Arkam Azis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2
III. PEMBAHASAN
III.1 Daerah Penangkapan Ikan yang Baik ......................................................... 10
III.2 Keadaan umum yang sukai oleh ikan ......................................................... 13
III.3 Syarat Daerah Penangkapan Ikan yang Baik .............................................. 15
III.4 DPI yang terbentuk Karena Upwelling....................................................... 18
III.5 Daerah yang terbentuk karena adanya terumbu karang .............................. 20
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Daerah penangkapan ikan merupakan wilayah perairan dimana alat penangkap ikan
dalamnya. Beberapa kreteria suatu daerah dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan adalah :
1. perairan sesuai dengan habitat yang disenangi ikan, dan hal lain sangat dipengaruhi oleh
3. Daerah penangkapan memiliki sumberdaya ikan yang banyak dan bernilai ekonomis tinggi.
Parameter lingkungan besar pengaruhnya terhadap distribusi aau pergerakan ikan. Setiap
ikan memiliki toleransi terhadap perubahan lingkungan atau fktor oseanografi yang erbeda beda.
Ikan yang memiliki toleranssi besar terhadap perubahan kondisi lingkungan tidak perlu
melalukukan migrasi atau mencari daerah yang cocok dengan tubuhnya. Sehingga keberlanjutan
hidup jenis ikan tersebut dapat terjaga. Menurut Helmi dan Arif (2012) perubahan ekologi dapat
menyebabkan hilangnya tempat atau daerah penangkapan ikan (fishing graound). Kondisi
Simbolon et al (2009) menjelaskan bahwa daerah penangkapan ikan adalah area dimana
sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi sepanjang waktu dan alat tangkap dapat diopesarikan
dengan optimal. Terbentunya daerah penangkapan ikan dapat terjadi secara alaami maupun
buatan. Daerah penangkapan ikan yang terbentuk secara alami dapat disebabkan oleh lingkungan
perairan itu sendiri misalnya adanya front dan upwelling. Daerah penangkapan ikan buatan dapat
Namun hal tersebut dalam faktor dinamika ekologi. Daerah penangkapan ikan juga tidak
terlepas dari manajemen penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikan serta daerah
penangkapan ikan. Penglolaan perikanan sekarang sangat baik dimana menstabilkan kondisi
perikanan nasional sangat berkaitan dengan stakeholder didalamnya seperti nelayan, pengusaha,
pemerintahan, dan LSM. Maka dari itu perlunya diketahui daerah penangkapan ikan dalam
prespektif pengelolaanya.
Maksud dan tujuan penulisan paper ini untuk mengetahui daerah penangkapn ikan dalam
2. Tinjauan Pustaka
2.1. Daerah Penangkapan Ikan di Indonesia
Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam
jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. wilayah perairan laut
dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya
ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk
menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat
sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan
yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.
Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) adalah merupakan daerah / area dimana
pupulasi dari suatu organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang bahkan
apabila memungkinkan “diburu” oleh para Fishing Master yang bekerja di kapal-kapal penangkap
ikan skala industri dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan dan teknologi yang
faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan diantaranya adalah temperatur air, kadar
gram (salinitas), pH, kecerahan (transparancy), gerakan air, kedalaman perairan, topographi dasar
perairan, bentuk bangunan yang ada di dsar perairan(bottom propertis), kandungan oxygen
perikanan. Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 1 Tahun 2009 tentang
wilayah pengelolaan perikanan republic Indonesia yang selanjutnya disebut WPP-RI, merupakan
wilayah pengelolan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan
pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut territorial,
zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia (pasal 1, ayat 1). Pada ayat 3 dinyatakan
bahwa nama perairan yang tidak tersebut dam pembagian WPP-RI sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2, tetapi berada di dalam suatu WPP-RI, merupakan bagian dari WPP-RI tersebut. “WPP-RI
sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dituangkan ke dalam peta WPP-RI dengan deskripsi masing-
masing WPP-RI.
1. WPP 571 (selat Malaka dan laut Andaman), meliputi provinsi Nanggrroe Aceh Darusalam,
2. WPP 572 (Samudra hindia barat Sumatra), meputi provinsi Naggroe Aceh Darussalam,
Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, dan
Provinsi Banten.
3. WPP 573 (Samudra Hindia Selatan Jawa), meliputi provinsi Banten, Provinsi Jawa Tengah,
Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bali, Provinsi Nusa
4. WPP 711 (Laut Cina Selatan, Laut Natuna, dan Selat Karimata), meliputi provinsi kepulauan
Riau, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatra Selatan, Provinsi Bangka Belitung, dan
5. WPP 712 (Laut Jawa), meliputi Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten,
Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provindi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan
6. WPP 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali), meliputi provinsi Bali,
Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi
Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Kalimantan
7. WPP 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda), meliputi Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi
Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Gorontalo, dan
9. WPP 716 (Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera), meliputi Provinsi Sulawesi
Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Gorontalo.
10. WPP 717 (Perairan teluk Cendarawasi dan Samudra Fasifik), meliputi provinsi Papua,
11. WPP 718 (Laut Arafura, Laut Aru, Laut Timor dan Timur), meliputi Provinsi Papua dan
Maluku.
Arus laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju
keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan di dunia. Arus
juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tipuan angin atau perbedaan
atas Pertemuan antara arus panas dan arus dingin juga mengakibatkan terjadinya fluktuasi
perubahan arus karena ruangan dan waktu yang menyebabkan massa air beradu, dan hal ini
mengakibatkan arah arus kebawah atau sebaliknya malah keatas sebagai Upwelling.
Akibat dari adanya perbedaan kecepatan arus dan arah yang saling bersilang sehingga
masing-masing bertemu pada suatu daerah, maka yang demikian itu disebut sebagai
bentuk/formasi Eddy. Hal ini mengingatkan kita pada mekanisme terjadinya Cyclon dan Typhoon
di atmosophere. Gerakan-gerakan bentuk Eddy dengan gerakan air vertikal keatas dn kemudian
bergerak menyebar ini sejenis dengan Upwelling, sedangkan gerakan yang lainnya adalah
gerakan air vertikal kebawah lalu kemudian menyebar. Daerah yang dekat dengan pertemuan arus
yang kemudian berkembang dan menyebabkan gerakan air ke permukaan dan lantas menyebar
ini disebut dengan Surface Divergence, sedang sebaliknya yang menyebabkan gerakan air kedasar
lantas menyebar ini disebut dengan Surface Convergence. Hal ini tentu menyebabkan tingkat
kepadatan pada perairan yang dalam serta kandungan garam-garam mineral yang terbawa keatas
yang langsung maupun tidak langsung menjadi makanan bagi ikan-ikan. Kenyataannya sekitar
daerah Convergence merupakan pertemuan arus. Disini kegiatan dalam rantai makanan
bertambah, yaitu dengan adanya hewan-hewan yang memakan plankton, yang kemudian menarik
ikan untuk memangsanya. Jadi Convergence yang kuat dapat mengkibatkan ikan-ikan menjadi
terkonsentrasi, dan hal ini merupakan daerah penangkapan ikan yang baik.
Arus Geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya
corolis.
Arus Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi
Berdasarkan Kedalamannya:
Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan
Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom peraran, arah pergerakannya tidak dipengaruhi
oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
Proses terjadinya arus thermohalin Akibat adanya radiasi sinar matahari yang lebih intensif,
suhu permukaan air laut di daerah katulistiwa menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air
laut di daerah kutub. Akibat perbedaan suhu itu, maka kerapatan air laut di katulistiwa menjadi
renggang
Proses perenggangan molekul air ini menyebabkan permukaan air laut di katulistiwa
mengalami penaikan dari permukaan air laut di daerah kutub. Karena sifat air yang selalu bergerak
dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka bergeraklah air dari daerah ketulistiwa ke
Arus permukaan ini dimbangi oleh arus dasar yang bergerak dari daerah kutub ke daerah
katulistiwa. Gerakan arus dasar ini timbul karena massa air di kutub terdesak oleh air yang dating
massa air panas dan dingin bertemu dan terjadi Upwelling, maka akibatnya arus air dingin dengan
densitas yang tinggi berbelok kearah menuju kepermukaan (Surface Divergence). Maka daerah
yang demikian ini merupakan daerah penangkapan ikan yang sangat baik. Sebagai contoh adalah
massa air yang besar di Enshu Nada karena terjadinya fluktuasi arus Kuroshio sehingga naik
Contoh lain faktor topographi dasar yang ada di selat, arus yang melaluinya dapat memutar
dan mencampur lapisan perairan yang ada dipermukaan dengan lapisan perairan yang ada
dibawahnya. Hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas biologi yang menghasilkan makanan
dan menarik bagi ikan-ikan jenis Bonito dan ikan terbang untuk betah tinggal disana.
2.4. Daerah Penangkapan Ikan Yang Terbentuk karena Faktor-Faktor Kemiringan
Benua (Continental Shelves)
Separoh dari sumber biologis di lautan ada pada daerah kemiringan benua, dan ikan-ikan
sangat menyukai tinggal di daerah tersebut. Banyak sungai yang membawa nutrient dalam jumlah
yang besar yang masuk ke perairan Continental shelves. Kenyataanya gelombang dan arus dapat
mempengaruhi suhu perairan antara lapisan atas dengan lapisan dibawahnya. Daerah kemiringan
benua mulai dari permukaan hingga kedasar kaya akan nutrient, penetrasi sinar matahari
berlimpah dan jumlah organik matternya besar, sehingga menghasilkan phitoplankton dan
zooplankton.
Di Daerah kemiringan benua, banyak ikan dan binatang laut lainnya yang menjadi target dari
operasi penangkapan. Di daerah kemiringan benua merupakan tempat yang ideal bagi ikan-ikan
yang masih muda untuk tumbuh, karen banyak organisme dasar yang hidup didasar perairan.
Didaerah ini proses rantai makanan berlangsung lebih cepat, sehingga produktivitas biologinya
tinggi.
Di daerah kemiringan benua yang merupakan daerah yang dangkal dengan sudut dasar
kesinambungan adalah merupakan daerah operasi penangkapan yang baik bagi jenis-jenis alat
yang cara pengoperasiaannya diseret (Drag Net). Perairan pantai di daerah kemiringan benua
umumnya berhubungan langsung perairan laut yang terbuka. Contohnya di Timur Laut Cina tidak
hanya dijumpai banyak ikan yang berenang, tetapi juga ditemukan penambahan ikan-ikan dasar.
Contoh lainnya adalah di Laut Bering merupakan daerah yang spesifik karena masuknya air
Dibawah ini adalah beberapa contoh daerah penangkapan di dunia yang merupakan daerah
kemiringan benua :
Di Samodra Pasifik sekitar Alaska yang merupakan daerah penangkapan Cod dan
Sardine, di Laut Utara dan Laut Barents, Sea Bream dan Octopus di pantai barat Afrika,
3. Pembahasan
3.1. Daerah penangkapan Ikan yang Baik
Beberapa daerah penangkapan ikan yang baik yaitu apabila mempunyai :
Karakteristik dari ikan yang menghuninya (seperti sub populasi, umur, ukuran, jangka
Jumlah individu ikan (seperti ukuran sub populasi, jumlah ikan yang datang ke Fishing
ground, jumlah gerombolan ikan dan tingkat kepadatan individu untuk setiap
gerombolan.
Beberapa keadaan yang umumnya disukai oleh ikan dan hewan laut lainnya adalah
Daerah yang faktor phisiknya optimum yang menyebabkan spesies ikan dapat beradaptasi
Daerah Upwelling dari perairan yang dalam serta kaya akan nutrient yang bergerak keatas
thermoclin pada perairan yang dangkal dan kisaran temperatur optimumnya bagi spesies
Migrasi ikan pada waktu tertentu yang melalui massa air yang mempunyai kisaran
temperatur optimum sebagai hasil pertemuan dari 2 massa air yang berbeda (sebagai
karang, daerah topography yang menghasilkan campuran antra lapisan air atas dan
lapisan air bawahnya, dan organisme yang dibawahnya merupakan makanan ikan).
Beberap lokasi yang merupakan daerah yang baik untuk fishing ground karena
merupakan derah yang spesifik bagi ikan guna menempelkan telur-telurnya (seperti dekat
rumput laut, bangunan-bangunan atau kapal karam yang ada didasar laut)
Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah
sebagai berikut :
a). Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama
dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari
distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai
untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan.
Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan
lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk
ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri
menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka
tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan
b). Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan
ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki
kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah
untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan
kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan.
Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang
besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan
mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan
memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan
menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus
mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.
c). Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di mana
manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan.
Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen,
yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak
tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan
harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh
dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut
benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat
yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan
manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha
perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga
memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh.
Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan
untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai
contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah
penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan
ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di
dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang
Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan
menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan
sesuai pemahaman dari efisiensi, keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan
a). Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang
b). Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap
ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa lampau.
c). Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan
dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan
lain sebagainya.
neuston (organisme setingkat plankton yang hidup di lapisan permukaan air) dan nekton
(organisme makro yang mampu bergerak aktif). Di dasar estuaria hidup berbagai jenis organisme
baik mikro maupun makro yang disebut bentos. Setiap kelompok organisme dalam habitanya
aktivitas produksi melalui proses fotosintesa, bakteri melakukan perombakan bahan organik
(organisme mati) menjadi nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh produser dalam proses
fotosintesa. Dalam satu kelompok organisme (misalnya plankton atau bentos) maupun antar
kelompok organisme (misalnya antara plankton dan bentos_ terjalin suatu hubungan tropik
(makan-memakan) satu sama lain, sehingga membentuk sautu hubungan jaringan makanan.
tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton, zooplankton, dan
infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen rantai makanan utama
dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme tersebut.
Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya rantai makanan di dalam
ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini penekananya pada bagaimana mata
rantai antara rantai makanan dan tempat berlindungnya (tidal flat; pantai
Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi. Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya
sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan
rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang
kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu
penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakan produksi
bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing
berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen, 2002).
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara
horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan
salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.
Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam
kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa
ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting
bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai
bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi
tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu,
disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.
Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah,
sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan
untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang
lebih baik.
ü Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh
sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
ü Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu
optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan,
kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan
perikanan.
ü Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi
lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat
poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola
penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan
penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat
· kutub,
· tropic,
Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya
dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu
hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C
menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus
Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko
kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa
ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan
yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan
beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi.
Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya
setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah
dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan
Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses
metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan
renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya
pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah
faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva
pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah
pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di
daerah lain daripada di daerah tersebut.
Daerahnya cukup luas sehingga diharapkan suatu kelompok ikan tinggal secara utuh
Daerah tersebut banyak terdapat ikan-ikan serta hasil laut lainnya dan dapat dilakukan
menguntungkan.
Cukup tersedia makanan bagi anggota kelompok ikan, bik ikan kecil maupun ikan
dewasa.
permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan
zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses upwelling
1. Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean ridge
(suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya
2. Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di
bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah
pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di
bawahnya. Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan
yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena
3. Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin darat
yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air permukaan pantai ke
laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa
air di bawahnya.
proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan
5.2. Meningkatnya densitas ikan pelagis pada perairan upwelling disebabkan oleh
ketersediaan makanan yang cukup untuk larva dan ikan kecil dan besar.
Termasuk ikan pelagis pemangsa seperti tuna yang bermigrasi ke dekat lokasi upwelling. Perair
an upwelling dicirikan dengan nilai suhu permukaan laut yang rendah di bawah 28C dan
2. Pulau Jawa
4. Sumatra,
6. Selat Makasar, perairan Kepulauan Selayar, Laut Banda dan Laut Arafura.
Pergerakan massa air yang disebabkan oleh perubahan iklim musiman (monsoon)
juga berperan dalam penyebaran (migrasi) ikan terutama jenis pelagis. Wilayah yang
laut merupakan fenomena oseanografi yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air.
2. Selanjutnya di khawatirkan akan mengganggu kese imbangan ekosistem pesisir serta penuruna
1. Coastal upwelling
Merupakan upwelling yang paling umum diketahui, karena membantu aktivitas manusia dalam
melakukan kegiatan penangkapan ikan. Upwelling ini terjadi karena, efek coriolis yang
membelokan angin kemudian permukaan laut akan terbawa oleh angin menjauhi pesisir, sehingga
air laut dalam yang mengadung nutrien sangat tinggi, akan menggantikan air permukaan yang
terbawa oleh angin. Daerah yang sering terjadi coastal upwelling adalah pesisir Peru, Chili, Laut
Arabia, Barat Daya Afrika, Timur New Zealand, Selatan Brazil, dan pesisir California
2. Equatorial Upwelling
Serupa dengan coastal upwelling namun, lokasi terjadi berada di daerah equator.
Upwelling yang disebabkan oleh angin yang berhembus dari barat bertiup ke arah timur di daerah
sekitar Antartica membawa air dalam jumlah yang sangat besar ke arah utara. Upwelling ini
serupa dengan coastal upwelling, namun berbeda dalam lokasi, karena pada daerah selatan tidak
ada benua atau daratan besar antara Amerika Selatan dan Antartika, sehingga upwelling ini
Upwelling yang disebakan oleh tropical cyclone yang melewati area. Biasanya hanya terjadi pada
5. Artificial Upwelling
Tipe upwelling, yang disebabkan oleh energi gelombang atau konversi dari energi suhu laut yang
dipompakan ke permukaan. Upwelling jenis ini yang menyebabkan blooming algae Secara
ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda, namun ada dua akibat yang utama :
Pertama, upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang
tersebut membentuk sumber energi bagi hewan-hewan laut yang lebih besar termasuk ikan laut,
Akibat kedua dari upwelling adalah pada pergerakan hewan. Kebanyakan ikan laut dan
tersebut melayang bersama air untuk beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya. Spesies
dewasa yang hidup di dekat pantai, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat asli,
sehingga mengurangi harapan hidupnya. Upwelling memang dapat memberikan nutrien pada
perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat merampas larva ekosistem
Beberapa bentuk daerah penangkapan ikan dimana beberapa diantaranya adalah sebagai
akibat dari Upwelling yang kuat yang datangnya dari perairan laut dalam menuju ke permukaan.
Proses Upwelling
Bila angin yang bertiup kearah lepas pantai (off shore wind) sangat keras dan air
dipermukaan terbawa, maka lapisan permukaan menjadi turun, dan hal tersebutakan
dikompensasikan dengan adanya Upwelling dari laut dalam yang dekat pantai.
Bila ada terumbu karang atau tepi tebing, maka arus bawah air yang menghantamnya
Upwelling yang diakibatkan bertemunya 2 arus lalu naik dan kemudian ada dipermukaan
arahnya berlawanan
Upwelling yang diakibatkan karena adanya arus bawah yang melewati sisi bawah pulau
atu berkarang besar yang kemudian arus tersebut naik kearah atas.
Upwelling yang diakibatkan naiknya arus seperti yang terjadi pada bentuk/formasi Eddy
Daerah Upwelling ada bermacam-macam ukuran dan kekuatannya, tetapi umumnya mempunyai
Didaerah perairan laut dalam yang kaya akan nutrient akan dibawah ke atas lapisan
Di daerah Divergence dengan Upwelling yang kuat, Upwelling dari perairan laut dalam
yang mana temperaturnya rendah dan kaya akan nutrient, bergerak menuju ke lapisan
permukaan dan menjadikan daerah sekitarnya menjadi lebih dingin dengan tingkat
Di daerah yang merupakan puncak dari Upwelling, lapisan thermocline terngkat keatas
mendekati permukaan, dimana temperaturnya sangat cocok bagi banyak ikan yang
Adanya terumbu karng bisa menjadikan sebagai Upwelling yang asalnya dri arus bawah
seperti bentuk/formasi Eddy, sehingga gerakan air tersebut dapat menambah produktivitas biologi
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menjadikan gerombolan ikan menetap disana. Beberapa
jenis ikan dan binatang laut lainnya tinggal dilokasi tersebut sambil melekatkan telur-telurnya.
Bentuk karang asli maupun karang buatan sangat penting untuk daerah penangkapan ikan, karena
Dalam jangka waktu yang lama daerah karang akan tetap selalu di huni oleh ikan dan hewan
laut lainnya, asal tidak rusak atau tercemar. Ada hubungan antara kedalaman, bentuk, ukuran/luas
dan letak dari karang dan kuatnya arus yang melaluinya terhadap jumlah ikan dan binatang laut
Daerah penangkapan ikan yaitu apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan
yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan
untuk menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal
perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap
tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan
cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan
Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) juga adalah merupakan daerah / area
dimana pupulasi dari suatu organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan
serta DPI juga memiliki beberapa faktor yang sesuai dengan habitat ikan dan beberapa
karasteristik.
Daftar Pustaka
Peraturan menteri KP No. 17 Tahun 2008 tentang kawasan konservasi di wilayah pesisir
pulau-pulau kecil
Peraturan pemerintah No. 15 tahun 1984 tentang pengelolaan sumberdaya alam hayati di
ZEEI
Undang-undang No 5 tahun 1983 tentang zona ekonomi eksklusif Indonesia
Sparre, P & Venema, S. C. 1998. Introduction to tropical fish stock assessment
– part 1: manual. FAO fisheries technical paper 306/1 rev.2 rome: FAO
Simbolon,D. Tadjuddah, M. 2008. Pendugaan front dan upwelling melalui interpretasi
citra suhu permukaan laut dan clorofil-a di perairan wakatobi Sulawesi tenggara.
Buleting PSP. Vol. XVII No. 3 Desember.
Kunarso. Hadi, S. Ningsih,S,N. 2005. Kajian lokasi upwelling untuk penentuan fishing
ground potensial ikan tuna. Ilmu kelautan Vol. 10 (2) : 61- 67. Juni
Safruddin. Zainuddin, M. Tresnati, J. 2014. Dinamika perubahan suhu dan klorofil-a
terhadap distribusi ikan teri (stelophorus spp) di perairan pantai speremonde
pangkep. Jurnal Ipteks PSP, Vol 1 (1) April 11-19.
Wiryawan,B. Solihin, A. 2015. Daerah Penangkapan Ikan (Dalam perspektif pengelolaan
perikanan Indonesia). Nuansa Aulia. Bandung (ID).
http://lalaukan.blogspot.co.id/2015/01/daerah-penangkapan-ikan-fishing-ground.html
(Di akses pada tanggal 24 November 2016)
http://pondok-munzir.blogspot.com/search/label/Artikel%20Perikanan, (Di akses pada
tanggal 24 November 2016)
Alfa Nelwan Posted: 27 November 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702)
alfanelwan@yahoo.com. Dan Daerah Penangkapan Ikan oleh Ir. Robert M.H. Nasution,
MM (Di akses pada tanggal 24 November 2016)
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2010/05/daerah-penangkapan-fishing-ground.html (Di
akses pada tanggal 24 November 2016)
Panjaitan, Hotler.2014. Pemanfaatan Peta Prediksi Daerah Penangkapan Ikan (Fishing
Ground). Dapat di akses di (http://lautan-luas-
ki.blogspot.com/2014/04/pemanfaatan-peta-prediksi-daerah.html)
Sanjaka , Paret.2009. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan, untuk Kesejahteraan
Nelayan Bangka Belitung. Dapat di akses di
(http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Peta+Prakiraan+Daerah+Penang
kapan+Ikan%2C+untuk+Kesejahteraan+Nelayan+Bangka+Belitung+(bagian+1)
&nomorurut_artikel=395
http://dedigeografi.blogspot.co.id/2012/03/arus-laut.html
Anonym ,2010. http://id.wikipedia.org/wiki/rantai_makanan
Anonim, 2010. http://www.iwf.or.id/ekosistem.htm