Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor kesehatan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang saat ini
penting untuk mendapat perhatian lebih. Indonesia sebagai negara berkembang
memiliki indeks kesehatan yang masing sangat rendah yaitu menempati urutan ke-
101 dari 149 negara dalam indeks kesehatan global 2017 (Balitbang 2017). Hal ini
berkaitan dengan kurang maksimalnya upaya pencegahan dan pengobatan
penyakit yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Pentingnya pencegahan dan
pengobatan penyakit untuk mewujudkan kesehatan masyarakat ini melibatkan
peran berbagai pihak diantaranya pemerintah dan tenaga medis, termasuk dokter
hewan.
Salah satu peran dokter hewan adalah dalam bidang teknik biomedis yang
menghasilkan berbagai produk biomedis untuk manusia. Teknik biomedis
merupakan suatu bidang yang menerapkan berbagai metode rekayasa, sains, dan
teknologi dalam menyelesaikan permasalahan dalam bidang kedokteran dengan
maksud untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat (Bakrie
2011).
PT Bio Farma (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dalam bidang biomedis di Indonesia. PT Bio Farma (Persero)
memproduksi produk biomedis berupa vaksin dan antisera untuk manusia. Vaksin
dan antisera yang diproduksi PT Bio Farma (Persero) berasal dari bahan asal
hewan. Bahan asal hewan diambil dari hewan yang secara khusus dipelihara untuk
tujuan produksi produk biomedis. Kesehatan dan kesejahteraan hewan yang
digunakan tersebut perlu diperhatikan, oleh karena itu peran dokter hewan juga
dibutuhkan.
Produk biomedis yang dihasilkan juga memerlukan berbagai pengujian
sebelum produk tersebut didistribusikan atau dipasarkan kepada konsumen. Hal
ini bertujuan untuk memastikan produk yang dipasarkan adalah produk yang
aman untuk manusia. Pengujian dilakukan pada hewan uji seperti kelinci, mencit,
tikus, cavia, dan monyet. Dokter hewan berperan dalam pelaksanaan berbagai uji
tersebut baik uji potensi, toksisitas, pirogen, maupun uji keamanan dari sediaan
yang siap dipakai konsumen. Selain itu, dokter hewan juga berperan dalam
manajemen perawatan, kesehatan, serta pembiakan hewan uji tersebut.
Tujuan
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu Kegiatan
Sejarah
oleh Kikuo Kurauchi. Setelah Indonesia merdeka, yaitu pada tahun 1945,
perusahaan berganti nama menajadi “Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur” yang
dipimpin oleh R. M. Sardjito. Saat kepemimpinan R. M. Sardjito, lokasi
perusahaan sempat dipindahkan ke daerah Klaten. Tahun 1946–1949 pada masa
agresi militer, Bandung mulai kembali diduduki oleh Belanda. Perusahaan
merubah namanya menjadi “Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur”.
Tahun 1950–1954, “Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur” di Bandung
kembali menjadi tempat kegiatan produksi vaksin dan sera. Seiring dengan
terjadinya nasionalisasi berbagai perusahaan Belanda, pemerintah Indonesia pada
saat itu mengubah “Landskoepok Inrichting en Instituut Pasteur” menjadi
Perusahaan Negara Pasteur. Perusahaan Negara Pasteur berubah menjadi
Perusahaan Negara Bio Farma berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 80 tahun
1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 No. 101). Setelah melalui penelitian dan
penilaian bentuk badan usaha, Bio Farma resmi menjadi Perusahaan Umum Bio
Farma dengan Peraturan Pemerintah RI No. 26 Tahun 1978. Periode tersebut
merupakan awal upaya transfer teknologi produksi Vaksin Polio dan Campak oleh
Prof Dr Konosuke Fukai. Perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas (PT)
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. I tahun 1997.
Topografi
PT Bio Farma (Persero) memiliki dua lokasi, yaitu di Jalan Pasteur No.28,
Bandung 40161, dan di Jalan Kolonel Masturi, Desa Kertawangi, Kecamatan
Cisarua, Kabupaten Bandung Barat 40551. Bagian Uji Hewan dan Bagian Hewan
SPF berada di Jalan Pasteur, sedangkan Bagian Pembiakan Hewan berada di Jalan
Kolonel Masturi. PT Bio Farma (Persero) yang berada di Cisarua memiliki lahan
seluas 28.2 hektar yang terdiri dari istal kuda, tempat pembiakan hewan model
(kelinci, mencit, dan cavia), kandang domba, unggas, lapangan exercise kuda,
4
serta gudang pakan. Fasilitas yang terdapat di PT Bio Farma (Persero) Cisarua
bagian pembiakan hewan antara lain kantor, lapangan olah raga seperti lapangan
basket dan lapangan bola, masjid, pos jaga istal kuda, pos jaga satpam, dan kantin.
Struktur Organisasi
Seksi Seksi
Seksi Seksi Seksi Zooteknik 1
Pemeliharaan Produksi
Hewan Produksi
Hewan Darah dan
Model Telur Seksi Zooteknik 2
Donor Plasma
Seksi Zooteknik 3
Seksi Bioteknik
yang ekstrim dapat menyebabkan ringtail, maupun nekrosa iskemik pada ekor dan
jari kaki. Fisher et al. (2015) menyatakan mencit merupakan hewan nokturnal.
Pengaturan cahaya di ruangan pembiakan menggunakan sistem 12 jam lampu
menyala dan 12 jam lampu mati. Setiap ruangan mencit dan kelinci memiliki 8
hingga 9 lampu yang menjadi sumber cahaya. Intensitas cahaya yang baik untuk
hewan laboratorium berkisar antara 325–400 lux. Cahaya dapat mempengaruhi
fisiologi, morfologi, dan perilaku berbagai hewan. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah kebisingan dalam pemeliharan, karena kebisingan dapat
memicu stres pada hewan. NRC (2011) menyatakan tingkat kebisingan yang
disarankan di kandang hewan laboratorium tidak lebih dari 85 dB. Paparan yang
lebih keras dari 85 dB dapat membuat timbulnya gangguan non–auditory seperti
stres pada hewan.
Area pembiakan hewan mencit terdiri dari enam ruangan, yaitu M1, M2,
M3, M4, M5, dan M6. M1 merupakan ruangan yang digunakan untuk
penimbangan, ruang stocking sapihan, dan sexing. Selain itu, pada M1 terdapat
pembiakkan mencit strain BALB/C. Ruang M2, M3, dan M4 merupakan ruang
pembiakan mencit strain DDY (Dutschland, Denken, and Yoken), sedangkan M5
merupakan ruang pembiakan mencit strain A (Australia) dan M6 untuk mencit
strain DDY SLC.
Ruangan yang digunakan untuk pembiakan memiliki luas kurang lebih 52
m2 (8.7×6 m). Setiap ruangan terdiri dari 12 rak yang terbuat dari stainless steel.
Satu rak berisi kandang untuk bakal indukan dan 11 rak lainnya berisi kandang
untuk breeding. Satu rak terdiri dari empat tingkat, setiap tingkatnya terdiri dari
14 cage. Cage memiliki ukuran kurang lebih 30×20×10 cm dilengkapi dengan
penutup cage (Lid) yang terbuat dari kawat yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat pakan dan tempat menaruh botol minum. Populasi mencit yang ada dalam
tiap ruangan + 2500 ekor mencit dewasa dengan asumsi 1 cage berisi 1 ekor jantan
dan 3 ekor betina (Sistem Harem).
Area pembiakan kelinci terdiri dari empat ruangan. Empat ruangan tersebut
memiliki fungsi berbeda, yaitu ruangan pertama sebagai ruang sapihan, ruang
kedua hingga keempat sebagai ruang produksi. Ruang kedua berisi 36 ekor kelinci
jantan dan 36 ekor kelinci betina. Ruang ketiga dan keempat masing-masing berisi
72 ekor kelinci betina. Kandang kelinci memiliki luas kurang lebih 3.6 m2 yang
terbuat dari alumunium. Kandang dilengkapi dengan botol air minum dan wadah
pakan.
Pakan
Pakan yang diberikan pada mencit dan kelinci dilakukan secara ad
libitum. Pemberian pakan dilakukan setiap pagi hari. Pakan mencit yang
diberikan berbentuk pelet. Pakan tersebut berasal dari PT Citra Ina Feedmill
dengan kandungan nutrisi pakan mencit dan kelinci disajikan pada Tabel 1
dan Tabel 2.
Air minum
Air minum yang diberikan pada hewan mencit dan kelinci merupakan
air minum yang telah mengalami pengolahan terlebih dahulu atau disebut
dengan Pre-Treatment Water (PTW). Air minum diberikan secara ad
libitum menggunakan botol dan diganti dua kali seminggu bersamaan
dengan pemberian pakan. Air yang diberikan sudah dalam kondisi steril dan
bebas dari kontaminasi mikroba. Alur pengolahan air PWT disajikan pada
Gambar 2.
9
Raw Water
Tank
Product
Sistem perkawinan
Sistem perkawinan mencit yang dilakukan adalah sistem perkawinan
harem. Sistem perkawinan harem merupakan sistem perkawinan satu jantan
dengan lebih dari satu betina. Mencit jantan dan betina yang akan
dikawinkan berada dalam satu cage dengan perbandingan 1:3. Mencit yang
dikawinkan berasal dari strain yang sama, namun rak atau ruangan yang
berbeda. Mencit betina yang akan dikawinkan berumur lima minggu,
sedangkan mencit jantan setidaknya berumur enam minggu. Umur
kebuntingan mencit selama 21 hari, dengan jumlah anak yang dilahirkan
dalam satu kali kebuntingan yaitu berjumlah 8–15 ekor. Penyapihan anak
mencit dilakukan pada umur 21 hari yang dilakukan pada saat penggantian
bedding di ruang breeding. Bakalan indukan dan jantan yang digunakan
untuk breeding berasal dari mencit pada ruang stocking yang melebihi
spesifikasi bobot badan yang diinginkan. Mencit betina diambil dari
ruangan breeding yang sama, sedangkan mencit jantan berasal dari ruangan
breeding yang beda, namun memiliki strain yang sama. Sistem perkawinan
harem pada mencit disajikan pada Tabel 3.
Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk melakukan kontrol terhadap
organisme yang ada di dalam tubuh hewan laboratorium, baik berupa virus,
bakteri, maupun parasit. Pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap 3 bulan
sekali. Hewan sebanyak 10 ekor akan dikirim ke QC (Bagian Patologi)
untuk setiap spesies hewan laboratorium. Penanganan pada hewan
laboratorium dilakukan setelah ada justifikasi dari bagian QC, jika terdapat
satu atau lebih hewan laboratorium yang terinfeksi maka penanganan
dilakukan menyeluruh dalam satu populasi. Sebagai contoh, jika
teridentifikasi terdapat cacing maka satu populasi akan diberikan
penanganan obat cacing (Piperazine). Pemberian Piperazine juga dilakukan
berkala setiap 3 bulan sekali.
a. Manajemen Kandang
Bagian pemeliharaan kuda di PT Bio Farma (Persero) memiliki 12 kandang
kuda (istal). Istal yaitu sebuah bangunan atau gedung yang digunakan sebagai
tempat untuk pemeliharaan kuda. Setiap istal terdiri dari 20 unit kecil yang
disebut pen. Masing - masing istal memiliki ukuran pen yang berbeda. Setiap pen
diberi alas (bedding) yang terbuat dari serbuk gergaji atau serutan kayu.
Penggunaan bedding bertujuan untuk penyerapan urin kuda, menjaga kondisi
kandang tetap hangat, dan sebagai alas untuk istirahat kuda. Setiap kuda yang
terdapat dalam pen memiliki informasi yang tercatat dibagian pintu pen. Informasi
yang tercantum berupa identitas kuda (nomor kuda), jenis kelamin, jenis
penggunaan kuda, dan status (produksi, imunisasi atau istirahat). Jenis
penggunaan kuda meliputi hewa donor untuk pembuatan anti tetanus serum
(ATS), anti difteri serum (ADS), serta anti bisa ular (ABU) untuk spesies
Agkistrodon rhodostoma, Bungarus fasciatus, dan Naja sputrarix.
Setiap pen memiliki wadah pakan dan minum yang mudah dibersihkan.
Wadah tersebut dibersihkan pada pagi hari agar pakan dan air minum tetap bersih,
selain itu lantai istal juga dibersihkan dari bedding yang basah dan kotor
kemudian diganti dengan bedding yang baru. Penggantian bedding secara
menyeluruh akan dilakukan satu minggu sekali atau ketika kondisi bedding sudah
basah.
b. Manajemen Pakan
Pakan kuda yang diberikan dibagi menjadi dua yaitu hijauan dan konsentrat
yang berbentuk pelet. Pakan rumput diberikan tiga kali sehari dan konsentrat
diberikan dua kali sehari yaitu pagi dan sore dalam wadah pakan yang tersedia di
12
dalam kandang. Pakan hijauan merupakan pakan yang paling banyak dikonsumsi
kuda. Pakan hijauan yang digunakan yaitu rumput gajah (Pennisetum purpureum)
yang dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil.
Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan yang dapat memberikan
keseimbangan energi bagi kuda. Konsentrat yang diberikan merupakan campuran
dari dari jagung, bran, kacang hijau, dedak, tepung tulang sapi, vitamin, gabah,
dan garam. Konsentrat yang digunakan di PT Bio Farma yaitu konsentrat Haras
dengan bentuk pelet. Komposisi konsentrat haras yang digunakan dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi vitamin pada konsentrat Haras® sebagai tambahan pakan kuda
di PT Bio Farma (Persero)
No Vitamin Jumlah Kandungan
1 Vitamin A 11000 IU
2 Vitamin D3 1700 IU
3 Vitamin E 110 IU
4 Vitamin B1 5.5 mg
5 Vitamin B2 5.5 mg
6 Vitamin B6 5.5 mg
7 Vitamin B12 0.066 mg
8 Vitamin PP (Niasin) 22 mg
9 Vitamin B3 11 mg
10 Vitamin B9 (Asam Folik) 4.1 mg
11 Vitamin C 160 mg
12 Biotin 4.1 mg
13 Cholin 220 mg
13
c. Manajemen Perawatan
Kegiatan perawatan kuda donor berupa pemotongan kuku dilakukan ketika
kuku kuda sudah panjang. Kuku kuda yang panjang dapat mengganggu
kenyamanan kuda saat menumpu. Kuda donor yang dipelihara di PT Bio Farma
(Persero) tidak menggunakan ladam, hal ini menyebabkan kuku kuda tumbuh
lebih cepat dan memerlukan pemotongan kuku yang rutin. Selain itu, tujuan
pemotongan kuku adalah untuk menghindari adanya pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit.
Kegiatan grooming dilakukan dengan menggunakan roskam dan sikat.
Rambut di permukaan tubuh kuda digosok menggunakan roskam, selanjutnya
disikat untuk membuang rambut – rambut yang sudah mati. Perawatan lain yang
juga dilakukan adalah pencukuran suri kuda jika suri sudah panjang. Hal ini
dilakukan karena suri yang panjang dapat menjadi sumber kontaminan dan dapat
mengganggu pada saat proses pengambilan darah.
Setiap pagi dilakukan monitoring untuk melihat adanya kelainan pada kuda.
Monitoring yang dilakukan berupa pemeriksaan defekasi, urinasi, sisa pakan, dan
minum. Pengamatan juga dilakukan terhadap perilaku kuda yang lemas atau
kesakitan, serta memperhatikan ada tidaknya luka pada permukaan kulit kuda.
Kuda yang sakit selanjutnya akan mendapat tindakan pengobatan.
d. Manajemen Kesehatan
Pelaksanaan manajemen kesehatan kuda di PT Bio Farma (Persero)
merupakan tanggung jawab tenaga medik veteriner yaitu dokter hewan dan
paramedis veteriner. Paramedis bertugas melakukan monitoring atau pengecekkan
kondisi kesehatan kuda yang dilakukan secara rutin setiap harinya di pagi hari.
Monitoring kesehatan kuda dilakukan dengan inspeksi, pengamatan gejala klinis,
memperhatikan nafsu makan kuda, serta memperhatikan tingkah laku dan habitus
kuda yang menunjukkan ada tidaknya kelainan. Tindakan medis selanjutnya dapat
dilakukan oleh dokter hewan yang dibantu dengan paramedis berdasarkan adanya
laporan dari animal caretaker maupun dari hasil monitoring yang dilakukan di
pagi hari. Tindakan medis dapat berupa pencegahan penyakit dengan pemberian
vitamin dan obat anti parasit. Pemberian obat anti parasit dilakukan secara rutin
setiap 6 bulan sekali dan memperhatikan withdrawl time, sehingga tidak
mempengaruhi proses produksi. Tindakan medis lainnya berupa pengobatan
dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan klinis oleh dokter hewan. Pemeriksaan
lanjutan seperti pemeriksaan hematologi di laboratorium dapat pula dilakukan
untuk meneguhkan diagnosa dari dokter hewan. Health monitoring dilakukan
secara rutin setiap 6 bulan sekali yaitu dengan pengambilan darah kuda dan akan
diperiksa untuk memastikan status mikrobiologis kuda negatif dari Equine
Infectious Anemia Virus, Strangles (Streptococcus equi), Surra (Trypanosoma
evansi), dan Equine Piroplasmosis (Babesia caballi dan Theileria equi). Kasus
yang ditemukan di bagian hewan donor selama melaksanakan magang sebagai
berikut:
Kasus 1
Tanggal 25 Juni 2018, seekor kuda betina dari istal 7 mengalami sakit
kulit di bagian kepala dan leher. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan
lanjutan berupa kerokan kulit, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti
14
Kasus 2
Tanggal 25 Juni 2018, seekor kuda betina dari istal 3 dengan status
reproduksi 5 hari pasca melahirkan diberikan tindakan medis berupa
pemberian antibiotika Penstrep® dengan dosis 1ml/20 kg BB dan vitamin
Biodin® sebanyak 10 ml. Tujuan pemberian Penstrep® yang merupakan
antibiotika berspektrum luas adalah mencegah terjadinya infeksi, sedangkan
tujuan pemberian Biodin adalah sebagai penguat otot dan meningkatkan
daya tahan tubuh karena biodin memiliki kandungan adenosina trifosfat
(ATP), Mg, Na, K, dan Vitamin B12. Tenaga medis tidak memberikan
penanganan khusus terhadap kuda yang melahirkan dikarenakan Bagian
Hewan Donor tidak diperuntukkan untuk tujuan breeding kuda.
Kasus 3
Tanggal 2 Juli 2018, seekor kuda betina ditemukan lemas, tubuhnya
berkeringat dan dingin, nafsu makan berkurang, serta diare berdarah.
Pemeriksaan selanjutnya dilakukan oleh dokter hewan yaitu dengan
melakukan physical examination dan pengambilan darah untuk pemeriksaan
hematologi. Hasil physical examination menunjukkan suhu tubuh kuda
sangat rendah dan kuda mengalami dehidrasi, sedangkan hasil pemeriksaan
hematologi menunjukkan kuda mengalami polisitemia dan dehidrasi.
Penanganan yang dilakukan berupa pemberian infus Ringer Laktat (RL),
injeksi Flunixin, Vitamin K, Biodin, Pen-strep dan Hematodin. Pritchard et
al. (2008) menyatakan tanda dehidrasi pada kuda adalah tidak adanya urin
yang dikeluarkan, ekstrimitas, telinga, dan hidung terasa dingin,
peningkatan capillary refill time (CRT) > 2 detik, serta peningkatan detak
jantung. Flunixin yang diberikan berperan sebagai analgesik dengan
aktivitas anti inflamasi dan anti piretik untuk membantu mengurangi rasa
sakit pada kuda. Hematodin berperan sebagai stimulan secara umum, serta
sebagai anti toksin dan anti infeksi. Vitamin K berperan sebagai
antihemoragikum yang dapat membantu proses pembekuan darah salah
satunya dalam kasus gastroenteritis yang dialami oleh kuda ini. Pengobatan
dilakukan dari pagi hari hingga sore hari, namun pada pukul 17.09 WIB
kuda mati.
Kasus 4
Tanggal 2 Juli 2018, seekor kuda dari Istal 8 dan seekor kuda dari Istal
9 menunjukkan penurunan nafsu makan dan lemas sehingga diberi vitamin
Biodin, keesokan harinya dilakukan monitoring kembali. Pemberian Biodin
akan membantu pemulihan energi kuda karena adanya kandungan ATP,
15
Tahap imunisasi pada kuda dilakukan melalui tiga tahap yaitu, priming
(Basis ke-1 rute SC), priming II (Basis ke-2 rute IM atau SC) dan booster
(Produksi ke-n, n ≥ 1 rute SC). Imunisasi yang diberikan sebagai booster juga
disertai dengan pemberian adjuvant yang telah tercampur dengan anavenom atau
toksoid yang digunakan untuk imunisasi.
f. Plasmapheresis
Plasmapheresis merupakan serangkaian prosedur dalam produksi plasma
hewan yang telah diimunisasi dengan serum tertentu untuk mendapatkan antibodi
yang diinginkan. Tahapan dalam plasmapheresis meliputi pengambilan darah dari
donor (aftaaf), pemisahan plasma darah dari bagian seluler (separasi), filtrasi atau
sentrifugasi hingga pengembalian sel darah merah pada donor (rekonstitusi dan
transfusi) (WHO 2012).
Sebelum memulai produksi, terdapat beberapa hal yang harus disiapkan
antara lain botol penampung darah, syringe 25 mL, jarum 18 G, agrave, tang
arteri anatomis, kapas, alkohol 70%, iodin tincture, vitamin B kompleks, vitamin
B12 (cyanocobalamin), shaker orbital, meja dan kandang jepit. Botol penampung
darah telah disterilkan dan diisi antikoagulan. Botol tersebut juga dilengkapi
dengan selang-selang yang menunjang proses produksi, jarum berukuran 8, dan
label yang menunjukkan tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa antikoagulan
serta kode hewan donor. Antikoagulan yang digunakan adalah buffer citrate.
Antikoagulan yang diberikan disesuaikan dengan jumlah darah yang akan
ditampung. Perbandingan buffer citrate dan darah adalah 1:9 (WHO 2012).
Tahapan plasmapheresis sebagai berikut:
1. Pengambilan Darah (Aftaaf)
Pengambilan darah utuh (panen darah) harus dilakukan secara aseptis.
Tahap ini dimulai dari menempatkan hewan donor (yang telah memenuhi
syarat titer dan sehat) di dalam kandang jepit yang bersih untuk membatasi
gerakan hewan. Hewan donor yang digunakan adalah kuda. Sebelum
dilakukan pengambilan darah, terlebih dahulu ditimbang bobotnya untuk
menentukan berapa volume darah yang dapat diambil untuk produksi
plasma. Pengambilan darah dilakukan menggunakan jarum berukuran 8
melalui vena jugularis. Area pengambilan darah harus diusapkan dengan
kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%. Menurut WHO (2012),
darah yang diambil adalah sebanyak 13–15 mL /kgBB hewan donor.
Selama pengambilan darah, botol penampung darah diletakkan di dalam
shaker orbital dengan kecepatan 1000 rpm. Setelah darah diambil dalam
18
Uji potensi
Uji Potensi Anti Diphteria Serum (ADS)
Anti- Diphteria Serum adalah sediaan yang mengandung globulin anti
toksin yang memiliki kemampuan spesifik menetralisasi toksin yang
dibentuk oleh Corynebacterium diphteria (WHO 2017). Kementerian
Kesehatan (2014) menyatakan difteria merupakan penyakit infeksi akut
yang banyak menyerang anak pada usia 5–7 tahun, yang disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium diphteria. Pembuatan serum anti difteri berasal
plasma darah kuda yang telah diimunisasi dengan toksoid difteri. Kuda
donor yang digunakan untuk produksi adalah kuda yang sehat dan harus
memenuhi spefisikasi tertentu. Pengujian potensi dapat dilakukan terhadap
bahan uji yang mengandung serum anti difteria, dapat berupa produk belum
jadi, final bulk, maupun final produk serum anti difteri.
Hewan uji yang digunakan adalah cavia strain Dunkin Hartley Albino
(DHA) dengan berat badan 250–350 gram pada saat penyuntikan bahan uji.
Hewan harus dipastikan sehat dan belum pernah digunakan untuk uji
sebelumnya, serta lulus masa conditioning. Prosedur kerja dimulai dengan
melakukan pengenceran terhadap bahan uji dan bahan baku pembanding,
selanjutnya dibuat dalam beberapa pengenceran di tabung dan ditambahkan
dengan toksin, sehingga terbentuk campuran toksin-antitoksin yang siap
diinjeksikan kepada hewan uji. Pengenceran dan persiapan bahan yang akan
digunakan untuk injeksi dipersiapkan oleh divisi Quality Control (QC),
sedangkan proses selanjutnya dan proses karantina hewan dilakukan oleh
21
bagian Uji Hewan. Proses selanjutnya adalah penyuntikkan pada hewan uji
dengan setiap pengenceran disuntikkan kepada 3 ekor cavia. Observasi
selanjutnya dilakukan terhadap jumlah cavia yang mampu bertahan hidup
dengan periode observasi selama 5 hari. Perhitungan selanjutnya dilakukan
dengan metode probit analisis/ Spearman & Karber yang akan dinyatakan
ke dalam International Unit (IU) per mililiter. Final bulk dan produk akhir
serum anti difteri dinyatakan memenuhi spesifikasi apabila nilai potensinya
tidak kurang dari 90 % dari yang tertera pada label, sedangkan bulk murni
jika nilai potensi tidak kurang dari 1250 IU/mL (WHO 2017).
Pengolahan Limbah
Proses pengolahan limbah cair dimulai dari pengaliran air limbah dari
semua istal dan ruangan pemeliharaan masuk ke dalam grit chamber. Air limbah
di dalam grit chamber, akan dipisahkan antara limbah cair (air sisa pencucian dan
urin) dengan limbah padat (sisa pakan dan bedding). Limbah padat akan
diendapkan dan limbah cair akan terus mengalir ke control chamber I. Limbah
cair akan terus mengalir melewati control chamber I menuju flow equalization.
Flow equalization berfungsi untuk mengaduk air dengan gerakan vertikal dan
pemberian udara (O2). Hal ini bertujuan agar limbah cair tidak bersifat
septik/anaerobik. Limbah cair selanjutnya dialirkan menuju bak anaerob untuk
disimpan selama beberapa jam agar bakteri anaerob dapat tumbuh. Tahap
selanjutnya limbah dialirkan menuju control chamber II untuk kembali
diendapkan. Limbah cair kemudian akan dialirkan menuju bak aerob. Limbah
yang sudah diproses dan masuk ke dalam bak aerob sudah tidak mengeluarkan
aroma yang tidak sedap. Pengendapan terakhir dilakukan di bak aerob dan akan
dialirkan menuju fishpool yang berisi ikan koi. Indikator air limbah yang sudah
diproses dan dapat dilepaskan ke lingkungan dengan melihat ikan koi yang masih
bisa bertahan hidup. Batas buang limbah cair tidak boleh lebih dari 56 m3 per hari
yang dapat dilihat melalui flow meter. Bahan kimia yang digunakan sebagai
desinfeksi untuk pengolahan air limbah adalah klorin. Pengolahan air limbah di
PT Bio Farma (Persero) Pasteur bagian Uji Hewan, limbah cair harus di
masukkan ke killing tank terlebih dahulu untuk dilakukan sterilisasi karena limbah
mengandung berbagai agen patogen. Limbah kemudian disalurkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk menjalankan proses pengolahan limbah
cair. Diagram pengolahan air limbah disajikan pada Gambar 4.
II
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
[WHO] World Health Organization. 2012. WHO Technical Report Series No.
964: WHO Expert Comittee on Biological Standarization. Genewa (SW):
World Health Organization.
[WHO] World Health Organization. 2017. WHO Technical Report Series 1004 :
WHO Expert Committee on Biological Standardization. Genewa (SW):
World Health Organization.