Oleh:
104116004
(PERSERO)
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat berupa
kesehatan serta kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan Laporan Kerja Praktik
ini. Laporan Kerja Praktik ini berjudul Perencanaan Perkerasan Jalan Akses Depot LPG Tanjung
Priok – PT. Pertamina (Persero). Kerja praktik ini telah penulis laksanakan dengan baik di Depot
LPG Tanjung Priok – PT. Pertamina (Persero), yang berlokasi di Jalan Jampea No. 1 Tanjung Priok,
Jakarta Utara. Laporan Kerja Praktik ini merupakan tugas yang harus diselesaikan oleh Mahasiswa
Program Studi Teknik Sipil di Universitas Pertamina.
Tujuan utama dari kerja lapangan ini adalah pemantapan teori dan praktik yang telah
dipelajari di kampus dan dapat diselesaikan dengan serta diaplikasikan di lapangan. Dalam proses
pembuatan laporan ini, tak lupa saya menghaturkan sujud kepada orang tua saya yang telah banyak
memberikan dorongan semangat dari awal hingga selesainya laporan ini. Tak lupa juga saya
mengucapkan terimah kasih pada teman-teman di kampus yang telah memberikan dorongan moril
dan material serta informasi. Juga dengan segala hormat saya ucapkan banyak terimah kasih pada
seluruh dosen Program Studi Teknik Sipil di Universitas Pertamina sehingga kami dapat menerapkan
ilmu yang diberikan pada kami.
1. Bapak Teguh Imam Suyudi, selaku Pimpinan Operasi Depot LPG Tanjung Priok
2. Bapak James Simorangkir, selaku pembimbing instansi
3. Bapak Fery Febryan, selaku pengawas mahasiswa KP
4. Dr. Arianta, selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Pertamina
5. Dr. Eng. Rangga Adiprima Sudisman M. Eng., selaku Pembimbing Kerja Praktik
6. Seluruh staf di Depot LPG Tanjung Priok
7. Orang tua dan teman-teman yang senantiasa mendukung penulis baik secara moril maupun
materil.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan dengan segala
kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari
semua pihak demi kesempurnaan dari laporan kerja praktik ini. Akhir kata penulis berharap, semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa dan pembaca sekaligus demi menambah
pengetahuan tentang Kerja Praktik.
DAFTAR TABEL
Perkembangan sektor industri tak lepas dari kebutuhan energi yang kian besar guna melakukan
kegiatan produksi barang dan jasa, beberapa macam energi dapat diperoleh dari bahan bakar baik
energi baru, terbarukan, maupun tak terbarukan. Sebagai contoh, bahan bakar gas alam dan minyak
bumi –yang dalam proses distilasi mampu dipecah menjadi produk turunan lain. Cadangan gas bumi
Indonesia per 1 Januari 2017 sebanyak 142,72 TSCF, tersebar di berbagai daerah di Indonesia,
dengan kemampuan produksi pada kisaran 2,9 TSCF, maka gas Indonesia diprediksi akan habis
dalam waktu 49 tahun` (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2018).
Depot LPG Tanjung Priok memiliki 3 tugas utama, yakni Penerimaan, Penimbunan, dan
Penyaluran. Penerimaan berarti depot depot melakukan penerimaan pasokan gas dari kapal melalui
sistem dermaga jetty dan perpipaan, kemudian gas ditampung atau di timbun dalam tangki (spherical
tank dan horizontal tank) menurut jenis gas baik dari LPG mix bulk, LPG mix bottle, Vigas, HAP
Series, Musicool dan lain-lain yang berasal dari pengolahan minyak mentah (crude oil).
Dibandingkan dengan minyak tanah, pemakaian LPG dianggap lebih murah karena memiliki
nilai kalori lebih tinggi serta lebih bersih. Pembakaran LPG tidak menghasilkan asap dan relatif tidak
berbau. Sedang pembakaran minyak tanah yang mengandung karbon selain menghasilkan asap juga
memproduksi gas karsinogenik (Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, 2019).
Kebutuhan konsumsi LPG untuk DKI Jakarta dan sekitarnya sebagian dipasok oleh PT.
Pertamina (Persero) – Depot LPG Tanjung Priok. Kebutuhan tersebut dipenuhi dengan
pembongkaran dari dermaga tiap 2 hari sekali dengan laju penyaluran sebanyak 100 sampai 200 truk
kapasitas 560 tabung 3 kg, 200 sampai 250 truk tanki (skidtank) dengan kapasitas bervariasi mulai
dari 8 MT hingga 25 MT.
Guna memenuhi target rantai pasok, maka diperlukan adanya pemeliharaan, pengawasan, dan
perbaikan terhadap sarana yang ada sehingga proses distribusi dapat terlaksana dengan baik. Namun
ditemukan beberapa lokasi dengan kondisi perkerasan yang rusak sehingga mengganggu proses
distribusi terutama pada daerah Bulk Distribution dan Filling Bay Bulk. Kerusakan perkerasan
diperkirakan terjadi karena beban repetisi roda truk skidtank. Analisis perencanaan ulang diperlukan
dikarenakan data perkerasan eksisting hilang sewaktu relokasi depot pada tahun 2011. Selain itu,
data ini nantinya digunakan sebagai data simulasi untuk perencanaan perbaikan sehingga dalam
anggaran perbaikan dapat digunakan dengan optimal. Laporan ini juga memberikan informasi
mengenai proses kerja dan kegiatan dari setiap departemen di Depot LPG Tanjung Priok
I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui dan merasakan atmosfer dunia kerja profesional dalam bidang bisnis energi
di lingkungan PT. Pertamina (Persero).
2. Mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang bisnis energi.
3. Melatih disiplin diri dalam menghadapi dunia kerja.
4. Guna memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh sebagai
persyaratan akademis di Program Studi Teknik Sipil Universitas Pertamina.
I.2.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis permasalahan yang terjadi dalam menjaga kondisi sarana dan fasilitas
pendukung kegiatan produksi yang dilakukan serta dapat memberikan solusi atas
permasalahan yang terjadi.
2. Melakukan observasi perkerasan jalan dan merencanakan ulang desain perkerasan kaku.
3. Menentukan solusi perbaikan dari kerusakan perkerasan yang ada.
Pelaksanaan kerja praktik dilaksanakan di Fasilitas Filling Plant Depot LPG Tanjung Priok –
PT. Pertamina (Persero), yang terletak di Jalan Jampea No. 1 Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara,
DKI Jakarta. Dikantor ini, penulis ditempatkan di ruangan khusus mahasiswa di lantai 2 kantor Depot
LPG Tanjung Priok – PT. Pertamina (Persero).
Waktu dilaksanakannya kerja praktik disesuaikan dengan persyaratan minimal 150 jam dan
kalender akademik Universitas Pertamina dengan rentang waktu mulai dari tanggal 8 Juli 2019
sampai dengan 8 Agustus 2019. Durasi kerja praktik dilakukan setiap Senin – Jumat pukul 07.00 –
16.00 WIB.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Salah satu fasilitas Filling Plant LPG terbesar milik PT. Pertamina (Persero) yang terletak di
Jalan Jampea No. 1 Tanjung Priok, Kota Jakarta Utara atau biasa disebut dengan Depot LPG Tanjung
Priok memiliki luas kurang lebih 10,5 Hektar yang berada di wilayah Marketing Operation Region
(MOR) III Jawa Bagian Barat dengan laju penyaluran gas mencapai 3.250 metrik ton (MT) tiap hari
(P. M. & Chandra, 2018).
Kegiatan utama Depot LPG Tanjung Priok – PT. Pertamina (Persero) yaitu penerimaan,
penimbunan, dan penyaluran dengan rincian sebagai berikut:
II.1.1 Penerimaan
Depot LPG Tanjung Priok menerima suplai LPG dari STS Teluk Semangka
menggunakan kapal shuttle tanker LPG jenis full/ semi -refrigerate baik dari lokal maupun
impor dengan kapasitas 10 DWT atau 10.000 MT dengan rata-rata kapal 10 kapal dalam 1
(satu) bulan.
II.1.2 Penimbunan
PT. Pertamina (Persero) – Depot LPG Tanjung Priok memiliki 17 buah tangki timbun
dengan berbagai ukuran. Berikut adalah spesifikasi dan jumlah unit tangki yang ada di Depot
LPG Tanjung Priok:
Tabel II.1. 1 Fasilitas Tangki Timbun
II.1.3 Penyaluran
Kegiatan operasional produksi depot memiliki beberapa alur distribusi yaitu dalam
proses penerimaan bahan baku, proses blending, penyimpanan, kemudian distribusi gas
melalui tabung dan skid tank, hingga akhirnya ke konsumen.
Selain itu, Filling Plant ini mendistribusikan berbagai macam produk gas dengan spesifikasi
dan jenis produk sebagai berikut:
3. HAP Series 32
Merupakan produk butana murni yang ramah lingkungan dengan fungsi digunakan
dalam dunia industri, terutama sebagai gas pendorong produk aerosol dari dalam kemasan
sehingga produk dapat keluar dalam bentuk kabut atau uap.
4. Musicool
Merupakan produk dari propana murni yang sering digunakan sebagai refrigerant
hidrokarbon yang lebih ramah lingkungan daripada freon. Keistimewaan Musicool adalah
produk ini hanya dapat diproduksi di Refinery Unit III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan.
Guna memenuhi kebutuhan gas, kegiatan operasional dilakukan mulai dari pukul 05.00 WIB
hingga pukul 21.00 WIB setiap harinya. Dalam optimalisasi pelayanan, depot ini dilengkapi dengan
sarana dan fasilitas yang sudah tersertifikasi oleh badan berwenang. Selain sarana dan fasilitas, depot
ini juga dioperasikan oleh sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dalam bidangnya, hal ini
dipastikan dengan dilakukannya upskilling secara berkala agar pelayanan terhadap pelanggan selalu
dalam keadaan yang prima.
Selain Depot LPG Tanjung Priok terdapat pula depot- depot lainnya yang tersebar di
berbagai wilayah untuk memenuhi kebutuhan suplai gas di seluruh Indonesia. Berikut adalah
beberapa depot LPG di Indonesia:
Tabel II.1. 2 Depot LPG di Indonesia
Misi
- Menjalankan usaha gas yang meliputi pengadaan, penimbunan, pendistribusian, dan
pemasaran yang terintegrasi berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
- Mempertahankan posisi sebagai market leader bisnis gas dalam negeri
- Memberikan layanan dan benefit terbaik kepada stakeholder
Struktur organisasi dari Depot LPG Tanjung Priok dibuat guna menerangkan
hubungan antar divisi agar batas-batas pekerjaan dapat jelas terlihat serta mampu mengatur
hak dan kewajiban masing- masing divisi yang ada. Sehingga nantinya akan mempermudah
dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Struktur organisasi Depot LPG
Tanjung Priok terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab
masing-masing sebagai berikut:
Region Manager
Domestic Gas III
Operation Head
Region Manager
Depot LPG Tanjung Priok
HSSE MOR III
Supervisor Administrator
Senior Technician Junior Assistant
Distribution Bottle Distribution
Maintenance Environmental
LPG Verification
Supervisor
Junior Supervisor
Distribution Bulk
Security
LPG
1) Operation Head
Mengarahkan dan mengawasi kegiatan penerimaan, penimbunan, dan penyaluran
produk gas serta pemeliharaan aset, sarana, dan fasilitas hingga dapat memenuhi
kebutuhan berbagai macam produk gas sesuai aspek HSSE di Depot LPG Tanjung Priok.
5) Quality Product
Melaksanakan pengawasan kualitas dan kuantitas dengan melakukan monitoring
dan pemeriksaan mutu LPG sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh Dirjen
Migas.
6) Maintenance Service
Melaksanakan kegiatan pemeliharaan sarana dan fasilitas operasional di depot,
melaksanakan tugas pemeliharaan lapangan serta kantor, pemeliharaan tenaga listrik dan
pemeliharaan instrumen dalam rangka mencapai kondisi yang handal.
Sejalan dengan program studi mahasiswa terkait, Program Studi Teknik Sipil, maka
penempatan kerja praktik mahasiswa terkait ditempatkan pada bagian Maintenance Service, dengan
lingkup pekerjaan tugas pemeliharaan fasilitas, menyusun anggaran investasi dan anggaran
departemen, serta melakukan perencanaan kegiatan inspeksi sarana.
Region Manager
Domestic Gas III
Operation Head
Region Manager
Depot LPG Tanjung Priok
HSSE MOR III
Supervisor Administrator
Senior Technician Junior Assistant
Distribution Bottle Distribution
Maintenance Environmental
LPG Verification
Supervisor
Junior Supervisor
Distribution Bulk
Security
LPG
Jadwal dan deskripsi pekerjaan dalam pelaksanaan kerja praktik telah diatur oleh depot,
dengan waktu 1 bulan, pekerjaan dimulai dari perkenalan dan pemberian materi dari tiap departemen
dalam waktu satu minggu kemudian dilanjutkan dengan penempatan pada departemen terkait.
Setiap orang yang ada di depot wajib melakukan Safety Induction terlebih dahulu serta
melakukan Daily Check Up, kemudian mahasiswa dijelaskan mengenai beberapa alat penunjang
kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan depot. Setelah itu, mahasiswa bersama dengan
pengawas lapangan berkeliling lokasi depot untuk meninjau peralatan yang ada, baik mengenai
fungsi, jadwal perawatan, dan kalibrasi dari alat-alat HSSE.
Secara garis besar, alat-alat HSSE di lingkungan depot memiliki tujuan dalam pencegahan
ledakan pipa dan tangki timbun baik disebabkan oleh tingginya tekanan gas maupun kebocoran
akibat korosi, dalam pencegahan dan proteksi dari kecelakaan tersebut telah disiapkan peralatan
sebagai berikut:
Alat Keterangan
Penempatan di Sales and General Administration: Distribution Gate, dengan kegiatan utama
yang dilakukan adalah melakukan pencatatan, verifikasi perizinan, dan validasi pendistribusian
produk gas, baik dari skidtank truk (bulk) maupun dari truk pengangkut tabung ukuran 3 kg (bottle).
Pendistribusian gas dimulai ketika truk memasuki depot dengan beberapa alur sebagai berikut:
Proses kerja pada bagian Bulk/ Curah, meliputi daerah rumah timbang serta filling bay untuk
curah. Alur distribusi curah dimulai dari penimbangan dan pencatatan berat kosong dari skidtank
kemudian skidtank memasuki filling bay untuk selanjutnya diisi menggunakan Truck Loading Arm
(TLA) sesuai kapasitas yang skidtank, dalam pengisian curah untuk SPBU (baik PSO maupun non
PSO) terdapat deviasi, tetapi dalam pengisian curah industri deviasi tidak dapat ditolerir karena
berkenaan dengan kontrak perusahaan. Sehingga di filling bay curah sudah terpasang timbangan
khusus guna menghindari deviasi atau kesalahan pengisian produk.
Rumah timbang Proses Good
Skidtank (berat isi)
memasuki depot Issue
Supir memeroleh
Surat Perintah
Bulk Filling Bay Bukti Pengiriman
Kerja
Produk Kemasan
Penyaluran untuk curah bervariasi mulai dari 2 MT sampai 25 MT dengan konsumen utama
adalah SPBE di sekitar wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Untuk sarana dan fasilitas penunjang
pada filling bay curah memiliki 11 buah stasiun pengisian dilengkapi dengan flowmeter, temperature
gauge, dan pressure gauge dengan fungsi masing-masing. Stasiun pengisian nomor satu dengan
timbangan digunakan untuk pengisian curah industri, nomor 2 sampai dengan 10 untuk SPBE, dan
nomor 11 untuk evakuasi proudk apabila terjadi kelebihan pengisian atau kebocoran pada saat
pengisian. Sehingga gas di dalam skidtank dapat dikembalikan ke tangki timbun.
Berbeda dengan pengisian produk curah, mekanisme pengisian bottle atau tabung 3 kg
dilakukan pada filling bay tabung dengan 2 macam mesin pengisi dengan merek Elixir dan Siraga,
langkah pengisian dilakukan dengan menurunkan tabung kosong dari truk, lalu diletakkan ke filling
bay bottle untuk selanjutnya selang inlet mesin pengisi dihubungkan ke tabung kosong sehingga
tabung dapat terisi dan mesin akan berhenti secara otomatis ketika berat kotor tabung tepat pada
angka 8 kg. Ditinjau dari efisiensi pekerjaan, tenaga manual kurang efisien dan mudah kelelahan
sehingga nantinya filling bay bottle akan diberi fasilitas carousel atau conveyor.
III.1.5 Sub-Departemen Receiving, Storage, and Distribution: Receiving and Storage
Process
1. Bahan baku berupa propana dan butana diperoleh dari proses Ship-To-Ship di Teluk
Semangka, Lampung menggunakan kapal shuttle tanker kapasitas 10.000 ton/ kapal.
Biasanya, gas dalam proses pengiriman berada dalam fase cairan atau liquid dengan tujuan
penghematan ruang sehingga kapasitas kapal lebih dapat dimanfaatkan daripada
pengangkutan bahan dalam fase gas.
2. Proses penimbunan dilakukan setelah bahan baku telah dipastikan kualitas dan
spesifikasinya di Laboratorium QC PT. Pertamina (Persero) – Depot LPG Tanjung Priok
kemudian bahan baku dialirkan menggunakan pipa menuju tangki timbun. Untuk LPG,
pengaliran dilakukan bersamaan dengan proses blending atau pencampuran gas, yakni
butana dialirkan terlebih dahulu kemudian propana, setelah kedua gas tercampur
ditambahkan zat aditif, Etil Merkaptan sebagai zat pembau.
Gambar III.1. 13 Pompa Produk (kiri) dan Zat Aditif (kanan)
4. Pendistribusian dijamin dengan adanya segel plastik dan laporan Good Issue, segera setelah
selesai maka produk dikirimkan ke wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Pada departemen ini, LPG yang diterima dari dermaga jetty diambil sebagian sebagai sampel
uji kualitas guna pengambilan keputusan kelayakan produk siap untuk diproduksi Beberapa uji yang
dilakukan antara lain adalah:
Pada Departemen Maintenance Service, beberapa fokus pekerjaan mulai dari estimasi biaya
proyek atau pekerjaan, pengadaan barang, inspeksi, dan pengawasan segala macam fasilitas di depot,
membuat rencana anggaran investasi maupun anggaran operasional Depot LPG Tanjung Priok yang
diimbangi dengan sarana dan fasilitas yang mendukung kegiatan produksi, terutama pada bagian
penyimpanan produk dan penyaluran yang bekerjasama dengan Departemen Receiving, Storage, and
Distribution. Beberapa fasilitas dan sarana tersebut adalah:
Tabel III.1. 1 Peralatan penunjang produksi
1. Automatic Tank Gauging Alat ukur ketinggian cairan dalam tangki dan indikator
terjadinya kebocoran.
3. Generator (250 KVA, 500 Alat pembangkit listrik tenaga diesel ketika daya utama
KVA, dan 800 KVA) (PLN) terputus.
5. Kapasitor Bank 500 KVAR Meningkatkan atau memperbaiki nilai faktor daya dari
PLN serta mengurangi lonjakan arus listrik.
Gambar III.1. 16 Marine Loading Arms (kiri) dan Instalasi Flexible Hose (kanan)
Tugas khusus ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis kerusakan jalan
yang ada, memperkirakan tebal perkerasan jalan dari tiap jenis beban kendaraan, dapat melakukan
desain penulangan dari perkerasan rencana, hingga mampu memperkirakan perencanaan anggaran.
Metode pengerjaan tugas ini mengacu dari Metode National Association of Australian State
Road Authorities (NAASRA) 1987 dan Bina Marga, dimulai dari pengumpulan data perencanaan
baik melalui data primer dengan mengadakan survei dan observasi serta menggunakan data sekunder
yakni melalui penelusuran data literatur. Guna perencanaan perkerasan diperoleh data survei sebagai
berikut:
Tabel III.2. 1 Data Hasil Survei Kendaraan Selama 1 Hari
Selain data survei, data literatur juga digunakan sebagai acuan asumsi dari data yang tidak
tersedia. Proses perencanaan tebal perkerasan jalan diperhitungkan berdasarkan akumulasi jumlah
beban sumbu, umur rencana, serta dari konfigurasi sumbu kendaraan yang ada. Dimulai dari data
kekuatan lapisan tanah dasar berupa data pemadatan / CBR, kemudian mengasumsikan kuat tekan
beton yang akan digunakan, mengetahui lalu lintas kendaraan selama masa layan, serta lapisan
pondasi bawah.
Gambar III.1. 17 Korelasi antara CBR dan Modulus Reaksi Tanah (k)
Kekuatan lapisan tanah dasar nantinya berhubungan dengan modulus reaksi tanah dasar (k)
dari tes plat bearing dan berkorelasi dengan harga nilai CBR, dari data literatur kisaran nilai CBR
tanah dasar bernilai 6% untuk daerah Tanjung Priok (Srirahayu, 2011), sehingga menurut diagram
korelasi diperoleh nilai k sebesar 40 MPa/ mm.
Kemudian diasumsikan kuat tekan (f’c) beton sebesar 350 MPa, sehingga diperoleh nilai
Modulus Keruntuhan (fr) sebesar 3,6 MPa (syarat minimal = 3,5 MPa). Kualitas beton yang dipilih
dapat memengaruhi penulangan nantinya. Selain data kuat tekan beton, data faktor pertumbuhan
kendaraan juga perlu direncanakan Setelah data tersebut diperoleh, data mentah dari survei diolah
sehingga memeroleh Jumlah Sumbu Kendaraan Maksimum Harian pada tahun ke-0 kemudian
diproyeksikan ke tahun rencana dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Laju pertumbuhan kendaraan (i) diasumsikan sangat kecil dengan alasan depot LPG ini
memiliki keterbatasan lahan dan sumberdaya jika pertumbuhan kendaraan besar maka bisa
jadi depot akan kewalahan dalam pelayanan sehingga kegiatan produksi kurang maksimal
atau bahkan berhenti.
2. Tahun rencana adalah 30 tahun.
3. Koefisien distribusi kendaraan sebesar 1.
4. Faktor keamanan bernilai 1 karena jalan depot termasuk jalan lokal.
Dari data yang sudah disediakan selanjutnya dihitung untuk mendapatkan nilai ketebalan
dari perkerasan sebesar 270 mm. Jika ketebalan sudah diperoleh maka selanjutnya dapat dilakukan
penulangan untuk daerah perkerasan yang dilewati skidtank (S, Warman, & Farni, 2019).
Perhitungan yang sama dilakukan untuk beban kendaraan lain di zona yang lain sehingga nanti
diperoleh keluaran spesifikasi tebal perkerasan jalan.
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK DAN TINJAUAN TEORITIS
IV.1 Proses Bisnis di Depot LPG Tanjung Priok – PT. Pertamina (Persero)
Pelaksanaan kerja praktik di Depot LPG Tanjung Priok memberikan gambaran baru
mengenai sistematika kegiatan produksi depot, mengetahui alur distribusi dari produk depot, serta
mampu menambah wawasan mengenai metode-metode pencatatan data dan regulasinya.
Keterampilan dan ilmu baru tersebut tidak hanya disampaikan secara lisan oleh pembimbing instansi
tetapi juga langsung di aplikasikan.
Mahasiswa mengetahui mengenai alur pencatatan data distribusi dari produk depot,
mampu melakukan verifikasi perizinan angkut, mampu melakukan validasi pendistribusian
produk, serta melakukan manajemen dokumen pencatatan harian hingga akhirnya dapat
dilaporkan ke kantor pusat melalui aplikasi MySAP NetWeaver.
Mahasiswa mengetahui tata cara proses blending dari produk LPG, mengetahui
mekanisme pengisian gas ke skidtank, mengetahui proses penimbangan produk, proses
evakuasi kebocoran ketika pengisian di filling bay, serta proses penyegelan skidtank setelah
terisi.
Tak berbeda jauh, untuk pendistribusian LPG dalam bentuk tabung, dilakukan
secara otomatis dari mesin pengisi kemudian diangkut menggunakan truk. Selain itu,
mahasiswa juga mengetahui mekanisme penyaluran produk dari kapal ke tangki timbun dan
pengawasan dalam penyimpanan produk.
IV.1.4 Departemen Quality Control
IV.2 Tugas Khusus: Desain Perencanaan Perkerasan Kaku dan Bill of Quantity
Pengerjaan tugas khusus dimulai dengan pembuatan kerangka pengerjaan terlebih dahulu
sebagai berikut:
Dari kerangka acuan kerja, maka dapat dibuat sistematika perencanaan ulang perkerasan kaku di
lingkungan depot dengan penjabaran dan perhitungan yang nantinya terlampir.
No Parameter Data
Nilai CBR merupakan salah satu parameter perencanaan untuk menentukan tebal
perkerasan kaku. Data CBR tanah dasar didapatkan dari studi literatur sebesar 6%. Seharusnya
nilai CBR diperoleh melalui pencatatan data lapangan dan sampling kemudian diambil nilai
CBR yang mewakili dari lokasi terkait.
Jenis Jumlah
No
Kendaraan Kendaraan Sumbu
1 Skidtank 2 10 20
2 Skidtank 8 16 32
3 Skidtank 12 25 50
4 Skidtank 13 24 72
5 Skidtank 15 128 384
6 Skidtank 20 24 72
7 Skidtank 25 17 51
Prosedur perencanaan dari pelat dapat ditentukan dari data perencanaan dan melalui
iterasi beban repetisi izin, berikut uraian langkah iterasi:
Dari data yang tersedia dan setelah dilakukan iterasi, maka diperoleh tebal pelat
minimum dengan ketebalan 270 mm. Perhitungan iterasi pelat dilampirkan.
No Parameter Data
1 Tebal pelat (h) 27 cm
2 Lebar pelat 5m
3 Panjang pelat 5m
4 Koefisien gesek (μ) 1,9 (stabilitas sirtu padat)
5 Mutu baja U-39 3900 kg/m2 (fy = 390 MPa)
6 Kuat Tarik Izin Baja (fs) 234 MPa
7 Berat isi beton (M) 2400 kg/m3
8 Gravitasi (g) 9,81 m/s2
Dari luasan minimal 378 mm2, maka dipilih luasan terdekat lebih dari data
perhitungan dengan diameter tulangan sebesar 8 mm dan spasi 125 mm, jumlah tulangan
memanjang Ø8 mm – 125 mm sepanjang 1000 mm adalah:
As = 0.25 x Л x d2
As = 50,26 mm2
Sehingga jumlah tulangan (N) diperoleh dari:
N = luas minimum / luas 1 tulangan
= 402/50,26
= 7,99 dibulatkan menjadi 8 buah tulangan
Sehingga diperoleh konfigurasi tulangan memanjang 8D8 – 125 mm. Karena pelat
berbentuk persegi, maka penulangan dan jarak tulangan untuk penulangan melintang sama
dengan penulangan memanjang.
3. Perencanaan Dowel
Dowel/ Ruji berupa batang baja tulangan polos maupun profil yang digunakan sebagai
sarana penyambung/ pengikat pada beberapa jenis sambungan pelat beton perkerasan jalan.
Dowel berfungsi sebagai penyalur beban dengan separuh panjang terikat dan separuh
panjang dilumasi atau dicat untuk memberi kebebasan bergeser (Kementerian Pekerjaan
Umum Badan Pembinaan Konstruksi, 2011).
Tabel IV.2. 6 Penentuan Spesifikasi Dowel
Berdasarkan tabel tersebut maka dengan tebal pelat 270 mm diperlukan dowel Ø1,25”
(38 mm) dengan panjang 450 mm dan jarak antar dowel 300 mm.
1 Pecah Sudut
Penyebab Retak sudut yaitu retakan atau pecahan yang terjadi pada sudut pelat beton dengan pecahan berbentuk segitiga, kerusakan ini
disebabkan oleh kurangnya daya dukung tanah dasar akibat fenomena pumping1.
Solusi Untuk celah kurang dari 5 mm, dilakukan pengisian retakan dengan aspal. Jika celah lebih dari 5 mm maka dilakukan perkerasan/
pembangunan pelat kembali secara lokal
1
Peristiwa terangkatnya campuran air, pasir, lempung di sepanjang sambungan dan pinggir perkerasan karena akibat terpompanya material berbutir halus dari tanah dasar
dan/atau lapis pondasi, ketika retakan atau sambungan tergenang air dan dilalui kendaraan secara berulang-ulang, sehingga mengurangi dukungan tanah dasar terhadap pelat
beton.
2 Punch Out/ Pecah
Penyebab Kerusakan lokal pada perkerasan beton semen yang pecah menjadi beberapa bagian yang relatif kecil. Punch-out mampu
menimbulkan kerusakan yang lebih parah karena air dengan mudah masuk ke celah retakan sehingga dapat menyebabkan erosi
pada base atau subbbase. Kemungkinan penyebab adalah pelat perkerasan yang terlalu tipis, pengecoran yang tidak baik, dan
tidak adanya tulangan pada pelat beton.
Solusi Kerusakan dapat diperbaiki dengan material pengisi, dilakukan penambalan, atau perbaikan lokal pada pelat beton.
3 Patahan dan Lubang (Pothole)
Penyebab Penurunan atau patahan yaitu beda elevasi pelat beton yang terjadi pada sambungan atau retakan yang disebabkan oleh beban
kejut yang besar bergerak diatas retakan, daya dukung tanah dasar kurang baik, deformasi pelat akibat temperatur dan
kelembaban, hilangnya material halus lapis pondasi akibat pemompaan, dan perubahan volume tanah dasar. Sedangkan, lubang
disebabkan oleh gompal yang tidak segera diperbaiki sehingga kerusakan melebar dan akhirnya terbentuk lubang pada
perkerasan.
Solusi Dilakukan penambalan pelat beton di seluruh kedalaman yang rusak untuk perbaikan secara permanen.
Mengisi bagian dasar pelat beton hingga kembali ke posisi semula, menambal serta mengganjal pelat dengan pasak yang
diikuti dengan lapis tambahan.
4 Gompal/ Spoiling
Penyebab Gompal terjadi karena penutupan retakan kurang baik sehingga material keras masuk ke dalam lubang sambungan atau retakan,
material yang keras akan memuai jika terjadi kenaikan suhu. Pemuaian akibat material keras ini akan memecahkan perkerasan
beton.
Solusi Penambalan pada sebagian kedalaman untuk kerusakan gompal dengan kedalaman lebih dari 50 mm.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Kesuksesan dari pelaksanaan kerja praktik adalah terjawabnya atau tercapainya tujuan
awal yang sudah ditetapkan. Sesuai penjabaran hasil kegiatan kerja praktik, mahasiswa
mampu beradaptasi dengan lingkungan instansi, memeroleh ilmu mengenai bisnis energi,
memenuhi persyaratan akademik, dan mampu melakukan pekerjaan dengan optimal. Tolak
ukur optimal diperoleh dari hasil penugasan khusus dari instansi terkait perhitungan
perencanaan ulang sehingga diperoleh tebal minimum sebesar 270 mm menggunakan
konfigurasi tulangan memanjang dan melintang yaitu 8D8 – 125 mm serta dengan spesifikasi
dowel: diameter Ø8 mm dengan panjang 450 mm dan spasi antar dowel 300 mm; spesifikasi
tie bar: diameter Ø12 mm dengan panjang 635 mm dan spasi antar tie bar 100 cm; dan
penyuntingan Bill of Quantity sesuai perencanaan perkerasan yang ada.
V.2 Saran
Selama melaksanakan kerja praktik mahasiswa memeroleh berbagai macam ilmu dari
pembimbing instansi, saran, atau masukan yang dapat disampaikan untuk instansi maupun
pembimbing adalah perlunya meningkatkan komunikasi secara dua arah baik dari instansi
maupun dari mahasiswa sehingga mampu terbentuk iklim kerja praktik yang sehat dan
interaktif.
Kemudian dari pemberian tugas khusus perencanaan perkerasan, ditemukan terdapat
banyak lokasi dengan kehandalan perkerasan yang menurun yang dibuktikan dengan adanya
kerusakan - kerusakan pada perkerasan. Tugas khusus ini meliputi perencanaan tebal dan
penulangan pada perkerasan kaku untuk melengkapi dokumen/ arsip perusahaan, untuk
metode perbaikan dan perawatan dari perkerasan yang ada mahasiswa belum memiliki
kemampuan dan ilmu yang cukup untuk memberikan saran terkait pengukuran tingkat
kerusakan perkerasan.
DAFTAR PUSTAKA
220 mm
Beban Tegangan
Konfigurasi Presentase Repetisi Perbandingan Jumlah repetisi Presentase
Sumbu yang
Sumbu Konfigurasi beban tegangan yang diizinkan fatigue (%)
(ton) terjadi
STRT 1.5 2.94 220650
STRT 5 4.70 353041
STRT 6 7.34 551626 1.4 0.39
STRT 7.25 10.57 794341 1.6 0.44
STRT 10.54 56.39 4236486 1.72 0.47
STRT 10.5 10.57 794341 2.1 0.58 57000 1393.58102
STRT 12 7.49 562658
STRG 4.5 2.94 220650
SGRG 15 4.70 353041 1.5 0.41
SGRG 18 7.34 551626 1.75 0.48
SGRG 21.75 10.57 794341 2.1 0.58 57000 1393.58102
SGRG 20.46 56.39 4236486 2.25 0.62 18000 23536.0351
SGRG 31.5 10.57 794341
STrRG 36 7.49 562658
240 mm
Beban Tegangan
Konfigurasi Presentase Repetisi Perbandingan Jumlah repetisi Presentase
Sumbu yang
Sumbu Konfigurasi beban tegangan yang diizinkan fatigue (%)
(ton) terjadi
STRT 1.5 2.94 220650
STRT 5 4.70 353041
STRT 6 7.34 551626
STRT 7.25 10.57 794341
STRT 10.54 56.39 4236486 1.47 0.40
STRT 10.5 10.57 794341 1.8 0.50
STRT 12 7.49 562658
STRG 4.5 2.94 220650
SGRG 15 4.70 353041
SGRG 18 7.34 551626 1.6 0.44
SGRG 21.75 10.57 794341 1.9 0.52 300000 264.780395
SGRG 20.46 56.39 4236486 2.05 0.56 100000 4236.48631
SGRG 31.5 10.57 794341
STrRG 36 7.49 562658
255 mm
Beban Tegangan
Konfigurasi Presentase Repetisi Perbandingan Jumlah repetisi Presentase
Sumbu yang
Sumbu Konfigurasi beban tegangan yang diizinkan fatigue (%)
(ton) terjadi
STRT 1.5 2.94 220650
STRT 5 4.70 353041
STRT 6 7.34 551626
STRT 7.25 10.57 794341
STRT 10.54 56.39 4236486
STRT 10.5 10.57 794341 1.6 0.44
STRT 12 7.49 562658 0.00
STRG 4.5 2.94 220650 0.00
SGRG 15 4.70 353041 0.00
SGRG 18 7.34 551626 1.45 0.40
SGRG 21.75 10.57 794341 1.75 0.48
SGRG 20.46 56.39 4236486 1.85 0.51 400000 1059.12158
SGRG 31.5 10.57 794341 0.00
STrRG 36 7.49 562658 0.00
I. Pekerjaan Persiapan
1 Administrasi dan perizinan pelaksanaan proyek ls
2 Mobilisasi dan Demobilisasi ls
3 Bowplank m
4 Air Kerja ls
5 Listrik Kerja ls
6 Sewa Cutting Beton