Anda di halaman 1dari 11

PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEREDUKSI WASTE

MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING


(Studi Kasus Pada PT X Bangil-Pasuruan)

LEAN MANUFACTURING APPROACH TO REDUCE WASTE USING VALUE


STREAM MAPPING
(CASE STUDY : PT X Bangil-Pasuruan)

Sarfina Musthofa1), Mochamad Choiri2), Lely Riawati3)


Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : sarfina92@gmail.com1), psti.choiri@yahoo.com2), lely_riawati@ub.ac.id3)

Abstrak

PT X merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang garment bordir terbesar di Jawa Timur
dengan produknya yaitu berupa baju koko atau baju taqwa bermotif bordir. Pada proses produksi baju koko
tersebut, masih ditemukan beberapa waste. Untuk mereduksi waste yang teridentifikasi, digunakan
pendekatan lean manufacturing dengan salah satu tools dalam konsep lean yaitu value stream mapping
(VSM) yang bertujuan untuk menggambarkan aliran produk mulai dari masuknya bahan baku hingga produk
jadi. Pengidentifikasian waste diawali dengan menggambarkan current state map, melalui penggambaran ini
maka didapatkan waste yang termasuk dalam kategori 7 waste dengan lebih detail. Selanjutnya dilakukan
analisa akar penyebab timbulnya waste yang paling berpengaruh menggunakan fishbone diagram. Usulan
rekomendasi perbaikan yang diberikan terkait adanya 7 waste pada proses pembuatan baju koko di PT X
adalah kegiatan maintenance dengan tepat, penggunaan metode forecasting, penambahan fasilitas kerja
berupa kursi dan earplug, serta usulan perbaikan tata letak fasilitas area produksi. Setelah diberikan usulan
rekomendasi perbaikan terhadap waste yang ada, maka langkah terakhir adalah menggambarkan prediksi
future state map.

Kata kunci : lean manufacturing, value stream mapping, forecasting, tata letak fasilitas.

1. Pendahuluan
Lean Manufacturing didefinisikan sebagai
suatu pendekatan sistemik dan sistematik untuk
mengidentifikasi dan menghilangkan waste atau
non value-added activities melalui peningkatan
terus-menerus (continuous improvement)
dengan cara mengalirkan produk dan informasi
menggunakan sistem tarik (pull system) dari
pelanggan internal dan eksternal untuk
mengejar keunggulan dan kesempurnaan. Lean Gambar 1 Produk yang Dihasilkan PT X
Manufacturing sendiri mempunyai berbagai
macam tools, dan dalam penelitian ini akan Hingga saat ini kapasitas produksi yang
digunakan salah satu tools dalam Lean besar serta banyaknya jumlah peminat terhadap
Manufacture yaitu Value Stream Mapping produknya, menjadikan PT X unggul diantara
(VSM) (Gaspersz, 2006). pelaku industri bordir lainnya yang ada di Jawa
PT X merupakan salah satu perusahaan Timur khususnya Kabupaten Pasuruan, akan
garmen dengan ciri khas bordir terbesar di Jawa tetapi dalam pembuatan produk tersebut masih
Timur. Produk PT X sendiri mampu menembus sering terjadi pemborosan (waste).
hingga pasar di seluruh Indonesia karena Permasalahan yang dihadapi perusahaan
kualitasnya sudah diakui oleh para pecinta saat ini adalah terkait dengan banyaknya waste.
bordir. PT X memproduksi baju muslim jenis Contoh waste tersebut antara lain adanya
taqwa (baju koko) dengan beraneka ragam pemisahan letak produksi untuk beberapa
model dan motif bordirnya seperti terlihat pada proses sehingga menyebabkan transportasi yang
Gambar 1. kurang efisien (jarak antar 2 lokasi mencapai ±4

337
km), masih sering terjadinya proses pengerjaan Selanjutnya memberikan rekomendasi
yang kurang tepat/kurang sesuai sehingga perbaikan dengan mempertimbangkan keadaan
menimbulkan rework (dapat dilihat pada Tabel pada perusahaan.
1), dan adanya produk cacat yang tidak dapat Diharapkan, penelitian ini mampu
dijual kepada konsumen (dapat dilihat pada memberikan manfaat bagi PT X dalam upaya
Tabel 2). memperbaiki aktivitas produksinya sehingga
Data pada Tabel 1 tersebut merupakan data kedepannya waste dalam perusahaan dapat
defect produk jadi dari kapasitas produksi per berkurang secara terus-menerus, terdapat
harinya yaitu rata-rata 700 pcs dengan pengingkatan produktivitas dan menambah
komposisi 80% baju dewasa dan 20% baju kepuasan pelanggan PT X karena meningkatnya
anak-anak. Sedangkan untuk temuan yang kualitas produk serta pelayanannya.
dapat dikategorikan sebagai defect di tengah-
tengah proses pengerjaan adalah pada saat 2. Metode Penelitian
proses pembordiran yaitu dari 1400 bagian Penelitian ini meneliti tentang penerapan
bordir kemungkinan defect bisa mencapai 100 pendekatan lean manufacturing untuk
bagian. Disamping waste defect, inappropriate mereduksi waste menggunakan value stream
processing dan excessive transportation mapping pada perusahaan yang memproduksi
tersebut diatas juga masih banyak ditemui baju koko bordir. Metode penelitian yang
waste yang lain yang akan lebih mudah digunakan adalah deskriptif yang dilakukan
diidentifikasi dengan penggambaran VSM. dengan meneliti analisa pekerjaan dan aktifitas
pada suatu obyek. Pada penelitian deskriptif ini,
Tabel 1 Data Bagian Bordir yang Cacat (defect) pengumpulan datanya didapatkan dari
Bulan Periode Jumlah defect penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan
(2013) (tanggal) (bagian) yang berupa wawancara ataupun pengamatan
2-7 168 langsung terhadap keadaan yang sebenarnya
9-14 132
September dalam perusahaan.
16-21 150
23-30 150
1–5 189
2.1 Langkah – langkah Penelitian
7 – 12 240 Langkah – langkah yang dilakukan dalam
Oktober 14 – 19 238 melakukan penelitian ini adalah sebagai
21 – 26 240 berikut.
28 – 31 107 1. Survei Awal dan Studi Pustaka
1–9 236 Survei awal mengenai kondisi dan situasi
11 – 16 195 permasalahan yang terdapat di perusahaan,
November
18 – 23 204 dalam hal ini adalah PT X serta melakukan
25 – 30 255 studi pustaka atau literatur yang berkaitan
2–7 226 dengan masalah yang akan diteliti serta
9 – 14 274 referensi (literatur) seperti konsep Lean
Desember
16 – 21 316 manufacture, VSM, fishbone diagram,
23 – 31 56 metode stopwatch time study, dan
sebagainya yang akan digunakan dalam
Tabel 2 Data Jumlah Produksi dan Defect pengolahan data nantinya.
Bulan Jumlah Produksi Jumlah 2. Identifikasi Masalah
(2013) (pcs) Defect (pcs)
Mengidentifikasi pokok permasalahan
Mei 18750 77
Juni 18500 82
yang muncul dari hasil survei pada objek
Juli 17670 69 penelitian.
Agustus 18000 85 3. Perumusan Masalah
September 18070 80 Setelah mengidentifikasi masalah, maka
merumuskan masalah apa yang akan
Untuk membantu mengidentifikasi waste dijadikan fokus pembahasan dalam
yang terjadi tersebut, akan digunakan bantuan penelitian ini.
VSM, setelah menemukan permasalahan- 4. Penentuan Tujuan Penelitian
permasalahan dari tiap-tiap jenis waste yang Penentuan tujuan penelitian dilakukan
diamati maka akan dianalisis akar penyebab berdasarkan perumusan masalah
masalahnya menggunakan fishbone diagram. sebelumnya.

338
5. Pengumpulan Data Sebelum menggambarkan current state map
Pada penelitian ini, dilakukan maka sebelumnya ditentukan waktu standar,
pengumpulan data yaitu data primer dan aliran informasi, dan aliran material. Current
data sekunder. state value stream map yang menggambarkan
a. Data primer, data yang didapatkan dari aliran informasi serta material sepanjang value
pengamatan langsung di lapangan, yaitu stream pada proses produksi PT X dapat dilihat
data waktu siklus produk. pada Gambar 2.
b. Data sekunder, merupakan data yang Dari current state value stream map dapat
didapatkan secara tidak langsung yaitu diketahui bahwa prosentase value added time
data internal perusahaan meliputi data (VA) hanya sebesar 7,14% dari total waktu
gambaran umum perusahaan, struktur keseluruhan yaitu 1713,7 menit dalam proses
organisasi, jumlah tenaga kerja, layout produksi baju koko bordir di PT X. Karena nilai
lantai produksi, dan data lainnya yang non value added time (NVA) cukup tinggi,
mendukung. maka perlu diadakan identifikasi penyebabnya
6. Pengolahan Data dan dilakukan upaya perbaikan agar NVA dapat
Pengolahan data yang dilakukan dalam direduksi sehingga total waktu proses produksi
penelitian ini, yaitu: baju koko bordir dapat lebih cepat dan dengan
a. Membuat current state VSM. sedikit pemborosan (waste).
b. Mengidentifikasi waste (secara global)
yang mungkin terjadi dari hasil 3.2 Identifikasi Waste
penggambaran current state VSM Dari hasil penggambaran VSM (current
maupun dari hasil diskusi atau focus state map), maka dapat diidentifikasi secara
group discussion (FGD) dengan pihak deskriptif waste yang muncul dan dapat
internal perusahaan. dikategorikan sebagai 7 waste, yaitu:
c. Mengelompokkan hasil identifikasi 1. Excessive transportation
waste ke dalam kategori-kategori seven Jarak angkut antar 2 lokasi produksi
waste. cukup jauh sehingga menimbulkan waktu
d. Melakukan analisa lebih lanjut terhadap tunggu yang lama untuk menghubungkan
waste yang terindikasi dari hasil satu proses ke proses lainnya pada dua
penggambaran current state VSM. lokasi produksi yang berbeda.
e. Melakukan analisis sebab-akibat 2. Waiting
(fishbone diagram) dari tiap jenis waste a. Menunggu barang siap jahit dari lokasi
yang diamati. produksi satu ke lokasi kedua dan
7. Analisis dan Pembahasan sebaliknya, menunggu baju jadi dikirim
Analisis dan pembahasan yang dilakukan ke lokasi produksi satu untuk dikemas.
dalam penelitian ini, yaitu: b. Adanya waktu proses (C/T) yang cukup
a. Setelah melakukan analisis penyebab lama pada proses bordir, hal ini
timbulnya waste, maka dilakukan mengindikasikan adanya waktu-waktu
usulan perbaikan berdasarkan penyebab yang terbuang saat proses, yang
pemborosan terbesar dari tiap jenis semestinya bisa dieliminasi.
waste yang diamati. 3. Inappropriate processing
b. Menggambarkan kembali kondisi value Adanya rework diantara proses control
stream setelah improvement dalam akhir dan setrika. Baju koko bordir yang
future state VSM (prediksi). tidak lolos seleksi dalam proses control
c. Menarik kesimpulan dari hasil akhir, akan mengalami rework sebagai
pembahasan serta memberikan saran langkah perbaikan.
untuk perusahaan dan kegiatan 4. Unnecessary motion
penelitian selanjutnya. Operator pada proses bordir, sering
meninggalkan sejenak pekerjaannya atau
3. Hasil dan Pembahasan melakukan gerakan yang tidak perlu untuk
3.1 Pembuatan Current State Map melepas lelah (kelelahan kerja).
Current state value stream map diperlukan 5. Defect
sebagai langkah awal dalam proses identifikasi Defect (dari proses produksi) yaitu hasil
adanya pemborosan (waste) selama proses bordiran tidak sempurna.
produksi pada PT X (Hines & Taylor, D. 2000).

339
Departemen Produksi

Monthly order Monthly order

Daily scheduled Customer


Supplier

4a 7b
3a 4b 4c

O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8 O9 O10 O11 O12 O13 O14


1a 3b 7c 1a
Lubang Pasang Pembersih Control Pasang
Potong Bordir Jahit Obras Klem Kra Setrika Seri Kemas
Kancing Kancing an Akhir Label

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gudang Bahan
C/T = 27,37 C/T = 35,13 C/T = 18,21 C/T = 4,53 C/T = 5,94 C/T = 9,11 C/T = 1,2 C/T = 1,89 C/T = 4,09 C/T = 2,26 C/T = 3,8 C/T = 7,33 C/T = 2,65 C/T = 1,12 Gudang Finished
Baku
Good
1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift
q = 20 pcs q = 10 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs
4d 5a 5b 6a 6b 7a
20 pcs 350 pcs 1 pcs 1 pcs 1 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 350 pcs 1 pcs
6c
2d
2e

27,37 35,13 18,21 4,53 5,94 9,11 1,2 1,89 4,09 3,8 7,33 2,65 1,12 VA = 122,37 menit

3 720 0,5 2 2 85 11 18 38 2,26 40 39 720 0,5 NVA = 1681,3 menit

2a 2b 2c

Gambar 2 Current State Map

340
6. Unnecessary inventory 3.4 Usulan Rekomendasi Perbaikan
Akibat adanya overproduction, maka Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa
secara otomatis akan muncul inventory yang penyebab timbulnya waste dalam proses
tidak dibutuhkan, akibatnya gudang barang produksi baju koko bordir di PT X, maka dapat
jadi tidak pernah kosong dan inventory diberikan atau diusulkan rekomendasi
tersebut akan menumpuk hingga kantor yang perbaikan yang diharapkan dapat membantu
awalnya tidak dialokasikan sebagai gudang mereduksi waste tersebut sebagai langkah
harus menampung produk-produk jadi implementasi pendekatan konsep lean
karena gudang sudah cukup penuh. manufacturing sehingga proses produksi di PT
7. Overproduction X dapat lebih efisien ke depannya. Berdasarkan
Kelebihan jumlah barang yang waste yang telah teridentifikasi, rekomendasi
diproduksi ditandai dengan perbandingan perbaikan yang penulis usulkan adalah
jumlah net requirement dengan output berkaitan dengan penyusunan kegiatan
produksi yang kurang seimbang. Jumlah maintenance, penerapan forecasting,
hasil (output) produksi yang cenderung lebih penambahan fasilitas kerja berupa Alat
banyak dari jumlah kebutuhan. Pelindung Diri (APD), dan penyusunan kembali
layout produksi.
3.3 Analisa Penyebab Timbulnya Waste
Setelah melakukan identifikasi terhadap 3.4.1 Kegiatan Maintenance
waste yang ada sepanjang value stream PT X, Rekomendasi kegiatan maintenance ini
maka selanjutnya adalah menganalisa akar ditujukan untuk waste waiting, inappropriate
penyebab timbulnya waste tersebut processing, dan defect. Selama ini perusahaan
menggunakan fishbone diagram dan hasilnya mengalami masalah yaitu mesin bordir yang
dapat dilihat pada Tabel 3. seringkali berhenti bekerja karena mati (rusak)
serta kegiatan maintenance yang kurang
Tabel 3 Akar Penyebab Timbulnya Waste terstruktur sejak awal pembelian mesin atau
No. Waste Akar penyebab dengan kata lain tidak adanya preventive
Adanya pemisahan lokasi maintenance. Sesuai dengan keadaan
Excessive
1 produksi yang berjarak ±4 manajemen dan kondisi mesin-mesin bordir
transportation
km yang ada di PT X tersebut, maka penulis
Sering terjadi kerusakan
mengusulkan untuk diterapkannya sistem
mesin
2 Waiting preventive maintenance yang pada
Keterbatasan luas area
produksi satu sama lain pelaksanaannya nanti dibedakan menjadi dua
Kapabilitas mesin yaitu routine maintenance dan periodic
berkurang (sering macet) maintenance.
Inappropriate Kegiatan routine maintenance yang dapat
3 Fokus kerja operator
processing
berkurang (bising dan dilakukan adalah seperti pembersihan mesin,
posisi kurang ergonomis) pengecekan kaitan benang, dan pelumasan
Fokus kerja operator (Corder, 1988). Kegiatan ini dilakukan oleh
berkurang (bising dan operator mesin bordir itu sendiri, jadi setiap
4 Defect posisi kurang ergonomis) operator bordir yang bertugas juga
Kapabilitas mesin bertanggungjawab terhadap routine
berkurang (sering macet)
maintenance pada mesinnya masing-masing.
Metode forecast kurang
Sedangkan untuk kegiatan periodic
5 Overproduction menggambarakan
keadaan sebenarnya maintenance dapat dilakukan satu kali dalam
Banyak produk yang seminggu misalnya pada hari minggu (tidak ada
belum terjual sehingga produksi). Kegiatan pemeliharaan yang dapat
Unnecessary gudang semakin sempit dilakukan adalah seperti pembongkaran bagian
6
inventory Metode forecast kurang dalam mesin untuk mengecek bagian-bagian
menggambarakan yang sering mengalami kerusakan juga
keadaan sebenarnya memperbaiki atau mengganti bagian yang
Fokus kerja operator ternyata sedang mengalami kerusakan
Unnecessary
7 berkurang (bising dan (corrective maintenance).
motion
posisi kurang ergonomis)

341
Kegiatan maintenance yang direncanakan posisi kerjanya adalah tidak menggunakan kursi
oleh pihak perusahaan tersebut harus juga sehingga harus berdiri dan membungkuk, juga
diiringi dengan kegiatan pencatatan atau tempat kerja mereka yang sangat bising.
pendataan mengenai bagian mesin yang Untuk mereduksi waste unnecessary
dipelihara dan diperbaiki. Tujuan pencatatan ini motion tersebut, rekomendasi perbaikan yang
adalah perusahaan mengerti bagian mesin mana mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan
yang kondisinya kritis ditandai dengan adalah memberikan tambahan fasilitas kerja
frekuensi kerusakan yang tinggi, karena selama berupa kursi yang dapat digunakan oleh
ini pendataan yang dilakukan oleh perusahaan operator ketika sedang bertugas mengamati
hanyalah frekuensi rusak atau matinya mesin jalannya mesin bordir. Berikut adalah desain
tanpa memperhatikan komponen mana yang kursi yang bisa diterapkan pada departemen
rusak tersebut. Untuk mempermudah dalam bordir PT X.
kegiatan pencatatan maka contoh kartu
pemeliharaan dan perbaikan berikut dapat
diterapkan.

Tabel 4 Contoh Kartu Laporan Pemeliharaan


LAPORAN PEMELIHARAAN
Mesin: Tanggal:
Lokasi: Nomor Mesin:
No. Komponen Tindakan

Gambar 3 Desain Kursi Rekomendasi

Nama Pekerja: Untuk ukuran detail kursi tersebut,


Jam mulai: penulis di sini mengacu pada beberapa
Jam selesai: prototipe kursi yang telah dikembangkan dan
Tanda tangan pekerja: akan menyesuaikan dengan spesifikasi dari
Catatan: duncan chair seperti pada Tabel 6.

Tabel 5 Contoh Kartu Laporan Perbaikan Tabel 6 Spesifikasi Prototipe Kursi Duncan
LAPORAN PERBAIKAN Feature Duncan Chair
Mesin: Tanggal Rusak: Seat Height (Adjustable) 37-46
Lokasi: Nomor Mesin: Seat width 46
No. Komponen Kerusakan/Sebab/Tindakan Seat length 38
Backrest bottom height 50-125
Backrest/seat angle 85o-115o
Feet, number, and base
5,5
diameter
Sumber: Nurmianto, Eko (2008:119)

Nama Pekerja: Dari Gambar 3 di atas, dapat dilihat bahwa


Tanggal diperbaiki: Jam mulai: agar operator yang mengamati jalannya mesin
Tanggal selesai: Jam selesai: bordir tidak cepat merasa kelelahan, maka perlu
Tanda tangan pekerja: ditambah fasilitas kursi kerja. Kursi yang
Catatan: penulis sarankan adalah jenis kursi yang
terdapat sandaran tegak dan roda yang
3.4.2 Penambahan Fasilitas Kerja ditujukan agar memudahkan operator ketika
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisa harus berpindah-pindah ke kepala (spindle)
menggunakan fishbone diagram, bahwa waste yang lainnya. Selain itu, kursi harus
unnecessary motion pada proses bordir yang mempunyai tuas yang fungsinya untuk
harus mendapat perhatian lebih. Sesuai dengan mengatur ketinggian kursi sehingga baik
kondisi di lapangan, bahwa operator yang operator yang berpostur tubuh tinggi maupun
bertugas mengawasi jalannya mesin bordir rendah dapat menggunakan kursi tersebut

342
(Santoso, 2010). Sedangkan pada bagian bawah dalam evaluasi layout dipilih alternatif 1. Hal
mesin bordir terdapat area yang dapat dijadikan ini dikarenakan menurut pihak perusahaan, area
pijakan kaki saat operator bekerja. produksi 1 merupakan daerah yang cocok untuk
Selain adanya tambahan kursi, operator melakukan proses produksi karena tidak berada
bordir harusnya menggunakan alat pelindung ditengah-tengah keramaian warga. Sehingga
diri (APD) berupa earplug karena alternatif 1 dianggap prioritas walaupun dari
menyesuaikan keadaan tempat kerja yang segi biaya mungkin lebih besar pengeluarannya
sangat bising. berikut adalah gambar aerplug untuk renovasi bangunan.
yang dapat digunakan perusahaan sebagai APD
bagi operator mesin bordir. 3.4.4 Penerapan Forecasting
Berdasarkan hasil analisa penyebab
timbulnya waste overproduction dan
unnecessary inventory, yaitu keputusan
mengenai jumlah produksi yang kurang tepat
dan fluktuasi permintaan yang tinggi. Selama
ini pihak perusahaan belum menerapkan
metode forecasting yang tepat dan sesuai dalam
perencanaan produksinya. Akibatnya masih
sering terjadi penumpukan produk jadi yang
belum terjual.
Gambar 4 Earplug yang Direkomendasikan Sebagai rekomendasi perbaikan, penulis
mengusulkan bagi PT X untuk melaksanakan
3.4.3 Relayout Lantai Produksi forecasting dengan tepat, untuk pelaksanaannya
Perbaikan dalam hal relayout lantai perusahaan dapat menggunakan metode
produksi penulis usulkan mengingat adanya forecasting secara kualitatif dan kuantitatif.
waste excessive transportation yaitu adanya 1. Secara Kualitatif
pemisahan 2 lokasi produksi baju koko bordir Metode keputusan manajemen lebih tepat
pada PT X yang berjarak ±4 km, berdasarkan untuk diterapkan, yaitu dengan melakukan
hasil analisa pada fishbone diagram. Pemisahan diskusi dari seluruh elemen perusahaan
lokasi produksi ini mengakibatkan jarak angkut meliputi direktur, bagian marketing,
kedua lokasi produksi yang kurang efisien. produksi, gudang, keuangan, dan designer.
Kebijakan perusahaan dalam membagi 2. Secara Kuantitatif
beberapa proses produksi pada lokasi pertama Di sini dicoba perhitungan forecast
dan kedua pada awalnya adalah keterbatasan dengan metode lainnya yaitu Moving
area pada masing-masing lokasi produksi dan Average dan Single Exponential Smoothing.
juga terdapatnya mesin-mesin bordir yang Berikut adalah langkah forecasting
cukup besar ukurannya yang tidak mungkin menggunakan metode Moving Average dan
untuk dijadikan pada salah satu area saja. Single Exponential Smoothing untuk
Oleh karena itu, rekomendasi perbaikan perkiraan permintaan pada tahun 2013:
yang disulkan adalah relayout yaitu
memindahkan area produksi 2 pada area Tabel 7 Jumlah Output Produksi dan Penjualan
produksi 1 yaitu dengan mendirikan bangunan Output Permintaan
No. Bulan
lantai 2 (pengembangan bangunan kesamping Produksi (pcs) (pcs)
tidak memungkinkan), serta menjadikan 1 Januari 15400 8670
keseluruhan proses produksi pada masing- 2 Februari 15340 10430
masing area (mengurangi kapasitas produksi di 3 Maret 16100 11200
masing-masing area). Untuk penyusunan 4 April 15320 9280
areanya adalah didasarkan pada hasil dari 5 Mei 15670 20560
6 Juni 16780 23600
perencanaan tata letak fasilitas menggunakan
7 Juli 15765 25223
systematic layout planning (SLP) yaitu
8 Agustus 15680 21087
menggunakan metode kualitatif berupa Activity
9 September 16235 10340
Relationship Chart (ARC) dan Diagram
10 Oktober 17670 8923
(Sritomo, 2009).
11 November 15542 9400
Dari 2 alternatif layout yang dirancang
12 Desember 16300 10900
berdasarkan hasil ARC, ARD, dan SRD, maka

343
Average mempunyai nilai MAPE dan MAD
Dengan menggunakan software minitab sebesar 36 dan 5023.
14, maka berikut adalah hasil forecast 3.5 Analisis dan Pembahasan
menggunakan 2 metode tersebut: Setelah mengidentifikasi, menganalisa dan
memberikan rekomendasi perbaikan pada
Tabel 8 Perbandingan Hasil Forecast proses produksi baju koko di PT X sebagai
Permintaan upaya reduksi waste, maka dapat digambarkan
Bulan SES MA
(aktual) prediksi hasil future state map untuk
Januari 8670 13956,7 mengetahui improvement apa saja yang telah
Februari 10430 8934,3 dilakukan sepanjang value stream pada PT X.
Maret 11200 10355,2 9550,0 Future state map merupakan sebuah prediksi
April 9280 11157,8 10815
gambaran pada pendekatan lean manufacture
Mei 20560 9373,9 10240
yang digunakan untuk mendukung continous
Juni 23600 20000,7 14920
Juli 25223 23420,0 22080
improvement selanjutnya. Prediksi future state
Agustus 21087 25132,9 24411,5 map PT X dapat dilihat pada Gambar 6.
September 10340 21289,3 23155 Berdasarkan Gambar 6, perubahan yang
Oktober 8923 10887,5 15713,5 ada pada future state map adalah sebagai
November 9400 9021,2 9631,5 berikut (berdasarkan penomoran pada kaizen
Desember 10900 9381,1 9161,5 burst):
1. Minimasi waktu pada proses bordir, hal ini
Pada penggunaan metode single merupakan tujuan atau dampak dari
exponential smoothing, digunakan nilai alpha rekomendasi yang penulis rancang berupa
0,95 yang merupakan alpha yang mempunyai adanya kegiatan maintenance yang lebih
nilai MAPE/MAD terkecil setelah melakukan terstruktur pada mesin bordir dan
trial error, selain itu juga menurut Gazpers penambahan fasilitas kerja (earplug dan
(2008) apabila data cenderung fluktuatif maka kursi operator).
nilai alpha sebaiknya mendekati 1. Sedangkan 2. Perubahan jadwal produksi, merupakan
untuk metode Moving Average digunakan nilai dampak dari perbaikan setelah
α = 2. Berdasarkan kedua metode forecast yang diterapkannya forecasting secara tepat,
telah dicoba maka kita dapat membandingkan sehingga jumlah yang harus diproduksi oleh
kemiripan hasil forecast kedua metode tersebut PT X mendekati sesuai dengan kondisi
dengan data aktual yang terlihat seperti pada permintaan pasar.
Gambar 5. 3. Minimasi waktu dan jarak antara proses
bordir dan jahit, merupakan tujuan dari
perbaikan berupa perencanaan tata letak
Perbandingan Hasil yaitu kedua area produksi yang awalnya
berjauhan (berjarak ±4 km) digabung
Forecast dan Aktual
Permintaa menjadi satu sehingga lebih efektif dan
n (aktual) efisien.
SES 4. Simplifikasi kerja, yaitu penggabungan
proses pembersihan dan control akhir (yang
awalnya sebagai non value added activity)
MA
tujuannya adalah mempersingkat urutan
proses dan penghematan jumlah operator.
5. Minimasi waktu antara proses pembersihan
dan control akhir dan setrika (proses
Gambar 5 Perbandingan Nilai Aktual dengan rework), maksudnya adalah dengan adanya
Forecast kegiatan maintenance yang terstruktur serta
penambahan fasilitas kerja pada departemen
Selain itu dengan membandingkan nilai bordir, diharapkan tingkat defect yaitu hasil
MAPE dan MAD dari kedua metode forecast bordiran kurang sempurna menjadi
tersebut yaitu untuk metode SES mempunyai berkurang yang otomatis mengurangi
nilai MAPE dan MAD berturut-turut sebesar 29 frekuensi baju mengalami rework.
dan 3746. Sedangkan untuk metode Moving 6. Minimasi waktu dan jarak antara proses seri
dan pasang label, merupakan tujuan dari

344
perbaikan berupa perencanaan tata letak a. Excessive transportation : adanya
yaitu kedua area produksi yang awalnya pemisahan lokasi produksi yang
berjauhan (berjarak ±4 km) digabung berjarak ±4 km.
menjadi satu sehingga lebih efektif dan b. Waiting : sering terjadi kerusakan
efisien. mesin, dan keterbatasan luas area
7. Minimasi jumlah inventory pada gudang produksi satu sama lain yang
finished good, merupakan dampak dari memperlama proses transportasi.
perbaikan setelah diterapkannya forecasting c. Inappropriate processing : kapabilitas
secara tepat, sehingga jumlah yang harus mesin berkurang (sering macet) dan
diproduksi oleh PT X sesuai dengan kondisi fokus kerja operator berkurang (bising
permintaan pasar dan jumlah kelebihan dan posisi kurang ergonomis).
produksi yang sebelumnya selalu terjadi d. Defect : fokus kerja operator berkurang
akibat overproduction tidak lagi menumpuk (bising dan posisi kurang ergonomis)
di gudang finished good. dan kapabilitas mesin berkurang (sering
macet).
4. Kesimpulan e. Overproduction : Metode forecast yang
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai digunakan kurang merepresentasikan
berikut: keadaan yang sebenarnya.
1. Berdasarkan hasil penggambaran current f. Unnecessary inventory : Akibat dari
state map, maka didapatkan hasil overproduction, dan banyak produk
identifikasi waste yang signifikan pada yang belum terjual sehingga gudang
proses produksi baju koko bordir di PT X semakin sempit.
yaitu tergolong dalam 7 waste: g. Unnecessary motion : fokus kerja
a. Excessive transportation: jarak angkut operator berkurang (bising dan posisi
antar 2 lokasi produksi cukup jauh (±4 kurang ergonomis).
km) sehingga menimbulkan waktu 3. Rekomendasi perbaikan yang diberikan
tunggu yang lama. untuk mereduksi waste pada proses produksi
b. Waiting: menunggu barang siap jahit dari baju bordir di PT X yaitu:
lokasi produksi satu ke lokasi kedua dan a. Melakukan kegiatan maintenance berupa
sebaliknya. Selain itu, adanya waktu preventive maintenance (routine
proses (C/T) yang cukup lama pada maintenance dan periodic maintenance)
proses bordir (±35 menit), hal ini yaitu ditujukan untuk mereduksi waste
mengindikasikan adanya waktu-waktu defect, waiting dan inappropriate
yang terbuang saat proses, yang processing.
semestinya bisa dieliminasi. b. Penerapan forecasting yaitu ditujukan
c. Inappropriate processing: adanya rework untuk mereduksi waste overproduction
diantara proses control akhir dan setrika. dan unnecessary inventory.
d. Unnecessary motion: operator pada c. Penambahan fasilitas kerja khusunya
proses bordir, sering meninggalkan pada departemen bordir yaitu berupa
sejenak pekerjaannya untuk melepas earplug dan kursi bagi operator mesin
lelah (fatigue). bordir yaitu ditujukan untuk mereduksi
e. Overproduction: Jumlah hasil (output) waste unnecessary motion, defect dan
produksi yang cenderung lebih banyak inappropriate processing.
dari jumlah kebutuhan produksi (net d. Usulan relayout area produksi, yaitu
requirement). menjadikan satu 2 area produksi yang
f. Unnecessary inventory: akibat waste berjarak ±4 km ditujukan untuk
overproduction, gudang barang jadi tidak mereduksi waste excessive
pernah kosong maka barang jadi akan transportation, waiting, dan unnecessary
menumpuk. inventory.
g. Defect : defect (dari proses produksi)
yaitu hasil bordiran tidak sempurna.
2. Waste yang berhasil diidentifikasi maka
dicari akar penyebab masalahnya
menggunakan fishbone diagram dan
hasilnya adalah sebagai berikut:

345
Departemen Produksi

Monthly order
Monthly order 2
Perubahan
jadwal produksi Daily scheduled Customer
Supplier

1
4
Minimasi
waktu Simplifikasi
kerja

O1 O2 O3 O4 O5 O6 O7 O8 O9 O10 O11 O12 O13 O14

Lubang Pasang Pembersih Control Pasang


Potong Bordir Jahit Obras Klem Kra Setrika Seri Kemas
Kancing Kancing an Akhir Label

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Gudang Bahan Gudang Finished
Baku C/T = 27,37 C/T = 35,13 C/T = 18,21 C/T = 4,53 C/T = 5,94 C/T = 9,11 C/T = 1,2 C/T = 1,89 C/T = 4,09 C/T = 2,26 C/T = 3,8 C/T = 7,33 C/T = 2,65 C/T = 1,12
Good 7
1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift 1 shift
q = 20 pcs q = 10 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs q = 1 pcs Minimasi
20 pcs 350 pcs 1 pcs 1 pcs 1 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 9 pcs 350 pcs 1 pcs inventory
3 5 6
Minimasi Minimasi
Minimasi
waktu waktu
waktu
27,37 35,13 18,21 4,53 5,94 9,11 1,2 1,89 4,09 3,8 7,33 2,65 1,12 VA = 122,37 menit

3 720 0,5 2 2 85 11 18 38 2,26 40 39 720 0,5 NVA = 1681,3 menit

Gambar 6 Prediksi Future State Map

346
Daftar Pustaka

Corder, Antony. (1988). Teknik Manajemen Nurmianto, Eko. (2008.) Ergonomi Konsep
Pemeliharaan, Alih Bahasa oleh Kusnul Hadi. Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.
Jakarta: Erlangga.
Santoso, Gempur. (2010). Manajemen
Gaspersz, Vincent. (2006). Continuos Cost Perawatan Pabrik dengan Pendekatan
Reduction Through Lean-Sigma Approach, Ergonomis. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Strategi Dramatik Reduksi Biaya dan
Pemborosan Menggunakan Pendekatan Lean- Wignjosoebroto, Sritomo. (2009). Tata Letak
Sigma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga
Cetakan Keempat. Surabaya: Guna Widya.
Gaspersz, Vincent. (2008). Production Planning
and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan
Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju
Manufacturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Hines, P., & Taylor, D. (2000). Going Lean.


Lean Enterprise Research Center Cardiff
Bussiness School, USA.

347

Anda mungkin juga menyukai