI) menunjukan pemeriksaan endapan lunak
banyaknya pd pemukaan
endapan lunak gigi
pada
permukaan 1 = Terdapat
gigi endapan lunak
seluas 1/3 atau
< 1/3 permuka
an gigi.

2 = Terdapat
endapan lunak
seluas > 1/3,
tetapi < 2/3
pemukaan gigi

3 = Terdapat
endapan lunak
seluas > 2/3
sampai seluruh
permukaan
gigi.

2 Calculus Nilai yang Observasi Lembar 0 = Tidak ada Ordinal


Index (CI) menunjukan pemeriksaan endapan keras
banyaknya pd pemukaan
endapan keras gigi
pada
permukaan 1 = Terdapat
gigi endapan keras
seluas 1/3 atau
< 1/3
permukaan
gigi

2 = Terdapat
endapan keras
seluas > 1/3,
tetapi < 2/3
pemukaan gigi.
24

Definisi Skala
No Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
3 = Terdapat
endapan keras
seluas > 2/3
sampai seluruh
permukaan
gigi atau terda-
pat endapan
keras dibawah
gusi (subgingi-
val calculus)
yang menutupi
dan melingkari
seluruh bagian
servikal gigi

3 Kebersiha Nilai yang Menjumlah Lembar Baik : Ordinal


n gigi didapat dari kan DI dan CI pemeriksaan 0,0 - 1,2
&mulut penjumlahan Sedang :
(OHI-S) Debris Index 1,3 – 3,0
dan Caculus Buruk :
Index 3,1 – 6,0

4 Jenis Ditentukan Wawancara Kuestioner 1 : laki-laki ordinal


Kelamin berdasarkan 2 : perempuan
perbedaan
bentuk fisik
5 Umur Penggolongan Wawancara Kuesioner Usia siswa SD Ordinal
usia :11- 14 th
responden,
satuannya
tahun dihitung
mulai
kelahiran
sampai dengan
saat penelitian
berlangsung
25

BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kuantitatif, dengan cara non

eksperimen menggunakan disain penelitian adalah potong lintang (cross sectional)

yaitu untuk melihat hubungan antara variabel bebas (variabel independen) dan

variabel terikat (variabel dependen) dengan pengumpulan data dilakukan pada sa at

yang bersamaan (Notoatmodjo,2010). Dengan rancangan ini peneliti ingin

mengetahui Hubungan Pengetahuan Oral Hygiene dengan Status Kebersihan Gigi

dan Mulut di Smp Dharma Putra Nusantara 86 Pondok Labu Tahun 2017

B. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari kemudian ditarik kesimpulan keseluruhan objek penelitian. Populasi dari

penelitian ini adalah seluruh siswa di Smp Dharma Putra Nusantara 86 Pondok

Labu berjumlah 320 siswa

Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan besar

sampel dari Soedigdo sebagai berikut :

SE = √ p x q x √ Np-n SE = d/zc = 0,05/1,96 = 0,025

n Np-1

SE2 = 0,612 x 0,25 x 320 – n


n 319
(0,025)2 = 0,153 x 320 – n
n 319
0,000625 = 48,807– 0,153 n
319 n
26

0,199n = 48,807– 0,153 n


0,199n + 0,153 n = 48,807
0,352n = 48,807
n = 48,807 = 138,6
0,352
Dimana :
n = besar sampel yang digunakan dalam penelitian
Np = jumlah murid SDN yaitu 320 siswa
C1 = Tingkat kepercayaan (Confidence level) yang diinginkan adalah
95% Zc = 1,96
p = prevalensi karies yaitu 61,2%
d = penyimpangan dari populasi 5%
Dari perhitungan besar sampel diperoleh besar sampel minimum 139 siswa,

dalam penelitian ini diambil sampel sebanyak 139 siswa untuk kelas 7 dan kelas 8

di Smp Dharma Putra Nusantara 86 Pondok Labu

No Nama Sekolah Total Responden


1 Kelas 7.1 40
2 Kelas 7.2 40
3 Kelas 8.1 40
4 Kelas 8.2 40
Total 160

C. Pengumpulan Data
1. Tahap persiapan

a) Peneliti menyiapkan lokasi penelitian dengan mengurus ijin kepada Kepala

Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan Kepala Puskesmas Kecamatan

Cilandak serta Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan

b) Peneliti melakukan persepsi dan kalibrasi dengan ke 3 (tiga) enumerator

yang merupakan perawat gigi dalam pengumpulan data

2. Tahap pelaksanaan
27

a) Peneliti melakukan kontak dengan responden

b) Setelah diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner kemudian

dilakukan pengambilan data kepada responden

c) Responden diberi waktu untuk mengisi data pada kuesioner

Data yang dikumpulkan meliputi :

1. Data primer

Data primer adalah adata yang diperoleh melalui penelitian dengan wawancara

dan pemeriksaan OHI-S langsung kepada siswa Smp Dharma Putra Nusantara

86 Pondok Labu Jakarta Selatan

2. Data sekunder

Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer untuk keperluan

pembahasan. Data ini diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-

sumber yang telah ada dan dari Suku Dinas Kesehatan, internet, perpustakaan

dan lain-lain.

D. Instrumen Penelitian

1. Alat atau Instrumen Penelitian Kuantitatif

Dalam penelitian ini menggunakan lembar kuesioner untuk variabel

independen yang terdiri dari pengetahuan ( Oral Hygiene) kebersihan gigi dan

mulut. Untuk variabel dependen digunakan lembar status kebersihan gigi dan

mulut ( lembar OHI-S) yang dikumpulkan dengan melakukan pemeriksaan gigi.


28

2. Uji Validitas dan Realibitas

Uji coba kuesioner dilakukan agar alat pengukur yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi.

Uji coba kuesioner untuk variabel independen dengan melakukan wawancara.

Pengumpulan data untuk uji coba kuesioner ini dilakukan pada 40 siswa kls

VII, yang memiliki karakteristik yang kurang lebih sama dengan murid – murid

lainnya.Cara mengukur validitas suatu instrumen (dalam hal ini kuesioner),

dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan

skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel

berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Keputusan uji, bila r hitung

lebih besar dari r tabel maka variabel valid. Untuk reliabilitas, pertanyaan

dikatakan relabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau

stabil dari waktu ke waktu.

E. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Data yang telah dikumpulkan dilakukan pengolahan dengan komputer

melalui tahap-tahap sebagai berikut :

a) Koding

Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan cara

menandai masing-masing dengan tanda atau kode

b) Editing

Meneliti kembali kelengkapan pengisian, keterbacaan tulisan, kejelasan

makna jawaban dan kesesuaian jawaban satu dengan yang lainnya, revansi

jawaban dan keseragaman satuan data


29

c) Tabulasi

Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian

dimasukan dalam tabel yang telah dipersiapkan. Setiap pertanyaan yang

sudah diberikan nilai, hasilnya dijumlahkan dan diberi kategori sesuai

dengan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Langkah yang termasuk

kedalam tabulasi adalah :

1) Memberi skor item yang perlu diberi skor

2) Memberikan kode terhadap item-item yang tidak diberi skor

3) Mengubah jenis data disesuaikan dengan teknik analisa yang akan

digunakan

d) Penetapan Skor

Penilaian data dengan memberikan skor untuk pertanyaan yang

menyangkut variabel bebas dan variabel terikat

2. Analisa Data Kuantitatif

Pada penelitian ini dilakukan analisis secara bertingkat mulai dari:

a) Analisis Univariat

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-

masing variabel yang diteliti. Fungsi analisis ini adalah menyederhanakan

kumpulan data hasil pengukuran sehingga kumpulan data tersebut berubah

menjadi informasi yang berguna.

b) Analisis Bivariat

Analisis bivariat atau analisis bivariabel dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui keterkaitan masing-masing variabel independen dengan variabel


30

dependennya, setelah semua data diukur dalam skala katagorik maka

dilakukan uji Kai Kuadrat (Chi-square) dengan menggunakan tabulasi silang

antara dua variabel.


31

BAB V
BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

A. Biaya Penelitian
Anggaran biaya yang diajukan disusun secara rinci dan dilampirkan sebagai
berikut :

Tabel 4.1. Anggaran Biaya Penelitian Calon Dosen

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan

1 Honor tim peneliti (Maks.30%) Rp. 1.500.000,-

2 Bahan habis pakai, ditulis secara terperinci


sesuai dengan kebutuhan (30–40%):
 Fotocopi, kuesioner, proposal, protocol dan Rp. 700.000,-
laporan:
 Analisis data Rp. 500.000,-
 Bahan Pemeriksaan Gigi Rp. 500.000,-
 ATK Rp. 300.000,-

3 Perjalanan (15–25%)
 Perijinan Rp. 200.000,-
 Konsultansi ke pakar/konsultan Rp. 500.000,-
 Pengumpulan data Rp. 300.000,-

4 Lain-lain : administrasi, publikasi, seminar


laporan, dan lainnya sebutkan (Maks.15%)
 Publikasi Rp. 100.000,-
 Seminar Rp. 200.000,-
 Kaji etik Rp. 150.000,-
 Konsumsi Rp. 150.000,-

Jumlah Rp. 5.000.000,-


32

B. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut :
No Kegiatan Semester Pertama Semester Kedua
Des Jan Feb Maret april Jun Jul Agust Sep Okt Nov
1 Penyusunan
proposal
2 Penyusunan
protocol
3 Perijinan :
 Kesbangpol
 Puskesmas
 Etik
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian
Presentasi
hasil
Laporan
penelitian
Publikasi
penelitian
DAFTAR PUSTAKA

Bertone, Mary, 2014


Canadian Dental Hygienists Association (CDHA), OTTAWA, ON2014-01-10

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2004


Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM). Jakarta

Forrest, Hipokrates, 1995


Pencegahan Penyakit Mulut Jakarta

Hadnyanawati, Hestiyonini, 2003


Dentika journal kesehatan volume:8 nomor :2, 2003

Herijulianti, Eliza dkk. 2001


Pendidikan Kesehatan Gigi, EGC. Jakarta

Hirayan putri, Megananda dkk, 2011


Ilmu Pencegahan Jaringan Keras dan Jaringan pendukung Gigi, EGC Jakarta

Hermawan, Rudi, 2010


Menyehatkan Daerah Mulut, Buku Biru. Yogyakarta

Kartika, Citra Tiara, 2013


Perbedaan Status OHI-S Setelah Dilakukan Penyuluhan pada Murid Kelas V SDMI
Al Hidayah Lebak Bulus Jakarta Selatan Tahun 2013, JKG Poltekkes Jakarta1

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012


Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Jakarta:32-33

__________________________________, 2012
Rencana Program Pelayanan kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta:

__________________________________, 2008
Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Tahun 2013. Jakarta

Machfoedz, Ircham, 2007


Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan, Jakarta

Martariwansyah, 2008
Gigiku Kuat Mulutku Sehat. Karya Kita, Bandung : 17 – 22 pp

Notoatmodjo, S - 2007
Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta. Jakarta

Notoatmodjo, S - 2012
Promosi Kesehatan dan Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta
Ronny Kountour, 2005
Metode Penelitian untuk penulisan skripsi dan Tesis; PPM, Jakarta.

Rukayati, 2011
Perbedaan Kebersihan Gigi dan Mulut Sebelum dan Setelah Diberikan
Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Pada Siswa Kelas IV SDN 01 Krukuttahun
2011. JKG Poltekkes Jakarta1
Suharsimi, Arikunto. 2006
Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik),Rineka Cipta. Jakarta

Undang-Undang Republik Indonesia, 1992


Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai