Anda di halaman 1dari 55

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah, dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini

Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun
segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik
kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga makalah ini dapat diambil


hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Gorontalo, 29 Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep promosi kesehatan merupakan pengembangan dari
konseppendidikan kesehatan, yang berlangsung sejalan dengan perubahan
paradigm kesehatan masyarakat (public health). Perubahan paradigma
kesehatan masyarakat terjadi antara lain akibat berubahnya pola penyakit,
gaya hidup, kondisi kehidupan, lingkungan kehidupan, dan demografi. Pada
awal perkembangannya, kesehatan masyarakat difokuskan pada faktor-faktor
yang menimbulkan risiko kesehatan seperti udara, air, penyakit-penyakit
bersumber makanan seperti penyakit penyakit lain yang berhubungan dengan
kemiskinan dan kondisi kehidupan yang buruk. Dalam perkembangan
selanjutnya, disadari bahwa kondisi kesehatan juga dipengaruhi oleh gaya
hidup masyarakat (Depkes RI., 2004).
Aktivitaspromosi kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah advokasi
(advocating),pemberdayaan (enabling) dan mediasi (mediating). Selain itu,
juga dirumuskan 5komponen utama promosi kesehatan yaitu:
1) membangun kebijakan public berwawasan kesehatan (build healthy public
policy)
2) menciptakan lingkunganyang mendukung (create supportive environment)
3) memperkuat gerakanmasyarakat (strengthen community action),
4) membangun keterampilan individu(develop personal skill)
5) reorientasi pelayanan kesehatan (reorient healthservices).
Berdasarkan Piagam Ottawa tersebut, dirumuskan strategi dasarpromosi
kesehatan, yaitu empowerment (pemberdayaan masyarakat), socialsupport
(bina suasana), dan advocacy (advokasi) (WHO, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian promosi kesehatan?
2. Apa sasaran promosi kesehatan?
3. Apa strategi promosi kesehatan?
4. Apa metode promosi kesehatan?
5. Apa jenis promosi kesehatan?
6. Apa jenis media promosi kesehatan?
7. Apa rancangan promosi kesehatan?
8. Apa langkah-langkah promosi kesehatan?
1.3 Tujuan
Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami mengenai
tentang promosi kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PromosiKesehatan


Promosi kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan
dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan
sesuatu anjuran yang ada hubungannya dengankesehatan (Azwar,1983 ;
Machfoedz,etal.,2005).
Tujuanpromosi kesehatan sendiri adalah mengubahperilaku
masyarakat kearah perilaku sehat sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yangoptimal.Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal, tentunya perubahan perilaku yang diharapakan setelah menerima
promositidak dapat terjadi sekaligus (Herijulianti, 2002). Menurut
(Machfoedz, etal., 2005), Promosi kesehatan merupakan proses perubahan,
yang bertujuan mengubah individu, kelompok dan masyarakat menuju hal-
hal yang positifsecaraterencanamelaluiproses belajar.
2.2 Sasaran Promosi Kesehatan
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis
sasaran, yaitu
1) sasaran primer
2) sasaran sekunder
3)sasaran tersier.
1. Sasaran Primer
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari
masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu
yang mudah.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baikpemuka
informal (misalnya pemuka adat, pemuka agamadan lain-lain) maupun
pemuka formal (misalnya petugaskesehatan, pejabat pemerintahan dan
lain-lain), organisasikemasyarakatan dan media massa. Mereka
diharapkandapat turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS
pasien,individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara:Berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS.Turut menyebarluaskan
informasi tentang PHBS danmenciptakan suasana yang kondusif bagi
PHBS.Berperan sebagai kelompok penekan (pressure group)
gunamempercepat terbentuknya PHBS.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yangberupa
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatandan bidang-bidang lain
yang berkaitan serta mereka yangdapat memfasilitasi atau menyediakan
sumber daya. Merekadiharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan
PHBSpasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga).
2.3 Strategi Promosi Kesehatan
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perludilaksanakan
strategi promosi kesehatan paripurna yang terdiri dari pemberdayaan, yang
didukung oleh binasuasana dan advokasi, serta dilandasi oleh semangat
kemitraan. Pemberdayaan adalah pemberian informasi danpendampingan
dalam mencegah dan menanggulangimasalah kesehatan, guna membantu
individu, keluarga ataukelompok-kelompok masyarakat menjalani tahap-
tahap tahu,mau dan mampu mempraktikkan PHBS. Bina suasana adalah
pembentukan suasana lingkungansosial yang kondusif dan mendorong
dipraktikkannya PHBS serta penciptaan panutan-panutan dalam mengadopsi
PHBSdan melestarikannya.
2.4 Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap
muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara
tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun
tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain :
kunjungan rumah, hubungan telepon dan lain-lain
b. Pendekatan Kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan
sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam
ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok,
Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan Masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara
sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode
yang masuk dalam golongan iniadalah :Pertemuan umum, pertunjukan
kesenian, Penyebaran tulisan/poster/mediacetak lainnya, Pemutaran
film, dll
3. Berdasarkan Indera Penerima
a. Metode melihat/memperhatikan. Dalam hal ini pesan diterima sasaran
melaluiindera penglihatan, seperti : Penempelan Poster, Pemasangan
Gambar/Photo,Pemasangan Koran dinding, Pemutaran Film
b. Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui
inderapendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio, Pidato,
Ceramah, dll
c. Metode “kombinasi”. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara
(dilihat, didengar,dicium, diraba dan dicoba)
2.5 Media Promosi Kesehatan
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa
atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan
pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu
melalui media cetak, elektronik (TV, radio, komputer, dan lain-lain) dan
media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang
akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap
kesehatannya.
2.6 Jenis Media Promosi Kesehatan

1. Berdasarkan bentuk umum penggunaan (Notoatmodjo, 2005)


a. Bahan bacaan : Modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet, majalah,
buletin, dan sebagainya.
b. Bahan peragaan : Poster tunggal, poster seri, plipchart, tranparan, slide,
film, dan seterusnya.
2. Berdasarkan cara produksinya, media promosi kesehatan dikelompokkan
menjadi:
a. Media cetak, yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan
visual. Media cetak pada umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata,
gambar atau foto dalam tata warna. Fungsi utama media cetak ini
adalah memberi informasi dan menghibur. Adapun macam-macamnya
adalah poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker,
dan pamflet.
b. Media elektronika yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu
elektronika.
Adapun macam-macam media tersebut adalah TV, radio, film, video
film, cassete, CD, VCD.
2.7 Rancangan Pengembangan Media
Pada tahap ini dirancang atau direncanakan berbagai strategi dan model
intervensi yang menjelaskan beberapa komponen utama, yaitu :
a. Menetapkan tujuan
Tujuannya adalah suatu pernyataan tentang suatu keadaan di masa datang
yang akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan tertentu (Notoatmodjo,20
05).
b. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang
tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan.
Tujuannya adalah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya dan
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen. Dapat juga untuk
menentukan ketersediaan, jumlah dan jangkauan produk. Selain itu juga
dapat menghitung jenis media dan menempatkan media yang mudah
diakses oleh khalayak sasaran. Sebelum media promosi kesehatan
diluncurkan hendaknya perIu mengumpulkan data sasaran seperti : Data
karakteristik perilaku khalayak sasaran, Data epidemiologi, Data
demografi, Data geografi, Data psikologi (Notoatmodjo,2005).
c. Mengembangkan posisioning pesan
Posisioning adalah suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk perusahaan, individu atau apa saja dalam alam pikiran mereka
yang dianggap sebagai sasaran atau konsumennya. Posisioning bukan
sesuatu yang dilakukan terhadap produk tetapi sesuatu yang dilakukan
terhadap otak calon konsumen atau khalayak sasaran. Hal ini bukan
strategi produk tetapi strategi komunikasi. Di sini berhubungan dengan
bagaimana calon konsumen menempatkan produk kesehatan di dalam
otaknya (Notoatmodjo,2005).
2.8 Langkah-Langkah Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Langkah-langkah pelaksanaaan promosi kesehatan dibedakan atas dua
kelompok, yaitu langkah-langkah promosi kesehatan di Puskesmas, dan
langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat.
1. Langkah-langkah promosi kesehatan di Puskesmas
Pelaksanaan promosi kesehatan diPuskesmas pada dasarnya adalah
penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana,
danadvokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh
karenaitu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan
pengorganisasian untuk memberdayakan para petugasPuskesmas agar
mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang
pasien/klienPuskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya
darisisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi
kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluang peluang
di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung
Puskesmas. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas
kesehatankabupaten/kota Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaanpromo
si kesehatan di Puskesmas juga merupakan tanggung jawab dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dengan demikian, sangat diperlukan
keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas, khususnya dalamlangkah penggerakan dan
pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas. Petugas
Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari dinas
kesehatan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan: Pengenalan Kondisi
Puskesmas, Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas,
Musyawarah Kerja, Perencanaan Partisipatif, PelaksanaanKegiatan dan
Pembinaan Kelestarian.
a. Pengenalan Kondisi Masyarakat
Pengenalan kondisi institusi kesehatan untuk memperoleh data dan
informasi tentang PHBS di Puskesmas tersebut, sebagai data dasar
(baseline data). Yang digunakan sebagai standar adalah
persyaratanPuskesmas yang Ber-PHBS (8 indikator proksi).
Pengenalan kondisi Puskesmas ini dilakukan oleh fasilitator dengan
dukungan dari Kepala dan seluruh petugas Puskesmas. Pengenalan
kondisi Puskesmas dilakukan melalui pengamatan (observasi),
penggunaan daftar periksa (check list), wawancara, pemeriksaan
lapangan atau pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang
ada. Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di Puskesmas
b. Pengenalan kondisi Puskesmas dilanjutkan dengan identifikasi
masalah, yaitu masalah-masalah kesehatan yang saat ini dideritaoleh
pasien/pengunjung dan masalah-masalah kesehatan yang mungkin
akan terjadi (potensial terjadi) jika tidak diambil tindakan
pencegahan. Masalah-masalah kesehatan yang sudah diidentifikasi
kemudian diurutkan berdasarkan prioritas untuk penanganannya.
c. Musyawarah Kerja
Musyawarah Kerja yang diikuti oleh seluruh petugas/karyawan Pusk
esmas, diselenggarakan sebagai tindak lanjut Survai Mawas Diri,
sehingga masih menjadi tugas fasilitator untuk mengawalnya.
d. Perencanaan Partisipatif
Setelah diperolehnya kesepakatan, fasilitator mengadakan
pertemuan-pertemuan secara intensif dengan petugas kesehatan guna
menyusun rencana pemberdayaan pasien dalam tugas
masingmasing.Pembuatan rencana dengan menggunakan tabel
berikut:
Tabel. 2.1 Pembuatan rencana Partisipatif

Di luar itu, fasilitator juga menyusun rencana bina suasana


yangakan dilakukannya di Puskesmas, baik dengan pemanfaatan
mediamaupun dengan memanfaatkan pemuka/tokoh. Untuk bina
suasanadengan memanfaatkan pemuka/tokoh digunakan tabel berikut.
Tabel. 2.2 Pembuatan rencana Partisipatif

e. Pelaksana Kegiatan
Segera setelah itu, kegiatan-kegiatan yang tidak memerlukan biaya
operasional seperti pemberdayaan pasien/pengunjung dan advokasi dapat
dilaksanakan. Sedangkan kegiatan-kegiatan lain yang memerlukan dana
dilakukan jika sudah tersedia dana, apakah itu dana dari Puskesmas, dari
pihak donatur atau dari pemerintah.Pembinaan PHBS di Puskesmas
dilaksanakan dengan pemberdayaan, yang didukung oleh bina suasana dan
advokasi.
2. Langkah Promosi Kesehatan Di Masyarakat
Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat mencakup: Pengenalan
Kondisi Wilayah, Identifikasi Masalah Kesehatan, Survai Mawas Diri,
Musyawarah Desa atau Kelurahan, Perencanaan Partisipatif, Pelaksanaan
Kegiatan dan Pembinaan Kelestarian.
a. Pengenalan Kondisi Wilayah
Pengenalan kondisi wilayah dilakukan oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas dengan mengkaji data Profil Desa atau Profil Kelurahan dan
hasil analisis situasi perkembangan desa/kelurahan. Data dasar yang perlu
dikaji berkaitan dengan pengenalan kondisi wilayahadalah : Data geografi
dan demografi (jumlah RT/RW, Tingkat pendidikan, Jumlah desa, wilayah
dsb), Data Kesehatan (Jumlah kematian bayi, jumlah ibu hamil, menyusui
dan bersalin, jumlah penyakit ISPA, TBC dsb)
b. Survei Mawas Diri
Sebagai langkah pertama dalam upaya membina peran serta
masyarakat, perlu diselenggarakan Survai Mawas Diri, yaitu sebuah survai
sederhana oleh para pemuka masyarakat dan perangkat desa/kelurahan,
yang dibimbing oleh fasilitator dan petugas Puskesmas. Selain untuk
mendata ulang masalah kesehatan, mendiagnosis penyebabnya dari segi
perilaku dan menggali latar belakang perilaku masyarakat, survai ini juga
bermanfaat untuk menciptakankesadaran dan kepedulian para pemuka
masyarakat terhadapkesehatan masyarakat desa/kelurahan, khususnya dari
segi PHBS.
c. Muswarah Desa/Kelurahan
Musyawarah Desa/Kelurahan diselenggarakan sebagai tindak lanjut
Survai Mawas Diri, sehingga masih menjadi tugas fasilitator dan petugas
Puskesmas untuk mengawalnya. Musyawarah Desa/Kelurahan bertujuan:
Menyosialisasikan tentang adanya masalah-masalah kesehatan yang masih
diderita/dihadapi masyarakat. Mencapai kesepakatan tentang urutan
prioritas masalah masalah kesehatan yang hendak ditangani. Mencapai
kesepakatan tentang UKBM-UKBM yang hendakdibentuk baru atau
diaktifkan kembali.
d. Perencanaan
Setelah diperolehnya kesepakatan dari warga desa atau
kelurahan,Forum Desa mengadakan pertemuan-pertemuan secara
intensifguna menyusun rencana pengembangan kesehatan masyarakat
desa/kelurahan untuk dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan
Desa/Kelurahan
e. Pelaksana Kegiatan
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan kegiatan promosi
kesehatan, petugas Puskesmas dan fasilitator mengajak Forum Desa
merekrut atau memanggil kembali kader-kader kesehatanyang ada. Selain
itu, juga untuk mengupayakan sedikit dana (danadesa/kelurahan atau
swadaya masyarakat) guna keperluan pelatihankader kesehatan.
Selanjutnya, pelatihan kader kesehatan oleh fasilitator dan petugas
Puskesmas dapat dilaksanakan.
2.9 Contoh Promosi Kesehatan
Perilaku Menyikat Gigi Yang Baik dan Benar
Menyikat adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membersihkan
gigi dengan menggunakan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung
fluoride. Menyikat gigi bertujuan untuk membersihkan gigi dari sisa
makanan, mencegah dan membersihkan plak, membersihkan pewarnaan yang
menempel pada permukaan gigi, mengaplikasikan pasta gigi yang
mengandung fluor pada gigi serta memijat gusi.

Gambar 2.1 kerak pada gigi

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menyikat gigi yaitu :


1. Bentuk sikat gigi yang baik.
Bentuk sikat gigi yang baik untuk digunakan adalah bulu sikat gigi lembut
dan datar serta kepala sikat gigi ramping, sehingga mudah mencapai
daerah paling belakang. Bulu sikat gigi yang keras dapat merusakkan gigi
dan gusi, sedangkan kepala sikat gigi yang lebar akan sulit menjangkau
daerah paling belakang.

Gambar 2.2 sikat gigi


2. Frekuensi menyikat gigi dalam sehari.
Menyikat gigi sebaiknya dilakukan secara teratur 2 kali sehari yaitu pagi
sesudah makan dan malam sebelum tidur menggunakan pasta gigi
berfluoride dengan tekanan yang ringan dan gerakan yang lembut. Pasta
gigi berperan penting dalam membersihkan dan melindungi gigi dari
kerusakan karena pasta gigi mengandung fluoride. Penggunaan pasta gigi
tidak perlu berlebihan karenayang terpenting dalam membersihkan gigi ad
alah cara menyikat gigi.

Gambar 2.3 Penggunaan pasta gigi


3. Cara menyikat gigi yang benar.
Menyikat gigi yang benar harus dapat membersihkan semua permukaan
gigi agar bebas dari plak. Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan
efektif membersihkan plak.Menyikat gigi dengan tekanan yangringan dan
gerakan yang lembut sudah dapat membersihkan plak karena plak hanya
lapisan lunak. Menyikat gigi dengan tekan terlalu kuat dan gerakan yang
cepat akan merusakkan gigi dan gusi. Menyikat gigi yang tepat dibutuhkan
waktu minimal 2 menit. Semua permukaan gigi harus disikat sebanyak 5-
10 kali gerakan dengan cara sebagai berikut :
a. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir dan pipi untuk rahang atas
disikat dengan gerakan searah ke bawah dan rahang bawah dengan
gerakan searah ke atas.

Gambar 2.4 cara menggosok Permukaan gigi depan


b. Permukaan gigi belakang rahang atas yang menghadap ke langit-
langit disikat dengan gerakan searah ke bawah.

Gambar 2.5 cara menggosok Permukaan gigi rahang atas


c. Permukaan gigi depan rahang atas yang menghadap ke langit-langit
disikat dengan gerakan menarik ke bawah.

Gambar 2.6 cara menggosok Permukaan gigi rahang bawah


d. Permukaan gigi belakang rahang bawah yang menghadap ke lidah
disikat dengan gerakan searah ke atas.

Gambar 2.7 cara menggosok Permukaan gigi rahang belakang bawah


e. Permukaan gigi depan rahang bawah yang menghadap ke lidah
disikat dengan gerakan menarik ke atas.

Gambar 2.5 cara menggosok Permukaan gigi rahang depan bawah


f. Semua dataran pengunyah pada gigi rahang atas dan rahang bawah
disikat dengan gerakan maju mundur.

Gambar 2.5 cara menggosok Permukaan gigi rahang atas dan bawah
g. Cara memelihara sikat gigi setelah digunakan.
Kebersihan sikatgigi harus diperhatikan karena sikat gigi adalah salah
satu sumber menempelnya bakteri. Cara pemeliharaan sikat gigi yang
baik setelah digunakan adalah dicuci bersih dan disimpan di tempat
yang kering dengan kepala sikat gigi menghadap ke atas agar bulu
sikat gigi cepat kering karena bakteri sangat menyukai tempat yang
lembab. Gantikan sikat gigi 3-4 bulan sekali atau jika bulu sikat gigi
sudah rusak. Sikat gigi yang terlalu lama tidak diganti dapat menjadi
tempat berkembangbiaknya bakteri.Apa bilaker usakansikat gigi terja
di sebelumberusia 3 bulan merupakan tanda bahwa kita menyikat gigi
dengan tekanan terlalu kuat.
Persiapan
Hal yang perlu dipersiapkan dalam promosi untuk meningkatkan pengetahuan
dan perilaku masyarakat tentang menyikat gigi yang baik dan benar adalah :
1. Advokasi kepada pihak-pihak terkait
a. Dinas Kesehatan Kota Kupang
Dinas Kesehatan Kota Kupang agar dapat membantu memperbanyak
media promosi yang sudah dipersiapkan agar dapat menjangkau lebih
banyak siswa/I yang melihat dan membaca, sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam menyikat gigi secara
baik dan benar.
b. Dinas Pendidikan Nasional Kota Kupang
Dapat memasukan materi kesehatan gigi dan mulut diantaranya
tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar kedalam kurikulum
sekolah.
c. Sekolah Dasar
Pihak sekolah dasar khususnya guru-guru agar dapat membantu
mengarahkan kepada seluruh siswa/I tentang tujuan dan manfaat dari
media yang diberikan untuk dilihat dan dibaca, sehingga terjadi
peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku dalam menyikat gigi
secara baik dan benar.
2. Tenaga
Petugas kesehatan gigi yang bertugas untuk memberikan promosidan
memasang media promosi disekolah-sekolah dasar.
3. Media
Media yang dipersiapkan dan digunakan dalam promosi ini adalah
menggunakan poster yang berisi gambar-gambardan petunjuk singkat
tentang langkah-langkah menyikat gigi secara baik dan benar.
Pelaksanaan
1. Petugas kesehatan gigi meminta beberapa siswa/I untuk memperagakan
cara menyikat gigi yang biasanya dilakukan dirumah menggunakan alat
peraga yang sudah dipersiapkan (model gigi dan sikat gigi).
2. Petugas kesehatan gigi memberikan promosikepada siswa/I tentang cara
menyikat gigi secara baik dan benar menggunakan alat peraga (model gigi
dan sikat gigi).
3. Petugas kesehatan gigi memasang poster yang sudah dipersiapkan pada
tempat yang strategis.
4. Petugas kesehatan menginstruksikan kepada siswa/I agar dapat melihat
poster yang telah dipasang.
Evaluasi
Evaluasi program promosiini dilakukan untuk menilai hasil yang
dicapai dibandingkan dengan sumber daya (input) yang digunakan. Evaluasi
merupakan serangkaian kegiatan untuk membandingkan realisasi masukan
(input), pencapaian keluaran (output) dan dampak (outcome) dengan standar
atau indikator yang direncanakan. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran
sejauh mana program promosi kesehatan gigi mencapai tujuannya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan mempunyai peranan penting
dalam promosi kesehatan dengan tujuan mengubah perilaku masyarakat ke
arah perilaku sehats ehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Strategi promosi kesehatan yang dapat diakukan diantaranya adalah
dengan dilakukanya pemberdayaan, yang didukung oleh binasuasana dan
advokasi, serta dilandasi oleh semangat kemitraan. Diharapkan melalui
promosi kesehatan yang dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesehatan masyarakat.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,
saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
yang sama (WHO). Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang
optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana
perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang
didukung peran serta masyarakat.
Mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan.
Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan
masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian
dalam memecahkan masalah kesehatan.
Pendekatan pelayanan kesehatan adalah proses keperawatan yang
dilaksanakan melalui asuhan keperawatan yang bertujuan meningkatkan
status kesehatan, menurunkan faktor resiko dan membantu dalam proses
rehabilitasi serta perbaikan fungsi tubuh secara optimal. Salah satu yang
memerlukan pelayanan keperawatan yaitu komunitas anak – anak sekolah
melalui UKS.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
membangun kebiasaan dan perilaku sehat pada peserta didik usia sekolah
yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan terpadu (Integratif).
Perawat adalah salah satu petugas kesehatan yang terbanyak yang dapat
diandalkan untuk pembinaan UKS.
Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengetahui lebih lanjut salah satu
area keperawatan komunitas yaitu kesehatan sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa itu Usaha kesehatan sekolah?
2. Apa Isu Kesehatan Populasi Sekolah?
3. Apa Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah?
4. Apa Pembinaan lingkungan sekolah sehat?
5. Apa Praktik Perawatan Kesehatan Sekolah?
6. Apa Peran dan Fungsi Perawat di Sekolah?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut salah satu area
keperawatan komunitas kesehatan sekolah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Usaha kesehatan sekolah
Departemen Pendidikan dan kebudayaan menyatakan Usaha kesehatan
sekolah adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat
yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan
kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah
(Effendi, 1998)
Departemen kesehatan menyatakan Usaha kesehatan sekolah adalah usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik
beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama (Effendi,1998)

2.2 Isu Kesehatan Populasi Sekolah


Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena
proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia
(Reksoprodjo, 2002). Bersamaan dengan bertambahnya jumlah anak-anak
yang bersekolah sebagai akses terhadap pendidikan (FRESH, 2002).
Karena itu lingkungan sekolah paling berperan dalam memberikan suasana
belajar dan dorongan belajar yang positif dibandingkan dengan lingkungan
keluarga, khususnya lingkungan masyarakat. Bagaimanapun juga para siswa
selalu berada dalam resiko kesehatan dan status nutrisi yang buruk. Namun
hal tersebut dapat ditangani secara efektif, sederhana dan dengan biaya yang
murah melalui program kesehatan sekolah (FRESH, 2002).
James FMckenzie, dkk (2007: 147), mengemukakan bahwa program
kesehatan sekolah merupakan suatu komponen penting dalam kesehatan
masyarakat, walau tanggung jawab utama untuk kesehatan anak usia sekolah
berada ditangan orang tua/wali, sekolah memiliki potensi yang sangat
dominan untuk mempengaruhi kesehatan anak, kehidupan keluarga, dan
kesehatan masyarakat. Proses perkembangan perilaku dan pribadi individu
dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan (heredity),
kematangan (maturation), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor
tersebut mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi
laju proses pekembangan tersebut. Perkembangan masa remaja bergantung
atas variasi salah satu atau beberapa ketiga faktor tersebut. Beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan fisik dan
psikomotorik, misalnya perkembangan ukuran tinggi dan berat badan yang
kurang proporsional dapat membuat ekses psikologis, perubahan suara dan
peristiwa menstruasi dapat juga menimbulkan gejala-gejala emosional, dan
matangnya organ-organ reproduksi.
b. Masalah yang timbul bertalian dengan perkembangan bahasa dan perilaku
kognitif, misalnya terjadi ketidakselarasan antara keinginan atau minat
seseorang dengan bakat khusus, sering membawa kesulitan dalam memilih
program, sehingga banyak kegagalan studi yang mungkin bersumber pada
pilihan yang kurang tepat.
Banyak sekali isu dan permasalahan yang terjadi pada anak di usia
remaja ini, yang apabila dibiarkan terus–menerus permasalahan tersebut dapat
mengancam kehidupan remaja di masa depan.Berikut ini adalah beberapa isu
dan permasalahan remaja yang terjadi di lingkungan sekitar kita, yaitu:
Merokok
Beberapa motivasi yang melatar belakangi seseorang merokok diantaranya,
yaitu:
a. Mendapat pengakuan (anticipatory beliefs),
b. Untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs)
c. menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive
beliefs/ fasilitatif) (Joewana, 2004)
Dari penjelasan diatas dapat dijelaskan lagi bahwa penyebab seorang
remaja menjadi perokok dapat dipengaruhi oleh keinginan dari diri
pribadinya sendiri tetapi dapat juga di pengaruhi oleh faktor – faktor luar,
yaitu:
1. Pengaruh Orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak
muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman
fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak
muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer &
Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
2. Pengaruh Teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah
perokok juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua
kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-
temannya atau bahkan teman – teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri
remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara
remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
Bachri, 1991).
3. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki
skor yang rendah (Atkinson, 1999).
Penyimpangan Seks
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian
pemerintah, karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani
remaja sebagaim individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi
secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga membebani sumber-
sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya
dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan
tentang keluarga berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga
diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan ketidakamanan atau
impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang sangat
untuk mendapatkan kebebasan.
Remaja dan HIV/AIDS
Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap HIV/AIDS adalah:
a. Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang aman
dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum
muda. Kurangnya informasi ini disebabkan adanya nilai-nilai agama,
budaya, moralitas dan lain-lain. Sehingga remaja seringkali tidak
memperoleh informasi maupun pelayanan kesehatan reproduksi yang
sesungguhnya dapat membantu remaja terlindung dari berbagai resiko,
termasuk penularan HIV/AIDS.
b. Perubahan fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi
dorongan seksual. Kondisi ini mendorong remaja untuk mencari tahu
dan mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan
seks dan penggunaan narkoba.
c. Adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang
diperoleh melalui seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang
disampaikan melalui berbagai media cetak atau elektronik.
d. Adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan hubungan seks,
misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan.
e. Resiko HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS
mempunyai periode inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera
terlihat.
Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan Narkoba di Indonesia sangatlah banyak, di mana 70%
diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
Permasalahan lain yang belum begitu diperhatikan adalah masalah
gangguan perkembangan dan perilaku pada anak sekolah. Gangguan
perkembangan dan perilaku pada anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak
dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan ini akan mempengaruhi prestasi
relajar dan masa depan anak. Selanjutnya akan divas tentang permasalahan
kesehatan anak usia sekolah diantaranya adalah penyakit menular, penyakit
non infeksi, gangguan pertumbuhan, gangguan perkembangan dan perilaku.
Contoh Kebijakan Kesehatan Dan Perlindungan Sekolah:
1. Kehamilan dini yang tidak diinginkan dan konsekuensinya
a. Memberikan kesempatan peserta didik yang hamil tetap bersekolah
b. Melibatkan pendidikan kehidupan keluarga dalam kurikulum
c. Melarang semua jenis diskriminasi
2. Sekolah Bebas Rokok dan Penyalahgunaan NAPZA
a. Larangan merokok di lingkungan sekolah
b. Larangan menjual rokok kepada anak
c. Larangan adanya iklan dan promosi rokok
d. Pendidikan kesehatan yang memfokuskan kepada bahaya
penyalahgunaan NAPZA
3. Sanitasi dan Kesehatan
a. Pemisahan WC untuk guru lelaki dan perempuan dan juga untuk
peserta didik laki-laki dan perempuan
b. Penggunaan air bersih di semua sekolah
c. Komitmen aktif dari Persatuan Guru dan Orang Tua serta Komite
Sekolah untuk memelihara fasilitas air dan sanitasi
4. HIV dan AIDS dan Penyakit Menular lainnya
a. Pendidikan kesehatan berbasis kecakapan yang memfokuskan pada
pencegahan HIV dan AIDS
b. Pemberdayaan teman sebaya dan konseling HIV dan AIDS di sekolah
c. Tidak ada diskriminasi kepada guru dan peserta didik yang mengidap
HIV DAN AIDS dan penyakit menular lainnya
d. Pendidikan kesehatan yang memfokuskan kepada pencegahan dan
bahaya penyakit menular lainnya
e. Adanya akses terhadap upaya pencegahan melalui media
5. Kekerasan dan Pelecehan Seksual terhadap peserta didik
a. Jaminan hukum bahwa kekerasan dan pelecehan seksual itu dilarang
di sekolah
b. Sosialisasi perundangan agar dikenal dan diterima semua orang
c. Pemberdayaan remaja untuk melaporkan kasus-kasus yang ditemukan
d. Memperkuat tindakan kedisiplinan yang efektif untuk mereka yang
melakukan kekerasan
6. Sosialisasi tentang Kesehatan dan Gizi Sekolah
a. Pelatihan dan pemanfaatan tenaga guru untuk ikut menangani
kesehatan dan gizi peserta didik, serta melakukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan, juga melibatkan masyarakat setempat
b. Peraturan untuk pengelola kantin dan pedagang makanan kaki lima di
sekitar sekolah berkenaan dengan kualitas, kebersihan, dan stiker
makanan yang dijual
2.3 Upaya Peningkatan Kesehatan Anak Sekolah
Peningkatan kesehatan anak sekolah dengan titik berat pada upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang
berkualitas, Usaha kesehatan Sekolah (UKS) menjadi sangat penting dan
strategis untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. UKS
bukan hanya dilaksanakan di Indonesia, tetapi dilaksanakan di seluruh dunia.
Health Promoting School adalah sekolah yang telah melaksanakan UKS
dengan ciri-ciri melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah
kesehatan sekolah, menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan aman,
memberikan pendidikan kesehatan di sekolah, memberikan akses terhadap
pelayanan kesehatan, ada kebijakan dan upaya sekolah untuk
mempromosikan kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat.
Upaya Health Promoting School tersebut dengan titik berat pada upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang
berkualitas adalah :
a. Promotif dan Pencegahan
b. Pemberian nutrisi yang baik dan benar
c. Perilaku hidup sehat jasmani dan rohani
d. Deteksi dini dan pencegahan penyakit menular
e. Deteksi dini gangguan penyakit kronis pada anak sekolah
f. Deteksi dini gangguan pertumbuhan anak usia sekolah
g. Deteksi dini gangguan perilaku dan gangguan belajar
h. Imunisasi anak sekolah
i. Kuratif dan rehabilitasi
Trias Uks
Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah disebut dengan TRIAS UKS, yang
terdiri dari :
a. Pendidikan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan
c. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Ferry Effendi,
2009).
Penjelasan mengenai TRIAS UKS adalah sebagai berikut :
Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
agar dapat tumbuh kembang sesuai, selaras,seimbang dan sehat baik fisik,
mental, social, maupun lingkungan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan atau latihan yang diperlukan bagi peranannya saat ini maupun di masa
yang mendatang (FerryEffendi, 2009).
Tujuan pendidikan kesehatan :
a. Peserta didik dapat memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan,
termasuk cara hidup sehat dan teratur.
b. Peserta didik dapat memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip
hidup sehat.
c. Peserta didik dapat memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang
berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatankesehatan;
d. Peserta didik dapat memiliki kebiasaan dalam hidup sehari-hari yang
sesuai dengan syarat kesehatan;
Pelaksanaan pendidikan kesehatan diberikan melalui :
a. Kegiatan kurikuler
Pelaksanaan pendidikan kesehatan melalui kegiatan kurikuler
adalah pelaksanaan pendidikan pada jam pelajaran yaitu mata
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pelaksanaanya
diberikan melalui peningkatan pengetahuan penanaman nilai dan sikap
positif terhadap prinsip hidup sehat dan peningkatan keterampilan
dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan
pemeliharaan,pertolongan dan perawatan kesehatan (FerryEffendi, 2009).
b. Kegiatan Ekstrakulikuler
Maksudnya adalah pendidikan kesehatan di masukkan dalam
kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler dalam rangka menanamkan
perilaku sehat peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat
berupa penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan
dengan higiene personal yang meliputi pemeliharaan gigi dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, dan sebagainya, lomba poster sehat, dan
perlombaan keberihan kelas, dsb (FerryEffendi, 2009).
Pelayanan kesehatan
Pelayanan adalah upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
(preventif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta
didik dan lingkungannya (Ferry Effendi, 2009).
Tujuan pelayanan kesehatan
a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan
hidup sehat dalam rangka membentuk perilakuhidup sehat
b. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit dan
mencegah terjadinya penyakit, kelainan dancacat
c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat
penyakit/ kelainan pengembalian fungsi danpeningkatan
kemampuan peserta didik yang cidera/ cacat agar dapat berfungsi
optimal (Ferry Effendi, 2009).
Pelaksanaan pelayanan kesehatan
Dilakukan melalui serangkaian kegiatan peningkatan status kesehatan
promotive kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang
dilaksanakan secara ekstrakurikuler misal : dokter kecil, palang merah
remaja dan pramuka. Pencegahan penyakit (preventif) kegiatan pencegahan
dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan
pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses
penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit, misal : imunisasi peserta
didik kelas 1 dan kelas 6 di sekolah dasar.
Konseling kesehatan remaja di sekolah dan perguruan agama oleh kader
kesehatan sekolah, guru BP dan guru agama, dan puskesmas oleh dokter
puskesmas atau tenaga kesehatan lain. Penyembuhan dan pemulihan
kesehatan (kuratif dan rehabilitative) missal : diagnose dini, pengobatan
ringan, pertolongan pertama kecelakaan. Pelaksanaan pelayanan kesehatan
dilakukan secara terpadu, baik melalui kegiatan pokok dari puskesmas
maupun bersama dengan peran serta para tenaga pendidik, peserta didik dan
orang tua mereka.
2.4 Pembinaan lingkungan sekolah sehat
Program pembinaan lingkungan sekolah sehat mencakup pembinaan
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat sekitar dan unsur-unsur
penunjang.
1. Program pembinaan lingkungan sekolah :
Lingkungan Fisik Sekolah meliputi :
a. Penyediaan air bersih
b. Pemeliharaan dan penampungan air bersih
c. Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah
d. Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
e. Pemeliharaan WC/ jamban/ urinoir
f. Pemeliharaan kamar mandi
g. Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, dan ruang ibadah
Lingkungan Mental dan Sosial
a. Konseling kesehatan
b. Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan
c. Perkemahan
d. Penjelajahan, heking/ darmawisata
e. Teater, musik, olahraga
f. Kepramukaan, PMR, Dokter Kecil dan kader Kesehatan Remaja, dan
Karnaval, bazar, lomba.
2. Pembinaan Lingkungan Keluarga
Pembinaan Lingkungan Keluarga bertujuan
a. Meningkatkan pengetahuan orang tua peserta didik tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan; dan
b. Meningkatkan kemampuan dan partisipasi orang tua peserta didik
dalam pelaksanaan hidup sehat.
Pembinaan lingkungan keluarga dapat dilakukan antara lain dengan :
a. Kunjungan rumah yang dilakukan oleh pelaksana UKS
b. Ceramah kesehatan yang dapat diselenggarakan di sekolah dengan
bekerja sama dengan dewan sekolah, ataudipadukan dengan kegiatan
di masyarakat
c. Pembinaan Masyarakat Sekitar
d. Pembinaan dengan cara pendekatan kemasyarakatan dapat dilakukan
oleh kepala sekolah/ madrasah dan pondokpesantren, guru, pembina
UKS. Misalnya dengan jalan membina hubungan baik/ kerjasama
dengan masyarakat/LKMD/ dewan kelurahan, ketua RT/ RW, dan
organisasi-organisasi kemasyarakatan lainnya
2.5 PRAKTIK PERAWATAN KESEHATAN SEKOLAH
1. Sasaran UKS
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat
pendidikan :
a. Sekolah taman kanak-kanak
b. Pendidikan dasar
c. Pendidikan menengah
d. Pendidikan agama
e. Pendidikan kejuruan
f. Pendidikan khusus (sekolah luar biasa)
Untuk sekolah dasar usaha kesehatan sekolah diprioritaskan pada kelas I,
III dan kelas IV. Alasannya adalah :
a. Kelas I, merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru
dan lepas dari pengawasan orang tua, kemungkinan kontak dengan
berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidak
mengertiannya tentang kesehatan.
b. Kelas III, dilaksanankan di kelas tiga untuk mnegevaluasi hasil
pelaksanaan UKS dikelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya
yang akan dilakukan dalam program pembinaan UKS.
c. Kelas IV, dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang
pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharan dan
pemeriksaan kesehatan yang cukup. (Effendy, Nasrul. 1998)
2. Pengelolaan UKS
Yang terlibat dalam pelaksanaan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah:
a. Guru
b. Peseta didik
c. Petugas kesehatan dari puskesmas
d. Masyarakat sekolah (BP3)
Prinsip-prinsip dari pengolalaan UKS terdiri dari :
1. Mengikutsertakan peran serta aktif masyarakat sekolah, yang meliputi :
a. Masyarakat sekolah yang terdiri dari guru, peserta didik, karyawan
sekolah
b. Masyarakat di luar sekolah, orang tua murid yang bernaung di bawah
BP3 (Badan Pembantu Penyelengaraan Pendidikan)
Kegiatan yang terintegrasi merupakan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan pokok puskesmas
sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
peserta didik.
Melaksanakan rujukan merupakan cara untuk mengatasi masalah
kesehatan yang tidak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas kesehatan yaitu
puskesmas atau rujukan rumah sakit.
2.6 Peran dan Fungsi Perawat di Sekolah
Berikut peran perawat dalam pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) menurut Effendy, Nasrul (1998):
1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah :
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisa data dan perumusan masalah dan
prioritas masalah
b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersana TPUKS
c. Melakukan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang disusun
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS. Perawat kesehatan bertugas di
puskesmas dapat menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS, atau dapat
juga ditunjuk sebagai Koordinator UKS ditingkat puskesmas. Bila perawat
kesehatan ditunjuk sebagai coordinator maka pengelolaan pelaksanaan
UKS menjadi tanggung jawab atau paling tidak ikut terlibat dalam tim
pengelola di UKS.
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan. Peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung
melalui penyuluhan kesehatan yang bersifat umum dan klasikal, atau
secara tidak langsung sewaktu melakukan pemeriksaan peserta didik
secara perseorangan. (Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta)
Fungsi perawat sekolah diantaranya :
a. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah
b. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan social sekolah
c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.

Peran dan fungsi perawat professional sekolah menurut National


Assosiation of School Nurse (1996) dalam buku Community Health
Nursing : Promoting The Health Of Population (2001) :
a. Mempromosikan dan melindungi secara optimal status kesehatan anak
b. Memberikan assessment kesehatan
c. Mengembangkan dan merencanakan implementasi
d. Mempertahankan, mengevaluasi dan intrepretasi data kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan siswa
e. Berpartisipasi sebagai tim kesehatan dari tim evaluasi pendidikan anak
untuk mengembangkan IEP
f. Merencanakan dan melaksanakan managemen kesehatan untuk memenuhi
anak dengan kebutuhan khusus termasuk pemberian obat
g. Melakukan home visit untuk mengkaji kebutuhan keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan anak
h. Mengembangkan prosedur dan memberikan intervensi krisis untuk
penyakit akut, cedera dan gangguan emosional.
i. Mempromosikan dan membantu dalam mengontrol penyakit di komunitas
dengan melakukan pencegahan melalui program imunisasi, deteksi dini,
pengawasan, melaporkan dan memantau terjadinya penyakit
j. Merekomendasikan ketentuan lingkungan sekolah yang kondusif untuk
belajar
Analisis Pelaksanaan Program
Gambaran pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang
meliputi kebersihan dan kesehatan pribadi, kebersihan dan kesehatan mata,
kebersihan mulut dan gigi, penyuluhan kesehatan, pelayanan imunisasi,
penerapan dokter kecil pada sekolah sekolah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Dobo Kabupaten Kepulaun Aru Kota Mutiara Indah Cenderawasih
Lestari Tahun 2012 kurang baik.
a. Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pelaksanaan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) pada sekolah
sekolah secara keseluruhan hasilnya masuk dalam kategori kurang baik
dalam hal kebersihan dan kesehatan pribadi. Kurang baiknya pelaksanaan
disebabkan karena pelaksanaan tidak berjalan secara maksimal.
b. Kebersihan Dan Kesehatan Mata
Pelaksanaan program kebersihan dan kesehatan mata kurang baik Jika
program ini berjalan secara efektif maka akan sangat membantu para guru
untuk mentrasfer ilmu selama proses belajar mengajar berlangsung karena
semua mata pelajaran yang diberikan oleh guru dapat diserap dengan baik
oleh para murid karena memiliki mata dan tubuh yang sehat sehingga
makin membangkitkan semagat belajar oleh para siswa
c. Memelihara Kebersihan Mulut Dan Gigi
Pelaksanaan program kebersihan mulut dan gigi kurang baik Salah satu
bentuk pengawasan terhadap anak adalah dengan memberikan pemahaman
dan pengertian tentang makanan dan minuman yang tidak baik untuk
kesehatan mulut dan gigi serta bahaya yang ditimbulkan jika
mengkonsumsi makanan dan minuman yang tidak baik bagi kesehatan
mulut dan gigi.
d. Penyuluhan Kesehatan
Evaluasi pelaksanaan program UKS dalam hal penyuluhan kesehatan
cukup baik dengan tingkat pengelolaan yang sangat partisipatif.
Pentingnya penyuluhan kesehatan karena merupakan pilar utama
Kesehatan Masyarakat. Hal ini dapat dipahami karena semua bidang atau
program kesehatan mempunyai aspek perilaku. Penyakit menular maupun
tidak menular terjadi, bukan hanya karena adanya egent atau penyebab
penyakit saja, melainkan juga karena perilaku manusia.
e. Imunisasi
Hasil penelitian menunjukkan evaluasi pelaksanaan program UKS
dalam hal imunisasi cukup baik. Pemberian imunisasi akan meningkatkan
imunitas (kekebalan) anak usia sekolah terhadap campak. Sedangkan
tujuan umum dari pelaksanaan imunisasi adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan anak sekolah dan menurunkan angka kesakitan campak.
Tujuan khususnya di samping untuk meningkatkan kekebalan adalah agar
diperoleh perlindungan anak terhadap penyakit campak dalam jangka
waktu panjang.
f. Dokter kecil
. Kurang baiknya pelaksanaan program UKS dalam hal pelaksanaan dan
pengelolaan dokter kecil pada siswa sekolah disebabkan karena
pelaksanaan program UKS dalam hal pelaksanaan dan pengelolaan dokter
kecil tidak berjalan secara maksimal. Hal tersebut dibuktikan dengan
jarangnya dilaksanakan pelatihan dokter kecil oleh petugas puskesmas
sebagai syarat utama penanaman pengetahuan tentang peran dan tanggung
jawab bagi calon dokter kecil dalam menjalankan tugasnya. (Jonias, 2012)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Usaha kesehatan sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya
sebagai sasaran utama. Masalah kesehatan yang dihadapi oleh anak usia
sekolah sangat kompleks dan bervariasi. Salah satu upaya untuk
meningkatkan kesehatan sekolah yaitu adanya UKS dengan kegiatan utama
yang disebut dengan trias UKS, yang terdiri dari pendidikan kesehatan,
pelayanan kesehatan, serta pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang
sehat. Namun, dari beberapa penelitian pelaksanaan program UKS masih
belum berjalan baik.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya
penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejauh ini bentuk-bentuk pelayanan kesehatan yang dikenal masyarakat
dalam sistem pelayanan kesehatan adalah pelayanan rawat inap dan rawat
jalan. Pada sisi lain banyak anggota masyarakat yang menderita sakit karena
berbagai pertimbangan terpaksa dirawat di rumah dan tidak dirawat inap di
institusi pelayanan kesehatan. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan
perawatan kesehatan di rumah adalah:
1. Kasus-kasus penyakit terminal dianggap tidak efektif dan tidak efisien lagi
apabila dirawat di institusi pelayanan kesehatan. Misalnya pasien kanker
stadium akhir yang secara medis belum ada upaya yang dapat dilakukan
untuk mencapai kesembuhan,
2. Keterbatasan masyarakat untuk membiayai pelayanan kesehatan pada
kasus-kasus penyakit degeneratif yang memerlukan perawatan yang relatif
lama. Dengan demikian berdampak pada makin meningkatnya kasus-kasus
yang memerlukan tindak lanjut keperawatan di rumah.
3. Banyak orang merasakan bahwa dirawat inap di institusi pelayanan
kesehatan membatasi kehidupan manusia, karena seseorang tidak dapat
menikmati kehidupan secara optimal karena terikat dengan aturan-aturan
yang ditetapkan,
4. Lingkungan di rumah ternyata dirasakan lebih nyaman bagi sebagian
pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit, sehingga dapat
mempercepat kesembuhan (Depkes, 2002).
Perawatan Kesehatan di rumah bukanlah merupakan sebuah konsep baru
dalam sistem pelayanan kesehatan, khususnya pada praktek keperawatan
komunitas. Hal ini sudah dikembangkan sejak tahun 1859 yang pada saat itu
Willian Rathbone of Liverpool, England dan juga Florence Nightingale
melakukan perawatan kesehatan di rumah dengan memberikan pengobatan
kepada pasien (masyarakat) yang mengalami sakit terutama terutama mereka
dengan status sosial ekonomi rendah, kondisi sanitasi, kebersihan diri dan
lingkungan, dan gizi buruk sehingga beresiko tinggi terhadap berbagai jenis
penyakit infeksi yang umum ditemukan di masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya antara lain :
1. Apa defenisi, tujuan dan prinsip dari home care?
2. Bagaimana bentuk – bentuk layanan home care?
3. Bagaiamana aspek legal dan perizinan home care?
4. Bagaimana standar praktik pelayanan homecare?
5. Apa saja standar alat home care?
6. Bagaimana pendekatan interdisiplin dalam pelayanan home care?
7. Bagaimana kebijakan home care di Indonesia?
8. Bagaimana pro dan kontra home care di Indonesia?
9. Bagaimana kepercayaan dan kebudayaan dalam home care?
1.2 Tujuan
Agar pembaca mendapatkan pengetahuan lebih dan memahami mengenai
pelayanan kesehatan di rumah ( home care )
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Home Care


Pelayanan kesehatan rumah adalah komponen dari rentang pelayanan
kesehatan yang komprehensif yang di dalamnya terdapat pelayanan kesehatan
untuk indiidu dan keluarga di tempat tinggal mereka dengan tujuan
meningkatkan, memelihara atau memulihkan kesehatan atau meningkatkan
kemandirian, menimalkan akibat dari ketidakmampuan dan penyakit
terminal (Warhola, 1980).
Pelayanan kesehatan rumah merupakan kunjungan rumah dan bagian
integral dari pelayanan keperawatan, yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu individu, keluarga, dan masyarakat mencapai kemandirian dalam
menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi (Sherwen, 1991).
2.2 Tujuan Home Care
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga
2. Tujuan Khusus
a. Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri
b. Meningkatan kemandirian keluarga dalam pemeliharan kesehatan
c. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan dirumah
2.3 Prinsip Home Care
Agar pelayanan home care ini dapat berjalan dengan lancar maka perlu
diperhatikan beberapa prinsip dalam melakuakan pelayanan home care.
Prinsip – prinsip tersebut diantaranya :
1. Pengelolaan home care dilaksanakan oleh perawat
2. Pelaksana Home Care adalah terdiri dari profesi kesehatan yang ada
(dokter, bidan, perawat,ahli gizi, apoteker, sanitarian dan tenaga profesi
yang lain).
3. Mengumpulkan data secara sistematis, akurat dan komrehensif.
4. Memberipelayananparipurna yang terdiri dari prepentif, kuratif, promotif
dan rehabilitaif.
5. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui manajemen.
2.4 Bentuk – Bentuk Layanan Home Care
1. Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis masalah kesehatan yang dialami oleh pasien,
pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori yaitu :
a. Layanan perawatan pasien sakit
Keperawatan pasien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling
banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai
dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit
memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya
dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah
sakit.
b. Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada
promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan
seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan,
pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia
beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag diet mereka.
c. Pelayanan atau asuhan spesialistik
Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada
penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis
seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan dan
asuhan pada anak.
2. Berdasarkan institusi penyelenggara
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home
Care (HC), antara lain:
a. Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung
dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi
(baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh
tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Pasien yang
dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah.
Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)
b. Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela
dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau
organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur,
misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada
keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan
Tuhan.
c. Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk
praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang
menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik
secara langsung dari pasien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga
(asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak
berorientasi “not for profit service”
d. Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada pasien yang telah dirawat dirumah
sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka
dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa
yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
a. Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga
kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang
(misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga
untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara
merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum
ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum
sehingga kemandirian ibu masih kurang.
b. Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada
pasien yang dirawat dirumah sakit.
c. Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu
memerlukan biaya yang besar
3. Berdasarkan pemberi layanan
Pemberi layanan keperawatan di rumah terdiri dari dua jenis tenaga, yaitu :
a. Tenaga informal
Tenaga informal adalah anggota keluarga atau teman yang memberikan
layanan kepada pasien tanpa dibayar. Diperkirakan 75% lanjut usia di
Amerika dirawat oleh jenis tenaga ini (Allender & Spradley, 2001)
b. Tenaga formal
Tenaga formal adalah perawat yang harus bekerja bersama keluarga
untuk menyelesaikan masalah kesehatan, sehingga harus
memperhatikan semua aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu
perawat di masyarakat dituntut untuk mampu berfikir kritis dan
menguasai ketrampilan klinik dan harus seorang RN. Dengan demikian
diharapkan perawat dapat memberikan layanan sesuai dengan standard
yang telah ditetapkan.
2.5 Aspek Legal dan Etik dalam Home Care
Seorang perawat dikatakan legal dalam menjalankan praktik home care
apabila telah memiliki lisensi dan surat ijin praktik perawat ( SIPP). Isu legal
yang paling kontroversial dalam praktik perawatan di rumah antaralain
mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Resiko yang berhubungan dengan pelaksanaan prosedur dengan teknik yang
tinggi, seperti pemberian pengobatan dan transfusi darah melalui IV di
rumah.
2. Aspek legal dari pendidikan yang diberikan pada pasien seperti
pertanggungjawaban terhadap kesalahan yang dilakukan oleh anggota
keluarga karena kesalahan informasi dari perawat.
a. Aspek etik dalam home care
1. Kode etik menurut ANA (1985) menyebutkan bahwa perawat menjaga
hak pasien terhadap privasi dengan bijaksana melindungi informasi yang
bersifat rahasia.
2. Kode etik keperawatan indonesia ( PPNI, 2000) yaitu perawat wajib
merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas
yang dipercayakan kepadanyakecuali jika diperlukan oleh yang
berwenang sesuai ketentuan hokum yang berlaku (Muhamad Mu’in,
2015).
b. Perizinan home care
Fungsi Hukum dalam Praktik Perawat :
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana
yang sesuai dengan hukum.
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain.
3. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan
mandiri.
4. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan
meletakkan posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
Landasan Hukum :
1. UU Kes.No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan
2. PP No. 25 tahun 2000 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
3. UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah
4. UU No. 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran
5. Kepmenkes No. 1239 tahun 2001 tentang regestrasi dan praktik perawat
6. Kepmenkes No. 128 tahun 2004 tentang kebijakan dasar puskesmas
7. Kepmenkes No. 279 tahun 2006 tentang pedoman penyelenggaraan
Perkesmas
8. SK Menpan No. 94/KEP/M. PAN/11/2001 tentang jabatan fungsonal
perawat.
2.6 Kebijakan dalam Home Care
1. Perawat dalam melakukan praktek harus sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam
memberikan pelayanan berkewajiban mematuhi standar praktek
2. Perawat dalam menjalankan praktek harus membantu program pemerintah
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa
meningkatkan mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya, baik diselenggarakan oleh
pemerintah maupun organisasi profesi.
4. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenanga.
Pelayanan dalam keadaan darurat ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
2.7 Kepercayaan dan Budaya dalam Home Care
Perawat saat bekerja sama dengan keluarga harus melakukan komunikasi
secara alamiah agar mendapat gambaran budaya keluarga yang
sesungguhnya. Halini terkait dengan sistem nilai dan kepercayaan yang
mendasari interaksi dalam pola asuh keluarga. Praktik mempertahankan
kesehatan atau menyembuhkan anggota keluarga dari gangguan kesehatan
dapat didasarkan pada kepercayaan yang dianut.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya pasien, baik
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah
terjadinya culture shock maupun culture imposition.Cultural shock terjadi
saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara
efektif dengan kelompok budaya tertentu (pasien) sedangkan culture
imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara
diam-diam maupun terang-terangan memaksakan nilai-nilai budaya,
keyakinan, dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya pada individu, keluarga,
atau kelompok dari budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya
lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain(Galuh Forestry Mentari, 2012).
2.8 Pro dan Kontra Home Care
Pada saat pasien dan keluarga memutuskan untuk menggunakan sistem
pelayanan keperawatan dirumah (home care nursing), maka pasien dan
keluarga berharap mendapatkan sesuatu yang tidak didapatkannya dari
pelayanan keperawatan dirumah sakit. Adapun pasien dan keluarga
memutuskan untuk tidak menggunakan sistem ini, mungkin saja ada
pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan home care bukan pilihan yang
tepat. Dibawah ini terdapat tentang pro dan kontra home care, yaitu :
Pro home care berpendapat :
1. Home care memberikan perasaan aman karena berada dilingkungan yang
dikenal oleh pasien dan keluarga, sedangkan bila di rumah sakit pasien
akan merasa asing dan perlu adaptasi.
2. Home care merupakan satu cara dimana perawatan 24 jam dapat diberikan
secara focus pada satu pasien, sedangkan dirumah sakit perawatan terbagi
pada beberapa pasien.
3. Home care memberi keyakinan akan mutu pelayanan keperawatan bagi
pasien, dimana pelayanan keperawatan dapat diberikan secara
komprehensif (biopsikososiospiritual).
4. Home care menjaga privacy pasien dan keluarga, dimana semua tindakan
yang berikan hanya keluarga dan tim kesehatan yang tahu.
5. Home care memberikan pelayanan keperawatan dengan biaya relatif lebih
rendah daripada biaya pelayanan kesehatan dirumah sakit.
6. Home care memberikan kemudahan kepada keluarga dan care giver dalam
memonitor kebiasaan pasien seperti makan, minum, dan pola tidur dimana
berguna memahami perubahan pola dan perawatan pasien.
Kontra home care berpendapat :
1. Home care tidak termanaged dengan baik, contohnya jika menggunakan
agency yang belum ada hubungannya dengan tim kesehatan lain seperti :
a. dokter spesialis.
b. Petugas laboratorium.
c. Petugas ahli gizi.
d. Petugas fisioterafi.
e. Psikolog dan lain-lain.
2. Home care membutuhkan dana yang tidak sedikit jika dibandingkan
dengan menggunakan tenaga kesehatan secara individu.
3. Pasien home care membutuhkan waktu yang relatif lebih banyak untuk
mencapai unit-unit yang terdapat dirumah sakit, misalnya :
a. Unit diagnostik rontgen
b. Unit diagnostik CT scan.
c. Unit diagnostik MRI.
d. Laboratorium dan lain-lain.
4. Pelayanan home care tidak dapat diberikan pada pasien dengan tingkat
ketergantungan total, misalnya: pasien dengan koma.
5. Tingkat keterlibatan anggota keluarga rendah dalam kegiatan perawatan,
dimana keluarga merasa bahwa semua kebutuhan pasien sudah dapat
terlayani dengan adanya home care.

2.9 Standar Praktik Pelayanan Home Care


Standar praktik merupakan salah satu perangkat yang diperlukan oleh
setiap tenaga profesional. Standar praktik keperawatan mengidentifikasi
harapan minimal bagi para perawat profesional dalam memberikan asuhan
keperawataan yang aman efektif dan etis. Standar praktik pelayanan
kesehatan rumah yang dikembangkan oleh Amerikan Nurse
Association(1986)yang memperlihatkan hubungan proses keperawatan
dengan standar praktik.
1. Standar I (Organisasi)
Seluruh pelayanan rumah direncanakan, diorganisir langsung oleh
perawat profesional tingkat master yanag telah dipersiapkan untuk
memberi pelayanan kesehatan rumah dan mempunyai pengalaman baik
secara organisasi maupun diorganisasi kesehatan komunitas. Pimpinan dan
perawat pelaksana bekerja bersama-sama, untuk membuat rencana dan
program yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelayanan komunitas.
Perawat administrator (pengelola) membuat misi,filosofi,dan tujuan
agen yang akan memutuskan jenis pelayan yang dibutuhkan pasiendan
keluarganya di lingkungan mereka. Anggaran kebijakan perorangan dan
metoda evaluasi terhadap program dan personal ditetapkan. Penetapan cara
memantau program kendali mutu untuk memperbaiki dan meningkat
pelayanan yang diberikan.
2. Standar II-IV (Teori)
Pengumpulan data dan diagnosis kerangka kerja bermanfaat untuk
pengkajian, intervensi, dan evaluasi berdasarkan pada konsep teori dari
keperawatan, kesehatan masyarakat, fisik, sosial dan ilmu prilaku.
Perawatan pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab untuk mengkaji
pasien dan kluarga pada sat kunjungan rumah pertama kali dan kunjungan
teratur berikutnya. Informasi ynga diprileh dari pasien dan keluarga
di tetapkan menjadi data dasar yang terdiri dari data objektif dan subjektif.
3. Standar V (Perencanaan)
Rencana keperawatan dikembangkan menjadi tujuan jangka pendek
dan jangka panjang. Tujuan berfokus pada unsur -unsur promosi dan
pemeliharaan kesehatan, pemulihan dan pencegahan terjadinya
komplikasi.
4. Standar VI (pelaksanaan / intervensi)
Implementasi rencana dilakukan dalam tiga fase : sebelum, selama
dan sesudah kunjungan rumah, bertanggung pada keperluan perawat
pelayanan kesehatan rumah bertanggung jawab membantu pasien kembali
ketingkat fungsi optimal dan kesehatannya dan menjamin pasien dan
keluarga terlibat. Dan partisipasi dalam pelayanan kesehatan rumah,
penyuluhan, pengawasan terhadap obat-obat dan diet dan evaluasi
terhadap Pengaturan pasien dengan diabetes.
5. Standar VII (evaluasi)
Secara bersama-sama pasien , keluarga dan perawat pelayanan
kesehatan rumah melakukan penilaian terhadap status pasien dan
kemajuan yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Karena
pada kunjungan rumah yang pertama perawat telah menjelaskan kepada
pasien dan keluarga tentang tujuan jangka pendek dan tujuan jangka
panjang yang harus dicapai.
6. Standar VIII ( keperawatan Berkelanjutan)
Perawat bertanggung jawab untuk menyediakan system keperawatan
yang menyediakansuatu transisi secara bertahap bag pasiendan keluarga,
dari rumah sakit kerumah. Hal ini dilakukan melalui koordinasi dengan
sumber daya lainyang ada dimasyarakat sesuai dengan kebutuhan pasien.
7. Standar IX (kerja sama antar disiplin)
Kerja sama antara disiplin pada area pelayanan kesehatan rumah
cukup penting karena banyak anggota yang terlihat dalam tim pelayanan
kesehatan rumah.agar kerja tim antar disiplin ini sukses maka mereka
harus bersama-sama merencanakan, menerapkan dan melakukan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan.
8. Standar X (pengembangan Profesional)
Perawatan kesehatan masyarakat selalu aktif berusaha (mengambil
bagian) dalam menjamin pelayanan yang berkualitas melalui evaluasi
terhadap kelompok, evaluasi diri sendiri yang merupakan bagian dari tim
kesehatan.
Perawat pelayanan kesehatan dirumah diberi kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan formal maupun kegiatan ilniah lainnya.
Pengembangan professional adalah suatu area pentiing karena pelayanan
kesehatan rumah sedang berkembang dengan pesat dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam masalah sosisl dan ebutuhan
peleyanan kesehatan dirumah.
9. Standar XI (Riset)
Perawat pelayana kesehatan rumah berpartisipasi dalam berbagai
kesempatan dalam melakukan riset,walau belum pernah mempunyai
pengalaman riset keperawatan terutama dalam riset keperawatan
komunitas, namun jika sumberdaya dan faktor pendukung dalam
penelitian tersebut memadai,perawat kesehatan rumah dapat dilibatkan.
10. Standar XII (Etika)
Kode etik yang disun oleh American Nurses Assosiasion bagi perawat
guna membuat pertimbangaan etis dalam haal bertindak sebagai advokat
kilen,melakukan promosi kesehatan,memberikan informed consent dan
melakukan kontrak pertama untuk melihat sumber daya yang ada
dimasyarakat. Dilema dan konflik diselesaikan melalui suatu mekanisme
yang di rancang dan disepakati. Untukmencapai tujuan tersebut perawat
bertanggung jawab untuk membina hubungan saling percaya dengan
keluarga dalam meyakinkan bahwa rumah adalah tempat yang sesuai
untuk pemberian pelayanan kesehatan.
2.10 Peran dan Fungsi Perawat Kesehatan Rumah ( Home Care )
1. Manajer kasus : mengelola dan mengkolaborasikan pelayanan, dengan
fungsi :
a. Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan keluarga
b. Menyusun rencana pelayanan
c. Mengkoordinir akifitas tim
d. Memantau kualitas pelayanan
2. Pelaksana : memberi pelayanan langsung dan mengevaluasi pelayanan
dengan fungsi :
a. Melakukan pengkajian komprehensif
b. Menyusun rencana keperawatan
c. Melakukan tindakan keperawatan
d. Melakukan observasi terhadap kondisi pasien
e. Membantu pasien dalam mengembangkan perilaku koping yang efektif
3. Standar Alat Home Care
1. Alat kesehatan 2. Alat habis pakai
a) Tas/ kit a) Obat emergency
b) Pemeriksaan fisik b) Perawatan luka
c) Set perawatan luka c) Suntik/ pengambilan darah
d) Set emergency d) Set infus
e) Set pemasangan selang lambung e) NGT dengan berbagai ukuran
f) Set huknah f) Huknah
g) Set memandikan g) Kateter
h) Set pengambilan preparat h) Sarung tangan, masker
i) Set pemeriksaan lab. Sederhana
j) Set infus/ injeksi 3. Sarana lain
k) Sterilisator a) Alat dan media pendidikan
l) Pot/ urinal kesehatan
m) Tiang infus b) Ruangan beserta
n) Tempat tidur khusus orang sakit c) kendaraan
Perlengkapannya d) Alat komunikasi
o) Pengisap lendir e) Dokumentasi
p) Perlengkapan oxigen
q) Kursi roda
r) Tongkat/ tripot
s) Perlak/ alat tenun
2.11 Pendekatan Interdisiplin dalam Pelayanan Home Care
Kerja sama antar disiplin di perlukan dalam pelayanan kesehatan
rumah. Tanpa kerja sama yang efektif tidak akan terjadi pelayana yang
berkesinambungan, sehingga akan terjadi kebingungan dan salah pengertian
pada pasien dan keluarga. Proses kolaborasi di mulai dari rumah sakit
dengan rrencana pulang, perawat di rumah sakit yang mengidentifikasi akan
kebutuhan pasien untuk pelayanan kesehatan rumah yang merencanakan
bersama dengan dokter untuk membuat program di rumah nanti. Peran dan
fungsi profesi antar disiplin bergantung beberapa faktor, faktor tersebut
meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap dengan karakteristik masing-
masing anggota tim harus kompeten sebagai pelaksana pelayanan kesehatan
di bidang mereka.
Pada umumnya tenaga kesehatan yang terlibat pelayanan kesehatan
rumah adalah dokter, Perawat, Apoteker, Ahli fisioterapi, ahli terapi wicara,
ahli gizi, pekerja sosial dan home health aide (pembantu kesehatan rumah)
1. Dokter
Pemberian Home Care harus berada di bawah perawatan dokter. Dokter
harus sudah menyetujui rencana perawatan sebelum perawatan diberikan
kepada pasien. Rencana perawatan meliputi: diagnosa, status mental, tipe
pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis,
kemungkinan untuk rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang
diperbolehkan, kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.
2. Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan
tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua
yang membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang
termasuk dalam direct care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka,
injeksi, pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct
care juga mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga
bagaimana menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi
ketika pasien tidak perlu mengadakan kontak personal dengan perawat.
Tipe perawatan ini terlihat saat perawat home care berperan sebagai
konsultan untuk personil kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia
perawatan di rumah sakit.
3. Apoteker
Program Home Health Care atau yang dikenal dengan Homecare banyak
di lakukan oleh apoteker guna memberikan pelayanan yang maksimal
kepada pasien. Program Homecare adalah suatu bentuk pelayanan yang
dilakukan oleh apoteker dengan cara memberikan pelayanan konsultasi,
informasi dan edukasi kepada pasien langsung ke rumah pasien,
memonitoring terapi penggunaan obat sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien dan kepatuhan penggunaan obatnya.
4. Ahli fisioterapi ( Physical therapist )
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan penyembuhan
pada pasien di rumah. Perawatan yang diberikan meliputi perawatan
langsung dan tidak langsung. Perawatan langsung meliputi: penguatan
otot, pemulihan mobilitas, mengontrol spastisitas, latihan berjalan, dan
mengajarkan latihan gerak pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung
meliputi konsultasi dengan petugashome care lain dan berkontribusi dalam
konferensi perawatan pasien.
5. Ahli gizi
Peran ahli gizi dalam home care antara lain : melakukan pengkajian
kebutuhan nutrisi, menetapkan masalah nutrisi, menyusun rencana
pemecahan masalah nutrisi, memberikan bantuan tehnis tentang
kebutuhan nutrisi, membimbing atau konseling pada pasien dan semua
anggota keluarga dalam masalah nutrisi, melakukan evaluasi dan
mendokumentasikan tindakan
6. Ahli terapi wicara ( Speech pathologist )
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien
mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan
berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi kepada
keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta mengatasi
masalah gangguan menelan dan makan yang dialami pasien.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Home care merupakan pelayanan kesehatan yang holistik dengan
mempertimbangkan aspek bio, psiko, sosial, spiritual dan ekonomi secara
komprehensip dengan mengutamakan kepentingan dan kepuasan pasien yang
dilaksanakan secara efektif dan efisien. Ada beberapa bentuk pelayanan home
care di masyarakat sehingga home dapat menjadi upaya terbaik bagi pasien –
pasien penyakit kronik atau terminal untuk meningkatkan dan
mempertahankan kemampuan optimal.
Dalam pelaksanaan home care ada beberapa aspek yang harus
diperhatikan seperti aspek legal dan etik dalam home care, perizinan
pendirian home care, kebijakan dalam home care, dan kepercayaan dan
budaya dalam home care. Hal ini di lakukan untuk menghindari adanya saling
menyalahkan dalam home care sehingga tidak ada pihak yang saling
merugikan. Sehingga pasien juga mendapatkan perawatan yang baik serta
perawat juga mengerti dan memahami peraturan-peraturan yang ada dan
langkah-langkah dalam menjalankan home care. Hal tersebut juga dapat
menekan terjadinya pro dan kontra home care di masyarakat.
Sebagai tenaga profesional, perawat harus mengerti standar pelayanan
dan peran serta fungsi perawat dalam home care sehingga perawat dapat
memberikan asuhan keperawatan yang efektif dan etis kepada pasien.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepanya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. RI. 2002. Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri
Keperawatan .Jakarta : Pusgunakes
Departemen Kesehatan RI.,2004, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan
Media Promosi Kesehatan, Jakarta
Departemen Kesehatan RI.,2008,Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku,Untuk KIBBLA, Jakarta
Departemen Kesehatan RI.,2008,Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman
Pengelolaan Promosi Kesehatan, DalamPencapaian PHBS, Jakarta
Depkes RI., 2004, PedomanPenyelenggaraan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah,
Dirjen Yan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Depkes RI., 2008, Riset Kesehatan Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Kwarbola, Jonias K., dkk. 2012. Gambaran Pelaksanaan Program Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) pada Sekolah-sekolah yang ada di
Wilayah Kerja Puskesmas Dobo. Maluku: Dinas Kesehatan
Kabupaten Kepulauan ARU
Mckenzie F James. Finger R Robert, Kotecki, E. Jerome. 2007.
Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Buku Kedokteran.
Machfoedz, I.; Suryani, E ; Sutrisno ; Santoso, S., 2005, Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan, Fitramaya, Yogyakarta.
Notoatmodjo, S., 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta,
Jakarta.
Notoatmodjo, S.; Hassan, A.; Hadi, E. N.; Krianto, T., 2012, Promosi Kesehatan
Di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta.
Nasrul, effendi. 1998. Dasar – dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : EGC
Nies, Marry A. 2001. Community Health Nursing : Promoting The Health
Of Population:USA: Collage of Nursing and Community Medicine,
Wayne: State University
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Standar
Potter dan Ferry.2005.Buku Ajar Fundamental Keperawatan Vol.1.Jakarta:EGC
Sarana dan Prasarana SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MI
Syamsudin, 2005. Makalah Seminar Alternatif Model Keperawatan Home Health
Care. Akper Karya Bakti Nusantara Magelang : Magelang.

WHO., 1992, Pendidikan Kesehatan; Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar


(terj.), ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai