Anda di halaman 1dari 3

Nama :Dian Nurul Ihsani (1161030035)

Kls :IAT -7- D (Absen No 09, Juz 20 Hizib 1)

Dosen :Ibrahim Syuaib Z

Mata Kuliah :Ad-Dakhil Fi at-Tafsir

‫علَى َما نَقُو ُل َو ِكيل‬ َّ َ‫عل‬


َّ ‫ي َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ‫قَا َل ذَلِكَ بَ ْينِي َوبَ ْينَكَ أَيَّ َما األ َجلَي ِْن ق‬
ُ ‫ضيْتُ فَال‬
َ َ‫عد َْوان‬
”Dia (Musa) berkata, "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua
waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku
(lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.” (Al-Qashash: 28)"

Sesungguhnya Musa berkata kepada mertuanya, "Urusan ini sesuai dengan apa yang
telah engkau katakan bahwa engkau mempekerjakanku selama delapan tahun, jika aku
menyelesaikan kontrakku selama sepuluh tahun maka tambahan (lebihan 2 tahun) itu dariku
secara sukarela. Dan manakala aku menyelesaikan yang mana saja di antara kedua masa yang
terpendek, berarti aku telah memenuhi janjiku dan bebas dari keterikatan."

َّ َ‫عل‬
)‫ي‬ َ َ‫ ) أَيَّ َما األ َجلَي ِْن ق‬Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku
ُ ‫ضيْتُ فَال‬
َ َ‫عد َْوان‬
sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku. (Al-Qashash: 28)

Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda kepada Hamzah ibnu Amr Al-
Aslami yang banyak puasanya, yang saat itu ia menanyakan kepada Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam tentang berpuasa dalam perjalanan. Maka beliau menjawab:

"‫ َو ِإ ْن ِشئْتَ فَأ َ ْف ِط ْر‬،‫ص ْم‬


ُ َ‫ " ِإ ْن ِشئْتَ ف‬Jika kamu suka puasa, boleh puasa; dan jika kamu suka berbuka,
boleh berbuka. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimaksud oleh Nabi Musa 'alaihissalam
dengan jawabannya itu tiada lain berniat akan menyempurnakan masa yang paling sempurna
di antara kedua masa tersebut.

Telah diriwayatkan melalui hadis Ibnu Abbas oleh Ibnu Jarir. Yang juga diriwayatkan Al-
Bazzar yang meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Aban Al-Qurasyi, dari Sufyan ibnu Uyaynah,
dari Ibrahim ibnu Ayun, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dari Nabi
Shallallahu'alaihi Wasallam' lalu disebutkan hal yang semisal, kemudian ia mengatakan, "Kami
tidak mengenal hadis ini di-marfu '-kan oleh Ibnu Abbas, melainkan hanya melalui jalur ini."

‫ع ْن يَحْ يَى ب ِْن‬َ ،ِ‫ارث‬ ِ ‫ع ْم ُرو ب ُْن ْال َح‬ َ ‫ أ َ ْنبَأَنَا‬،‫ب‬ٍ ‫ أ َ ْنبَأَنَا اب ُْن َو ْه‬،‫ع ْب ِد ْاأل َ ْعلَى‬ َ ‫س ب ِْن‬ َ ُ‫علَى يُون‬ َ ‫ قُرئ‬:‫قَا َل اب ُْن أَبِي َحاتِ ٍم‬
‫سى؟‬ َ ‫ضى ُمو‬ َ َ‫ أي ْاأل َ َجلَي ِْن ق‬:‫َّللاِ صلى هللا عليه وسلم سئل‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫ أ َ َّن َر‬:‫ف ب ِْن تَي َْر َح‬َ ‫س‬ُ ‫ع ْن يُو‬َ ،ِ‫ون ْال َحض َْر ِمي‬ ٍ ‫َم ْي ُم‬
َ َ‫ ف‬،‫ ََل ِع ْل َم ِلي‬:ُ‫ فَقَا َل ِجب ِْريل‬،َ‫سلَّ َم ِجب ِْريل‬
‫سأ َ َل ِجب ِْري ُل َملَكا‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫سأ َ َل َر‬َ َ‫ ف‬."‫"َل ِع ْل َم ِلي‬ َ :َ‫قَال‬
َّ ‫صلَّى‬
ُ‫َّللا‬ َ ‫ع ْنهُ ُم َح َّمد‬ َ ُ‫سأَلَه‬ َ ‫ع ْنهُ ِجب ِْري ُل‬
َ ‫ع َّما‬ َ ُ‫سأَلَه‬
َ ‫ع َّما‬ َ - ‫ع َّز َو َج َّل‬ َ - ُ‫سأ َ َل ذَلِكَ ال َملَك َربَّه‬َ َ‫ ف‬.‫ ََل ِع ْل َم ِلي‬:َ‫فَ ْوقَهُ فَقَال‬
"‫ أ َ ْز َكا ُه َما‬:َ‫أ َ ْو قَال‬- ‫ضى أ َ َب َّر ُه َما َوأ َ ْبقَا ُه َما‬ َ َ‫ "ق‬:‫س ْب َحانَهُ َوت َ َعالَى‬ ُ ُّ‫الرب‬ َّ ‫سلَّ َم فَقَا َل‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬
َ
Kemudian Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa dibacakan kepada Yunus ibnu Abdul Ala, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, dari
Yahya ibnu Maimun Al-Hadrami, dari Yusuf ibnu Tairih, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi
Wasallam pernah ditanya, "Manakah di antara kedua masa yang ditunaikan oleh Musa?" Beliau
Shalallahu'alaihi Wasallam menjawab, "Saya tidak mengetahui." Lalu Rasulullah
Shallallahu'alaihi Wasallam menanyakannya kepada Jibril, dan Jibril menjawab, "Saya tidak
mengetahui." Maka Jibril menanyakannya kepada malaikat yang ada di atasnya, dan ternyata
ia pun menjawab, "Saya tidak mengetahui." Kemudian malaikat itu menanyakannya kepada
Tuhan Yang Mahabesar lagi Mahaagung. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab, "Musa
menunaikan masa yang paling baik dan paling lama," atau paling bersih dari kedua masa itu.

Dari uraian yang dikutip dari tafsir ibnu kastir diatas penulis berpendapat bahwa hadits
tersebut termasuk dakhil sebab telah dilakukan penelitian oleh penulis bahwa:

Dijelaskan bahwa dari rawi Ibnu Abi Hatim yang bernama lengkap Muhammad Bin
Idris Bin Mundzir Bin Daud Bin Mahran Al Handzali yang menduduki tabaqot ke 11 ( ‫أوساط‬
‫ )اآلخذين عن تبع األتباع‬menurut kritikus hadits ibnu hajar beliau berkedudukan ‫ أحد الحفاظ‬dan
menurut adzahabi ‫الحافظ‬

yang kemudian mempunyai syeikh rawi berikutnya yaitu Yunus Bin Abdil A’la yang bernama
lengkap Yunus Bin Abdil A’la Bin Maisarah Bin Hafs Bin Hayan Assidfa menduduki tobaqot
ke 10 (: ‫ )كبار اآلخذين عن تبع األتباع‬yang menurut kritius hadits ibnu hajar ‫ ثقة‬dan manurut adzahabi
‫ من العقالء النبالء‬، ‫ ثقة فقيه محدث مقرىء‬، ‫أحد األئمة‬

kemudian mempunyai syeikh yang bernama Ibnu Wahab yang bernama lengkap ‘Abdullah Bin
Wahab Bin Muslim Alqurasy Maulahum Alfihri yang menduduki tabaqot ke 9 ( ‫من صغار أتباع‬
‫ ) التابعين‬menurut kritikus ibnu hajar beliau berkedudukan ‫ ثقة حافظ عابد‬dan menuut adzahabi ‫أحد‬
‫األعالم‬

kemudian mempuyai syeikh yaitu rawi selanjutnya Umar Bin Harist yang bernama lengkap
Umar Bin Al Harits Bin Ya’qub Al Anshori Maulahum yang menduduki tabaqot ke 7 ( ‫من كبار‬
‫ )أتباع التابعين‬menurut kritikus ibnu hajar beliau berkedudukan ‫ ثقة فقيه حافظ‬dan menurut adzahabi
‫ حجة له غرائب‬، ‫أحد األعالم‬

selanjutnya mempunyai syeikh yakni rawi selanjutnya Yahya Bin Maimun Al Hadrami
yang bernama lengkap Yahya Bin Maimun Alhadrami yang menduduki tabaqot ke 5 ( ‫من صغار‬
‫ )التابعين‬menurut kritikus ibnu hajar beliau berkedudukan ‫ لكن عيب عليه شىء يتعلق بالقضاء‬، ‫صدوق‬
dan menurut adzahabi ‫ صالح‬namun, selanjutnya Yahya tidak mempunya isyeikh yakni rawi
selanjutnya yang bernama Yusuf Ibnu Tairih yang selanjutnya langsung di sandarkan kepada
nabi. Bahkan rawi tersebut tidak ditemukan biografinya.

Penulis merasa hadits tersebut doif karena ada salah satu rawi yang tidak ditemukan
biografinya serta langsung disandarkan kepada nabi yang secara teknis seorang tabiin tidak
akan mendapatkan hadits tanpa sahabat. Selain itu dalam tafsiran tersebut dikatakan hadits
tersebut berpredikat mursal yang mana hadits mursal tergolong hadits yang mardud dan doif
karena hilangnya salah satu syarat hadits shohih yakni itisolu sanad.

Anda mungkin juga menyukai