Anda di halaman 1dari 18

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup, utamanya manusia pasti membutuhkan zat-zat tertentu dalam membantu
aktivitas metabolisme dalam tubuhnya. Sehingga organ-organ manusia dapat melakukan
aktivitas-aktivitas yang kadang tidak disadari kerjanya, seperti penyerapan sari-sari makanan
di usus, penghalusan makanan di lambung dan lain sebagainya.

Makanan harus mengalami berbagai perubahan di dalam saluran cerna hingga diperoleh
bentuk – bentuk sederhana yang dapat diabsorpsi ke dalam darah untuk selanjutnya diangkat
oleh darah atau limfe ke sel – sel tubuh. Perubahan – perubahan menjadi bentuk sederhana ini
dilakukan melalui proses pencernaan di dalam saluran cerna. Pencernaan adalah sebuah
proses metabolisme di mana suatu makhluk hidup memproses sebuah zat, dalam rangka
untuk mengubah secara kimia atau mekanik sesuatu zat menjadi nutrisi. Pencernaan terjadi
pada organisme multi sel, sel, dan tingkat sub-sel, biasanya pada hewan.

Pencernaan biasanya dibagi menjadi aktivitas mekanik dan kimia. Dalam


kebanyakan vertebrata, pencernaan adalah suatu proses banyak-tingkat dalam sebuah sistem
pencernaan, setelah ingesti dari bahan mentah, kebanyakan organisme lain. Proses ingesti
biasanya melibatkan beberapa tipe manipulasi mekanik. Sistem pencernaan sendiri tidak
dapat terlepas dari penyerapan (absorpsi) zat – zat gizi dari makanan yang dikonsumsi setiap
harinya. Untuk menggunakan nutrisi yang terkandung di dalam setiap bahan pangan tentu
diperlukan proses penyerapan. Penyerapan sendiri terjadi di usus halus, saat makanan yang
dikonsumsi telah melewati sistem pencernaan tersebut.
Zat-zat yang sering digunakan tubuh dalam melakukan aktivitas antara lain, protein, lemak,
vitamin, dan mineral.Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme organisme. Dipandang dari sisi enzimologi
(ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasioleh
enzim. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat
cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan panganan yang dikonsumsi

Mineral adalah kelompok mikronutrient bagi tubuh Anda, artinya hanya dibutuhkan dalam
jumlah kecil namun sangat berguna terutama untuk berjalannya metabolisme tubuh, misalnya
magnesium yang berperan sebagai kunci penting bekerjanya enzim-enzim tubuh Anda
terutama enzim-enzim penghasil energi tubuh.

Orang-orang yang awam biasanya masih kurang mengetahui mineral apa saja yang
dibutuhkan oleh tubuh dan bagaimana proses penyerapan mineral dalam tubuh maka makalah
ini disusun untuk peningkatan pengetahuan bersama.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses pencernaan dan adsorpsi yang berlangsung di dalam tubuh
manusia.

2. Untuk mengetahui pentingnya mineral pada tubuh.

3. Untuk mengetahui proses pencernaan adsorpsi mineral dalam tubuh manusia.

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini, sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pencernaan pada tubuh manusia?

2. Bagaimana proses adsorpsi pada tubuh?

3. Mineral apa saja yang dibutuhkan oleh tubuh?


4. Bagaimana sistem pencernaan dan adsorpsi mineral dalam tubuh?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Pencernaan Manusia


Pencernaan makanan merupakan proses mengubah makanan dari ukuran besar menjadi
ukuran yang lebih kecil dan halus, serta memecah molekul makanan yang kompleks menjadi
molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Enzim ini
dihasilkan oleh organ-organ pencernaan dan jenisnya tergantung dari bahan makanan yang
akan dicerna oleh tubuh. Zat makanan yang dicerna akan diserap oleh tubuh dalam bentuk
yang lebih sederhana.
Proses pencernaan makanan pada tubuh manusia dapat dibedakan atas dua macam,
yaitu :
- Proses pencernaan secara mekanik
Yaitu proses perubahan makanan dari bentuk besar atau kasar menjadi bentuk kecil dan
halus. Pada manusia dan mamalia umumnya, proses pencernaan mekanik dilakukan dengan
menggunakan gigi.
- Proses pencernaan secara kimiawi (enzimatis)
Yaitu proses perubahan makanan dari zat yang kompleks menjadi zat-zat yang lebih
sederhana dengan menggunakan enzim. Enzim adalah zat kimia yang dihasilkan oleh tubuh
yang berfungsi mempercepat reaksi-reaksi kimia dalam tubuh.
Proses pencernaan makanan pada manusia melibatkan alat-alat pencernaan makanan.
Alat-alat pencernaan manusia adalah organ-organ tubuh yang berfungsi mencerna makanan
yang kita makan. Alat pencernaan dapat dibedakan atas saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Kelenjar pencernaan menghasilkan enzim-enzim yang membantu proses
pencernaan kimiawi. Kelenjar-kelenjar pencernaan manusia terdiri dari kelenjar air liur,
kelenjar getah lambung, hati (hepar), dan pankreas. Berikut ini akan dibahas satu per satu
proses pencernaan yang terjadi di dalam saluran pencernaan makanan pada manusia.

B. Saluran Pencernaan Manusia

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan (penguyahan,
penelanan, dan pencampuran) dengan enzim zat cair yang terbentang mulai dari mulut
sampai anus. Saluran pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ berturut-
turut dimulai dari mulut (cavum oris), kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus
halus (intestinum), usus besar (colon), dan anus.

C. Proses Adsorpsi Dalam Tubuh Manusia

Siklus penyerapan berlangsung sangat intensif antara pukul 20.00 (8 malam) dan pukul 04.00
(dini hari). Sepanjang siklus ini terjadi proses penyerapan sebagian besar zat-zat makanan
yang sudah tercerna dan pembagian zat-zat makanan ke seluruh bagian tubuh. Karena itu
tidur terlambat aatau makan larut malam dapat mengurangi pasokan energi yang diperlukan
untuk proses penyerapan. Hambatan pada salah satu siklus dapat mengacaukan siklus-siklus
berikutnya,sehingga pada pagi hari akan merasa tidak nyaman.

1. Anatomi sistem absorbsi


Absorpsi zat – zat gizi terutama terjadi pada permukaan usus halus. Usus halus yang
panjangnya kurang lebih enam meter dan diameter kurang lebih 2,5 cm, mempunyai luas
permukaan 200 m2. Usus halus (intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan
tempat terjadinya proses pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari :

1. Usus dua belas jari (duodenum)

2. Usus kosong (jejenum)

3. Usus penyerapan (ileum)

Pada usus dua belas jari bermuara saluran getah pankreas dan saluran empedu. Pankreas
menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim sebagai berikut:
1. Amilopsin (amilase pankreas).
Yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih sederhana (maltosa).
2.Steapsin (lipase pankreas)
Yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.
3.Tripsinogen
Jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim yang mengubah protein
dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap diserap oleh usus halus.

Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di dalam kantung empedu. Selanjutnya, empedu
dialirkan melalui saluran empedu ke usus dua belas jari. Empedu mengandung garam-garam
empedu dan zat warna empedu (bilirubin). Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak.
Zat warna empedu berwarna kecoklatan, dan dihasilkan dengan cara merombak sel darah
merah yang telah tua di hati. Zat warna empedu memberikan ciri warna cokelat pada feses.
Selain enzim dari pankreas, dinding usus halus juga menghasilkan getah usus halus yang
mengandung enzim-enzim sebagai berikut :
1.Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa.
2.Laktase, berfungsi mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
3 Sukrase, berfungsi mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
4. Tripsin, berfungsi mengubah pepton menjadi asam amino.
5. Enterokinase, berfungsi mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin

Di dalam usus halus terjadi proses pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim
pencernaan. Karbohidrat dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan
gliserol, serta protein dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh
proses pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses
penyerapan (absorbsi) akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap.
Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan
gliserol, dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral tidak mengalami
pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus. Struktur usus halus dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Usus halus berbentuk lipatan – lipatan. Tiap lipatan memiliki ribuan jonjot – jonjot
yang dinamakan vili. Sebuah vili terdiri atas ratusan sel yang masing – masing mempunyai
bulu yang sangat halus, dinamakan mikrovili. Di dalam celah – celah antar vili terdapat kripta
– kripta berupa kelenjar yang mengeluarkan getah – getah usus ke dalam saluran usus halus.

2. Sistem absorpsi

Vili secara terus – menerus dalam keadaan bergerak. Tiap vilus dilapisi oleh lapisan otot
yang sangat tipis. Tiap molekul zat gizi yang ukurannya cukup kecil untuk diserap, terjadi di
dalam mikrovili dan diserap ke dalam sel. Pada tiap vili terdapat pembuluh – pembuluh darah
dan pembuluh – pembuluh limfe yang berasal dari sistem peredaran darah dan sistem limfe,
yang merupakan sistem transportasi zat – zat gizi. Asam lemak dan gliserol bersama empedu
membentuk suatu larutan yang disebut misel. Pada saat bersentuhan dengan sel vili usus
halus, gliserol dan asam lemak akan terserap. Selanjutnya asam lemak dan gliserol dibawa
oleh pembuluh getah bening usus (pembuluh kil), dan akhirnya masuk ke dalam peredaran
darah. Sedangkan garam empedu yang telah masuk ke darah menuju ke hati untuk dibuat
empedu kembali. Vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) diserap oleh usus
halus dan diangkat melalui pembuluh getah bening. Selanjutnya, vitamin-vitamin tersebut
masuk ke sistem peredaran darah. Saluran cerna bekerja secara selektif. Bahan yang
dibutuhkan tubuh dipecah dalam bentuk yang dapat diserap dan diangkut ke seluruh tubuh,
dan bahan yang tidak digunakan dikeluarkan dari tubuh.

3. Cara absorpsi
Absorpsi merupakan proses yang sangat kompleks dan menggunakan empat cara :
pasif, fasilitatif, aktif, dan fagositotis.Absorpsi pasif trejadi bila zat gizi diabsorpsi tanpa
menggunakan alat angkut atau energi. Absorpsi fasilitatif menggunakan alat angkut protein
untuk memindahkan zat gizi dari saluran cerna ke sel yang mengabsorpsi. Absorpsi aktif
menggunakan alat angkut protein dan energi. Agar dapat mencapai darah, sari-sari makanan
harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk pembuluh darah atau
pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus,
melalui kapiler darah akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati.
Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Umumnya sari
makanan diserap saat mencapai akhir usus halus. Sisa makanan yang tidak diserap, secara
perlahan-lahan bergerak menuju usus besar.

D. Proses Pencernaan dan Penyerapan Vitamin

1) Vitamin larut lemak

Setiap vitamin larut lemak A, D, E, dan K mempunyai peranan faali tertentu dalam tubuh.
Sebagian vitamin lipida larut lemak diabsorsi bersama lipida lain. Absorsi membutuhkan
cairan empedu dan pankreas. Vitamin larut lemak diangkut ke hati melalui sistem limfe
sebagai bagian dari lipoprotein, disimpan di berbagai jaringan tubuh dan biasanya tidak
dikeluarkan melalui urin.

Vitamin A

Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas, vitamin A
merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoiddan prekursor atau provitamin A
atau karotenoid yang mempunyai aktivitas bilogik sebagai retinol. Vitamin A esensial untuk
pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Disamping itu kekurangan vitamin A
meningkatkanresiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernafasan dan
diare, meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan.

Ø Absorsi, transportasi, dan metabolisme


Vitamin A dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk eter esensial retinil,
bersama karotenoid bersama lipida lain dalam lambung. Dalam sel-sel mukosa usus halus,
ester retinil dihiddrolisis oleh enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih
efesien diabsorsi daripada ester retinil. Sebagian karetonoid, terutama beta karoten di dalam
sitoplasma sel mukosa usus halus dipecah menjadi retinol.

Dalam usus halus retinol bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan
bantuan cairan empedu menyebrangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut
oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah menuju hati. Hati merupakan
tempat penyimpanan terbesar vitamin A dalam tubuh.

Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam bentuk retinol yang diangkut
oleh Retinol Binding-Protein (RBD) yang disentesis oleh hati. Pengambilan retinol oleh
berbagai sel tubuh bergantung pada resepton permukaan membran yang spesifik oleh RBP.
Retinol kemudian diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Celluler
Retinol Binding-Protein (CRBD) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata retinol
berfungsi sebagai retinal dan dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

Vitamin D

Vitamin D adalah nama generik dari dau molekul, yaitu ergokalsiferol (vitamin D2) dan
kolekalsiferol (vitamin D3). Vitamin D mencegahdan menyembuhkan riketsia, yaitu dimana
penyaklit penyakit tulang tidak mampu melakukan klasifikasi. Vitamin D dapat dibentuk
tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh cukup mendapat matahari konsumsi
makanan tidak dibutuhkan. Karena dapat disintesis dalam tubuh, vitamin D dapat dikatakan
bukan vitamin, tapi suatu prohormon. Bila tubuh tidak tidak cukup mendapat sinar matahari,
vitamin perlu dipenuhi melalui makanan.

Ø Absorsi, transportasi, dan penyimpanan

Vitamin D diabsorsi dalam usus halus bersama lipidadenagn bantuan cairan empedu. Vitamin
D dari bagian atas usus halus diangkut oleh D-plasma binding protein (DBP) ke tempat-
tempat penyimpanan di hati, kulit, otak, tulang, dan jaringan lain. Absorsi vitamin D dan
pada orang tua kurang efesien bila kandungan kalsium makanan rendah. Kemungkinana hal
ini disebabkan oleh gangguan ginjal dalam metabolisme vitamin D.
Vitamin E

Vitamin E dapat diisolasi dari minyak gandum dan dinamakan tokoferol. Sekarang dikenal
beberapa bentuk tokoferol dan vitamin E biasa digunakan untuk menyatakan setiap campuran
tokoerol yang aktif secara biologik.Fungsi vitamin E: Sebagai antioksidan yang larut dalam
lemak dan larut dalam hidrogen dari gugus hidroksil dan melindungi asdama lemak jennuh
ganda komponen membran sel lain dari oksidasi radikal bebas.

Ø Absorsi, transportasi, dan penyimpanan

Sebanyak 20-80 % tokoferol diabsorsi di bagian atas usus halus dalam bentuk misel. Absorsi
tokoferol dibantu trigliserida rantai sedang dan dihambat asam lemak rantai panjang tidak
jenuh ganda. Transprortasi dari mukosa usus halus kedalam sistem limfe dilakukan oleh kilo
micrón untuk dibawa ke hati. Dari hati bentuk alfa-tokofeol diangkut oleh very low-density
lipoprotein/VLDL masuk kedalam plasma, sedangkan sebagian besar gama-tokoferol
dikeluarkan melalui empedu. Tokoferol di dalam plasma kemudian diterima oleh reseptor sel-
sel perifer low-density lipoprotein/LDL dan masuk ke membran sel. Tokoferol menumpuk di
bagian-bagian sel dimana produksi radikal bebas paling banyak terbentuk, yaitu di
mitokondria dan retikulum endoplasma.

Vitamin K

Vitamin K ialah 2-methyl, 1,4-naphthoquinone. Semarang terdapat sejumlah derivat yang


semuanya mempunyai bioaktivitas vitamin K. Bentuk induk dari vitamin K disebut Menadion
oleh IUPAC dan Menaquion oleh IUNS. Vitamin K cukup tahan terhadap panastetapi tidak
tahan terhadap alcali dan cahaya.

Ø Absorsi dan transportasi

Vitamin K tidak dapat disintesa oleh tubuh, tetapi suplai vitamin K bagi tubuh berasal dari
bahan makanan dan dari sintesa oleh mikroflora usus yang menghasilkan
menaquinone.Untuk penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak didalam
hidangan. Garam empedu dan lemak dicerna membentuk misel (misell) yang berfungsi
sebagai transport carrier bagi vitamin K tersebut.

2) Vitamin larut air

Vitamin larut air dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin B kompleks. Vitamin B
kompleks terdiri atas 10 faktor yang saling berkaitanfungsinya dalam tubuh dan terdapat
dalam van makanan yang hampir sama.

Vitamin C

Vitamin C adalah cristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C
cukup stabil tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan denagn
udara terutama bila terkena panas.

Ø proses pencernaan dan adsorpsi

Vitamin C mudah diabsorsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus
halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorsi adalah 90% untuk
konsumsi diantara 20 dan 129 mg sehari. Konsumsi tinggi sampai 12 gram pada absorsi
sebanyak 16% . Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah
dalam jeringan adrenal, pituitari, dan retina.

Vitamin B1 (Tiamin)

Vitamin B1 merupakan anggota pertama dari suatu kelompok vitamin-vitamin yang disebut
B-kompleks. Vitamin B1 larut dalam air, tidak larut dalam minyak dan dalam zat-zat pelarut
lemak, stabil terhadap pemanasan pH asam, tetapi terurai pada suasana biasa atau netral.

Ø proses pencernaan dan adsorpsi

Tiamin mudah larut dalam air, sehingga didalam usus halus mudah diserap kedalam mukosa.
Didalam sel epitel mukosa usus thiamin diphosphorylasikan dengan pertolongan ATP dan
sebagai TPP dialirkan oleh vena portae kehati. Thiamin dieskresikan didalam urine pada
keadaan normal, eskresi ini parallel terhadap tingkat konsumsi, tetapi pada kondisi defisien
hubungan parallel ini tidak lagi berlaku.
Vitamin B2 (Riboflavin)

Vitamin ini tidak larut dalam minyak atau zat-zat pelarut lemak, stabil dalam pemanasan
dalam larutan asam mineral dan tahan terhadap pengaruh oksidasi, tetapi sensitif terhadap
larutan alkali, dimana ia terurai irreversibel oleh sinar ultraviolet maupun oleh cahaya
biasaVitamin ini diketemukan sebagai pigmen kuning kehijauan yang bersifat fluoresen
(mengeluarkan cahaya) dalam susu.

Ø proses pencernaan dan adsorpsi

Riboflavin bebas terdapat didalam bahan makanan dan larut didalam air, sehingga mudah
diserap dari rongga usus kedalam mukosa. Didalam sel epithel mukosa usus, riboflavin bebas
mengalami phosphorylasi dengan pertolongan ATP dan sebagai FMN dialirkan melalui vena
portale kehati.

Vitamin B6 (Piridoksin, Piridoksal, dan Piridoksamin)

Piridoksin hidroklorida adalah bentuk sintetik yang digunakan sebagai obat.Fungsi vitamin
B6 yaitu sebagai koenzim terutama dalam transaminasi,dekarboksilasi,reaksi lain yang
berkaitan dengan metabolosme protein, PLP mengatur sintesis pengantar syaraf asam gama-
amino butirat (gamma-amino-butiric-acid/GABA).

Kekurangan vitamin B6 jika tidak dipenuhi penyerapannya dalam tubuh maka akan
menimbulkan gejala-gejala yang berkaitan dengan gangguan metabolisme protein, seperti
lemah, mudah tersinggung dan sukar tidur. Jika lebih lanjut mengakibatkan kejang, anamia,
penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada bibir, sudut-sudut mulut
dan kulit dan dapat mengakibatkan kerysakan sitem syaraf. Sedangkan jika kelebihan akan
mengakibatkan kesemutan.

Vitamin B12 (Kobalamin)

Vitamin B12 merupakan satu-satunya vitamin yang belum sanggup dibuat secara syntetis
total, tetapi selalu di ekstrasi dari media tempat tumbuh mikroba , sebagai hasil fermentasi.
Struktur vitamin B12 adalah yang sangat kompleks dari struktur semua vitamin yang
diketahui sampai sekarang
Ø proses pencernaan dan adsorpsi

Absorpsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sangat rumit dan unik. Didalamsekresi gaster
terdapat enzim transferase yang disebut Faktor Intrinsik (FI). Faktor Intrinsik mengikat
vitamin B12 yang membuat vitamin ini resistan terhadap serangan mikroba yang menghuni
rongga usus. Pada manusia, Fi dihasilkan oleh sel-sel cardia ventriculi.

E. Mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis,termasuk dalam
komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan
ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). unsur mineral
merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu.
Sebagai contoh, bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian
besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air, dan
nitrogen menjadi uap nitrogen (N2).

Mineral esensial yaitu mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup
untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam
tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro
diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro yaitu mineral
yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan
konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah logam yang perannya dalam tubuh
makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila
kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan. Di
samping mengakibatkan keracunan, logam juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi.

Mineral yang biasanya terikat dengan protein, termasuk enzim untuk proses metabolisme
tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium (K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S),
magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I),
dan selenium (Se).
Berdasarkan banyaknya, mineral dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mineral makro dan
mineral mikro. Mineral makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar, meliputi
Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah mineral yang diperlukan dalam jumlah
sangat sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, yaitu
Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se. Mineral terdapat dalam berbagai bahan makanan dari
hewan dan tumbuhan.

F. Proses Penyerapan Mineral dalam Tubuh Manusia

Mineral yang jelas diperlukan untuk kesehatan, tetapi sebagian juga cukup beracun
ketika hadir di lebih tinggi dari konsentrasi normal. Dengan demikian, ada tantangan
fisiologis mendukung efisien tapi terbatas penyerapan. Dalam banyak kasus penyerapan usus
adalah langkah kunci dalam regulasi homeostasis mineral.
Tubuh sering mengontrol penyerapan mineral ke dalam dinding usus dan dari sana ke
dalam sirkulasi darah. Hal ini dilakukan untuk memungkinkan peningkatan penyerapan pada
saat kekurangan atau kebutuhan yang lebih besar, tetapi juga untuk membatasi penyerapan
untuk mencegah overloading tubuh dengan mineral yang dapat menjadi racun atau mungkin
mengganggu konsentrasi darah diatur dengan hati-hati. Kontrol ini diberikan oleh tubuh
sering menempatkan batasan mutlak pada penyerapan persentase yang mungkin bagi mineral
yang berbeda. Misalnya, anak-anak tumbuh dapat menyerap hingga 60% dari kalsium diet
mereka, sedangkan orang dewasa rata-rata penyerapan kalsium hanya sekitar
30%. Kemampuan untuk meningkatkan penyerapan mineral tambahan dengan merancang
"optimal" formulasi hanya dapat berhasil dalam batas-batas yang ditetapkan oleh kontrol
tubuh ini. Tabel berikut menunjukkan tingkat penyerapan mineral khas pada intake biasa oleh
orang-orang non-kekurangan, dan faktor-faktor formulasi yang dapat membantu penyerapan
mengoptimalkan.

Mineral Penyerapan Faktor Mengoptimalkan

Kalsium 25-35% Vitamin D

Magnesium 21-27% Vitamin D

Besi (non-heme) 5-10% Vitamin C, ligan

Seng 33-41% Ligan


Tembaga 30-50% Ligan

Selenium 50-80% Penggabungan ke


selenomethionine

Khrom 0,4-2,5% Vitamin C, ligan

Manggan 1-3,5% ___________

Tambahan Formulasi Efek pada Penyerapan Mineral


Dalam industri suplemen gizi, banyak klaim yang dibuat untuk penyerapan unggul tertentu,
kadang-kadang proprietary, formulasi mineral.pertanyaannya adalah “Apa yang penting
untuk penyerapan mineral yang optimal dari suplemen?"

1. Minimal tablet atau kapsul harus hancur dengan benar untuk melepaskan senyawa mineral
pada waktunya untuk pencernaan dan penyerapan. Studi salut enterik (time-release) suplemen
yang telah menunda disintegrasi menyarankan mereka lebih sulit diserap dibandingkan
dengan formulasi segera dibebaskan. Kelarutan senyawa mineral biasanya dianggap penting
untuk penyerapan. Namun, kelarutan biasanya diukur di luar lingkungan gastrointestinal
kompleks (ini disebut ex vivo pengukuran), sering kali hanya menguji senyawa dalam air
biasa atau solusi sedikit asam. Metode ini sederhana mungkin memiliki sedikit relevansi
dengan apa yang terjadi selama proses pencernaan senyawa mineral; sementara beberapa
studi menemukan korelasi antara kelarutan dan serap beberapa suplemen mineral,lainnya
tidak.

2. Ionisasi, atau disosiasi, yang merupakan pemisahan ion mineral dari senyawa mineral
(misalnya Fe +2 dari FeSO4 atau Ca +2 dari CaCitrate), mungkin atau tidak mungkin terjadi
ketika senyawa mineral larut larut dalam saluran pencernaan. Bahkan, hal itu mungkin tidak
diinginkan untuk ionisasi tersebut terjadi. Hal ini karena ion mineral gratis rentan terhadap
mengikat dengan ligan, seperti fitat atau oksalat, yang dapat mengganggu penyerapan
mineral. Di sisi lain, jika mineral diperparah dengan ligan lemah diet yang dikenal untuk
meningkatkan penyerapan mineral itu,mungkin dengan melindunginya dari agen pengikat
kuat, maka akan menguntungkan bagi senyawa ini untuk tetap utuh sampai wilayah serap
usus tercapai. Sayangnya, apakah senyawa mineral dalam suplemen tetap non-terionisasi
melalui fase lambung pencernaan belum diteliti secara memadai.Satu ex vivo studi yang ada
menetapkan bahwa magnesium sitrat, diuji dalam kondisi asam menyerupai pencernaan
lambung, tetap 65% utuh sebagai kompleks non-terionisasi setelah dissolving. Jadi mungkin
bahwa senyawa mineral tertentu, seperti sitrat, telah meningkatkan penyerapan sebagian
karena kemampuan mereka untuk tetap dalam bentuk kompleks larut sampai penyerapan
terjadi.

G. Macam-macam mineral yang diserap dalam tubuh manusia

Beberapa jenis mineral yang di serap oleh tubuh dan telah diketahui proses penyerapannya:

Kalsium
Kalsium diserap dari usus Luman oleh dua mechanims yang berbeda, dan besarnya
relatif kepentingannya ditentukan oleh jumlah kalsium gratis yang tersedia untuk penyerapan:

1. Aktif, penyerapan transelular hanya terjadi di duodenum ketika asupan kalsium


rendah. Proses ini melibatkan impor kalsium ke enterocyte, transportasi di seluruh sel, dan
ekspor ke dalam cairan ekstraseluler dan darah. Kalsium memasuki sel epitel usus melalui
(TRP) saluran tegangan-sensitif dan dipompa keluar dari sel melalui kalsium ATPase.

Langkah rate limiting dalam penyerapan kalsium transelular adalah transportasi di sel epitel,
yang sangat ditingkatkan oleh calbindin protein pembawa, sintesis yang benar-benar
tergantung pada vitamin D .

2. Pasif, penyerapan paracellular terjadi di jejunum dan ileum, dan, pada tingkat yang jauh
lebih rendah, di usus besar ketika tingkat kalsium yang sedang atau tinggi. Dalam hal ini,
kalsium terionisasi berdifusi melalui persimpangan ketat ke dalam ruang basolateral enterosit
sekitar, dan karenanya ke dalam darah.Ketika ketersediaan kalsium tinggi, jalur ini
bertanggung jawab untuk sebagian besar penyerapan kalsium, karena waktu yang sangat
singkat tersedia untuk transpor aktif dalam duodenum.

Fosfor
Fosfor diserap terutama sebagai fosfat anorganik dalam usus kecil bagian atas. Fosfat
diangkut ke dalam sel epitel oleh contransport dengan natrium, dan ekspresi ini (atau ini)
transporter ditingkatkan oleh vitamin D .

Besi
Besi homeostasis diatur pada tingkat penyerapan usus, dan penting yang memadai
namun tidak berlebihan besi diserap dari makanan. Penyerapan tidak memadai bahwa jumlah
dapat menyebabkan gangguan kekurangan zat besi seperti anemia. Di sisi lain, zat besi yang
berlebihan adalah racun karena mamalia tidak memiliki jalur fisiologis untuk eliminasi nya.

Besi diserap oleh enterosit villus dalam duodenum proksimal.Penyerapan yang efisien
membutuhkan lingkungan asam, dan antasida atau kondisi lain yang mengganggu sekresi
asam lambung dapat mengganggu penyerapan zat besi.

Besi besi (Fe + + +) dalam lumen duodenum direduksi menjadi bentuk besi melalui aksi sikat
perbatasan ferrireductase. Besi adalah cotransported dengan proton ke enterocyte melalui
transporter logam divalen DMT-1. Transporter ini tidak spesifik untuk besi, dan juga
mengangkut banyak ion logam divalen.

Setelah masuk enterocyte, besi berikut salah satu dari dua jalur utama. Jalan yang diambil
tergantung pada pemrograman yang rumit dari sel berdasarkan kedua beban zat besi dan
sistemik:

Besi kelimpahan menyatakan: besi dalam enterosit yang terperangkap oleh penggabungan
ke feritin dan karenanya, tidak diangkut ke dalam darah. Ketika enterocyte mati dan gudang,
besi ini hilang.

Besi negara membatasi: besi diekspor dari enterocyte melalui transporter (ferroportin) yang
terletak di membran basolateral. Kemudian mengikat besi-transferin pembawa untuk
transportasi ke seluruh tubuh.

Besi dalam bentuk heme, dari konsumsi hemoglobin atau mioglobin, juga mudah
diserap.Dalam hal ini, tampak bahwa heme utuh mengambil oleh enterocyte usus kecil oleh
endositosis. Setelah masuk enterocyte, besi dibebaskan dan pada dasarnya mengikuti jalur
yang sama untuk ekspor diserap besi anorganik. Beberapa heme dapat diangkut utuh ke
dalam sirkulasi.

Tembaga
Tampaknya ada dua proses yang bertanggung jawab untuk penyerapan tembaga -
yang cepat, sistem kapasitas rendah dan lebih lambat, sistem berkapasitas tinggi, yang
mungkin mirip dengan dua proses dilihat dengan penyerapan kalsium. Banyak rincian
molekul penyerapan tembaga tetap harus dijelaskan. Menonaktifkan mutasi pada gen yang
mengkodekan ATPase tembaga intraseluler telah terbukti bertanggung jawab atas kegagalan
penyerapan tembaga usus pada penyakit Menkes.
Sejumlah faktor makanan telah ditunjukkan untuk mempengaruhi penyerapan
tembaga.Misalnya, asupan makanan yang berlebihan baik seng atau molybdenum dapat
menginduksi keadaan defisiensi tembaga sekunder.

Seng
Zinc homeostasis diatur terutama oleh penyerapan dan kehilangan melalui usus
kecil.Meskipun sejumlah transporter seng dan mengikat protein telah diidentifikasi pada sel
epitel villus, gambaran rinci tentang molekul yang terlibat dalam penyerapan seng belum di
tangan.

Ekskresi usus seng terjadi melalui penumpahan sel-sel epitel dan sekresi pankreas dan
empedu. Sejumlah faktor gizi telah diidentifikasi yang memodulasi penyerapan zinc. Protein
hewani tertentu dalam diet meningkatkan penyerapan zinc. Phytates dari bahan tanaman
makanan (termasuk biji-bijian sereal, jagung, beras) zinc chelate dan menghambat
penyerapan.Subsistance diet kaya fitat dianggap bertanggung jawab untuk sebagian kecil
besar kekurangan zinc manusia.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pencernaan makanan merupakan proses memecah molekul makanan yang kompleks menjadi
molekul yang sederhana dengan menggunakan enzim dan organ-organ pencernaan. Yang
selanjutnya akan diserap oleh usus halus oleh dinding usus. Agar dapat mencapai darah, sari-
sari makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk pembuluh
darah. Glukosa, asam amino, vitamin, dan mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui
kapiler darah akan dibawa oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati.
Selanjutnya, dari hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Sisa makanan yang
tidak diserap, secara perlahan-lahan bergerak menuju usus besar. Yang diserap dalam tubuh
ada karbohidrat,lipid,protein serta vitamin dan mineral. Mineral yang biasanya terikat
dengant enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu kalsium (Ca), fosforus (P), kalium
(K), natrium (Na), klorin (Cl), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng
(Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium
(Se).Vitamin merupakan senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital
dalam metabolisme organisme.

B. Saran

1. Melalui penulisan makalah ini pembaca diharapkan mengerti proses pencernaan dan
penyerapan di dalam tubuh manusia.

2. Dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat lebih mengerti tentang proses penyerapan
vitamin dan mineral serta peranannya bagi tubuh manusia.

3. Semoga pembaca mengetahui bahaya kekurangan serta kelebihan Mineral bagi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2005. Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Anda mungkin juga menyukai