Anda di halaman 1dari 12

STRES, AKIBAT STRES DAN COPING STRES

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Umum II


Dosen pengampu : Rin WIdya A., S.Psi.., M.Psi.

Disusun Oleh:
Alya Izza Faranada G0118005/A
Dyah Retnaningrum G0118025
Faizah ‘Adilah G0118027
Fatimah Mujahidah G0118028

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2019
STRESS
Masalah hubungan sosial dan tuntutan lingkungan seiring harapan untuk meningkatkan
pencapaian diri ketidaksanggupan pribadi untuk untuk memenuhi tuntutan tersebut bisa
menimbulkan stress dalam diri seseorang. Penelitian menunjukkan bahwa stress memberi
kontribusi 50 sampai 70 persen terhadap timbulnya sebagian besar penyakit. Orang hidup tidak
mungkin terhindar dari stress untuk itu kita harus dapat menyikapi dan mengelola stress dengan
baik sehingga kualitas hidup menjadi lebih baik.
Stress merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat-pendapat yang
sangat beranekaragam. Dalam arti umum stress merupakan pola reaksi serta adaptasi umum,
dalam arti pola reaksi menghadapi stressor, yang dapat berasal dari dalam maupun luar
individu. Stress sendiri dapat berbentuk bermacam-macam tergantung ciri-ciri individu yang
bersangkutan, kemampuannya untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stressor yang
dihadapinya (Cameron dan Meichenbaum). Hal ini merupakan bentuk pertahanan ego.
Yang dimaksud dengan stress menurut Hans Selye (1950) adalah respons tubuh yang
sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Bila ia sanggup mengatasinya
artinya tidak ada gangguan pada fungsi orhan tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak
mengalami stress. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia mengalami gangguan pada salah satu atau
lebih organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapatmenjalankan fungsi
pekerjaannya dengan baik, makai a disebut mengalami distress.
Tidak semua bentuk stress mempunyai konotasi negatif, cukup banyak yang bersifat
positif, misalnya promosi jabatan. Bila ia sanggup menjalankan beban tugas dengan baik tanpa
ada keluhan baik fisik maupun mental serta merasa senang, maka dikatakan tidak mengalami
stress melainkan eustress.
Stress dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari dalam berbagai bentuk. Stress yang
akut dapat menimbulkan ketidak-nyamanan (discomfort). Namun perlu ditekankan bahwa
stress tidak selamanya membuat orang menjadi tidak waras atau mengalami gangguan mental.
Secara garis besar ada empat pandangan mengenai stress, yaitu:
a) Stress Sebagai Stimulus
Menurut konsepsi ini stress merupakan stimulus yang ada dalam lingkungan
(environment). Individu mengalami stress bila dirinya menjadi bagian dari
lingkungan tersebut. Sebagai contoh : lingkungan sekitar yang penuh persaingan.
b) Stress Sebagai Respon
Konsepsi ini menyatakan bahwa stress merupakan respon atau reaksi individu
terhadap stressor. Dalam konteks ini stress merupakan variable tergantung
sedangkan stressor merupakan variable bebas. Respon individu terhadap stressor
(re: strain atau ketegangan) memiliki dua komponen, yaitu: komponen psikologis
misalnya terkejut, cemas, malu, panik, dll. Dan komponen visiologis seperti mual,
mulut kering, berkeringat, sakit perut, denyut jantung menjadi cepat, dll.
c) Stress Sebagai Interaksi antara Individu dan Lingkungan
Penurut pandangan ketiga, stress sebagai suatu proses meliputi stressor dan
strain dengan menambahkan dimensi hubungan antara individu dengan lingkungan.
Dalam konteks ini stress tidak hanya dipandang sebaigai stimulus atau respon saja,
tetapi juga dipandang sebagai suatu proses dimana individu merupakan perantara
yang aktif, yang dapat mempengaruhi stressor melalui perilaku kognitif dan
emosional.
Menurut Bart Smet, reaksi terhadap stress bervariasi antara satu orang dan yang
lainnya dan dari waktu ke waktu dengan orang yang sama karena dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut yaitu kondisi individu, karakteristik kepribadian, variable
sosial kognitif, hubungan dengan lingkungan social, serta strategi coping.
d) Stress Sebagai Hubungan antara Individu dengan Stressor
Stres bukan hanya dapat terjadi karena faktor-faktor yang ada di lingkungan. Menurut
Maramis, stress dapat terjadi karena frustrasi, konflik, tekanan, dan krisis.
a. Frustrasi merupakan terganngunya keseimbangan psikis karena tujuan gagal
dicapai.
b. Konflik adalah terganggunya keseimbangan karena individu bingung
menghadapi beberapa kebutuhan atau tujuan yang harus dipilih salah satu.
c. Tekanan merupakan sesuatu yang mendesak untuk dilakukan oleh individu.
d. Krisis merupakan situasi yang terjadi secara tiba-tiba dan yang dapat
menyebabkan terganggunya keseimbangan.
Mekanisme Terjadinya Stres
Stress baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru bisa
mengalami stress manakala kita mempersepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang
kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita masih
bisa menahankan tekanan tersebut (yang kita persepsi lebih ringan dari kemampuan kita
menahannya) maka cekaman stress belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan tersebut
bertambah besar (baik stressor yang sama atau dari stressor yang lain secara bersaman) maka
cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stres
Jenis stres
Stressor dan sumbernya memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan
stress yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti, berdasarkan
penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi:

a) Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara
amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. Contohnya:
kecelakaan, posisi yang tidak tepat saat tidur, atau terlalu lama beraktifitas didepan
komputer.

b) Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone,
atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit. Contohnya: konsumsi alkohol, merokok, makanan dan
minuman berpengawet yang dikonsumsi secara rutin.

c) Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau
sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan
dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada
masa bayi hingga tua. Contohnya: keseleo atau terkilir, terluka, hal-hal yang
menyebabkan tubuh fisik menjadi tidak dapat menerima sebuah keadaan yang terjadi.

Faktor - faktor yang mempengaruhi stres


Banyak faktor, baik besar maupun kecil, yang dapat menghasilkan stres dalam
kehidupan individu. Pada beberapa kasus, kejadian-kejadian yang ekstrim, seperti perang,
kecelakaan, dan lain sebagainya, dapat menyebabkan stres. Sementara kejadian sehari-hari,
kondisi kesehatan fisik, tekanan baik dari luar maupun dari dalam diri individu dan lain
sebagainya juga berpotensi untuk menyebabkan stres. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
mempengaruhi stres menurut Santrock, yaitu:
1) Faktor Lingkungan
Stres muncul karena suatu stimulus menjadi semakin berat dan berkepanjangan
sehingga individu tidak lagi bisa mengahadapinya. Ada tiga tipe konflik yaitu
mendekat-mendekat (approach - approach), menghindar - menghindar (avoidance -
avoidance) dan mendekat-menghindar (approachavoidance).
Frustasi terjadi jika individu tidak dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Stres
dapat muncul akibat kejadian besar dalam hidup maupun gangguan sehari-hari dalam
kehidupan individu.
2) Faktor Kognitif
Lazarus percaya bahwa stres pada individu tergantung pada bagaimana mereka
membuat penilaian secara kognitif dan menginterpretasi suatu kejadian. Penilaian
kognitif adalah istilah yang digunakan Lazarus untuk menggambarkan interpretasi
individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai suatu yang
berbahaya, mengancam, atau menantang (penilaian primer) dan keyakinan mereka
apakah mereka memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian dengan efektif
(penilaian skunder). Strategi ”pendekatan” biasanya lebih baik dari pada strategi
”menghindar”.
3) Faktor Kepribadian
Pemilihan strategi mengatasi masalah yang digunakan individu dipengaruhi
oleh karakteristik kepribadian seperti kepribadian optimis dan pesimis. Menurut Carver
dkk (1989) individu yang memiliki kepribadian optimis lebih cenderung menggunakan
strategi mengatasi masalah yang berorientasi pada masalah yang dihadapi. Individu
yang memiliki rasa optimis yang tinggi lebih mensosiasikan dengan penggunaan
strategi coping yang efektif. Sebaliknya, individu yang pesimis cenderung bereaksi
dengan perasaan negatif terhadap situasi yang menekan dengan cara menjauhkan diri
dari masalah dan cenderung menyalahkan diri sendiri.
4) Faktor Sosial-Budaya
Akulturasi mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat dari
kontak yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda.
Stres alkuturasi adalah konsekuensi negatif dari akulturasi. Anggota kelompok etnis
minoritas sepanjang sejarah telah mengalami sikap permusuhan, prasangka, dan
ketiadaan dukungan yang efektif selama krisis, yang menyebabkan pengucilan, isolasi
sosial, dan meningkatnya stres. Kemiskinan juga menyebabkan stres yang berat bagi
individu dan keluarganya. Kondisi kehidupan yang kronis, seperti pemukiman yang
tidak memadai, lingkungan yang berbahaya, tanggung jawab yang berat, dan
ketidakpastian keadaan ekonomi merupakan stresor yang kuat dalam kehidupan warga
yang miskin. Kemiskinan terutama dirasakan berat di kalangan individu dari etnis
minoritas dan keluarganya.
Tingkat Stres
Stres yang menimpa seseorang tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya,
walaupun faktor penyebabnya boleh jadi sama. Seseorang bisa mengalami stres ringan, sedang,
atau stres yang berat (stres kronis). Hal demikian sangat dipengaruhi oleh tingkat kedewasaan,
kematangan emosional, kematangan spiritual, dan kemampuan seseorang untuk menangani
dan merespon stresor.
Menurut Amberg, gangguan stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan
mulainya dan sering kali kita tidak menyadari. Berikut adalah keenam tingkatan tersebut:
a) Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:
1. Semangat besar.
2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya.
3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah
pekerjaan lebih dari biasanya.

b) Stres tingkat 2
Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan
timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari.
Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut:
1. Merasa letih ketika bangun pagi.
2. Merasa lelah sesudah makan siang.
3. Merasa lelah sepanjang sore.
4. Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung),
kadang-kadang pula jantung berdebar.
5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher).
6. Perasaan tidak bisa santai.
c) Stres tingkat 3
Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai dengan gejala gejala:
1. Gangguan usus lebih terasa.
2. Otot terasa lebih tegang.
3. Perasaan tegang yang semakin meningkat.
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur kembali, atau
bangun pagi-pagi).
5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh).
d) Stres tingkat 4
Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang dengan ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit.
2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit.
3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan social dan
kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat.
4. Tidur semakain sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali
terbangun dini hari.
5. Perasaan negativistik.
6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.
e) Stres tingkat 5
Tingkat ini merupakan keadan yang lebih mendalam dari tingkatan empat diatas:
1. Keletihan yang mendalam.
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu.
3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air
besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang (kamar mandi).
f) Stres tingkat 6
Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang merupakan keadaan darurat.
Gejalanya antara lain:
1. Debaran jantung terasa amat keras.
2. Nafas sesak.
3. Badan gemetar.
4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collap.

Reaksi Tubuh Terhadap Stress


Seseorang yang mengalami stress dapat pula dilihat ataupun dirasakan dari perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya, diantaranya
a. Rambut
Warna rambut yang awalnya hitam pekat lama-lama mengalami perubahan
warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan terjadi sebelum waktunya dan
demikian pula dengan kerontokkan rambut.
b. Mata
Penglihatan seringkali menajdi kabur dikarenakan otot-otot bola mata
mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga memengaruhi fokus lensa mata.
c. Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging.
d. Daya Pikir
Kemampuan berpikir dan mengingat serta konsentrasi menurut. Orang menjadi
pelupa dan seringkali merasakan sakit kepala atau pusing.
e. Ekspresi Wajah
Wajah Nampak tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara
berat, sukar untuk senyum/tertawa dan kulit muka kedutan.
f. Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga sering minum. Lalu pada tenggorokan
seolah-olah ada ganjalan sehingga sukar menelan,
g. Kulit
kulit dari sebagian orang bisa saja terasa panas atau dingin atau keringat
berlebihan. Kulit juga menjadi kering. Pada wajah biasanya muncul jerawat berlebihan,
juga sering dijumpai kedua belah telapak tangan dan kaki berkeringat.
h. Sistem Pernapasan
Napas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran
pernapasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Stress juga dapat
memicu penyakit asma (Asthma bronchiale) disebabkan otot-otot pada saluran napas
paru-paru kurang elastis sebagaimana biasanya.
i. Sistem Kardiovaskuler
Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit
(contriction) sehingga orang stress wajahnya tampak merah atau pucat. Pembuluh
darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit
sehingga terasa dingin atau kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh
terasa ”panas” (subferil) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j. Sistem Pencernaan
Lambung terasa kembung, mual dan pedih yang disebabkan karena asam
lambung yang berlebihan (hyperacidity). Selain pada lambung, gangguan juga dapat
terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang
air besar atau sebaliknya sering diare.
k. Sistem Perkemihan
Orang yang sedang menderita stress faal, frekuensi buang airnya lebih sering
dari biasanya, meskipun ia bukan penderita diabetes mellitus.
l. Sistem Otot dan Tulang
Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, pada tulang
persendian juga sering mengalami rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakkan anggota
tubuh atau dalam Bahasa masyarakat awam disebut pegel-linu.
m. Sistem Endokrin

Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami


stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa
mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit diabetes mellitus; gangguan
hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan
rasa sakit (dysmenorrhoe).

n. Libido
Kegairahan seseorang di bidang seksual dapat pula terpengaruh karena stress.
Orang yang stress seringkali mengeluh libido menurut atau sebaliknya meningkat tidak
sebagaimana biasa. Selain keluhan pada orang yang bersangkutan, dampak dari
gangguan libido ini dapat pula dirasakan oleh pasangannya.

Gangguan-gangguan fungsional di atas dapat mempengaruhi kondisi mental-emosinal


seseorang yang sedang stress; misalnya menjadi pemarah, pemurung, pencemas dan lain
sebagainya.

Dampak Stres
Stres banyak merugikan diri sendiri dan orang lain, berikut ini dampak dari stres dalam
berbagai aspek .
1) Dampak subjektif, berupa tindakan agresif, apatis, depresi, frustasi, cepat marah,
rendah diri, gagap, dan rasa kesendirian
2) Dampak perilaku, berupa penggunaan alkohol, narkoba, makan, dan merokok terlalu
banyak, impulsif, dan tertawa gagap
3) Dampak kognitif, berupa tigkat konsentrasi yang rendah, rentang perhatian yang
pendek, dan hipersensitif pada kritik
4) Dampak fisiologis, berupa gula darah meningkat, meningkatnya tekanan darah, lidah
kering, berkeringat, dan panas dingin
5) Dampak organisasi, misalnya berupa tingkat absensi yang tinggi, kepindahan,
produktivitas rendah, keterasingan ditempat kerja, ketidakpuasan kerja, dan
menurunnya komitmen organisasi
Coping Stres
Keterampilan dasar yang diperlukan untuk mengelola stress secara lebih efektif (Nevid &
Rathus, 2007a)
1. Jaga stress pada tingkat yang bisa ditenggang dengan cara
a. Kurangi kerepotan sehari-hari anda
b. Kenali batas anda
c. Ikuti jadwal yang wajar
d. Sering-seringlah mengaso
e. Kembangkan keterampilan manajemen-waktu yang lebih efektif.
f. Belajarlah membuat prioritas
2. Kembangkan keterampilan relaksasi. Turunkan respon tubuh anda dengan belajar
bersantai. Latihan belajar bernapas dalam-dalam. Bernapas dalam mengurangi
tekanan darah, mengendurkan jantung, memberi isyarat kepada tubuh bahwa keadaan
cukup aman untuk bersantai. (Gorman, 2007)
3. Rawatlah tubuh anda. Siapkan tubuh untuk menghadapi stress dengan cara menempuh
pola makan yang benar, berolahraga teratur, memeriksakan kesehatan secara berkala,
dan menghindari zat berbahaya seperti obat-obatan.
4. Kumpulkan informasi. Orang-orang yang menghadapi penykakit serius
bisamengatasinya lebih efektif jika mereka mendapatkan informasi tentang kondisi
pokok mereka ketimbang hanya tetap tinggal dalam kegelapan.
5. Perluas jaringan sosial anda. Dukungan social membantu orang mengatasi lebih baik
selama masa stress
6. Hindari keterkuasaan. Keterkuasaan adalah keadaan kewalahan fisik dan emoipsional
dan habisnya efektifitas yang diakibatkan oleh berlebihnya tuntutan tanggung jawab.
7. Ganti pikiran pemicu stress dengan pikiran penghilang stress
8. Jangan simpan rasa kecewa. Menyimpan pikiran dan perasaan yang resah bisa
menimpakan tuntutan saraf stress pada system saraf otonom.
9. Kendalikan perilaku tipe A yaitu
a. Bertindaklah lebih lambat
b. Baca-baca buku kenangan
c. Tinggalkan computer di rumah
d. Hindari makan cepat-cepat.
e. Sempatkan kegiatan yang menyenangkan
f. Kembangkan minat yang menenangkan
g. Tetapkan sasaran harian yang realistis
Daftar Pustaka

Jeffrey, N. S. (2017). Psikologi: Konsepsi dan Aplikasi. Bandung: Nusa Media.


Hawari, D. (2002). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Musradinur. (2016). Stres dan Cara Mengatasinya Dalam Perspektif Psikologi. Jurnal
Edukasi, 183-200.
Amelia Tri Cahyani, d. (2015). Manajemen Stres. Retrieved from Academia.edu:
https://www.academia.edu/19901058/MAKALAH_STRES
Jannah, M. ( 2013). Gangguan Stress. Retrieved from
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://etheses.uin-
malang.ac.id/1829/6/09410140_Bab_2.pdf&ved=2ahUKEwiMjMy-
o43iAhWKp48KHZiRD6cQFjAEegQIAxAB&usg=AOvVaw1IvCZD78-
y5W2YlKEJMKj2

Anda mungkin juga menyukai