Skripsi
Skripsi
Oleh
Afrizal Halim
1617041098
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1
2
8. Uji fisis sampel yaitu kuat tekan, berat jenis, absorpsi, porositas, dan
susut bakar.
9. Karakterisasi bahan dan sampel menggunakan XRF dan XRD.
Pengertian kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang
menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani gaya tekan tertentu yang
dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat tekan beton merupakan sifat terpenting
dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Kekuatan tekan beton
ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan semen, agregat kasar dan halus,
air. Perbandingan dari air semen, semakin tinggi kekuatan tekannya. Suatu
julah tertentu air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi dalam
pengerasan beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pekerjaan akan
tetapi menurunkan kekuatan (Wang dan Salmon, 1990).
2.2 Beton
Beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang
lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan
campuran tambahan membentuk massa padat. Nawy (1985:8) mendefinisikan
beton sebagai sekumpulan interaksi mekanis dan kimiawi dari material
pembentuknya. Neville dan Brooks (1987) Definisi lain ditinjau dari
keragaman material pembentuk beton yaitu bahan yang terbuat dari berbagai
macam tipe semen, agregat dan juga bahan pozzolan, abu terbang, terak tanur
tinggi, serat dan lain-lain. Sesuai perkembangan teknologi beton yang
demikian pesat, menurut Supartono (1998) ternyata kriteria beton tinggi juga
berubah sesuai dengan perkembangan jaman, beton dikatakan mutu tinggi
jika kekuatan tekannya di atas 50 Mpa dan di atas 80 Mpa adalah beton mutu
sangat tinggi.
4
5
Ukuran butir agregat maksimum juga akan mempengaruhi mutu beton yang
akan dibuat. Hasil penelitian Larrad (1990) menyebutkan bahwa butiran
maksimum yang memberikan arti nyata untuk membuat beton mutu tinggi
tidak boleh lebih dari 15 mm. Namun demikian pemakaian butiran agregat
sampai dengan 25 mm masih memungkinkan diperolehnya beton mutu tinggi
dalam proses produksinya.
Semen merupakan bahan yang mempunyai sifat kohesif dan adhesif yang
dikenal sebagai bahan pengikat. Adapun senyawa kimia yang terdapat pada
semen yaitu C-S-H (kalsium silikat hidrat) yang akan mengikat bahan-bahan
padat lainnya jika bereaksi dengan air dengan membentuk satu kesatuan yang
kompak, padat, dan keras (Refnita dkk, 2012). Adapun pengertian semen
portland yaitu semen yang bersifat hidrolis yang diperoleh dengan cara
menghaluskan klinker sebagai bahan utamanya yang bersifat hidrolis yang
disebut dengan silikat-silikat kalsium sedangkan sebagai bahan pembantunya
disebut gipsum (Pradana dkk, 2016).
Slag merupakan limbah dari industri ketika proses peleburan logam. Slag
dapat berupa residu atau limbah yang menyerupai gumpalan logam, kualitas
yang dimiliki slag ini biasanya rendah karena telah tercampur dengan bahan-
bahan lain yang sulit untuk dipisahkan. Slag dapat terjadi akibat
penggumpalan dari mineral silika, potas, dan soda dalam proses peleburan
logam dan juga melelehnya mineral-mineral silika dari material wadah
pelebur yang disebabkan oleh proses panas yang tinggi. Industri peleburan
logam baja menghasilkan limbah slag atau terak. Slag adalah limbah dari
besi dan baja yang berbentuk bongkahan-bongkahan kecil yang diperoleh dari
hasil samping pembuatan baja dengan tanur tinggi. (Ramadhan dkk, 2016).
2.6 Pasir
Pasir merupakan salah satu jenis bahan bangunan yang sangat dibutuhkan
dalam proses pembuatan suatu bangunan. Material bangunan ini memiliki
bentuk dengan besaran butir yang telah ditentukan. Walaupun besarnya
butiran dari pasir ini telah ditentukan, jenis butiran pasir yang berbeda
menghasilkan fungsi pasir yang berbeda juga. Pasir dengan butiran yang lebih
kasar mempunyai fungsi yang berbeda dengan butiran pasir yang lebih halus.
Secara pengertian, pasir merupakan agregat dengan dengan ukuran butir
mulai dari 0,0625 sampai dengan 2 milimeter. Kandungan yang ada pada
pasir yaitu silikon dioksida. Meskipun di Indonesia merupakan daerah ropis
akan tetapi, jenis pasir dan bahan pembentuk pasir lebih banyak dan
bervariasi. Sehingga menjadikan pasir memiliki fungsi yang sangat penting,
khususnya dalam pembangunan (Darwis dkk, 2017). Pasir sebagai agregat
halus ditampilkan pada Gambar 1.
7
Penelitian ini dilakukan pada bulan 6 januari sampai dengan 6 mei 2020 di
Laboratorium Non-Logam, Laboratorium Preparasi, Laboratorium Analisis
Kimia Balai Penelitian Teknologi Mineral – LIPI Lampung.
8
9
𝐴
MHB = 𝐵 × 100% (3)
b. Semen
Dalam penelitian pemeriksaan semen hanya dikarakterisasi XRF
dan XRD.
c. Batu Split
Pemeriksaan terhadap batu split yaitu dengan karakterisasi
menggunakan XRF dan XRD pada batuan split.
d. Mineral slag
Pemeriksaan terhadap mineral slag yaitu dengan karakterisasi
menggunakan XRF dan XRD pada mineral slag.
e. Air
Dalam penelitian ini, pemeriksaan semen hanya dilakukan dengan
pemeriksaan visual. Air diamati dari tidak adanya warna, tidak
berbau dan tidak ada unsur lain kemudian.
11
P = beban (kg)
W2 −W1
Absorpsi = × 100% (11)
W2
13
jam(gr).
V = volume (cm3)
Secara garis besar, tahapan yang dilakukan pada penelitian ini disajikan
dalam diagram alir berikut.
Slag
Bubuk slag
Hasil analisa
Hasil analisa
\
Pasir
Hasil analisa
Kesimpulan
Selesai