Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ENERGI TERBAUKAN

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di indonesia terdapat potensi sumber energi terbarukan yang masih belum di
manfaatkan secara optimal. Apalagi di negara kita ini masih bergantung kepada
sumber energi fosil yang ketersediaannya terbatas di alam. Sumber energi terbarukan
yang ada di indonesia contohnya yaitu energi angin, energi air, energi matahari,
energi gelombang pasang surut, energi panas bumi dll. Sumber energi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang dapat dimanfaatkan baik dalam
skla rumah tangga maupun skala besar.

Potensi Energi Terbarukan


Tabel 13. Potensi Energi Terbarukan, Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi

Energi Potensi Kapasitas Terpasang


Terbarukan
Tenaga Air 75,67 GW 4200 MW
sd
Panas Bumi 27 GW 807 MW
Mini/Mikrohydro 712 MW 206 MW
Biomassa 49,81 GW 445 MW
Energi Surya 4,8 kWh/m2/hari 8 MW
Energi Angin 3 – 6 m/det. 0,6 MW
Sumber:. ”Statistik Ekonomi Energi Indonesia 2004”, Pusat Informasi Energi dan
Sumber Daya Mineral, Jakarta, 2004.

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan di buwatnya makalah ini adalah sebagai pembelajaran bagai


mahasiswa agar dapat memahami tentang energi dan cara pemanfaatannya.kapasitas
energi terbarukan yang ada di indonesia dapat dimanfaatkan sebagai energi altrnatif
pembangkit tenaga listrik yang efisien dan berdayaguna. Mengingat sumber energi
yang berasal dari bahan bakar energi fosil ketrsediaanya sudah terbatas. Potensi energi
angin dan air di wilayah indonesia sangat bagus apalagi di daerah pesisir dan
pegunungan yang memiliki sumber angin yang cukup kencang, dan air terjun yang
ada di daerah pegunungan.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Apakah itu energi..?


Apakah energi angin dan energi air..?
Bagaimana terjadinya angin...?
Dan bagaimana cara memanfaatkan energi angin dan energi air..?

1.4 MANFAAT

Energi sangat bermanfaat bagi kehidunpan manuasia, apalagi energi listrik sebagai
sumber aktifitas kegiatan manusia di dunia. Pemanfaatan energi angin dan energi air
dapat di manfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang sangat bermanfaat bagi
manusia dalam penerangan dan kegiatan rumah tangga. Pembangkit tenaga listrik dari
energi angin maupun energi air dapat di buat dengan sklala kecil atau skala besar,
tergantung dari kapasitas angin dan air nya.

1.5 HIPOTESIS
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Dari air dan angin yang bergerak
adalah energi yang akan menghasilkan kerja. Energi angin adalah udara yang
bergerak dengan kecepatan tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai pemutar kincir
angin dan di konversikan menjadi energi listrik. Energi air adalah fluida yang
memiliki energi potensian kemudian berubah menjadi energi kinetik yang dapat
menggerakkan turbin sebagai pembangkit tenaga listrik. Energi listrik adalah energi
yang dapat dikonversikan menjadi energi cahaya, energi gerak, energi panas energi
bunyi dll. Dari turbin yang di gerakkan oleh air atau angin maka kan di konversikan
menjadi energi listrik.

BAB II PEMBAHASAN PEMANFAATAN ENERGI ANGIN


SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

2.1 Sejarah Energi angin

Energi angin telah lama di kenal oleh masyarakat dunia. pasukan viking dikenal
sebagai bangsa penakluk dengan menggunakan perahu layar yang memanfaatkan
energi angin. Cristoper Columbus dengan m,enggunakan perahu layar dapat
menemukan benua america. Kincir angin pertama kali di temukan untuk menggiling
padi di persia, kemudian belanda terkenal sebagai negeri kincir angin, di gerakkan
untuk mrnggunakan pompa irigasi.

2.2 Proses Terjadinya Angin

Pada dasarnya angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan
udara dingin. Di daerah khatulistiwa, udaranya menjadi panas mengembang dan
menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin. Sebaliknya
daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan
demikian terjadi suatu perputaran udara.

2.3 Pemanfaatan Tenaga Bayu Untuk Energi Listrik

Dalam Majalah PII Engineer Monthly edisi Agustus 2008, antara lain dibahas alasan
perlunya dibangun PLTN di Indonesia, selain daripada itu dibahas selintas mengenai
pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Makalah ini membahas secara singkat
mekanisme peralatan pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), berukuran kecil yang
mungkin dapat dikembangkan di daerah-daerah pedesaan atau pulau-pulau terpencil
di Indonesia yang mempunyai potensi angin yang cukup (cukup kencang dan bertiup
sepanjang tahun).

Tenaga angin telah lama dimanfaatkan di tanah air kita sejak ratusan mungkin ribuan
tahun yang lalu, khususnya untuk menggerakkan kapal layar sampai sekarang, dan
yang banyak kita lihat sekarang digunakan dalam tambak-tambak ikan di tepi pantai
untuk menggerakkan baling-baling (atau turbin angin) untuk menjalankan
memompaan air. Namun baiklah kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PLTB,
khususnya ukuran kecil. PLTB ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan
kepada unit 50 KW atau lebih kecil. Tempat-tempat terpencil yang biasanya
menggunakan diesel-generator dapat menggantikannya atau menambahkannya
dengan PLTB ukuran kecil ini.

2.4 Komponen PLTB

Komponen-komponen PLTB dari ukuran besar, pada umumnya dapat terlihat dalam
gambar #2, sbb; sedangkan untuk ukuran kecil biasanya tidak semua komponen ada
seperti yang terklihat dalam gambar #2

a. Anemometer: Mengukur kecepatan angin, dan mengirim data angin ini ke


Alat Pengontrol.

b. Blades (Bilah Kipas): Kebanyakan turbin angin mempunyai 2 atau 3 bilah


kipas. Angin yang menghembus menyebabkan turbin tersebut berputar.

c. Brake (Rem): Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis,
dengan tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan
darurat.

d. Controller (Alat Pengontrol): Alat Pengontrol ini menstart turbin pada


kecepatan angin kira-kira 12-25 km/jam, dan mematikannya pada kecepatan 90
km/jam. Turbin tidak beroperasi di atas 90 km/jam, karena angina terlalu kencang
dapat merusakkannya.
e. Gear box (Roda Gigi): Roda gigi menaikkan putaran dari 30-60 rpm menjadi
kira-kira 1000-1800 rpm yaitu putaran yang biasanya disyaratkan untuk memutar
generator listrik.

f. Generator: Generator pembangkit listrik, biasanya sekarang alternator arus


bolak-balik.

g. High-speed shaft (Poros Putaran Tinggi): Menggerakkan generator.

h. Low-speed shaft (Poros Puutaran Rendah): Poros turbin yang berputar


kira-kira 30-60 rpm.

i. Nacelle (Rumah Mesin): Rumah mesin ini terletak di atas menara . Di


dalamnya berisi gear-box, poros putaran tinggi / rendah, generator, alat pengontrol,
dan alat pengereman.

j. Pitch (Sudut Bilah Kipas): Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur
kecepatan rotor yang dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu
kencang.

k. Rotor: Bilah kipas bersama porosnya dinamakan rotor.

l. Tower (Menera): Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi.
Karena kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi menara
makin besar tenaga yang didapat.

m. Wind direction (Arah Angin): Gambar #2 adalah turbin yang menghadap angin,
desain turbin lain ada yang mendapat hembusan angin dari belakang.

n. Wind vane (Tebeng Angin): Mengukur arah angin, berhubungan dengan


penggerak arah yang memutar arah turbin disesuaikan dengan arah angin.

o. Yaw drive (Penggerak Arah): Penggerak arah memutar turbin ke arah angin
untuk desain turbin yang menghadap angina. Untuk desain turbin yang mendapat
hembusan angina dari belakang tak memerlukan alat ini.

p. Yaw motor (Motor Penggerak Arah): Motor listrik yang menggerakkan


penggerak arah.

2.5 Data kekeuatan angin

Untuk keperluan perencanaan pemasangan PLTB skala besar atau menengah,


sebaiknya data kekuatan angin di suatu daerah perlu diperoleh, agar dapat mendesain
ukuran PLTB yang tepat dan ekonomis.

PEMAMFAATAN ENEGRI AIR SEBAGAI


PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
2.6 ENERGI AIR

Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air
tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir).
Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi
yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis
maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan
kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di
sungai. Sejak awal abad 18 kincir air banyak dimanfaatkan sebagai penggerak
penggilingan gandum, penggergajian kayu dan mesin tekstil. Memasuki abad 19
turbin air mulai dikembangkan.

2.6.1 Kincir Air (Water Wheel)

Kincir air merupakan sarana untuk merubah energi air menjadi energi mekanik berupa
torsi pada poros kincir. Ada beberapa tipe kincir air yaitu :

1. Kincir Air Overshot


2. Kincir Air Undershot
3. Kincir Air Breastshot
4. Kincir Air Tub

1. Kincir Air Overshot

Kincir air overshot bekerja bila air yang mengalir jatuh ke dalam bagian sudu-sudu
sisi bagian atas, dan karena gaya berat air roda kincir berputar. Kincir air overshot
adalah kincir air yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis kincir air
yang lain.

a. Keuntungan

 Tingkat efisiensi yang tinggi dapat mencapai 85%.


 Tidak membutuhkan aliran yang deras.
 Konstruksi yang sederhana.
 Mudah dalam perawatan.
 Teknologi yang sederhana mudah diterapkan di daerah yang terisolir.

b. Kerugian

 Karena aliran air berasal dari atas maka biasanya reservoir air atau bendungan
air, sehingga memerlukan investasi yang lebih banyak.
 Tidak dapat diterapkan untuk mesin putaran tinggi.
 Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.
 Daya yang dihasilkan relatif kecil.

2. Kincir Air Undershot

Kincir air undershot bekerja bila air yang mengalir, menghantam dinding sudu yang
terletak pada bagian bawah dari kincir air. Kincir air tipe undershot tidak
mempunyai tambahan keuntungan dari head.Tipe ini cocok dipasang pada perairan
dangkal pada daerah yang rata. Tipe ini disebut juga dengan ”Vitruvian”. Disini
aliran air berlawanan dengan arah sudu yang memutar kincir.
a. Keuntungan

 Konstruksi lebih sederhana


 Lebih ekonomis
 Mudah untuk dipindahkan

b. Kerugian

 Efisiensi kecil
 Daya yang dihasilkan relatif keciL

2.6.2 Penggunaan Kincir Air


Mesin penggiling gandum
Mesin penggiling gandum dengan penggerak kincir air sudah digunakan sejak abad
pertama sebelum masehi, pada jaman kerajaan Romawi dan walaupun terkesan kuno
tapi mesin penggiling ini masih tetap dipakai sampai sekarang.

2. Mesin pemintal benang


Mesin pemintal benang yang digerakan oleh kincir air ini pertama kali diperkenalkan
oleh dua insinyur Inggris, adalah Richards Arkwright dan James Hargreaves yang
pada tahun 1773. dan mulai dibuat di USA pada tahun 1780-an. Pada abad ke-19
penggunaan mesin ini sudah digunakan untuk pembuatan secara massal, jadi orang
tidak lagi membuat pakaiannya sendiri.

3.Mesin gergaji kayu


Mesin gergaji kayu dengan penggerak kincir air banyak ditemukan di New
England,USA, pada tahun 1840-an

4. Mesin tekstil
Mesin tekstil dengan penggerak kincir air ini digunakan oleh industri tekstil pada abad
ke-19. karena sumber energinya berupa air, maka pengeluaran untuk produksi dapat
diminimalisir. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, lambat laun mesin ini
mulai ditinggalkan

5. Turbin air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk pembangkit
tenaga listrik.. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis.
Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis,
turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.

Tabel 1.1 Pengelompokan Turbin

high medium low head


head head

impulse Pelton cross-flow cross-flow


turbines Turgo multi-jet
Pelton
Turgo

reaction Francis propeller


turbines Kaplan

Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian
sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut
akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan
membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar,
sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nosel. Dengan demikian diameter
pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.

Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150
meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.

a. Turbin Francis

Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber
air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan
air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pad turbin Francis dapat merupakan suatu
sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk
penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat
diatur merupakan pilihan yang tepat.

b. Turbin Kaplan & Propeller

Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini tersusun
dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga
hingga enam sudu.

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN

Sumber energi terbarukan yang sangat berkesinambunagan di indonesia masih belum


banyak di manfaatkan secara efektif, maka dari dengan kita sadar bahwa sumber
energi yang kita maafaatkan saat ini adalah sumber energi yang bersumber dari energi
tak terbarukan yaitu sumber energi fosil. Pemanfaatan energi terbarukan menjadi
alternatif sebagai pengganti energi yang ramah lingkungan dan ketersediaannya
berkesinambungan di alam. Dari energi angin dan energi air yang berupa sumber
energi terpasang dapat kita manfaatkan sebagai pemutar turbin dan kincir angin untuk
menghasilkan energi listrik. Pada umumnya di daerah-daerah pesisir, dan di daerah
aliran sungai dapat kita jadikan sebagai alternatif pembangkit tenaga listrik.

3.2 KRITIK DAN SARAN


a. kritik
Dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga bayu/angin(PLTB) dan
pembangkit listrik tenaga air/micro hidro(PLTA/PLTMH) pemerintah harus turut
berperan aktif untuk mendukung dalam pembuatannya, karena di butuhkan modal
yang cukup besar dan tenaga ahli yang di bidangnya. Keterbatasan SDM yang masih
belum mampu menjangkau dalam pembuatan pembangkit listrik ini mengakibatkan
sumber energi yang ada tersia-siakan dan masih belum terpasang secara efektif.

b.saran
Pada masa ini negara kita sebelum di landa krisis energi kita harus mempersiapkan
SDM yang handal mengenai pemanfaatan energi terbarukan. Pemerintah harus
memberikan kebijakan dalam pembangunan di daerah-daerah yang masih belum
terjangkau listrik, dengan memanfaatkan energi terbarukan yang ada di daerah
tersebut. Perlunya di kembangkan pendidikan tehnologi dalam pemanfaatan energi

c. Daftar Pustaka
Fisika Listrik SMA Kelas IX
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_terbarukan
http://energi-terbarukan-indonesia.blogspot.com/
http://ureport.news.viva.co.id/news/read/314983-10-energi-terbarukan-di-indonesia
http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/

5.3 Energi dari Air

Sungai mengalir dari lokasi yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Jika tetesannya
cukup besar, masuk akal untuk membendung sungai dan menggunakan perbedaan
ketinggian hulu dan hilir untuk menghasilkan tenaga listrik (Bagian5.3.1). Selain itu,
pasanglah pengukur arus yang dapat digunakan untuk memutar roda air dan gunakan
putarannya secara langsung (menggergaji kayu atau menggiling biji-bijian), atau lagi
untuk menghasilkan listrik kekuatan (Bagian 5.3.2). Gelombang laut disebabkan oleh
angin yang meniup penyimpangan di permukaan laut menjadi gelombang yang
mengalir. Energi kinetik dari partikel-partikel air dapat diubah menjadi rotasi aturbin
dan kemudian ke tenaga listrik (Bagian5.3.3). Akhirnya, energi genetik dari gerak
gelombang yang disebabkan oleh matahari dan bulan, di lokasi yang menguntungkan,
dapat dikonversi menjadi tenaga listrik (Bagian 5.3.4).

5.3.1 Daya dari Bendungan

Stasiun tenaga air menggunakan bendungan, dari mana air akan turun setinggi h
dan melewati turbin. Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik turbin, yang
digabungkan dengan generator listrik. Massa m dengan ketinggian h akan memiliki
energi potensial mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi. Jika Q [m3 s − 1]
melewati turbinnya

massa akan menjadi ρQ [kg s − 1], di mana ρ adalah kepadatan air. Akibatnya
daya mekanis yang dihasilkan bendungan

P = ρQgh[Js−1]≈10hQ [kW] (5.40_)

Ini tentu saja setara dengan Persamaan. (4.126), yang diturunkan dalam konteks
penyimpanan hidro yang dipompa dari tenaga listrik. Untuk pembangkit listrik besar,
90% dari output mekanis (5.40) dapat dikonversi menjadi tenaga listrik. Penggunaan
utama bendungan adalah menggunakan reservoir untuk mengatur output listrik
dengan mengatur aliran Q melalui turbin. Selain penyimpanan sebagai penggunaan
kedua, banyak bendungan juga digunakan untuk mengatur air irigasi untuk pertanian
hilir. Kedua kegunaan, tentu saja, dapat bersaing. Tenaga air menyediakan sekitar 1/6
dari semua tenaga listrik di tingkat dunia pada tahun 2008. Di sebagian besar negara
industri sebagian besar sumber daya tenaga air sudah digunakan; ekspansi harus
datang dari negara-negara berkembang. Pada tahun 2050 total output tenaga air
mungkin telah berlipat ganda.

5.3.2 Daya dari Sungai yang Mengalir


Energi kinetik dari sungai yang mengalir di beberapa tempat masih digunakan
untuk menggerakkan roda air. Energi rotasi kemudian digunakan langsung untuk
menyalakan gergaji di industri penebangan kayu, atau alat tenun, seperti pada industri
tekstil Inggris awal. Kincir air modern sering mengubah rotasi roda menjadi tenaga
listrik. Untuk aliran dengan kecepatan u dan massa m, energi kinetik sama dengan
mu2 / 2. Jika Q [m3 s − 1] melewati kincir air atau turbin massanya lagi akan menjadi
Qρ [kg s − 1], memberikan tenaga mekanis

5.3.2.1 Perbandingan Bendungan dan Sungai yang Mengalir

Ketinggian h dalam Persamaan. (5.40) dengan mudah bisa menjadi 50 [m],


sedangkan kecepatan u dalam Persamaan. (5.41) seringkali tidak jauh lebih tinggi dari
1 [ms − 1]. Ini menyiratkan bahwa untuk jumlah yang sama Q lewat air, bendungan
1000 kali lebih efektif dari aliran. Selain itu, di bendungan orang dapat menggunakan
semua air dari aliran sungai, sedangkan di roda air biasanya hanya sebagian dari aliran
sungai yang dipaksa melewati roda. Secara keseluruhan ini berarti bahwa energi
kinetik dari aliran saat ini hanya akan berguna dalam aplikasi skala kecil khusus.

5.3.3 Kekuatan dari Gelombang

Kami memperkirakan kekuatan dalam gerakan gelombang dengan


mempertimbangkan lautan yang sangat dalam dengan gravitasi sebagai satu-satunya
kekuatan yang bertindak. Kami menggunakan matematika yang mungkin terlalu
canggih untuk beberapa siswa dan kami juga harus membuat beberapa perkiraan
matematika yang drastis untuk mendapatkan Persamaan. (5.52). Jika Anda
melewatkan derivasi, cobalah memahami Persamaan. (5.52). ↓ Sebuah partikel air
ditentukan oleh posisi kesetimbangannya (x, y, z). Secara umum, partikel air akan
memiliki perpindahan s (x, y, z, t) dari posisi ini. Tekanan lokal p (x, y, z, t)
didefinisikan sebagai penyimpangan dari tekanan kesetimbangan. Tekanan ekstra
akan menjadi
tekanan hidrostatik (3.4) karena tambahan air di atas, jadi

p(x, y,z,t)= ρgSz (5.42)

Situasi ini digambarkan pada Gambar 5.14 di mana s (x, y, z, t) dan p (x, y, z, t)
ditunjukkan. Perhatikan bahwa vektor s (x, y, z, t) ditarik pada tingkat sedikit di
bawah z = 0 untuk menghindari tekanan yang salah pada z = 0 di lembah gelombang.
Kami sekarang menghitung energi kinetik dalam gerakan gelombang dengan asumsi
paling sederhana. Pertama, asumsikan bahwa di mana-mana rot s = 0. Ini adalah
asumsi yang kuat karena itu berarti bahwa di mana-mana ada hubungan antara
komponen sx, sy, sz dari field s (x, y, z, t). Komponen x dari rot s = 0, misalnya,
bertuliskan ∂sy / ∂z − −sz / ∂y = 0. Telah terbukti dalam kursus fisika matematika
bahwa dalam kasus seperti itu terdapat fungsi gelombang ψ (x, y, z, t) (perhatikan
nama!) Dengan properti yang

s=−∇ ψ (5.43)

Persamaan gerak untuk kasus umum diberikan dalam Persamaan. (3.35). Dalam
aplikasi gelombang, seseorang dapat mengabaikan kekuatan viskos dan kekuatan
Coriolis. Juga dapat diasumsikan bahwa gaya gravitasi membatalkan gaya tekanan
kesetimbangan. Satu-satunya kekuatan yang tersisa di sebelah kanan dalam
Persamaan. (3.35) adalah gaya tekanan lokal p (x, y, z, t), yang untuk elemen volume
dτ menjadi − ∇ pdτ (Persamaan (3.38). Gaya di sebelah kiri Persamaan (3.29) ditulis
sebagai ρdτ (du / dt). Persamaan gerak untuk gelombang menjadi

ρ du/ dt =−∇ p (5.44)

Dalam Persamaan. (3.63) turunan waktu dari komponen-x dalam persamaan ini
ditulis sebagai dux / dt = (u · ∇ ) ux + ∂ux / ∂t dengan hubungan serupa untuk
komponen lainnya. Kami membuat penyederhanaan dux / dt = ∂ux / ∂t dan juga u =
ds / dt = ∂s / ∂t. Dari Persamaan. (5.44) kemudian kita temukan

Dengan Persamaan. (5.43) dan (5.42) kami temukan

Kami berasumsi bahwa kepadatan ρ adalah konstan dan menggunakan turunan


spasial dan waktu dapat dipertukarkan dan ditemukan

Kami mengintegrasikan operator ∇ dengan menghilangkannya dan menemukan

Kami berasumsi bahwa tidak ada arus keluar massa dalam elemen volume apa
pun. Dalam Lampiran B (Persamaan. (B14)) ditunjukkan bahwa dalam kasus ini
dengan ρ = konstanta satu memiliki

yang harus berlaku untuk semua waktu dan tempat. Akibatnya divs = 0. Dari
Persamaan. (5.43) mengikuti div gradψ = 0. Kami berasumsi bahwa gelombang
merambat dalam arah-x dan meluas tanpa batas dalam arah-y. Maka ψ tidak akan
bergantung pada y; karena itu ψ = ψ (x, z, t) dan
Persamaan Laplace ini memiliki banyak solusi, tetapi kami mencari gelombang
dengan kecepatan v yang amplitudo menurun dengan kedalaman. Kita coba

Untuk t → t +1 dan x → x + v fungsi ψ tetap sama; oleh karena itu ia mewakili


gelombang yang merambat dalam arah x dengan kecepatan v. Panjang gelombang λ
adalah jarak terkecil dimana gelombang berulang sendiri: x → x + λ memberikan
hasil yang sama, jadi kλ = 2π. Seseorang mungkin menunjukkan solusi itu (5.51)
mematuhi Persamaan. (5.50), sementara partikel-partikel air bergerak dalam
lingkarandenganadadidiminishingdengandepth (Latihan5.17, di
manasebaiknyaEqsupto (5.56) diturunkan secara lebih rinci). Pada z = 0 amplitudo
sama dengan a. Energi kinetik volume satuan dτ = 1 ditemukan sebagai

Energi kinetik yang terkandung dalam kolom lengkap ditemukan dengan


mengintegrasikan persamaan ini dari z = –∞ hingga z = 0, yang memberi

5.3.3.1 Konverter

Sebagian besar konverter tetap diam di satu lokasi dan mengubah gerakan naik
dan turun air menjadi gerakan rotasi. Contoh diberikan pada Gambar 5.15. Air laut
melakukan gerakan vertikal s (x, t). Pelampung yang mengapung di atas air memiliki
tabung terbuka di bagian tengahnya yang memungkinkan air laut masuk. Gelombang
(5,51) yang melewati pelampung akan menyebabkan gerakan vertikal harmonik Z (x,
t) pelampung dan gerakan vertikal yang serupa1 (x, t) di dalam tabung. Insulasi ini
akan keluar dari fase dan akan memiliki amplitudo yang berbeda.

s =asink(x −vt)

Z = Z0 sink(x −vt −δZ)

s1 =s0 sink(x −vt −δ1) (5.57)

Perbedaan fase berarti bahwa sehubungan dengan pelampung, air tabung akan
melakukan gerakan naik-turun s1 - Z. Seseorang dapat mengamati efek ini di kapal
ikan kuno dengan sumur di tengah; air naik dan turun sehubungan dengan kapal.
Katup pada Gambar 5.15 diposisikan sedemikian rupa sehingga baik selama gerakan
ke atas dan selama gerakan ke bawah, udara melewati baling-baling di dekat turbin
dalam arah yang sama ke atas.

5.3.4 Daya dari Pasang Surut

Stasiun pembangkit pasang surut memiliki bendungan atau bendungan di lokasi


di mana terjadi perbedaan ketinggian pasang surut yang tinggi. Darat harus ada ruang
yang cukup untuk menyimpan banyak air, sering di mulut sungai atau di celah lebar.
Dengan air pasang yang masuk, air akan melewati bendungan melalui sistem kunci;
pada saat air surut, air dikeluarkan oleh turbin hidrolik untuk menghasilkan listrik.
Dimungkinkan juga untuk menggunakan kekuatan pasang surut untuk menggerakkan
turbin, menggunakan gelombang pasang dua kali. Tenaga dari stasiun pasang surut
akan bergantung pada potensi sumber daya air dari bendungan. Di sini Persamaan.
(5.40) berlaku. Perbedaan ketinggian h dan fluks Q [m3 s-1] dari air yang keluar
adalah faktor penentu dalam menentukan kelayakan ekonomi. Jika seseorang
menggunakan gelombang pasang yang masuk juga, Persamaan. (5.41) sungai yang
mengalir akan berlaku. Pasang surut ditentukan oleh siklus bulan dan sangat dapat
diprediksi. Oleh karena itu jumlah daya yang akan diproduksi dapat dihitung secara
akurat dan dijual di pasaran. Kesulitannya adalah biaya modal yang tinggi untuk
membangun pembangkit listrik pasang surut, yang akan membuat listrik lebih tinggi.
Di lain pihak, investasi dapat dikumpulkan dengan menimbun penyimpanan selama
beberapa jam pasang rendah, yang dapat meningkatkan daya saing ekonominya [17].

5.1 tenaga air

Hingga tahun 1940 Amerika Serikat mendapatkan 40% energi listriknya dari
bendungan listrik tenaga air. Karena peningkatan penggunaan energi total dan
peningkatan penggunaan energi nuklir dan batubara yang lebih cepat,PLTA
merupakan hanya 8% dari pembangkit listrik AS saat ini, meskipun telah tumbuh
sebesar 10% dalam 70 tahun terakhir. Tenaga air global adalah yang paling
berkembang dari sumber daya terbarukan, memasok sekitar 6% dari total penggunaan
energi dunia dan 20% dari listrik dunia. Ini berjumlah total sekitar 9,6 kuad energi
listrik saat ini sedang diproduksi secara global dari tenaga air. Lima produsen tenaga
air terbesar adalah Brasil, Kanada, Cina, Rusia, dan Amerika Serikat, dengan Brasil
menghasilkan 84% listriknya dari tenaga air [1]. Gambar 5.1 menunjukkan
pembangkit listrik tenaga air regional untuk tahun 2005 dan potensi untuk
pengembangan lebih lanjut. Total potensi masa depan yang diproyeksikan,
berdasarkan teknologi yang ada saat ini, diperkirakan sekitar 50 quad [2]. Seperti
yang akan kita lihat dalam bab ini, tidak mungkin untuk menangkap semua energi
kinetik dalam air yang bergerak; air harus terus mengalir menjauh dari pembangkit
setelah menghasilkan listrik, sehingga masih memiliki beberapa energi kinetik yang
tidak ditangkap. Energi total semua sungai di dunia (tidak termasuk arus laut) adalah
sekitar 350 kuad [3]. Berapa tepatnya energi yang dapat diekstraksi menggunakan
teknologi canggih tidak jelas, tetapi sebagian besar ahli sepakat bahwa 50 quad adalah
perkiraan yang masuk akal untuk masa depan tenaga air yang dapat diramalkan [1, 3,
4]. Seharusnya jelas dari perkiraan ini bahwa tenaga air tidak akan menyelesaikan
peningkatan permintaan energi yang diproyeksikan seperti dijelaskan pada Bab 4.
Tahunan

penggunaan energi global mencapai 472 kuad pada tahun 2006 dan meningkat
pada tingkat 2% per tahun. Proyeksi saat ini untuk PLTA masa depan menggunakan
teknologi saat ini akan memasok hanya 12% dari angka ini. Eropa diperkirakan sudah
menggunakan 75% dari tenaga air yang tersedia, Amerika Utara mendekati 70%, dan
Amerika Selatan sekitar 33% [2]. Norwegia menghasilkan hampir semua listriknya
dari tenaga air, Nepal dan Brasil menghasilkan lebih dari 90%, Selandia Baru
menghasilkan 55%, Kanada menghasilkan 58%, dan Swedia menghasilkan sekitar
setengah listriknya dari pembangkit listrik tenaga air. Dari Gambar 5.1, juga jelas
bahwa Asia dan Afrika memiliki potensi terbesar untuk perluasan penggunaan tenaga
air. Selain menjadi bentuk energi terbarukan yang paling murah, tenaga air juga
merupakan yang paling sedikit karbon, menghemat sekitar 15% dari emisi karbon
yang akan terjadi jika pembangkit listrik tenaga air diganti dengan bahan bakar fosil
[3]. Air dalam bendungan juga dapat digunakan dalam berbagai cara selain
menghasilkan listrik, seperti untuk irigasi, air minum, rekreasi, dan penyimpanan
energi hidroelektrik yang dipompa. PLTA telah lama dianggap sebagai sumber energi
terbarukan yang paling ramah lingkungan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang, vegetasi yang membusuk di danau di belakang
bendungan dapat memancarkan sejumlah besar karbon dioksida dan metana.
Gangguan habitat alami sekarang diakui sebagai hasil yang signifikan dari
pembangunan bendungan. Ini juga merupakan kasus bahwa, untuk proyek-proyek
bendungan besar seperti Bendungan Tiga Ngarai di Cina, jutaan orang mungkin
terlantar, menyebabkan masalah ekonomi dan sosial yang parah. Masalah potensial
lainnya adalah beratnya air di belakang proyek bendungan besar dapat menyebabkan
pergeseran geologis dan gempa bumi. Pada titik tertentu investasi energi dan
lingkungan yang terlibat dalam menangkap energi dalam aliran air yang lebih kecil
dan lebih kecil akan lebih besar daripada manfaat membangun bendungan baru.
Masalah lingkungan dan ekonomi telah memperlambat pembangunan bendungan di
Amerika Utara; ini ditambah dengan masalah teknis mungkin akan membatasi tenaga
air hingga sebagian kecil tapi signifikan dari pasokan energi global. Mekanika dasar
memberi tahu kita bahwa energi potensial gravitasi, dalam joule, dari suatu massa, m
adalah U = mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi dan h adalah jarak massa di
atas beberapa titik referensi. Kita dapat membayangkan "blok" air yang melewati
bendungan memiliki volume Ax, di mana A adalah area permukaan frontal dari
"blok" (area penampang pipa air menuju generator atau cross-sectional area jalur
pelimpah) dan x adalah panjang sewenang-wenang. Massa air kemudian dapat
dinyatakan dengan menggunakan kerapatan, ρ, sebagai m = ρ V = ρ Kapak, dan
energi potensial adalah U = ρ Axgh. Membagi berdasarkan waktu memberikan
kekuatan yang tersedia, dan menggunakan v = x / t untuk kecepatan air, kita dapat
menulis

Ungkapan ini kadang-kadang disebut kepala hidrolik dan merupakan sumber


energi utama untuk bendungan komersial berskala besar tradisional. Persamaan (5.1)
kadang-kadang juga ditulis dalam hal laju aliran, Q = Av, as

(5.2) P = ρ Qgh

di mana Q diukur dalam meter kubik per detik

Air yang bergerak juga memiliki energi kinetik,


Oleh karena itu kekuatan kinetik air dalam gerak Ini adalah sumber
energi untuk turbin bawah laut, yang mengambil keuntungan dari gerakan pasang
surut dan aliran sungai, dan undershot waterwheels. Namun, tidak semua kekuatan ini
dapat diekstraksi; air harus mengalir jauh dari dasar kincir air atau bendungan dan
karenanya masih memiliki energi kinetik residual. Jika kecepatan berubah dari vi ke
vf, maka daya yang dihasilkan adalah

Karenanya, daya total yang tersedia dari air di bendungan setinggi h

di mana vi adalah kecepatan air ketika mencapai bendungan dan vf adalah


kecepatan saat ia mengalir menjauh dari dasar bendungan.

PLTA

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit yang


mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air terun untuk menghasilkan
energi listrik. Energi listrik yang dibangkitkan ini biasa disebut sebagai
hidroelektrik.

Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang
dihubungkan ke turbin kemudain digerakkan oleh tenaga kinetik dari air.
Pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari
sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik
yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.
CARA KERJA

PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan
listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik.
Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke
dalam tenaga elektrik. Jenis PLTA bermacam-macam, mulai yang berbentuk
“mikro-hidro” dengan kemampuan mensupalai untuk beberapa rumah saja
sampai berbentuk raksasa seperti Bendungan Karangkates yang menyediakan
listrik untuk berjuta-juta orang-orang. Photo dibawah ini menunjukkan PLTA
di Sungai Wisconsin, merupakan jenis PLTA menengah yang mampu
mensuplai listrik untuk 8.000oranng

KOMPONEN PLTA

PLTA yang paling konvensional mempunyai empat komponen utama sebagai


berikut

Bendungan

Bendungan berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan


tinggi jatuh air. Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan
tujuan untuk menyimpan energi.

Turbine

Gaya jatuh air yang mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar.


Turbin air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi
dorong angin untuk memutar baling-baling digantikan air untuk memutar
turbin. Selanjutnya turbin merubah energi kenetik yang disebabkan gaya jatuh
air menjadi energi mekanik.

Generator

Dihubungkan dengan turbin melalui gigi-gigi putar sehingga ketika


baling-baling turbin berputar maka generator juga ikut berputar. Generator
selanjutnya merubah energi mekanik dari turbin menjadi energ elektrik.
Generator di PLTA bekerja seperti halnya generator pembangkit listrik
lainnya.

Jalur Transmisi

Jalur Transmisi berfungsi menyalurkan energi listrik dari PLTA menuju


rumah-rumah dan pusat industri.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PLTA

PLTA telah berkontribusi banyak bagi pembangunan kesejahteraan manusia


sejak beberapa puluh abad yang lalu. Yunani tercatat sebagai negara pertama
yang memanfaatkan tenaga air untuk memenuhi kebutuhan energi listriknya.
Pada akhir tahun 1999, tenaga air yang sudah berhasil dimanfaatkan di dunia
adalah sebesar 2650 TWh, atau sebesar 19 % energi listrik yang terpasang di
dunia.

Indonesia mempunyai potensi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) sebesar


70.000 mega watt (MW). Potensi ini baru dimanfaatkan sekitar 6 persen atau
3.529 MW atau 14,2 % dari jumlah energi pembangkitan PT PLN. Ada
beberapa keunggulan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang dapat
dirangkum secara garis besar sebagai berikut :
Ada beberapa keunggulan dari pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang
dapat dirangkum secara garis besar sebagai berikut :

Respon pembangkit listrik yang cepat dalam menyesuaikan kebutuhan


beban. Sehingga pembangkit listrik ini sangat cocok digunakan sebagai
pembangkit listrik tipe peak untuk kondisi beban puncak maupun saat
terjadi gangguan di jaringan.

Kapasitas daya keluaran PLTA relatif besar dibandingkan dengan


pembangkit energi terbarukan lainnya dan teknologinya bisa dikuasai
dengan baik oleh Indonesia.

PLTA umumnya memiliki umur yang panjang, yaitu 50-100 tahun.

Bendungan yang digunakan biasanya dapat sekaligus digunakan untuk


kegiatan lain, seperti irigasi atau sebagai cadangan air dan pariwisata.

Bebas emisi karbon yang tentu saja merupakan kontribusi berharga bagi
lingkungan.

Selain keunggulan yang telah disebutkan diatas, ada juga dampak negatif dari
pembangunan PLTA pada lingkungan, yaitu:

1. Mengganggu keseimbangan ekosistem sungai/danau akibat


dibangunnya bendungan.
2. Pembangunan bendungannya juga memakan biaya dan waktu yang
lama.
3. Kerusakan pada bendungan dapat menyebabkan resiko kecelakaan dan
kerugian yang sangat besar.

8 Aug Paradoks Energi Terbarukan Tenaga Air


Posted at Aug 28, 2017 in Publikasi Air, Uncategorized by icare_admin 1
Comment
Pada awalnya, energi terbarukan tenaga air, yang biasa disebut Hydropower, dianggap
sebagai sebuah teknologi karbon netral, yaitu teknologi yang tidak menambah jumlah
bersih CO2 di atmosfer. Pemahaman tersebut muncul karena cara kerja teknologi ini
cukup sederhana, yaitu dengan memanfaatkan energi potensial air di ketinggian
tertentu yang dikonversi menjadi energi kinetik untuk menggerakkan turbin penghasil
listrik. Selain itu, instalasi teknologi Hydropower tergolong cukup sederhana, seperti
dengan membuat waduk atau memanfaatkan run-of-river. Hal ini membuat teknologi
Hydropower merupakan salah satu energi terbarukan pembangkit listrik yang
aplikasinya cukup popular di dunia.

”Energi terbarukan tenaga air atau yang sering kita sebut dengan Hydropower
ternyata mengeluarkan emisi Greenhouse Gas (GHG) dalam jumlah yang cukup
besar jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya”

Akan tetapi studi terbaru menunjukan bahwa teknologi Hydropower tidak termasuk
golongan teknologi karbon netral, atau dalam arti lain, teknologi ini menambah
jumlah bersih GHG ke atmosfer. Studi tersebut didasarkan pada metode penilaian
kuantitatif yang lebih komprehensif, yaitu Lifecycle Assessment (LCA). Metode ini
bertujuan untuk membandingkan berbagai jenis dampak lingkungan suatu produk atau
jasa (Hydropower) dari semua proses dalam kurun waktu tertentu. Beragam proses
yang umumnya dilakukan dalam LCA untuk Hydropower adalah:

1. Konstruksi: GHG mulai dikeluarkan saat proses konstruksi Hydropower


Contohnya adalah proses produksi dan transport material (semen, baja, dsb.),
serta penggunaan peralatan konstruksi dan material, seperti mesin diesel.
2. Operasi dan pemeliharaan: Pada tahap ini, GHG dihasilkan dari kegiatan
operasi dan pemeliharaan Hydropower, seperti system pendingin/pemanas
bangungan, unit-unit mesin diesel, dan transportasi pegawai selama aktivitas
pemeliharaan berlangsung. Sebagai tambahan, perubahan lahan akibat
pembangunan waduk untuk Hydropower juga termasuk penghasil GHG. Hal
ini dikarenakan adanya produksi gas methane selama operasi berlangsung
(khusus untuk operasi reservoir Hydropower).
3. Pembongkaran: Proses pembongkaran biasanya terjadi untuk waduk
Hydropower. Pada saat proses pembongkaran, alat-alat yang digunakan turut
menyumbang emisi GHG. Pembongkaran instalasi umumnya terjadi karena
isu lingkungan atau keamanan. Namun pada prakteknya, proses
pembongkaran sangat jarang terjadi.
Gambar 1 Contoh cakupan studi LCA untuk hydropower (Pang et al., 2015)

Agar valid, metode LCA harus memiliki satuan unit yang seragam, misalnya
quantifikasi GHG menggunakan satuan gCO2eq/KWh (gram karbon dioksida ekivalensi
per kilowatthour). Artinya gas-gas yang mengakibatkan efek rumah kaca seperti CH4,
CFC, dikonversikan ke satuan berat CO2. Sebagai contoh, satu gram gas methane
(CH4) sama dengan 25 gram CO2. Dengan begitu, seluruh emisi GHG dari proses
konstruksi hingga pembongkaran dapat terkuantifikasi dengan baik.

Salah satu dampak negatif dari Hydropower terhadap lingkungan di skala besar
(pemanfaatan waduk) adalah emisi gas methane dari pembusukan materi organik. Hal
ini dikarenakan waduk merupakan titik pengumpulan berbagai zat dari area hulu.
Sebagai bagian siklus alami, zat-zat organik terbawa ke waduk melalui anak sungai.
Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi air limbah domestik, air limbah industri, dan
polutan agrikultur untuk dapat ikut terbawa ke waduk.

Produk utama emisi GHG di waduk adalah CO2 dan gas methane (CH4). Proses
keluarnya GHG dari waduk umumnya terjadi melalui dua proses, yaitu diffusive flux
dari permukaan air, bubbling dan degassing (gambar 2). Proses keluarnya gas
methane melalui bubbling disebabkan adanya methanogenesis di dalam air, yaitu
proses konversi zat-zat organik menjadi gas methane oleh mikroorganisme pada
kondisi minim oksigen. Pada kedalaman yang lebih jauh, zat GHG dapat keluar
melalui proses degassing. Namun, pada kedalaman yang dangkal dengan kondisi
oksigen yang memadai, gas methane dikonversi menjadi gas karbon dioksida (CO2)
yang pada akhirnya akan dilepas ke atmosfer melalui diffusive flux. Sebagai tambahan,
zat phosphorus yang terakumulasi di waduk juga dapat menstimulasi munculnya
macarophyte, yakni tanaman air yang dapat membantu proses pelepasan gas metan ke
atmosfer. Proses kimiawi yang diuraikan sebelumnya dapat dengan mudah
terstimulasi oleh iklim/cuaca khususnya pada area tropis. Hal ini mengakibatkan
jumlah ekivalansi CO2 yang dikeluarkan dari waduk di negara-negara tropis menjadi
lebih tinggi.
Gambar 2 Proses kimiawi yang terjadi di waduk (Guerin, 2006)

Hydropower yang berukuran lebih kecil, yakni Pyco Hydropower, ternyata belum
dapat menjadi alternatif untuk meminimalisasi emisi GHG. Berbeda dengan
Hydropower skala besar yang memanfaatkan waduk, instalasi Pyco Hydropower
umumnya memanfaatkan run-off sungai dan ukuran generatornya cukup kompak,
sehingga Hydropower skala kecil ini sering dimanfaatkan di area pedesaan (gambar 3).
Akan tetapi, Hydropower penghasil listrik dibawah 5 Kw ini belum tentu
mengeluarkan emisi GHG lebih sedikit dibandingkan Hydropower skala besar. Hal ini
disebabkan oleh kualitas material (jalur transmisi, turbin, powerhouse, dsb), proses
instalasi, keadaan area, dan akses transportasi yang kurang baik. Sebagai contoh,
dibutuhkan lebih dari satu jenis kendaraan untuk mentransportasikan generator listrik
dari distributor ke lokasi perdesaan, dikarenakan lokasi dan akses menuju lokasi yang
terpencil. Hal ini mengakibatkan pengeluaran emisi GHG yang lebih besar
dikarenakan banyaknya jenis kendaraan bermotor untuk membawa ke lokasi desa
yang jalur transportasinya tidak baik. Hal ini berbanding terbalik dengan jalur
transportasi ke area waduk, sehingga proses transportasi material ke area waduk
mengeluarkan relatif lebih sedikit emisi GHG. Faktor yang lebih menentukan
besarnya pengeluaran emisi GHG adalah rentang hidup instalasi Pyco Hydro tersebut.
Instalasi ini biasanya memiliki rentang hidup 10-70 tahun lebih pendek dibandingkan
dengan Hydropower skala besar. Faktor yang menentukan rentang hidup instalasi
Pyco Hydro salah satunya adalah jalur transmisi listrik. Jalur transmisi listrik di
pedesaan umumnya berumur pendek, dikarenakan rawan akan kerusakan seperti
korsleting. Selanjutnya, proses produksi dan pengiriman material untuk kabel dan
instalasi transmisi yang baru juga dapat menambah emisi GHG.
Gambar 3 Contoh instalasi pycohydropower (Pascale et al., 2011)

Rentang emisi GHG yang dikeluarkan oleh Hydropower adalah sekitar 2-390
gCO eq
2 /KWh. Namun, Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, banyak faktor yang
terlibat untuk membangun instalasi Hydropower, mulai dari proses konstruksi, operasi,
perawatan, hingga dekonstruksi. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi hasil
perhitungan LCA Hydropower. Oleh karena itu, hasil perhitungan emisi GHG
Hydropower sangat bervariasi jika dibandingan teknologi lainnya (gambar 4).
Gambar 4 Grafik perbandingan emisi CO2ekivalensi dari beberapa sumber energy
(Scherer dan Pfister, 2016)

Hydropower adalah salah satu energi terbarukan yang dapat menghindari eksploitasi
sumber daya natural bumi secara berlebihan. Terlebih, teknologi ini mengeluarkan
emisi GHG yang rata-rata lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi konvensional
lainnya, seperti minyak, gas alam, dan batu bara. Akan tetapi, saat dikaji lebih jauh,
GHG yang dikeluarkan oleh Hydropower ternyata lebih tinggi dibandingkan
teknologi terbarukan lainnya, seperti tenaga surya, biomasa, dan tenaga angin.

Diperlukan upaya-upaya untuk meminimalisasi dan mengontrol emisi GHG yang


dikeluarkan dari teknologi Hydropower. Beberapa solusi untuk mengurangi emisi
GHG dapat dirumuskan berdasarkan pemetaan permasalahan yang telah disebutkan,
yaitu dengan cara integrasi dan optimasi. Gas methane yang dikeluarkan dari waduk
dapat diintegrasikan dengan teknologi biogas untuk menghasilkan listrik. Selain itu,
lokasi waduk juga dapat dimanfaatkan untuk instalasi teknologi tenaga surya dan
tenaga angin yang bertujuan untuk mengurangi emisi GHG secara keseluruhan.
Upaya-upaya optimasi yang dapat dilakukan antara lain, dibutuhkan praktik
konstruksi yang baik serta penggunaan material yang berkualitas agar rentang umur
instalasi Hydropower dapat berlangsung lebih lama. Selanjutnya, optimasi generator
juga diperlukan untuk meningkatkan efisiensi. Tidak hanya itu, perbaikan jalur
transportasi agar tercipta akses ke lokasi yang lebih mudah juga dapat mengurangi
emisi gas GHG.

Referensi

Pang, M., Zhang, L., Wang, C., & Liu, G. (2015). Environmental life cycle
assessment of a small hydropower plant in China. The International Journal of Life
Cycle Assessment, 20(6), 796-806.

Pascale, A., Urmee, T., & Moore, A. (2011). Life cycle assessment of a community
hydroelectric power system in rural Thailand. Renewable Energy, 36(11), 2799-2808.

Scherer, L., & Pfister, S. (2016). Hydropower’s Biogenic Carbon Footprint. PloS
one, 11(9), e0161947

Guérin, F. (2006). Emission de gaz à effet de serre (CO2, CH4) par une retenue de
barrage hydroélectrique en zone tropicale (Petit-Saut, Guyane Française):
expérimentation et modélisation (Doctoral dissertation, Université Paul
Sabatier-Toulouse III).

Edenhofer, O., Pichs-Madruga, R., Sokona, Y., Seyboth, K., Kadner, S., Zwickel, T.,
& Matschoss, P. (Eds.). (2011). Renewable energy sources and climate change
mitigation: Special report of the intergovernmental panel on climate change: Chapter
5 Hydropower. Cambridge University Press.

Anda mungkin juga menyukai