Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Penelitian Karet, 2014, 32 (1) : 81 - 87

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2014, 32 (1) : 81 - 87

DEPOLIMERISASI KARET ALAM SECARA MEKANIS


UNTUK BAHAN ADITIF ASPAL

Mechanically Depolimerization of Natural Rubber for Asphalt Additive Material

Henry PRASTANTO

Pusat Penelitian Karet,


Jalan Salak No 1 Bogor 16151
Email : hprastanto@yahoo.com

Diterima : 10 Februari 2014 / Direvisi : 25 Maret 2014 / Disetujui :12 April 2014

Abstract dengan pengujian titik lembek dan penetrasi


sampel. Hasil penelitian menunjukkan proses
Natural rubber is a potential natural depolimerisasi secara mekanis selama 24 menit
polymer for asphalt additive material to subtitute dapat menurunkan berat molekul karet alam
imported sinthetics polymer, but in high viscosity at yang ditandai dengan penurunan viskositas
dry form is difficult to mix with asphalt.This Mooney karet dari 58,7 menjadi 6,7
research was to study the effect of depolimerization ML(1+4)100 0C). Karet alam terdepolimerisasi
of natural rubber to the mixing process, melting secara mekanis selama 24 menit dengan
point and penetration rate of asphalt. The konsentrasi karet dalam aspal 3% dapat
depolimerization process was carried out by using menurunkan waktu pencampuran dari 660 menit
laboratory two roll-mill with diameter 14 cm and menjadi 50 menit dan titik lembek aspal
length 35 cm. Depolimerized natural rubber was modifikasi yang dihasilkan bertambah dari 510C
added in to asphalt of 3%, 5% and 7% by weight of menjadi 56,5oC, sedangkan penetrasi aspal
asphalt at 1600C then compared with unload polimer yang dihasilkan turun dari 55 dmm
asphalt as control, followed by testing of melting menjadi 40 dmm.
point and penetration rate of samples.The results
showed that depolimerization for 24 minutes Kata kunci: Depolimerisasi mekanis, karet
decreased molecular weight indicated by mentah padat, aspal, titik lembek,
decreasing of Mooney viscosity, from 58,7 became penetrasi
6,7 ML(1+4)1000C. Mechanically depolimerized
natural rubber for 24 minutes with 3%
concentration in asphalt decreased mixing time
PENDAHULUAN
form 660 minutes to 50 minutes and melting point
increased from 510C became 56,50C, while the
penetration rate decreased from 55 dmm became Indonesia adalah negara penghasil
40 dmm. karet alam terbesar ke dua di dunia setelah
Thailand dengan produksi pada tahun 2012
Keywords: Mechanically depolimerization, dry mencapai 3,04 juta ton per tahun
rubber, asphalt, melting point, (Ditjenbun, 2013). Secara Internasional
penetration pada tahun 2012 terjadi surplus karet alam
sebesar 296.000 ton (IRSG, 2013). Mayoritas
Abstrak dari produksi karet alam Indonesia diekspor
dalam bentuk karet mentah utamanya
Karet alam yang merupakan polimer sebagai SIR 20. Konsumsi karet alam saat ini
alami berpotensi digunakan sebagai bahan aditif didominasi untuk pemenuhan kebutuhan
aspal pengganti polimer sintetis impor, namun pembuatan ban kendaraan. Untuk
viskositas yang tinggi pada karet alam fasa meningkatkan konsumsi karet alam
padatan tergolong sulit untuk dicampurkan ke domestik perlu upaya diversifikasi produk
dalam aspal. Penelitian bertujuan untuk antara lain untuk aditif aspal.
mengetahui pengaruh depolimerisasi karet alam
terhadap proses pencampuran, titik lembek dan
Aspal polimer adalah aspal keras
penetrasi aspal. Proses depolimerisasi dilakukan
dengan menggunakan open mill skala yang dimodifikasi dengan polimer. Aspal
laboratorium dengan diameter 14 cm dan panjang polimer terdiri atas aspal plastomer dan
35 cm. Karet terdepolimerisasi yang ditambahkan elastomer. Contoh plastomer (plastik) antara
ke dalam aspal sebanyak 3%, 5%, dan 7% dengan lain polypropylene dan polyethylene,
sampel kontrol adalah aspal murni, dilanjutkan sedangkan elastomer antara lain aspal karet

81
Prastanto

alam dan styrene butadiene styrene (SBS) karet alam dalam open mill yang bertujuan
(SNI 6749:2008). Penggunaan polimer untuk memutuskan rantai molekul karet
sintetis telah dilakukan untuk alam sehingga menjadi lebih lunak. Menurut
meningkatkan mutu aspal. Namun bahan Staudinger dalam Bateman (1963) mastikasi
tersebut perlu diimpor, sehingga tidak dapat menurunkan berat molekul karet
memberi nilai tambah bagi produk dalam hingga sepersepuluh dari berat molekul
negeri dan sangat tergantung dari produsen karet semula sekitar 106. Penurunan berat
di luar negeri. molekul ini secara bersamaan disertai
dengan penurunan viskositas Mooney karet.
Modifikasi aspal dengan karet Dengan penurunan viskositas Mooney
merupakan sistem dua campuran yang diharapkan karet menjadi lebih mudah
mengandung karet dan aspal yang berfungsi dicampurkan dengan aspal.
untuk meningkatkan kinerja aspal antara
lain mengurangi deformasi pada perkerasan, Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan terhadap retak mempelajari pengaruh depolimerisasi
dan meningkatkan kelekatan aspal terhadap terhadap penurunan viskositas Mooney
aggregat (Suroso, 2007). Karet alam sebagai karet, kemudahan pencampuran serta titik
polimer alami berpotensi digunakan sebagai lembek dan penetrasi aspal karet yang
aditif aspal pengganti polimer sintetis impor. dihasilkan.
Penelitian tentang aspal karet telah
dilakukan dengan menggunakan beberapa
jenis karet. Misalnya seperti yang dilakukan BAHAN DAN METODE
oleh Suroso (2007) yang menggunakan
lateks karet alam pekat dan karet sintetis. Penelitian telah dlaksanakan di
Departemen Pekerjaan Umum (1999) sudah Pusat Penelitian Karet pada periode bulan
menerbitkan petunjuk pembuatan April hingga Juli 2010. Bahan utama yang
campuran aspal dan lateks pekat digunakan dalam penelitian ini adalah karet
berdasarkan hasil penelitian terdahulu. alam berupa karet remah SIR 20 dan aspal
penetrasi 60. Bahan pembantu lainnya
Masalah yang dihadapi dalam adalah peptizer karet dan hidroksilamin
pembuatan aspal karet dengan bahan aditif netral sulfat (HNS). Peralatan utama untuk
berupa lateks pekat adalah adanya buih dan depolimerisasi mekanis adalah open mill
pelepasan gas amoniak. Berdasarkan dengan kapasitas 1 kg. Proses pencampuran
pengalaman operator di lapangan kondisi ini aspal dan karet digunakan pemanas listrik,
dapat membahayakan bagi pekerja. Di thermostat dan mixer.
samping itu apabila karet alam yang
digunakan berupa lateks pekat maka Penelitian dilakukan dalam tiga
pemakaiannya tidak dapat mengatasi tahapan yaitu depolimerisasi karet alam
masalah harga karet apabila terjadi secara mekanis, pencampuran karet alam
kelebihan pasokan karet remah. terdepolimerisasi dengan aspal dan
pengujian aspal karet hasil pencampuran.
Pemakaian karet mentah yang Sebelum depolimerisasi, karet alam
berupa padatan baik itu karet remah dikarakterisasi sifat kimianya meliputi
Standard Indonesian Rubber (SIR), Ribbed viskositas Mooney, plastisitas awal (Po) dan
Smoked Sheet (RSS) dan krep apabila plasticity retention index (PRI).
langsung digunakan sebagai aditif aspal
maka akan membutuhkan waktu Depolimerisasi karet alam secara
pencampuran yang sangat lama dan suhu mekanis pada suhu sekitar 600C, dilakukan
yang lebih tinggi sehingga kurang diminati dengan penggilingan karet dalam open mill
karena pada karet tersebut rantai molekul bersamaan dengan peptizer 2% b/b
karet masih sangat panjang. Masalah ini terhadap berat karet untuk mempercepat
dapat diatasi dengan memperlakukan pemutusan rantai molekul karet. Lama
teknik depolimerisasi terhadap karet alam. penggilingan divariasikan selama 8, 16 dan
Depolimerisasi adalah proses pemutusan 24 menit dan dan pada akhir penggilingan
rantai panjang molekul polimer menjadi ditambahkan HNS sebanyak 1% untuk
rantai molekul yang lebih pendek. Dalam mencegah adanya kenaikan viskositas
proses pembuatan kompon karet dikenal Mooney karet alam terdepolimerisasi selama
tahap mastikasi, yaitu proses penggilingan penyimpanan.

82
Depolimerisasi Karet Alam Secara Mekanis Untuk Bahan Aditif Aspal

Karet hasil penggilingan kemudian waktu yang lebih lama dibandingkan dengan
diukur viskositas Mooneynya. Setiap sampel proses mastikasi yang umum dilakukan
karet hasil penggilingan kemudian pada pembuatan kompon karet.
dicampurkan ke dalam aspal panas pada Depolimerisasi atau mastikasi
suhu 1600C. Konsentrasi karet dalam aspal mengakibatkan karet menjadi lebih plastis
divariasikan sebesar 3%, 5% dan 7% b/b dibandingkan dengan sebelum mastikasi.
terhadap berat aspal dan sebagai Semakin lama karet digiling atau diberi
pembanding digunakan aspal murni. Sampel perlakuan mastikasi, maka karet akan
didinginkan dan diuji sifat yang terpenting menjadi semakin plastis dan nilai viskositas
yaitu titik lembek dan penetrasinya sesuai Mooney karet semakin menurun. Mastikasi
dengan SNI 06-2434-1991. dapat dilakukan tanpa ataupun dengan
peptizer, namun penambahan peptizer dapat
membantu mempercepat pemutusan rantai
HASIL DAN PEMBAHASAN molekul karet. Penurunan viskositas Mooney
karet ini tidak berbeda dengan penelitian
Viskositas Mooney karet, Po dan PRI Prastanto dan Alfa (2005) tentang
memiliki pengaruh yang besar terhadap pembuatan sealer pendingin dari karet alam.
kecepatan pencampuran dan sifat fisik Nilai viskositas Mooney karet dalam
aspal. Hasil uji karakteristik karet dengan penelitian ini dapat disajikan pada Gambar 1
menggunakan alat Mooney Viscosmeter dan berikut.
Plastimeter dapat dilihat pada Tabel 1.
Konsentrasi karet dalam aspal
Sifat karet yang digunakan dalam mempengaruhi lamanya waktu
penelitian ini yaitu Po dan PRI ternyata pencampuran. Semakin tinggi konsentrasi
memenuhi spesifikasi SIR 20 bahkan karet dalam aspal, maka akan semakin lama
memenuhi kriteria SIR 10. Sedangkan untuk waktu yang dibutuhkan aspal dan karet
viskositas Mooney tidak menjadi persyaratan untuk bercampur hingga homogen. Begitu
dalam SIR 20 maupun SIR 10. Meskipun juga dengan berat molekul yang dapat
demikian karena viskositas Mooney karet digambarkan dengan besarnya nilai
sebanding dengan berat molekul karet alam viskositas Mooney karet. Semakin tinggi
maka dalam penelitian ini menjadi penting viskositas Mooney maka waktu
dan digunakan sebagai patokan dalam pencampuran juga semakin lama. Berat
menentukan sifat karet. molekul dan viskositas Mooney yang tinggi
menyebabkan karet menjadi keras sehingga
Depolimerisasi karet secara mekanis susah terlarut dalam aspal. Grafik
dapat menurunkan berat molekul karet alam hubungan waktu pencampuran dengan jenis
yang ditandai dengan penurunan viskositas karet yang dicampurkan berdasarkan waktu
Mooney karet. Depolimerisasi secara giling dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.
mekanis dilakukan dengan proses
penggilingan dengan open mill yang dikenal Berdasarkan hasil penelitian terlihat
juga dengan proses mastikasi. Pada bahwa kecepatan pencampuran karet alam
penelitian ini mastikasi dilakukan dalam yang memiliki viskositas Mooney 6,7 ML

Tabel 1. Karakteristik sampel karet alam


Table 1. Characteristics of natural rubber sample
SNI 06-1903-2011
Parameter uji Hasil uji
untuk SIR 20
Testing parameter Test result
for SIR 20
Viskositas Mooney 58,7 -
Mooney Viscosity
Plastisitas awal (Po) 31,0 Min. 30
Plasticity before ageing (Po)
Plastisitas akhir (Pa) 17 -
Plasticity after ageing (Pa)
Indeks Ketahanan Plastisitas 54,8 Min.40
Plasticity Retention Index (PRI)

83
Prastanto
Viskositas Mooney
Mooney viscosity
(ML(1+4)100ºC

Waktu (menit)
Time (minutes)

Gambar 1. Viskositas Mooney karet alam terdepolimerisasi


Figure 1. Mooney viscosity of depolimerized natural rubber
Waktu pencampuran karet dalam aspal (menit)
Mixing time rubber in asphalt (minutes)

Gambar 2. Proses pencampuran karet alam terdepolimerisasi di dalam aspal


Figure 2. Mixing process of depolimerized natural rubber in asphalt

84
Depolimerisasi Karet Alam Secara Mekanis Untuk Bahan Aditif Aspal

(1+4) 1000C, 13 kali lebih cepat tercampur Pada konsentrasi karet terhadap aspal 0%
dibandingkan dengan karet alam yang (kontrol) yang berupa aspal penetrasi 60,
memiliki viskositas Mooney 58,7 ML (1+4) nilai titik lembek yang didapatkan adalah
1000C, sehingga depolimerisasi karet alam sebesar 51OC. Titik lembek aspal modifikasi
secara mekanis ini efektif mempercepat berada pada kisaran nilai 53OC sampai
kelarutan karet dalam aspal. dengan 57OC. Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan karet remah terdepolimerisasi
Pengujian aspal karet dilakukan ke dalam aspal telah berhasil membuat titik
terhadap 2 parameter utama pengujian aspal lembek aspal menjadi lebih tinggi dari titik
polimer, yaitu titik lembek dan penetrasi. lembek kontrol. Dari data tersebut terlihat
Pengujian titik lembek aspal karet dilakukan bahwa tidak semua sampel memenuhi
untuk menentukan ketahanan aspal persyaratan nilai titik lembek aspal polimer.
terhadap deformasi permanen. Titik lembek
merupakan pendekatan utama selain Uji penetrasi juga merupakan uji
penetrasi aspal untuk mengklasifikasikan standar yang biasa dilakukan untuk
kelas dan kualitas aspal untuk perkerasan mengklasifikasikan kelas dan kualitas aspal
jalan. untuk perkerasan jalan. Proses penambahan
karet alam ke dalam aspal dinyatakan
Proses modifikasi aspal dengan berhasil apabila nilai penetrasi aspal
penambahan bahan aditif berupa karet modifikasi lebih rendah dari nilai penetrasi
remah terdepolimerisasi dinyatakan berhasil kontrol yaitu aspal penetrasi 60/70 serta
apabila nilai titik lembek aspal modifikasi memenuhi standar aspal polimer jenis
lebih tinggi daripada nilai titik lembek elastomer yaitu 50-75 dmm (SNI 6749:2008).
kontrol (aspal penetrasi 60), yaitu 510C dan Nilai penetrasi sampel pada tiap konsentrasi
memenuhi persyaratan SNI 6749:2008 yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.
untuk aspal polimer, yaitu 540C. Nilai titik
lembek aspal beraditif karet dan aspal tanpa Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa
aditif karet dapat dilihat dan dibandingkan penetrasi aspal yang dihasilkan berkisar
pada Gambar 3. antara 41 sampai 55 dmm. Penambahan
karet alam yang telah didepolimerisasi ke
Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa dalam aspal telah berhasil meningkatkan
nilai titik lembek aspal modifikasi meningkat kekerasan aspal dilihat dari semakin
seiring dengan meningkatnya konsentrasi menurunnya nilai penetrasi. Pada sampel
karet yang ditambahkan ke dalam aspal. yang telah ditambahkan karet alam dengan
Melting point
Titik lembek

(ºC)

Gambar 3. Titik lembek sampel pada berbagai perlakuan


Figure 3. Melting point of samples at various treatments

85
Prastanto

Penetration
Penetrasi

(dmm)

Gambar 4. Laju penetrasi sampel pada berbagai perlakuan


Figure 4. Penetration rate of samples at various treatment

viskositas Mooney terrendah secara umum viskositas Mooney karet alam dan
memiliki tingkat kekerasan yang lebih mempercepat kelarutan karet alam
rendah yang diperlihatkan dengan tingginya yang berupa padatan ke dalam aspal.
nilai penetrasi. Hal ini dikarenakan karet
yang memiliki viskositas Mooney rendah 2. Depolimerisasi mekanis dalam open
memiliki sifat yang lebih lunak daripada mill selama 24 menit menurunkan
karet dengan viskositas Mooney lebih tinggi. viskositas Mooney karet alam dari
dibandingkan dengan persyaratan nilai 58,7 menjadi 6,7 ML (1+4) 1000C dan
penetrasi aspal polimer maka karet dengan kecepatan pencampuran
viskositas Mooney terrendah yaitu yang mempersingkat dari 660 menit
dihasilkan dari penggilingan selama 24 menjadi hanya 50 menit.
menit memenuhi persyaratan nilai penetrasi
aspal polimer. 3. Konsentrasi karet terdepolimerisasi
(24 menit) dalam aspal yang
 Berdasarkan data nilai titik lembek memenuhi syarat titik lembek dan
dan penetrasi terlihat bahwa hanya ada dua penetrasi aspal polimer adalah 5%
jenis sampel yang memenuhi persyaratan dan 7% namun secara ekonomis 5%
yaitu aspal yang telah ditambahkan karet lebih menghemat biaya.
dengan viskositas Mooney 6,7 ML(1+4)1000C
yang diperoleh melalui penggilingan selama Untuk dapat diaplikasikan secara luas
24 menit dengan konsentrasi 5% dan 7%. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Apabila dikaitkan dengan nilai ekonomis tentang pengujian aspal karet ini secara
tentu akan lebih ekonomis apabila berat lebih menyeluruh serta perhitungan tekno-
karet yang ditambahkan adalah 5%. ekonominya.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Berdasarkan penelitian ini maka dapat Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI
disimpulkan bahwa : 6749:2008, Standar Nasional
Indonesia Spesifikasi Spesifikasi Lapis
1. Depolimerisasi karet alam secara Tipis Aspal Pasir (Latasir). Badan
mekanis dapat menurunkan Standarisasi Nasional, Jakarta.

86
Depolimerisasi Karet Alam Secara Mekanis Untuk Bahan Aditif Aspal

Badan Standarisasi Nasional. 1991. SNI 06- Direktorat Jendral Perkebunan. 2013.
2434-1991, Standar Nasional Produksi Karet. www.deptan.go.id
Indonesia, Metode Pengujian Titik diakses tanggal 7 Maret 2014.
Lembek Aspal dan Ter. Badan
Standarisasi Nasional, Jakarta International Rubber Study Group. 2013.
Statitical Summary of World Rubber
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI.06- Situation. www.rubberstudy.com
1903-1990, Standar Nasional diakses tanggal 7 Maret 2014.
Indonesia, Standar Indonesian Rubber
(SIR). Badan Standarisasi Nasional, Prastanto, H dan A. A. Alfa. 2005.
Jakarta Pemanfaatan Karet Alam untuk
Pembuatan Sealer/Dempul Pada
Bateman, L. 1963. The Chemistry and Peralatan Pendingin. Prosiding
Physics of Rubber-Like Substances, seminar Nasional VIII, Jaringan
Studies of The Natural Rubber Kerjasama Kimia 26 - 27 April : 480-
Producer's Research Association. Mac 486
Laren & Sons LTD, London.
Suroso, T.W. 2007. Peningkatan Kinerja
Departemen Pekerjaan Umum. 1999. Campuran Beraspal dengan Karet
Pedoman Penggunaan Aspal Karet Alam dan Karet Sintetis, Jurnal Jalan-
Dalam Campuran Beraspal Secara Jembatan 24(1) : 14-25
Panas no 010/T/BM/1999. Yayasan
Penerbit Pekerjaan Umum.

87

Anda mungkin juga menyukai