KELOMPOK 3A
BLOK 5.2
Dosen Pengampu:
dr. Rita Halim, M.Gizi
Disusun oleh :
Megawati G1A117017
Bella Ifanka G1A117018
Anes Ovezatira G1A117019
Farrah Balqis G1A117020
Fani Nadila G1A117021
Olfa Palencia G1A117023
Jesi Pebriani G1A117024
Safira Salsabila G1A117025
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin-Nya maka laporan
tutorial ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Ucapan Terima kasih kami
sampaikan kepada dr. Rita Halim, M.Gizi. selaku pembimbing tutorial kelompok 3A.
Kami berharap semoga laporan tugas tutorial ini bisa bermanfaat dalam rangka
mensukseskan program pembelajaran pada masa ini sampai masa yang akan datang.
Penulis
Kelompok 3A
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………..…………………………………………………………………….ii
SKENARIO ................................................................................................................ 1
V. MIND MAP............................................................................................................33
3
Skenario
Ny. Taichan, 62 tahun, datang ke klinik rawat jalan RSUD Raden Mattaher Jambi karena
gatal-gatal yang mengganggu pada tubuhnya sejak dua minggu yang lalu. Gatal tersebut terasa
panas dan perih, di lipatan-lipatan tubuh, seperti jari-jari, ketiak, dan lipatan kulit di bawah
payudara, dan tidak terasa di bagian kulit lainnya misalnya perut atau wajah. Gatal terasa
memberat apabila Ny. Taichan berkeringat. Dari rekam medis Ny. Taichan, dokter dapat melihat
bahwa ternyata Ny. Taichan pernah berobat sekitar setahun yang lalu ke klinik dokter, dengan
mengalami poliuria, polifagia, dan polidipsia sejak dua bulan sebelum berobat waktu itu. Sejak
itu Ny. Taichan tidak kontrol teratur dan tidak minum obat teratur.
Pemeriksaan penunjang saat ini yang dibawa yaitu gula darah dua jam sesudah makan
225mg/dL, dan gula darah puasa 179mg/dL. Dokter saat ini mendiagnosis bahwa gejala gatal-
gatal yang diderita Ny. Taichan adalah karena penyakit diabetesnya tidak diobati dengan rutin
sehingga muncul komplikasi lain saat ini.
4
I. KLARIFIKASI ISTILAH
5
II. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Bagaimana mekanisme gatal yang dirasakan NY. Taichan terasa panas dan perih di
lipatan-lipatan tubuh?
2. Apa saja penyakit yang ditandai dengan gatal?
3. Mengapa gatal Ny. Taichan terasa memberat saat berkeringat?
4. Bagaimana mekanisme polyuria, polifagia, dan polydipsia dengan keluhan yang
dirasakan pada Ny. Taichan?
5. Bagaimana hubungan kepatuhan tidak minum obat teratur dengan keluhan Ny. Taichan?
6. Apa intepretasi hasil dari pemeriksaan penunjang Ny. Taichan?
7. Apa hubungan penyakit diabetes pada Ny. Taichan dengan keluhan sekarang?
8. Apa saja komplikasi penyakit diabetes yang tidak diobati dengan rutin?
9. Bagaimana alur penegakan diagnosis pada Ny. Taichan?
10. Apa definisi, etiologi, dan epidemiologi dari penyakit Ny. Taichan?
11. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Ny. Taichan?
12. Apa manifestasi klinis dari penyakit Ny. Taichan?
13. Bagaimana penatalaksanaan dari penyakit Ny. Taichan?
14. Apa faktor resiko dari penyakit Ny. Taichan?
15. Apa prognosis penyakit Ny. Taichan?
6
III. CURAH PENDAPAT
1. Bagaimana mekanisme gatal yang dirasakan NY. Taichan terasa panas dan perih di
lipatan-lipatan tubuh?
Jawab:
Tubuh terasa panasinflamasi
Hiperglikemia darah mengental sehingga sirkulasi terhambatgatal pada lipatan
adalah lokasi dan mudah infeksi serta meningkatkan energi panas.
5. Bagaimana hubungan kepatuhan tidak minum obat teratur dengan keluhan Ny. Taichan?
Jawab:
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
7
6. Apa intepretasi hasil dari pemeriksaan penunjang Ny. Taichan?
Jawab:
2 Jam setelah makan < 140 mg/dl, Ny. Taichan : 225 mg/dl
Puasa < 100 mg/dl, Ny. Taichan : 179 mg/dl
Diabetes
7. Apa hubungan penyakit diabetes pada Ny. Taichan dengan keluhan sekarang?
Jawab:
Gula kulit berkonsentrasi tinggi di daerah intertriginosa dan interdigitalis. Hal
tersebut mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi bakterial (terutama furunkel), dan
infeksi jamur (terutama kandidosis).
8. Apa saja komplikasi penyakit diabetes yang tidak diobati dengan rutin?
Jawab:
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda),
kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan saraf yang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi.
10. Apa definisi, etiologi, dan epidemiologi dari penyakit Ny. Taichan?
Jawab:
Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
8
Etiologi
Kelainan pada sel B pancreas
Epidemiologi
Indonesia merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak
pada tahun 2014.
9
IV. ANALISIS MASALAH
1. Bagaimana mekanisme gatal yang dirasakan NY.Taichan terasa panas dan perih di
lipatan-lipatan tubuh ?
Jawab :
a) Histamin
Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan
sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus) menyebabkan
nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada granula sel mast.
Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan keluarlah histamin tersebut.
Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2. Histamin yang menyebabkan gatal
adalah H.
b) Serotonin
Ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast manusia. Serotonin dapat
menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari sel mast dermal.
c) Endopeptidase
Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin
adalah komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi sel
mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated receptor-2
(PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga membangkitkan
neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini memperlihatkan interaksi
sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi
inflamasi juga menghasilkan interleukin-2 (IL-2) yang ikut berperan dalam
timbulnya gatal.
d) Neuropeptida
Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat dari
kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik dengan aksi
langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast melalui reseptor NK-1.
Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan efeknya adalah pelepasan
prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor agonis opioid adalah pada saraf
tulang belakang atau ganglia dorsal karena dosis rendah dari morphine dapat
menyebakan gatal segmental.
10
e) Eicosanoid
Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang kuat
dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal.
Prostaglandin E (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi
rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi gatal
akibat kerja histamin pada area tersebut.
11
(Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 2. Edisi VI. Jakarta: Interna Publishing. 2009.)
12
darah turun drastis. Kegagalan sirkulasi, apabila tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kematian karena penurunan aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal ginjal sekunder
akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat. Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh
mengalami dehidrasi akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstrasel
yang hipertonik. Akibatnya timbul polidipsia (rasa haus berlebihan) sebagai mekanisme
kompensasi untuk mengatasi dehidrasi. Defisiensi glukosa intrasel menyebabkan “sel
kelaparan” akibatnya nafsu makan (appetite) meningkat sehingga timbul polifagia
(pemasukan makanan yang berlebihan).
Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-besaran
asam lemak dari simpanan trigliserida. Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian
besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi alternatif karena glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel. Efek insulin pada metabolisme protein menyebabkan pergeseran
netto kearah katabolisme protein. Penguraian protein protein otot menyebabkan otot
rangka lisut dan melemah sehingga terjadi penurunan berat badan.
5. Bagaimana hubungan kepatuhan tidak minum obat teratur dengan keluhan Ny.Taichan ?
Jawab :
Salah satu penentu keberhasilan terapi adalah adanya kepatuhan penggunaan obat.
Pengobatan DM bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup
pasien. Pencegahan komplikasi dilakukan dengan cara menjaga kestabilan gula darah
dengan pengobatan secara rutin seumur hidup karena DM merupakan penyakit seumur
hidup yang tidak bisa disembuhkan secara permanen sehingga banyak pasien yang jenuh
dan tidak patuh dalam pengobatan.
Pemberian obat bertujuan untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien.Kualitas hidup menunjukkan hasil kesehatan yang mempunyai nilai penting
dalam sebuah intervensi pengobatan. Kualitas hidup pasien DM berhubungan atau
13
tergantung pada kontrol glikemik yang baik .Keberhasilan pengobatan meningkatkan
kualitas hidup pasien DM. Penyebab kurang optimalnya hasil pengobatan pada umumnya
meliputi ketidaktepatan peresepan, ketidakpatuhan pasien, dan ketidaktepatan
monitoring. Ketidak patuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan bertambah
parahnya penyakit yang diderita.
7. Apa hubungan penyakit diabetes pada Ny. Taichan dengan keluhan sekarang?
Jawab:
Patofisiologi timbulnya manifestasi penyakit kulit pada penderita DM belum
sepenuhnya diketahui. Menurut Djuanda, kadar gula kulit merupakan 55% kadar gula
darah pada orang biasa. Pada penderita DM, rasio meningkat sampai 69-71% dari
glukosa darah yang sudah meninggi. Pada penderita yang sudah diobati pun rasio
melebihi 55 %. Gula kulit berkonsentrasi tinggi di daerah intertriginosa dan interdigitalis.
Hal tersebut mempermudah timbulnya dermatitis, infeksi bakterial (terutama furunkel),
dan infeksi jamur (terutama kandidosis). Keadaan-keadaan ini dinamakan diabetes kulit.
Kondisi hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya gangguan mekanisme sistem
14
imunoregulasi. Hal ini menyebabkan menurunnya daya kemotaksis, fagositosis dan
kemampuan bakterisidal sel leukosit sehingga kulit lebih rentan terkena infeksi. Pada
penderita DM juga terjadi disregulasi metabolisme lipid sehingga terjadi hipertrigliserida
yang memberikan manifestasi kulit berupa Xantoma eruptif.
Pada DM tipe 2 terjadi resistensi insulin sehingga sering terjadi hiperinsulinemia
yang menyebabkan abnormalitas pada proliferasi epidermal dan bermanifestasi sebagai
Akantosis nigrikan. Infeksi jamur yang sering menyerang penderita diabetes yaitu
kandidiasis, merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh jamur Candida albicans.
Jamur ini pada keadaan normal terdapat pada tubuh manusia, namun pada keadaan
tertentu, misalnya pada penderita diabetes pertumbuhannya menjadi berlebihan sehingga
menyebabkan infeksi. Infeksi biasanya menyerang kulit di daerah lipatan seperti ketiak,
bawah payudara,lipat paha atau sering juga pada wanita menyebabkan gatal pada daerah
kemaluan dan keputihan.
(Saskia, Tresna I., Hanna Mutiara. Infeksi Jamur pada Diabetes Mellitus.
Majority. 2015 Nov; 4: 73. )
15
d. Pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta
e. Pembuluh darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
Penderita juga rentan infeksi, mudah terkena infeksi paru, gigi, dan gusi serta
saluran kemih.
1) Komplikasi Metabolik Akut
a. Ketoasidosis diabetik (DKA)
Jika kadar insulin sangat menurun, pasien mengalami hiperglikemia dan
glukosuria berat, penurunan lipogenesis, peningkatan lipolisis, dan peningkatan
oksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan badan keton. Peningkatan
produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis metabolik.
Glukosuria dan ketonuria mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir
dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Pasien dapat mengalami hipertensi dan syok.
Akibat penurunan penggunaan oksigen otak, pasien akan mengalami koma dan
meninggal. DKA ditangani perbaikan kekacauan metabolik akibat kekurangan
insulin, pemulihan keseimbangan air dan elektrolit, pengobatan keadaan yang
mungkin mempercepat ketoasidosis, pengobatan dengan insulin masa singkat
melalui infus intravena kontinu atau suntikan intramuskular yang sering dan infus
glukosa dalam air.
b. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nondiabetik (HHNK)
Komplikasi metabolik akut lain dari diabetes yang sering terjadi pada
diabetes tipe 2. Hiperglikemia muncul tanpa ketosis dan menyebabkan
hiperosmolalitas, diuresis osmotik, dan dehidrasi berat. Pengobatannya adalah
rehidrasi, penggantian elektrolit, dan insulin regular.
c. Hipoglikemia
Pasien diabetes dependen insulin suatu saat menerima insulin yang
jumlahnya lebih banyak daripada yang dibutuhkannya. Gejalanya disebabkan oleh
pelepasan epinefrin (berkeringat, gemetar, sakit kepala, dan palpitasi), juga akibat
kekurangan glukosa dalam otak. Serangan hipoglikemia berbahaya bila sering
terjadi atau terjadi dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan otak
permanen atau kematian. Penatalaksanaannya adalah perlu segera diberikan
16
karbohidrat baik oral maupun intravena, kadang diberi glukagon, suatu hormon
glikogenolisis secara intramuskular.
17
2. Gangguan kehamilan
Perempuan yang menderita diabetes dan hamil, cenderung mengalami
abortus spontan, kematian janin intrauterin, ukuran janin besar, dan bayi
prematur dengan insiden sindrom distres pernapasan yang tinggi, serta
malformasi janin. Dapat dicegah dengan pengontrolan gula darah selama
kehamilan dan kelahiran dibuat lebih dini.
18
b. Pola makan, status nutrisi, status aktifitas fisik, dan riwayat perubahan berat
badan.
c. Riwayat tumbuh kembang pada pasien anak/dewasa muda.
d. Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi
gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara
mandiri.
e. Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan,
perencanaan makan dan program latihan jasmani.
f. Riwayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia,
hipoglikemia).
g. Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus
urogenital.
h. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal, mata, jantung
dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan, dll.
i. Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah.
j. Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas,
dan riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
k. Riwayat penyakit dan pengobatan di luar DM.
l. Karakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pengukuran tinggi dan berat badan.
b. Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi
berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik.
c. Pemeriksaan funduskopi.
d. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
e. Pemeriksaan jantung.
f. Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop.
g. Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan vaskular, neuropati,
dan adanya deformitas).
19
h. Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi,
necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan bekas lokasi penyuntikan insulin).
i. Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan
a. DM tipe lain.
3. Evaluasi Laboratorium
a. Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan 2 jam setelah TTGO.
b. Pemeriksaan kadar HbA1c
4. Penapisan Komplikasi
Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita yang baru
terdiagnosis Diaetes Melitus Tipe 2 melalui pemeriksaan:
a. Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserida.
b. Tes fungsi hati
c. Tes fungsi ginjal: Kreatinin serum dan estimasi-GFR
d. Tes urin rutin
e. Albumin urin kuantitatif
f. Rasio albumin-kreatinin sewaktu.
g. Elektrokardiogram.
h. Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi: TBC, penyakit jantung kongestif).
i. Pemeriksaan kaki secara komprehensif.
5. Diagnosis banding
a. Diabetes mellitus tipe 1
b. Diabetes mellitus tipe 2
6. Diagnosis kerja
Diabetes mellitus tipe 2
20
10. Apa definisi dan etiologi dari penyakit Ny.Taichan?
Jawab :
Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya.
Etiologi
Etiologi atau faktor penyebab penyakit Diabetes Melitus bersifat heterogen, akan
tetapi dominan genetik atau keturunan biasanya menjanai peran utama dalam mayoritas
Diabetes Melitus. Adapun faktor-faktor lain sebagai kemungkinan etiologi penyakit
Diabetus Melitus antara lain :
a. Kelainan pada sel B pankreas, berkisar dari hilangnya sel B sampai dengan terjadinya
kegagalan pada sel Bmelepas insulin.
b. Faktor lingkungan sekitar yang mampu mengubah fungsi sel b, antara lain agen yang
mampu menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat serta gula yang
diproses secara berlebih, obesitas dan kehamilan.
c. Adanya gangguan system imunitas pada penderita/ gangguan system imunologi
d. Adanya kelainan insuline.
e. Pola hidup yang tidak sehat.
21
Epidemiologi
Prevalensi penderita DM di seluruh dunia sangat tinggi dan cenderung meningkat
setiap tahun. Jumlah penderita DM di seluruh dunia mencapai 422 juta penderita pada
tahun 2014. Jumlah penderita tersebut jauh meningkatdari tahun 1980 yang hanya 180
juta penderita. Jumlah penderita DM yang tinggi terdapat di wilayah South-East Asia dan
Western Pacific yang jumlahnya mencapai setengah dari jumlah seluruh penderita DM di
seluruh dunia. Satu dari sebelas penduduk adalah penderita DM dan 3,7 juta kematian
disebabkan oleh DM maupun komplikasi dari DM (WHO, 2016).
Penderita DM di Indonesia berdasarkan data dari IDF padatahun 2014 berjumlah
9,1jutaatau 5,7 % dari total penduduk. Jumlah tersebut hanya untuk penderita DM yang
telah terdiagnosis dan masih banyak penderita DM yang belum terdiagnosis. Indonesia
merupakan negara peringkat ke-5 dengan jumlah penderita DM terbanyak pada tahun
2014. Indonesia pada tahun 2013 berada diperingkat ke7 penderita DM terbanyak di
dunia dengan jumlah penderita 7,6juta (Perkeni, 2015)
(Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III
Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. 2009 ; 2773-
2779 )
22
Amerika Serikat, antara lain sebagai akibat dari obesitas, gaya hidup kurang gerak
(sedentary), dan penuaan. Disamping resistensi insulin, pada penderita DM Tipe 2 dapat
juga timbul gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
Namun demikian, tidak terjadi pengrusakan sel-sel β Langerhans secara otoimun
sebagaimana yang terjadi pada DM Tipe 1. Dengan demikian defisiensi fungsi insulin
pada penderita DM Tipe 2 hanya bersifat relatif, tidak absolut.
Sel-sel β kelenjar pankreas mensekresi insulin dalam dua fase. Fase pertama
sekresi insulin terjadi segera setelah stimulus atau rangsangan glukosa yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah, sedangkan sekresi fase kedua terjadi sekitar
20 menit sesudahnya. Pada awal perkembangan DM Tipe 2, sel-sel β menunjukkan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin Apabila tidak ditangani dengan baik, pada
perkembangan penyakit selanjutnya penderita DM Tipe 2 akan mengalami kerusakan sel-
sel β pankreas yang terjadi secara progresif, yang seringkali akan mengakibatkan
defisiensi insulin, sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Penelitian
mutakhir menunjukkan bahwa pada penderita DM Tipe 2 umumnya ditemukan kedua
faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
23
(Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto A, Soewando P, Suastika K, Manaf A, et al.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. PB
Perkeni. 2015.)
Tujuan penatalaksanaan
Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi:
1. Riwayat Penyakit
24
e. Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi
gizi medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang perawatan DM secara
mandiri.
h. Riwayat infeksi sebelumnya, terutama infeksi kulit, gigi, dan traktus urogenital.
i. Gejala dan riwayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal, mata, jantung dan
pembuluh darah, kaki,saluran pencernaan, dll.
k. Faktor risiko: merokok, hipertensi, riwayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan
riwayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM dan endokrin lain).
2. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan funduskopi.
e. Pemeriksaan jantung. Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop.
25
g. Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi, necrobiosis
diabeticorum, kulit kering, dan bekas lokasi penyuntikan insulin).
3. Evaluasi Laboratorium
4. Penapisan Komplikasi
a. Profil lipid pada keadaan puasa: kolesterol total, High Density Lipoprotein
(HDL), Low Density Lipoprotein(LDL), dan trigliserida.
f. Elektrokardiogram.
g. Foto Rontgen thoraks (bila ada indikasi: TBC, penyakit jantung kongestif).
26
dengan dekompensasi metabolik berat, misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat
badan yang menurun dengan cepat, atau adanya ketonuria,harus segera dirujuk ke
Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier.
Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian
dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM
secara holistic Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi
tingkat lanjutan.
27
1. Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.
1. Karbohidrat
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi.
Terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total <130
g/hari tidak dianjurkan. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari
kebutuhan kalori sehari.
2. Lemak
Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan kalori, dan tidak
diperkenankan melebihi 30% total asupan energi. Komposisi yang dianjurkan:
lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori,lemak tidak jenuh ganda < 10 % dan
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. Bahan makanan yang perlu dibatasi
adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
28
daging berlemak dan susu fullcream. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200
mg/hari.
3. Protein
Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber protein
yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien
dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB
perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi. Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis
asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
4. Natrium
Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat
yaitu <2300 mg perhari. Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual. Sumber natrium antara lain
adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat
dan natrium nitrit.
5. Serat
Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacangkacangan,
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi
serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
6. Pemanis Alternatif
Pemanis alternatif aman digunakansepanjang tidak melebihi batas aman
(Accepted Daily Intake/ADI).
Latihan jasmani
Merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2 apabila tidak disertai
adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan secara
secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150
menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut Dianjurkan
untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar
glukosa darah <100 mg/dL pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan
29
bila>250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau
aktivitas seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk
selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan
jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50- 70% denyut jantung
maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Pada penderita
DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang tidak terkontrol,
retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training (latihan beban) 2-3
kali/perminggu (A) sesuai dengan petunjuk dokter.
Terapi Farmakologis
Sulfonilurea
Glinid
30
ii. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin
Metformin
Tiazolidindion (TZD).
Obat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus
sehingga mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan.
31
iv. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan kombinasi
insulin dan agonis GLP-1.
a. Insulin
32
penurunan berat badan agonis GLP-1 juga digunakan untuk indikasi
menurunkan berat badan pada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan
binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. Efek
samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan
muntah. Obat yang termasuk golongan ini adalah: Liraglutide, Exenatide,
Albiglutide, dan Lixisenatide.
3. Terapi Kombinasi
Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam
penatalaksanaan DM, namun bila diperlukan dapat dilakukan bersamaan dengan
pemberian obat antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Pemberian
obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed dose
combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai
dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat
antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis
dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat diberikan kombinasi
tiga obat antihiperglikemia oral.
33
(Achmad Rudijanto, Agus Yuwono, Alwi Shahab, Asman Manaf, Bowo
Pramono, Dharma Lindarto, Dyah Purnamasari, Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta:. Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).2015. 11-40 p)
34
C. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes Melitus
1) Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain
yang terkait dengan resistensi insulin.
2) Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat toleransi glukosa
terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.
3) Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke,
PJK, atau PAD (Peripheral Arterial Diseases).
(Type 2 Diabetes Mellitus. Harvard Health Publishing Harvard Medical School. 2018.
(diakses 02 desember 2019). Diunduh dari URL : https://www.health.harvard.edu/a_to_z/type-2-
diabetes-mellitus-a-to-z)
35
MIND MAPPING
Defini Etiolo
si gi
Diabetes
Epide Tatala
mellitus tipe
miolog ksana
2
i
Patoge Diagn
nesisis osis
1.
Gejala Anamnes
Klinis is
2.
Pemerik
saan
3.
fisik
Pemeri
ksaan
penunj
ang
36
DAFTAR PUSTAKA
37
13. Type 2 Diabetes Mellitus. Harvard Health Publishing Harvard Medical School. 2018.
(diakses 02 desember 2019). Diunduh dari URL :
https://www.health.harvard.edu/a_to_z/type-2-diabetes-mellitus-a-to-z
38