Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah
ini kami membahas mengenai Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroorganisme.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak dosen pembimbing karena dengan bantuan dan bimbingan
beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Mataram, 24 Mei 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................i KATA
PENGANTAR.................................................................................ii DAFTAR
ISI............................................................................................iii BABI.
PENDAHULUAN.............................................................................1
A. Latar Belakang Masaah.........................................................................1 B.
PerumusanMasalah..............................................................................2 C.
Tujuan............................................................................................2 D.
Manfaat..........................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik yang Diperlukan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba
.....................................................................................................3
B. Unsur – Unsur Kimiawi yang Dibutuhkan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan
Mikroba ..........................................................................................5
C. Fase Perkembangan Bakteri ..................................................................7
D. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri............................................................8
BAB III. PENUTUP..................................................................................14 A.
Kesimpulan.....................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................15
A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN
Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian menjadi besar.
Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu sendiri. Pertumbuhan pada
umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan juga lingkungan. Apabila kondisi makanan
dan lingkungan cocok untuk mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan
waktu yang relatif singkat dan sempurna.
Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Mempelajari pertumbuhan
bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi suatu bakteri.
Pertumbuhan adalah merupakan pertambahan secara teratur semua komponen sel suatu
organisme. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler),
pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan
sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel
banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi
hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya.
Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk tumbuh dan hidup
sebab beberapa diantaranya sering dimanfaatkan untuk keperluan penelitian.Sampai sekarang ini
perkembangan ilmu pengetahuan terus menggali potensi apa yang terdapat di dalam mikroba, oleh
karena itu perlu diketahui seluk beluk dari mikroba itu sendiri. Salah satunya yaitu faktor- faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikroba memiliki karakteristik kondisi
pertumbuhan yang berbeda- beda. Pertumbuhan bakteri pada kondisi yang optimum lebih cepat jika
dibandingkan dengan jamur dan kapang. Hal ini disebabkan karena bakteri memiliki struktur sel yang
lebih sederhana, sehingga sebagian besar bakteri memiliki waktu generasi hanya sekitar 20 menit
jika dibandingkan dengan khamir dan kapang yang struktur selnya lebih rumit dan waktu
generasinya yang cukup lama.
Berdasarkan uraian teori singkat pada latar belakang di atas, maka penulis bermaksud memberikan
penjelasan terkait materi “Pertumbuhan dan Perkembangan Mikrooganisme”.
B. RumusanMasalah
1. Bagaimanakah kondisi fisik yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroba ?
2. Apa saja unsur – unsure kimiawi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan
mikroba ?
3. Seperti apa fase perkembangan bakteri ?
4. Bagaimanakah metode pengukuran pertumbuhan mikroba ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kondisi fisik yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroba
2. Untuk mengetahui unsur – unsure kimiawi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mikroba
3. Untuk mengetahui fase perkembangan bakteri
4. Untuk mengetahui metode pengukuran pertumbuhan bakteri
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui kondisi fisik yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroba
2. Dapat mengetahui unsur – unsure kimiawi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan
perkembangan mikroba
3. Dapat mengetahui fase perkembangan bakteri
5. Dapat mengetahui metode pengukuran pertumbuhan bakteri
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Fisik yang Diperlukan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba
Selain menyediakan nutrisi yang sesuai untuk kultivasi bakteri, juga perlu disediakan kondisi fisik
yang memungkinkan untuk pertumbuhan yang optimum.Mikroba tidak hanya bervariasi dalam
persyaratan nutrisinya tetapi juga menunjukan respon yang berbeda terhadap kondisi fisik di
lingkungannya. Untuk berhasilnya kultivasi mikroba diperlukan suatu kombinasi nutrisi serta
lingkungan fisik yang sesuai. Ada lima parameter lingkungan utama yang perlu diperhatikan dalam
menumbuhkan mikroba yaitu temperatur, kelembaban, kadar oksigen, PH dan tekanan osmosis.
1. Temperatur
Temperatur juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan penambahan jumlah sel. Keragaman suhu
dapat juga mengubah proses-proses metabolik serta morfologi sel. Setiap mikroba tumbuh pada
suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka mikroba ada yang bersifat psikrofilik yang tumbuh
pada 0 derajat sampai 20 derajat celcius, mesofilik yang tumbuh pada 20 derajat sampai 45 derajat C
dan hemofilik yang tumbuh pada temperatur 45
derajat C sampai 80 derajat C. Temperatur inkubasi yang memungkinkan pertumbuhan tercepat
selama periode waktu yang singkat dikenal sebagai temperatur pertumbuhan optimum.
2. Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, dan tekanan udara
Mikroba memperlihatkan keragaman yang luas dalam hal respon terhadap oksigen bebas dan atas
dasar ini maka mikroba dibagi menjadi empat yaitu aerobik, anaerobik, anaerobik fakultatif (
tumbuh pada keadaan aerobik dan anaerobik), dan mikroaerofilik ( tumbuh jika ada oksigen
atmosferik). Beberapa mikroba bersifat anaerobik obligat , bila terkena oksigen akan terbunuh atau
mati, oleh karena itu untuk menumbuhkan mikroba anaerobik diperlukan tehnik khusus agar
tercapai keadaan anaerob.
3. Konsentrasi ion hidrogen ( pH )
PH optimum bagi kebanyakan mikroba terletak antara 6,5 sampai 7,5. Bagi kebanyakan mikroba pH
minimum dan maksimum antara 4 sampai 9. Pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi oleh PH
karena nilai PH sangat menentukan aktivitas enzim. Bila mikroba di kultivasi didalam medium yang
mula-mula PHnya 7 maka kemungkinan PH ini akan berubah sebagai akibat adanya senyawa-
senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhannya. Pergeseran PH ini dapat
sedemikian besar sehingga menghambat pertumbuhan. Pergeseran PH dapat dicegah dengan
menggunakan larutan Penyangga atau buffer dalam medium.Bufer merupakan senyawa yang dapat
menahan perubahan PH misalnya KH2PO4 dan K2HPO4. Beberapa bahan nutrisi medium seperti
pepton mempunyai kapasitas bufer.
4. Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis merupakan besarnya tekanan minimum yang diperlukan untuk mencegah aliran air
yang menyeberangi membran di dalam larutan. Contohnya : jika larutan 10% sukrosa didalam
kantong membran dialisis diletakan dalam air dalam gelas maka molekul air yang ada dalam gelas
akan mengalir kedalam kantong dialisis. Besarnya tekanan yang diperlukan untuk mencegah aliran
molekul air dalam gelas kedalam kantong dialisis merupakan nilai tekanan osmosis larutan sukrosa
tersebut. Berdasarkan tekanan osmosisnya
maka larutan tempat pertumbuhan mikroba dapat digolongkan atas larutan hipotonis, isotonis dan
larutan hipertonis.
Tekanan osmosis sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air. Apabila mikroba
diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami plasmolisis, yaitu terkelupasnya
membran sitoplasma dari dinding sel akibat mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada
larutan hipotonis, maka sel mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan
masuk ke dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah. Berdasarkan tekanan osmose yang
diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1) mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh
pada kadar gula tinggi, (2) mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam
halogen yang tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30 %. Bakteri
yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya.
Selain itu bakteri ini memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein, sehingga
tahanterhadap ion Natrium.
B. Unsur – Unsur Kimiawi yang Dibutuhkan dalam Pertumbuhan dan Perkembangan Mikroba
1. Sumber Karbon
Tumbuhan-tumbuhan dan beberapa bakteri mampu mengunakan energi fotosintetik untuk
mereduksi karbondioksida pada penggunaan air. Organisme ini termasuk kelompok autotrof,
makhluk hidup yang tidak membutuhkan nutrient organik untuk pertumbuhannya. Autotrof lain
adalah khemolitotrof, organisme yang menggunakan substrat anorganik seperti hidrogen atau
thiosulfat sebagai reduktan dan karbondioksida sebagai sumber karbon. Heterotrof membutuhkan
karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon organik tersebut harus dalam bentuk yang
dapat diasimilasi. Contohnya, naphthalene.

2. Sumber Nitrogen
Nitrogen merupakan komponen utama protein dan asam nukleat, yaitu sebesar lebih kurang 10
persen dari berat kering sel bakteri. Sumber nitrogen yang paling lazim untuk mikroorganisme
adalah garam-garam ammonium. Beberapa prokariot mampu mereduksi nitrogen molekul (N2 atau
dinitrogen). Mikroorganisme lain memerlukan asam-asam amino sebagai sumber nitrogen, jadi yang
mengandung nitrogen organik. Tidak semua mikroorganisme mampu mereduksi sulfat, beberapa
diantaranya memerukan H2S atau sistein sebagai sumber S. Mikroba dapat menggunakan nitrogen
dalam bentuk amonium, nitrat, asam amino, protein, dan sebagainya. Jenis senyawa nitrogen yang
digunakan tergantung pada jenis jasadnya. Beberapa mikroba dapat menggunakan nitrogen dalam
bentuk gas N2 (zat lemas) udara. Mikroba ini disebut mikrobia penambat nitrogen.
3. Sumber Belerang
Belerang adalah komponen dari banyak substansi organik sel. Belerang membentuk bagian struktur
beberapa koenzim dan ditemukan dalam rantai samping cisteinil dan merionil protein. Belerang
dalam bentuk asalnya tidak dapat digunakan oleh tumbuhan atau hewan. Namun, beberapa bakteri
autotropik dapat mengoksidasinya menjadi sulfat (SO42-).
4. Sumber Phospor
Fosfat (PO43-) dibutuhkan sebagai komponen ATP, asam nukleat dan sejumlah koenzim seperti NAD,
NADP dan flavin. Selain itu, banyak metabolit, lipid (fosfolipid, lipid A), komponen dinding sel
(teichoic acid), beberapa polisakarida kapsul dan beberapa protein adalah bergugus fosfat. Fosfat
selalu diasimilasi sebagai fosfat anorganik bebas (Pi).
5. Sumber Mineral
Sejumlah besar mineral dibutuhkan untuk fungsi enzim. Ion magnesium (Mg2+) dan ion ferrum
(Fe2+) juga ditemukan pada turunan porfirin yaitu: magnesium dalam molekul klorofil, dan besi
sebagai bagian dari koenzim sitokrom dan peroksidase. Mg2+ dan K+ keduanya sangat penting untuk
fungsi dan kesatuan ribosom. Ca2+ dibutuhkan sebagai komponen dinding sel gram positif,
meskipun ion tersebut bebas untuk bakteri gram negatif. Banyak dari organisme laut membutuhkan
Na+ untuk pertumbuhannya.

6. Sumber Oksigen
Untuk sel, oksigen tersedia dalam bentuk air. Selanjutnya oksigen juga terdapat dalam CO2 dan
dalam bentuk senyawa organik. Selain itu masih banyak organisme yang tergantung dari oksigen
molekul (O2 atau dioksigen). Oksigen yang berasal dari molekul oksigen hanya akan diinkorporasi ke
dalam substansi sel kalau sebagai sumber karbon digunakan metana atau hidrokarbon aromatic
yang berantai panjang. Mikroorganisme anaerob fakultatif tumbuh dengan adanya O2 udara, jadi
bersifat aerotoleran; tetapi organisme ini tidak dapat memanfaatkan O2, tetapi memperoleh energi
semata-mata dari peragian. Jenis bakteri anaerob fakultatif lain (Enterobacteriaceae) dan banyak
ragi dapat beralih dari peroleh energi dengan respirasi (dengan adanya O2) ke peragian (tanpa O2).
C. Fase Perkembangan Bakteri
Bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak dengan cepat bila dalam keadaan yang
menguntungkan. Pertumbuhan bakteri dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu:
1. Fase Adaptasi (Lag Phase)
Merupakan periode penyesuaian diri bakteri terhadap lingkungan dan lamanya mulai dari satu jam
hingga beberapa hari. Lama waktu ini tergantung pada macam bakteri, umur biakan, dan nutrien
yang terdapat dalam medium yang disediakan. Pada fase ini bakteri beradaptasi dengan lingkungan,
belum mampu mengadakan pembiakan, terapi metabolisme sel bakteri meningkat dan terjadi
perbesaran ukuran sel bakteri.
2. Fase Pertumbuhan (Log Phase)
Fase ini merupakan periode pembiakan yang cepat dan merupakan periode yang didalamnya dapat
teramati ciri khas sel-sel yang aktif. Selama fase ini pembiakan bakteri berlangsung cepat, sel-sel
membelah dan jumlahnya meningkat secara logaritma sesuai dengan pertambahan waktu, beberapa
bakteri pada fase ini biasanya menghasilkan senyawa metabolit primer, seperti karbohidrat dan
protein. Pada kurva, fase ini ditandai dengan adanya garis lurus pada plot jumlah sel terhadap waktu
3. Fase Stasioner (Stationer Phase)
Fase ini merupakan suatu keadaan seimbang antara laju pertumbuhan dengan laju kematian,
sehingga jumlah keseluruah bakteri yang hidup akan tetap. Beberapa bakteri biasanya menghasilkan
senyawa metabolit sekunder seperti antibiotika dan polimer pada fase ini. Tahap stasioner dimulai
kalau sel-sel sudah tidak tumbuh lagi. Kecepatan pertumbuhan tergantung dari kadar substrat,
menurunnya kecepatan pertumbuhan sudah terjadi ketika kadar substrat berkurang sebelum
substrat habis terpakai. Massa bakteri yang dicapai pada tahap stasioner dinamakan hasil atau
keuntungan. Massa bakteri ini tergantung dari jenis dan jumlah nutrient yang digunakan dan kondisi
baik.
4. Fase Kematian (Death Phase)
Pada fase ini, laju kematian bakteri melampaui laju pembiakan bakteri. Hal ini disebakan karena
habisnya jumlah makanan dalam medium sehingga pembiakan bakteri terhenti dan keadaan
lingkungan yang jelek karena semakin banyaknya hasil metabolit yang tidak berguna dan
mengganggu pertumbuhan bakteri.
Grafik Pertumbuhan Bakteri
Keterangan:
1 : Fase adaptasi (Lag phase)
2 : Fase pertumbuhan (Log phase)
3 : Fase stasioner (Stationary phase)
4 : Fase kematian (Death phase)
D. Pengukuran Pertumbuhan Bakteri
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel per satuan isi
kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel persatuan isi kultur). Dua parameter ini tidak
selalu sama karena berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan
kultur, kedua parameter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang lebih bermakna,
sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas
yang bermakna.
Analisis kuantitatif mikrobiologi pada bahan pangan penting dilakukan untuk mengetahui mutu
bahan pangan dan menghitung proses pengawetan yang akan diterapkan pada bahan pangan
tersebut. Beberapa dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam
suatu suspensi atau bahan. Perhitungan massa sel secara langsung atau tidak langsung sering
digunakan untuk mengukur pertumbuhan sel selama proses fermentasi, dimana komposisi substrat
atau bahan yang difermentasi dapat diamati dan diukur dengan teliti.
Untuk menentukan massa sel mikroba dalam suatu populasi, dilakukan dengan cara
menumbuhkannya dalam suspensi homogen pada medium yang sesuai dengan konsentrasi (jumlah
sel/ ml) dan densitasnya (mg/ml), dihitung adanya peningkatan seiring dengan waktu. Pada kultur
pertumbuhan mikroba dapat ditentukan laju pertumbuhan dan waktu penuh.Metode penentuan
massa sel dapat dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran
pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :

1. Metode Total Count


Pada metode ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan
jumlah sel dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993). Jika
setetes kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui volumenya,
maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut memiliki keterbatasan, yaitu tidak
dapat membedakan sel hidup atau mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat
sedikit (kurang dari 102 sel/ml) (Purwoko, 2007).
Kelemahan lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti bakteri karena
kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya lensa objektif celup minyak. Hal ini
dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah
kadang-kadang cenderung bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara
mengatasinya ialah mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut dengan menambahkan
bahan anti gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina tetra asetat dan tween-80 sebanyak 0,1%.
Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak peralatan
(Hadioetomo, 1993).

2. Metode Turbidimetrik
Bila kita harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan bukanlah pilihan
yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan media dan pecah-belah
dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang lebih cepat dan praktis, yaitu
pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer (Hadioetomo, 1993).
Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas) kultur.
Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar metode turbidimeter adalah
jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah
cahaya yang diserap propisional (sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya
yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel, semakin
sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan tidak dapat membedakan antara sel
mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).
3. Metode Berat Kering
Cara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode tersebut relatif
mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian bagian yang disaring atau
yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel
yang hidup dan mati. Akan tetapi keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode tersebut
dalam hal mengukur efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat,
sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senyawa yang
diinginkan (Purwoko, 2007).
4. Metode Elektronic Counter
Pada pengukuran ini, suspensi mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil
(orifice) dengan bantuan aliran listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur
tekanan listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice.
Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa diperoleh dengan lebih cepat
dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak
bisa digunakan untuk menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan sebagainya,
serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008).
5. Metode Plating Techique
Metode ini merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di
dasarkan pada asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan memproduksi satu koloni
tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan cara membuat
seri pengenceran sampel dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada
plat dengan jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah sederhana,
mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat digunakan untuk
menghitung mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus
digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang akurat karena satu koloni tidak selalu
berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).
6. Metode filtrasi membran
Pada metode ini sampel dialirkan pada suatu sistem filter membran dengan bantuan vaccum. Bakteri
yang terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai dan jumlah koloni dihitung.
Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem perhitungannya langsung,
sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi, 2008).
Metode pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
beberapa metode sebagai berikut :

1. Metode Viable Count

Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media,
sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12
jam. Akan tetapi cara ini memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari
sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan tidak dapat di aplikasikan
pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel
bakteri harus mendekati kelipatan 10 pada setiap pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap
gagal. Misalnya cawan yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar
2-4 untuk sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel pengenceran (10(x+1)) dan 200-400
untuk sampel pengenceran (10-(x+2)) (Purwoko, 2007).
2. Metode Aktivitas Metabolik
Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu, misalnya asam atau CO2,
menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam media. Misalnya pengukuran produksi
asam untuk menentukan jumlah vitamin yang di hasilkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
3. Metode Berat Sel Kering
Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi berfilamen. Miselium fungi
dipisahkan dari media dan dihitung sebagai berat kotor. Miselium selanjutnya dicuci dan dikeringkan
dengan alat pengering (desikator) dan ditimbang beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan
yang dihitung sebagai berat sel kering (Pratiwi, 2008).
Menurut Pelezar and Chan (1986), juga menyatakan bahwa penentuan massa sel berdasar jumlah
partikel dengan menggambarkan sinar yang dilewatkan pada suspensi sel. Jumlah sinar yang
dihambat proporsional dengan massa sel yang ada, semakin banyak massa sel yang ada dalam
susupensi maka sinar yang dihamburkan akan semakin banyak. Sejumlah sinar tersebut akan
mencapai suatu alat (sejenis detector), dimana alat tersebut akand ihubungkan dengan skala
pembacaan untuk absorbansi. Semakin banyak jumlah sinar yang tertangkap oleh detector maka
nilai absorbansi yang terbaca akan semakin besar. Intensitas cahaya yang ditransmisikan dan
diabsorbansi oleh larutan dapat ditentukan dengan hukum Lambert-Beer . Rasio intensitas yang
diteruskan (I) dengan intensitas cahaya mula-mula (I0) disebut persen transmitansi (%T). Semakin
keruh suatu suspensi maka semakin kecil %T. secara matematis hukum Lambert-Beer yaitu: A = log
(I0/It) = – log(I0/It) = – log T = abc
Dimana :
A : absorbansi
a : tetapan absorbivitas
b : tebal laritan yang dilalui sinar
c : konsentrasi larutan
BAB III PE N U T U P
A. Kesimpulan
Kondisi fisik yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan bakteri adalah Temperatur,
Kondisi atmosfer seperti kadar oksigen, dan tekanan udara, Konsentrasi ion hidrogen ( PH ), Tekanan
Osmosis.
Unsur – unsur kimiawi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan dan perkembangan mikroba adalah
Karbon, Nitrogen, Belerang, Phospor, Mineral, Oksigen.
Fase perkembangan bakteri adalah Fase Adaptasi (Lag Phase), Fase Pertumbuhan (Log Phase), Fase
Stasioner (Stationer Phase) dan Fase Kematian (Death Phase).
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat dilakukan dengan Metode Total
Count, Metode Turbidimetrik, Metode Berat Kering , Metode Elektronic Counter, Metode Plating
Techique, dan Metode filtrasi membrane,
Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan dengan Metode
Viable Count, Metode Aktivitas Metabolik, dan Metode Berat Sel Kering.
Daftar Pustaka
https://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/11/pertumbuhan-bakteri/,diakses pada tanggal 22
Mei 2015
http://antialutfiani.blogspot.com/2013/09/nutrisi-mikroba.html, diakses pada tanggal 22 Mei 2015
http://pertumbuhanmikrobiologi.blogspot.com/,diakses pada tanggal 22 Mei 2015

Anda mungkin juga menyukai