Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di indonesia terdapat potensi sumber energi terbarukan yang masih belum di
manfaatkan secara optimal. Apalagi di negara kita ini masih bergantung kepada
sumber energi fosil yang ketersediaannya terbatas di alam. Sumber energi terbarukan
yang ada di indonesia contohnya yaitu energi angin, energi air, energi matahari,
energi gelombang pasang surut, energi panas bumi dll. Sumber energi tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang dapat dimanfaatkan baik dalam
skla rumah tangga maupun skala besar.
1.2 TUJUAN
1.4 MANFAAT
Energi sangat bermanfaat bagi kehidunpan manuasia, apalagi energi listrik sebagai
sumber aktifitas kegiatan manusia di dunia. Pemanfaatan energi angin dan energi air
dapat di manfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang sangat bermanfaat bagi
manusia dalam penerangan dan kegiatan rumah tangga. Pembangkit tenaga listrik dari
energi angin maupun energi air dapat di buat dengan sklala kecil atau skala besar,
tergantung dari kapasitas angin dan air nya.
1.5 HIPOTESIS
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Dari air dan angin yang bergerak
adalah energi yang akan menghasilkan kerja. Energi angin adalah udara yang
bergerak dengan kecepatan tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai pemutar kincir
angin dan di konversikan menjadi energi listrik. Energi air adalah fluida yang
memiliki energi potensian kemudian berubah menjadi energi kinetik yang dapat
menggerakkan turbin sebagai pembangkit tenaga listrik. Energi listrik adalah energi
yang dapat dikonversikan menjadi energi cahaya, energi gerak, energi panas energi
bunyi dll. Dari turbin yang di gerakkan oleh air atau angin maka kan di konversikan
menjadi energi listrik.
Energi angin telah lama di kenal oleh masyarakat dunia. pasukan viking dikenal
sebagai bangsa penakluk dengan menggunakan perahu layar yang memanfaatkan
energi angin. Cristoper Columbus dengan m,enggunakan perahu layar dapat
menemukan benua america. Kincir angin pertama kali di temukan untuk menggiling
padi di persia, kemudian belanda terkenal sebagai negeri kincir angin, di gerakkan
untuk mrnggunakan pompa irigasi.
Pada dasarnya angin terjadi karena adanya perbedaan suhu antara udara panas dan
udara dingin. Di daerah khatulistiwa, udaranya menjadi panas mengembang dan
menjadi ringan, naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih dingin. Sebaliknya
daerah kutub yang dingin, udaranya menjadi dingin dan turun ke bawah. Dengan
demikian terjadi suatu perputaran udara.
Dalam Majalah PII Engineer Monthly edisi Agustus 2008, antara lain dibahas alasan
perlunya dibangun PLTN di Indonesia, selain daripada itu dibahas selintas mengenai
pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Makalah ini membahas secara singkat
mekanisme peralatan pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB), berukuran kecil yang
mungkin dapat dikembangkan di daerah-daerah pedesaan atau pulau-pulau terpencil
di Indonesia yang mempunyai potensi angin yang cukup (cukup kencang dan bertiup
sepanjang tahun).
Tenaga angin telah lama dimanfaatkan di tanah air kita sejak ratusan mungkin ribuan
tahun yang lalu, khususnya untuk menggerakkan kapal layar sampai sekarang, dan
yang banyak kita lihat sekarang digunakan dalam tambak-tambak ikan di tepi pantai
untuk menggerakkan baling-baling (atau turbin angin) untuk menjalankan
memompaan air. Namun baiklah kalau kita di Indonesia mulai mempopulerkan PLTB,
khususnya ukuran kecil. PLTB ukuran kecil adalah istilah yang biasanya diberikan
kepada unit 50 KW atau lebih kecil. Tempat-tempat terpencil yang biasanya
menggunakan diesel-generator dapat menggantikannya atau menambahkannya
dengan PLTB ukuran kecil ini.
Komponen-komponen PLTB dari ukuran besar, pada umumnya dapat terlihat dalam
gambar #2, sbb; sedangkan untuk ukuran kecil biasanya tidak semua komponen ada
seperti yang terklihat dalam gambar #2
c. Brake (Rem): Suatu rem cakram yang dapat digerakkan secara mekanis,
dengan tenaga listrik atau hidrolik untuk menghentikan rotor atau saat keadaan
darurat.
j. Pitch (Sudut Bilah Kipas): Bilah kipas bisa diatur sudutnya untuk mengatur
kecepatan rotor yang dikehendaki, tergantung angin terlalu rendah atau terlalu
kencang.
l. Tower (Menera): Menara bisa dibuat dari pipa baja, beton, rangka besi.
Karena kencangnya angin bertambah dengan ketinggian, maka makin tinggi menara
makin besar tenaga yang didapat.
m. Wind direction (Arah Angin): Gambar #2 adalah turbin yang menghadap angin,
desain turbin lain ada yang mendapat hembusan angin dari belakang.
o. Yaw drive (Penggerak Arah): Penggerak arah memutar turbin ke arah angin
untuk desain turbin yang menghadap angina. Untuk desain turbin yang mendapat
hembusan angina dari belakang tak memerlukan alat ini.
Air merupakan sumber energi yang murah dan relatif mudah didapat, karena pada air
tersimpan energi potensial (pada air jatuh) dan energi kinetik (pada air mengalir).
Tenaga air (Hydropower) adalah energi yang diperoleh dari air yang mengalir. Energi
yang dimiliki air dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam wujud energi mekanis
maupun energi listrik. Pemanfaatan energi air banyak dilakukan dengan menggunakan
kincir air atau turbin air yang memanfaatkan adanya suatu air terjun atau aliran air di
sungai. Sejak awal abad 18 kincir air banyak dimanfaatkan sebagai penggerak
penggilingan gandum, penggergajian kayu dan mesin tekstil. Memasuki abad 19
turbin air mulai dikembangkan.
Kincir air merupakan sarana untuk merubah energi air menjadi energi mekanik berupa
torsi pada poros kincir. Ada beberapa tipe kincir air yaitu :
Kincir air overshot bekerja bila air yang mengalir jatuh ke dalam bagian sudu-sudu
sisi bagian atas, dan karena gaya berat air roda kincir berputar. Kincir air overshot
adalah kincir air yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan jenis kincir air
yang lain.
a. Keuntungan
b. Kerugian
Karena aliran air berasal dari atas maka biasanya reservoir air atau bendungan
air, sehingga memerlukan investasi yang lebih banyak.
Tidak dapat diterapkan untuk mesin putaran tinggi.
Membutuhkan ruang yang lebih luas untuk penempatan.
Daya yang dihasilkan relatif kecil.
Kincir air undershot bekerja bila air yang mengalir, menghantam dinding sudu yang
terletak pada bagian bawah dari kincir air. Kincir air tipe undershot tidak
mempunyai tambahan keuntungan dari head.Tipe ini cocok dipasang pada perairan
dangkal pada daerah yang rata. Tipe ini disebut juga dengan ”Vitruvian”. Disini
aliran air berlawanan dengan arah sudu yang memutar kincir.
a. Keuntungan
b. Kerugian
Efisiensi kecil
Daya yang dihasilkan relatif keciL
4. Mesin tekstil
Mesin tekstil dengan penggerak kincir air ini digunakan oleh industri tekstil pada abad
ke-19. karena sumber energinya berupa air, maka pengeluaran untuk produksi dapat
diminimalisir. Tetapi seiring dengan perkembangan teknologi, lambat laun mesin ini
mulai ditinggalkan
5. Turbin air
Turbin air dikembangkan pada abad 19 dan digunakan secara luas untuk pembangkit
tenaga listrik.. Turbin air mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis.
Energi mekanis diubah dengan generator listrik menjadi tenaga listrik. Berdasarkan
prinsip kerja turbin dalam mengubah energi potensial air menjadi energi mekanis,
turbin air dibedakan menjadi dua kelompok yaitu turbin impuls dan turbin reaksi.
Bentuk sudu turbin terdiri dari dua bagian yang simetris. Sudu dibentuk sedemikian
sehingga pancaran air akan mengenai tengah-tengah sudu dan pancaran air tersebut
akan berbelok ke kedua arah sehinga bisa membalikkan pancaran air dengan baik dan
membebaskan sudu dari gaya-gaya samping. Untuk turbin dengan daya yang besar,
sistem penyemprotan airnya dibagi lewat beberapa nosel. Dengan demikian diameter
pancaran air bisa diperkecil dan ember sudu lebih kecil.
Turbin Pelton untuk pembangkit skala besar membutuhkan head lebih kurang 150
meter tetapi untuk skala mikro head 20 meter sudah mencukupi.
a. Turbin Francis
Turbin francis merupakan salah satu turbin reaksi. Turbin dipasang diantara sumber
air tekanan tinggi di bagian masuk dan air bertekanan rendah di bagian
keluar. Turbin Francis menggunakan sudu pengarah. Sudu pengarah mengarahkan
air masuk secara tangensial. Sudu pengarah pad turbin Francis dapat merupakan suatu
sudu pengarah yang tetap ataupun sudu pengarah yang dapat diatur sudutnya. Untuk
penggunaan pada berbagai kondisi aliran air penggunaan sudu pengarah yang dapat
diatur merupakan pilihan yang tepat.
Turbin Kaplan dan propeller merupakan turbin rekasi aliran aksial. Turbin ini tersusun
dari propeller seperti pada perahu.. Propeller tersebut biasanya mempunyai tiga
hingga enam sudu.
b.saran
Pada masa ini negara kita sebelum di landa krisis energi kita harus mempersiapkan
SDM yang handal mengenai pemanfaatan energi terbarukan. Pemerintah harus
memberikan kebijakan dalam pembangunan di daerah-daerah yang masih belum
terjangkau listrik, dengan memanfaatkan energi terbarukan yang ada di daerah
tersebut. Perlunya di kembangkan pendidikan tehnologi dalam pemanfaatan energi
c. Daftar Pustaka
Fisika Listrik SMA Kelas IX
http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_terbarukan
http://energi-terbarukan-indonesia.blogspot.com/
http://ureport.news.viva.co.id/news/read/314983-10-energi-terbarukan-di-indonesia
http://energibarudanterbarukan.blogspot.com/
Sungai mengalir dari lokasi yang lebih tinggi ke yang lebih rendah. Jika tetesannya
cukup besar, masuk akal untuk membendung sungai dan menggunakan perbedaan
ketinggian hulu dan hilir untuk menghasilkan tenaga listrik (Bagian5.3.1). Selain itu,
pasanglah pengukur arus yang dapat digunakan untuk memutar roda air dan gunakan
putarannya secara langsung (menggergaji kayu atau menggiling biji-bijian), atau lagi
untuk menghasilkan listrik kekuatan (Bagian 5.3.2). Gelombang laut disebabkan oleh
angin yang meniup penyimpangan di permukaan laut menjadi gelombang yang
mengalir. Energi kinetik dari partikel-partikel air dapat diubah menjadi rotasi aturbin
dan kemudian ke tenaga listrik (Bagian5.3.3). Akhirnya, energi genetik dari gerak
gelombang yang disebabkan oleh matahari dan bulan, di lokasi yang menguntungkan,
dapat dikonversi menjadi tenaga listrik (Bagian 5.3.4).
Stasiun tenaga air menggunakan bendungan, dari mana air akan turun setinggi h
dan melewati turbin. Energi potensial air diubah menjadi energi kinetik turbin, yang
digabungkan dengan generator listrik. Massa m dengan ketinggian h akan memiliki
energi potensial mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi. Jika Q [m3 s − 1]
melewati turbinnya
massa akan menjadi ρQ [kg s − 1], di mana ρ adalah kepadatan air. Akibatnya
daya mekanis yang dihasilkan bendungan
Ini tentu saja setara dengan Persamaan. (4.126), yang diturunkan dalam konteks
penyimpanan hidro yang dipompa dari tenaga listrik. Untuk pembangkit listrik besar,
90% dari output mekanis (5.40) dapat dikonversi menjadi tenaga listrik. Penggunaan
utama bendungan adalah menggunakan reservoir untuk mengatur output listrik
dengan mengatur aliran Q melalui turbin. Selain penyimpanan sebagai penggunaan
kedua, banyak bendungan juga digunakan untuk mengatur air irigasi untuk pertanian
hilir. Kedua kegunaan, tentu saja, dapat bersaing. Tenaga air menyediakan sekitar 1/6
dari semua tenaga listrik di tingkat dunia pada tahun 2008. Di sebagian besar negara
industri sebagian besar sumber daya tenaga air sudah digunakan; ekspansi harus
datang dari negara-negara berkembang. Pada tahun 2050 total output tenaga air
mungkin telah berlipat ganda.
Situasi ini digambarkan pada Gambar 5.14 di mana s (x, y, z, t) dan p (x, y, z, t)
ditunjukkan. Perhatikan bahwa vektor s (x, y, z, t) ditarik pada tingkat sedikit di
bawah z = 0 untuk menghindari tekanan yang salah pada z = 0 di lembah gelombang.
Kami sekarang menghitung energi kinetik dalam gerakan gelombang dengan asumsi
paling sederhana. Pertama, asumsikan bahwa di mana-mana rot s = 0. Ini adalah
asumsi yang kuat karena itu berarti bahwa di mana-mana ada hubungan antara
komponen sx, sy, sz dari field s (x, y, z, t). Komponen x dari rot s = 0, misalnya,
bertuliskan ∂sy / ∂z − −sz / ∂y = 0. Telah terbukti dalam kursus fisika matematika
bahwa dalam kasus seperti itu terdapat fungsi gelombang ψ (x, y, z, t) (perhatikan
nama!) Dengan properti yang
s=−∇ ψ (5.43)
Persamaan gerak untuk kasus umum diberikan dalam Persamaan. (3.35). Dalam
aplikasi gelombang, seseorang dapat mengabaikan kekuatan viskos dan kekuatan
Coriolis. Juga dapat diasumsikan bahwa gaya gravitasi membatalkan gaya tekanan
kesetimbangan. Satu-satunya kekuatan yang tersisa di sebelah kanan dalam
Persamaan. (3.35) adalah gaya tekanan lokal p (x, y, z, t), yang untuk elemen volume
dτ menjadi − ∇ pdτ (Persamaan (3.38). Gaya di sebelah kiri Persamaan (3.29) ditulis
sebagai ρdτ (du / dt). Persamaan gerak untuk gelombang menjadi
Dalam Persamaan. (3.63) turunan waktu dari komponen-x dalam persamaan ini
ditulis sebagai dux / dt = (u · ∇ ) ux + ∂ux / ∂t dengan hubungan serupa untuk
komponen lainnya. Kami membuat penyederhanaan dux / dt = ∂ux / ∂t dan juga u =
ds / dt = ∂s / ∂t. Dari Persamaan. (5.44) kemudian kita temukan
Kami berasumsi bahwa tidak ada arus keluar massa dalam elemen volume apa
pun. Dalam Lampiran B (Persamaan. (B14)) ditunjukkan bahwa dalam kasus ini
dengan ρ = konstanta satu memiliki
yang harus berlaku untuk semua waktu dan tempat. Akibatnya divs = 0. Dari
Persamaan. (5.43) mengikuti div gradψ = 0. Kami berasumsi bahwa gelombang
merambat dalam arah-x dan meluas tanpa batas dalam arah-y. Maka ψ tidak akan
bergantung pada y; karena itu ψ = ψ (x, z, t) dan
Persamaan Laplace ini memiliki banyak solusi, tetapi kami mencari gelombang
dengan kecepatan v yang amplitudo menurun dengan kedalaman. Kita coba
5.3.3.1 Konverter
Sebagian besar konverter tetap diam di satu lokasi dan mengubah gerakan naik
dan turun air menjadi gerakan rotasi. Contoh diberikan pada Gambar 5.15. Air laut
melakukan gerakan vertikal s (x, t). Pelampung yang mengapung di atas air memiliki
tabung terbuka di bagian tengahnya yang memungkinkan air laut masuk. Gelombang
(5,51) yang melewati pelampung akan menyebabkan gerakan vertikal harmonik Z (x,
t) pelampung dan gerakan vertikal yang serupa1 (x, t) di dalam tabung. Insulasi ini
akan keluar dari fase dan akan memiliki amplitudo yang berbeda.
s =asink(x −vt)
Perbedaan fase berarti bahwa sehubungan dengan pelampung, air tabung akan
melakukan gerakan naik-turun s1 - Z. Seseorang dapat mengamati efek ini di kapal
ikan kuno dengan sumur di tengah; air naik dan turun sehubungan dengan kapal.
Katup pada Gambar 5.15 diposisikan sedemikian rupa sehingga baik selama gerakan
ke atas dan selama gerakan ke bawah, udara melewati baling-baling di dekat turbin
dalam arah yang sama ke atas.
Hingga tahun 1940 Amerika Serikat mendapatkan 40% energi listriknya dari
bendungan listrik tenaga air. Karena peningkatan penggunaan energi total dan
peningkatan penggunaan energi nuklir dan batubara yang lebih cepat,PLTA
merupakan hanya 8% dari pembangkit listrik AS saat ini, meskipun telah tumbuh
sebesar 10% dalam 70 tahun terakhir. Tenaga air global adalah yang paling
berkembang dari sumber daya terbarukan, memasok sekitar 6% dari total penggunaan
energi dunia dan 20% dari listrik dunia. Ini berjumlah total sekitar 9,6 kuad energi
listrik saat ini sedang diproduksi secara global dari tenaga air. Lima produsen tenaga
air terbesar adalah Brasil, Kanada, Cina, Rusia, dan Amerika Serikat, dengan Brasil
menghasilkan 84% listriknya dari tenaga air [1]. Gambar 5.1 menunjukkan
pembangkit listrik tenaga air regional untuk tahun 2005 dan potensi untuk
pengembangan lebih lanjut. Total potensi masa depan yang diproyeksikan,
berdasarkan teknologi yang ada saat ini, diperkirakan sekitar 50 quad [2]. Seperti
yang akan kita lihat dalam bab ini, tidak mungkin untuk menangkap semua energi
kinetik dalam air yang bergerak; air harus terus mengalir menjauh dari pembangkit
setelah menghasilkan listrik, sehingga masih memiliki beberapa energi kinetik yang
tidak ditangkap. Energi total semua sungai di dunia (tidak termasuk arus laut) adalah
sekitar 350 kuad [3]. Berapa tepatnya energi yang dapat diekstraksi menggunakan
teknologi canggih tidak jelas, tetapi sebagian besar ahli sepakat bahwa 50 quad adalah
perkiraan yang masuk akal untuk masa depan tenaga air yang dapat diramalkan [1, 3,
4]. Seharusnya jelas dari perkiraan ini bahwa tenaga air tidak akan menyelesaikan
peningkatan permintaan energi yang diproyeksikan seperti dijelaskan pada Bab 4.
Tahunan
penggunaan energi global mencapai 472 kuad pada tahun 2006 dan meningkat
pada tingkat 2% per tahun. Proyeksi saat ini untuk PLTA masa depan menggunakan
teknologi saat ini akan memasok hanya 12% dari angka ini. Eropa diperkirakan sudah
menggunakan 75% dari tenaga air yang tersedia, Amerika Utara mendekati 70%, dan
Amerika Selatan sekitar 33% [2]. Norwegia menghasilkan hampir semua listriknya
dari tenaga air, Nepal dan Brasil menghasilkan lebih dari 90%, Selandia Baru
menghasilkan 55%, Kanada menghasilkan 58%, dan Swedia menghasilkan sekitar
setengah listriknya dari pembangkit listrik tenaga air. Dari Gambar 5.1, juga jelas
bahwa Asia dan Afrika memiliki potensi terbesar untuk perluasan penggunaan tenaga
air. Selain menjadi bentuk energi terbarukan yang paling murah, tenaga air juga
merupakan yang paling sedikit karbon, menghemat sekitar 15% dari emisi karbon
yang akan terjadi jika pembangkit listrik tenaga air diganti dengan bahan bakar fosil
[3]. Air dalam bendungan juga dapat digunakan dalam berbagai cara selain
menghasilkan listrik, seperti untuk irigasi, air minum, rekreasi, dan penyimpanan
energi hidroelektrik yang dipompa. PLTA telah lama dianggap sebagai sumber energi
terbarukan yang paling ramah lingkungan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan
bahwa dalam jangka panjang, vegetasi yang membusuk di danau di belakang
bendungan dapat memancarkan sejumlah besar karbon dioksida dan metana.
Gangguan habitat alami sekarang diakui sebagai hasil yang signifikan dari
pembangunan bendungan. Ini juga merupakan kasus bahwa, untuk proyek-proyek
bendungan besar seperti Bendungan Tiga Ngarai di Cina, jutaan orang mungkin
terlantar, menyebabkan masalah ekonomi dan sosial yang parah. Masalah potensial
lainnya adalah beratnya air di belakang proyek bendungan besar dapat menyebabkan
pergeseran geologis dan gempa bumi. Pada titik tertentu investasi energi dan
lingkungan yang terlibat dalam menangkap energi dalam aliran air yang lebih kecil
dan lebih kecil akan lebih besar daripada manfaat membangun bendungan baru.
Masalah lingkungan dan ekonomi telah memperlambat pembangunan bendungan di
Amerika Utara; ini ditambah dengan masalah teknis mungkin akan membatasi tenaga
air hingga sebagian kecil tapi signifikan dari pasokan energi global. Mekanika dasar
memberi tahu kita bahwa energi potensial gravitasi, dalam joule, dari suatu massa, m
adalah U = mgh, di mana g adalah percepatan gravitasi dan h adalah jarak massa di
atas beberapa titik referensi. Kita dapat membayangkan "blok" air yang melewati
bendungan memiliki volume Ax, di mana A adalah area permukaan frontal dari
"blok" (area penampang pipa air menuju generator atau cross-sectional area jalur
pelimpah) dan x adalah panjang sewenang-wenang. Massa air kemudian dapat
dinyatakan dengan menggunakan kerapatan, ρ, sebagai m = ρ V = ρ Kapak, dan
energi potensial adalah U = ρ Axgh. Membagi berdasarkan waktu memberikan
kekuatan yang tersedia, dan menggunakan v = x / t untuk kecepatan air, kita dapat
menulis
(5.2) P = ρ Qgh
PLTA
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang
dihubungkan ke turbin kemudain digerakkan oleh tenaga kinetik dari air.
Pembangkit listrik tenaga air tidak hanya terbatas pada air dari
sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga meliputi pembangkit listrik
yang menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.
CARA KERJA
PLTA merubah energi yang disebabkan gaya jatuh air untuk menghasilkan
listrik. Turbin mengkonversi tenaga gerak jatuh air ke dalam daya mekanik.
Kemudian generator mengkonversi daya mekanik tersebut dari turbin ke
dalam tenaga elektrik. Jenis PLTA bermacam-macam, mulai yang berbentuk
“mikro-hidro” dengan kemampuan mensupalai untuk beberapa rumah saja
sampai berbentuk raksasa seperti Bendungan Karangkates yang menyediakan
listrik untuk berjuta-juta orang-orang. Photo dibawah ini menunjukkan PLTA
di Sungai Wisconsin, merupakan jenis PLTA menengah yang mampu
mensuplai listrik untuk 8.000oranng
KOMPONEN PLTA
Bendungan
Turbine
Generator
Jalur Transmisi
Bebas emisi karbon yang tentu saja merupakan kontribusi berharga bagi
lingkungan.
Selain keunggulan yang telah disebutkan diatas, ada juga dampak negatif dari
pembangunan PLTA pada lingkungan, yaitu:
”Energi terbarukan tenaga air atau yang sering kita sebut dengan Hydropower
ternyata mengeluarkan emisi Greenhouse Gas (GHG) dalam jumlah yang cukup
besar jika dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya”
Akan tetapi studi terbaru menunjukan bahwa teknologi Hydropower tidak termasuk
golongan teknologi karbon netral, atau dalam arti lain, teknologi ini menambah
jumlah bersih GHG ke atmosfer. Studi tersebut didasarkan pada metode penilaian
kuantitatif yang lebih komprehensif, yaitu Lifecycle Assessment (LCA). Metode ini
bertujuan untuk membandingkan berbagai jenis dampak lingkungan suatu produk atau
jasa (Hydropower) dari semua proses dalam kurun waktu tertentu. Beragam proses
yang umumnya dilakukan dalam LCA untuk Hydropower adalah:
Agar valid, metode LCA harus memiliki satuan unit yang seragam, misalnya
quantifikasi GHG menggunakan satuan gCO2eq/KWh (gram karbon dioksida ekivalensi
per kilowatthour). Artinya gas-gas yang mengakibatkan efek rumah kaca seperti CH4,
CFC, dikonversikan ke satuan berat CO2. Sebagai contoh, satu gram gas methane
(CH4) sama dengan 25 gram CO2. Dengan begitu, seluruh emisi GHG dari proses
konstruksi hingga pembongkaran dapat terkuantifikasi dengan baik.
Salah satu dampak negatif dari Hydropower terhadap lingkungan di skala besar
(pemanfaatan waduk) adalah emisi gas methane dari pembusukan materi organik. Hal
ini dikarenakan waduk merupakan titik pengumpulan berbagai zat dari area hulu.
Sebagai bagian siklus alami, zat-zat organik terbawa ke waduk melalui anak sungai.
Hal ini tidak menutup kemungkinan bagi air limbah domestik, air limbah industri, dan
polutan agrikultur untuk dapat ikut terbawa ke waduk.
Produk utama emisi GHG di waduk adalah CO2 dan gas methane (CH4). Proses
keluarnya GHG dari waduk umumnya terjadi melalui dua proses, yaitu diffusive flux
dari permukaan air, bubbling dan degassing (gambar 2). Proses keluarnya gas
methane melalui bubbling disebabkan adanya methanogenesis di dalam air, yaitu
proses konversi zat-zat organik menjadi gas methane oleh mikroorganisme pada
kondisi minim oksigen. Pada kedalaman yang lebih jauh, zat GHG dapat keluar
melalui proses degassing. Namun, pada kedalaman yang dangkal dengan kondisi
oksigen yang memadai, gas methane dikonversi menjadi gas karbon dioksida (CO2)
yang pada akhirnya akan dilepas ke atmosfer melalui diffusive flux. Sebagai tambahan,
zat phosphorus yang terakumulasi di waduk juga dapat menstimulasi munculnya
macarophyte, yakni tanaman air yang dapat membantu proses pelepasan gas metan ke
atmosfer. Proses kimiawi yang diuraikan sebelumnya dapat dengan mudah
terstimulasi oleh iklim/cuaca khususnya pada area tropis. Hal ini mengakibatkan
jumlah ekivalansi CO2 yang dikeluarkan dari waduk di negara-negara tropis menjadi
lebih tinggi.
Gambar 2 Proses kimiawi yang terjadi di waduk (Guerin, 2006)
Hydropower yang berukuran lebih kecil, yakni Pyco Hydropower, ternyata belum
dapat menjadi alternatif untuk meminimalisasi emisi GHG. Berbeda dengan
Hydropower skala besar yang memanfaatkan waduk, instalasi Pyco Hydropower
umumnya memanfaatkan run-off sungai dan ukuran generatornya cukup kompak,
sehingga Hydropower skala kecil ini sering dimanfaatkan di area pedesaan (gambar 3).
Akan tetapi, Hydropower penghasil listrik dibawah 5 Kw ini belum tentu
mengeluarkan emisi GHG lebih sedikit dibandingkan Hydropower skala besar. Hal ini
disebabkan oleh kualitas material (jalur transmisi, turbin, powerhouse, dsb), proses
instalasi, keadaan area, dan akses transportasi yang kurang baik. Sebagai contoh,
dibutuhkan lebih dari satu jenis kendaraan untuk mentransportasikan generator listrik
dari distributor ke lokasi perdesaan, dikarenakan lokasi dan akses menuju lokasi yang
terpencil. Hal ini mengakibatkan pengeluaran emisi GHG yang lebih besar
dikarenakan banyaknya jenis kendaraan bermotor untuk membawa ke lokasi desa
yang jalur transportasinya tidak baik. Hal ini berbanding terbalik dengan jalur
transportasi ke area waduk, sehingga proses transportasi material ke area waduk
mengeluarkan relatif lebih sedikit emisi GHG. Faktor yang lebih menentukan
besarnya pengeluaran emisi GHG adalah rentang hidup instalasi Pyco Hydro tersebut.
Instalasi ini biasanya memiliki rentang hidup 10-70 tahun lebih pendek dibandingkan
dengan Hydropower skala besar. Faktor yang menentukan rentang hidup instalasi
Pyco Hydro salah satunya adalah jalur transmisi listrik. Jalur transmisi listrik di
pedesaan umumnya berumur pendek, dikarenakan rawan akan kerusakan seperti
korsleting. Selanjutnya, proses produksi dan pengiriman material untuk kabel dan
instalasi transmisi yang baru juga dapat menambah emisi GHG.
Gambar 3 Contoh instalasi pycohydropower (Pascale et al., 2011)
Rentang emisi GHG yang dikeluarkan oleh Hydropower adalah sekitar 2-390
gCO eq
2 /KWh. Namun, Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, banyak faktor yang
terlibat untuk membangun instalasi Hydropower, mulai dari proses konstruksi, operasi,
perawatan, hingga dekonstruksi. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi hasil
perhitungan LCA Hydropower. Oleh karena itu, hasil perhitungan emisi GHG
Hydropower sangat bervariasi jika dibandingan teknologi lainnya (gambar 4).
Gambar 4 Grafik perbandingan emisi CO2ekivalensi dari beberapa sumber energy
(Scherer dan Pfister, 2016)
Hydropower adalah salah satu energi terbarukan yang dapat menghindari eksploitasi
sumber daya natural bumi secara berlebihan. Terlebih, teknologi ini mengeluarkan
emisi GHG yang rata-rata lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi konvensional
lainnya, seperti minyak, gas alam, dan batu bara. Akan tetapi, saat dikaji lebih jauh,
GHG yang dikeluarkan oleh Hydropower ternyata lebih tinggi dibandingkan
teknologi terbarukan lainnya, seperti tenaga surya, biomasa, dan tenaga angin.
Referensi
Pang, M., Zhang, L., Wang, C., & Liu, G. (2015). Environmental life cycle
assessment of a small hydropower plant in China. The International Journal of Life
Cycle Assessment, 20(6), 796-806.
Pascale, A., Urmee, T., & Moore, A. (2011). Life cycle assessment of a community
hydroelectric power system in rural Thailand. Renewable Energy, 36(11), 2799-2808.
Scherer, L., & Pfister, S. (2016). Hydropower’s Biogenic Carbon Footprint. PloS
one, 11(9), e0161947
Guérin, F. (2006). Emission de gaz à effet de serre (CO2, CH4) par une retenue de
barrage hydroélectrique en zone tropicale (Petit-Saut, Guyane Française):
expérimentation et modélisation (Doctoral dissertation, Université Paul
Sabatier-Toulouse III).
Edenhofer, O., Pichs-Madruga, R., Sokona, Y., Seyboth, K., Kadner, S., Zwickel, T.,
& Matschoss, P. (Eds.). (2011). Renewable energy sources and climate change
mitigation: Special report of the intergovernmental panel on climate change: Chapter
5 Hydropower. Cambridge University Press.