Anda di halaman 1dari 26

Nama : Muh.

Arkam Azis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................ 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Daerah Penangkapan Ikan di Indonesia ................................................... 3
II.2 Daerah Pertemuan 2 arus .............................................................................. 5
II.3 Daerah penangkapan ikan yang terbentuk katena topografi dasar atau…….
bentuk dari garis pantai

III. PEMBAHASAN
III.1 Daerah Penangkapan Ikan yang Baik ......................................................... 10
III.2 Keadaan umum yang sukai oleh ikan ......................................................... 13
III.3 Syarat Daerah Penangkapan Ikan yang Baik .............................................. 15
III.4 DPI yang terbentuk Karena Upwelling....................................................... 18
III.5 Daerah yang terbentuk karena adanya terumbu karang .............................. 20

IV. KESIMPULAN ................................................................................................. 23

V. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang

Daerah penangkapan ikan merupakan wilayah perairan dimana alat penangkap ikan

dioperasikan secara sempurna untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang terdapat di

dalamnya. Beberapa kreteria suatu daerah dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan adalah :

1. perairan sesuai dengan habitat yang disenangi ikan, dan hal lain sangat dipengaruhi oleh

parameter oseanografi fisik, biologi dan kimiawi

2. Alat penangkap ikan mudah dioperasikan, dan

3. Daerah penangkapan memiliki sumberdaya ikan yang banyak dan bernilai ekonomis tinggi.

Parameter lingkungan besar pengaruhnya terhadap distribusi aau pergerakan ikan. Setiap

ikan memiliki toleransi terhadap perubahan lingkungan atau fktor oseanografi yang erbeda beda.

Ikan yang memiliki toleranssi besar terhadap perubahan kondisi lingkungan tidak perlu

melalukukan migrasi atau mencari daerah yang cocok dengan tubuhnya. Sehingga keberlanjutan

hidup jenis ikan tersebut dapat terjaga. Menurut Helmi dan Arif (2012) perubahan ekologi dapat

menyebabkan hilangnya tempat atau daerah penangkapan ikan (fishing graound). Kondisi

ligkungan pesisir yang mengalami perubahan ekologis seperti ekosistem mangrove.

Simbolon et al (2009) menjelaskan bahwa daerah penangkapan ikan adalah area dimana

sumberdaya perikanan dapat dieksploitasi sepanjang waktu dan alat tangkap dapat diopesarikan

dengan optimal. Terbentunya daerah penangkapan ikan dapat terjadi secara alaami maupun

buatan. Daerah penangkapan ikan yang terbentuk secara alami dapat disebabkan oleh lingkungan

perairan itu sendiri misalnya adanya front dan upwelling. Daerah penangkapan ikan buatan dapat

dilakukan dengan pemasangan rumpon sebagai rumah ikan.

Namun hal tersebut dalam faktor dinamika ekologi. Daerah penangkapan ikan juga tidak

terlepas dari manajemen penangkapan dan pengelolaan sumberdaya perikan serta daerah

penangkapan ikan. Penglolaan perikanan sekarang sangat baik dimana menstabilkan kondisi
perikanan nasional sangat berkaitan dengan stakeholder didalamnya seperti nelayan, pengusaha,

pemerintahan, dan LSM. Maka dari itu perlunya diketahui daerah penangkapan ikan dalam

prespektif pengelolaanya.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penulisan paper ini untuk mengetahui daerah penangkapn ikan dalam

prespektif pengelolaan dan mengetahi bagaimana manajemen pengelolaan perikanan Indonesia.

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Daerah Penangkapan Ikan di Indonesia
Suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam

jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis. wilayah perairan laut

dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya

ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk

menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat

sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan

yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak

dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya.

Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) adalah merupakan daerah / area dimana

pupulasi dari suatu organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan, yang bahkan

apabila memungkinkan “diburu” oleh para Fishing Master yang bekerja di kapal-kapal penangkap

ikan skala industri dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan dan teknologi yang

dimilikinya semakin cangggih.

Kondisi lingkungan ternyata dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan. Beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi kondisi lingkungan diantaranya adalah temperatur air, kadar

gram (salinitas), pH, kecerahan (transparancy), gerakan air, kedalaman perairan, topographi dasar

perairan, bentuk bangunan yang ada di dsar perairan(bottom propertis), kandungan oxygen

terlarut serta makanan.

Daerah penangkapan ikan di Indonesia di bagi menjadi beberapa wilayah pengelolaan

perikanan. Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 1 Tahun 2009 tentang

wilayah pengelolaan perikanan republic Indonesia yang selanjutnya disebut WPP-RI, merupakan

wilayah pengelolan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan

pengembangan perikanan yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut territorial,

zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia (pasal 1, ayat 1). Pada ayat 3 dinyatakan

bahwa nama perairan yang tidak tersebut dam pembagian WPP-RI sebagaimana dimaksud dalam
ayat 2, tetapi berada di dalam suatu WPP-RI, merupakan bagian dari WPP-RI tersebut. “WPP-RI

sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dituangkan ke dalam peta WPP-RI dengan deskripsi masing-

masing WPP-RI.

Wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dibagi menjadi 11 wilayah, yakni :

1. WPP 571 (selat Malaka dan laut Andaman), meliputi provinsi Nanggrroe Aceh Darusalam,

Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatra Utara.

2. WPP 572 (Samudra hindia barat Sumatra), meputi provinsi Naggroe Aceh Darussalam,

Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Barat, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, dan

Provinsi Banten.

3. WPP 573 (Samudra Hindia Selatan Jawa), meliputi provinsi Banten, Provinsi Jawa Tengah,

Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bali, Provinsi Nusa

Teggara Timur dan Nusa Tenggara Barat.

4. WPP 711 (Laut Cina Selatan, Laut Natuna, dan Selat Karimata), meliputi provinsi kepulauan

Riau, Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatra Selatan, Provinsi Bangka Belitung, dan

Provinsi Kalimantan Barat.

5. WPP 712 (Laut Jawa), meliputi Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten,

Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provindi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan

Tengah, dan Provinsi Lampung.

6. WPP 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali), meliputi provinsi Bali,

Provinsi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi

Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Kalimantan

Selatan, dan Provinsi Kalimantan Timur.

7. WPP 714 (Teluk Tolo dan Laut Banda), meliputi Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi

Sulawesi Tengah, Provinsi Maluku, Provinsi Nusa Tenggara Timur.


8. WPP 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, Teluk Berau), meliputi

Provinsi Maluku, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Gorontalo, dan

Provinsi Papua Barat.

9. WPP 716 (Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera), meliputi Provinsi Sulawesi

Utara, Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Maluku Utara, dan Provinsi Gorontalo.

10. WPP 717 (Perairan teluk Cendarawasi dan Samudra Fasifik), meliputi provinsi Papua,

Provinsi Papua Barat, dan Provinsi Maluku.

11. WPP 718 (Laut Arafura, Laut Aru, Laut Timor dan Timur), meliputi Provinsi Papua dan

Maluku.

Peta WPP Republik Indonesia dapat di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Peta WPP Republik Indonesia

2.2. Daerah Pertemuan 2 Arus

Arus laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal sehingga menuju

keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan di dunia. Arus

juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tipuan angin atau perbedaan

densitas atau pergerakan gelombang panjang.


Daerah Penangkapan Ikan yang terbentuk karena Percampuran Air yang mengarah ke

atas Pertemuan antara arus panas dan arus dingin juga mengakibatkan terjadinya fluktuasi

perubahan arus karena ruangan dan waktu yang menyebabkan massa air beradu, dan hal ini

mengakibatkan arah arus kebawah atau sebaliknya malah keatas sebagai Upwelling.

Akibat dari adanya perbedaan kecepatan arus dan arah yang saling bersilang sehingga

masing-masing bertemu pada suatu daerah, maka yang demikian itu disebut sebagai

bentuk/formasi Eddy. Hal ini mengingatkan kita pada mekanisme terjadinya Cyclon dan Typhoon

di atmosophere. Gerakan-gerakan bentuk Eddy dengan gerakan air vertikal keatas dn kemudian

bergerak menyebar ini sejenis dengan Upwelling, sedangkan gerakan yang lainnya adalah

gerakan air vertikal kebawah lalu kemudian menyebar. Daerah yang dekat dengan pertemuan arus

yang kemudian berkembang dan menyebabkan gerakan air ke permukaan dan lantas menyebar

ini disebut dengan Surface Divergence, sedang sebaliknya yang menyebabkan gerakan air kedasar

lantas menyebar ini disebut dengan Surface Convergence. Hal ini tentu menyebabkan tingkat

kepadatan pada perairan yang dalam serta kandungan garam-garam mineral yang terbawa keatas

ke lapisan permukaan dimana phytoplankton berpotosysntesis, sehingga menarik Zooplankton

yang langsung maupun tidak langsung menjadi makanan bagi ikan-ikan. Kenyataannya sekitar

daerah Convergence merupakan pertemuan arus. Disini kegiatan dalam rantai makanan

bertambah, yaitu dengan adanya hewan-hewan yang memakan plankton, yang kemudian menarik

ikan untuk memangsanya. Jadi Convergence yang kuat dapat mengkibatkan ikan-ikan menjadi

terkonsentrasi, dan hal ini merupakan daerah penangkapan ikan yang baik.

Berdasarkan Proses Terjadinya:

 Arus ekman: Arus yang dipengaruhi oleh angin.

 Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitas.

 Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.

 Arus Geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya

corolis.
 Arus Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi

pada lapisan permukaan.

Berdasarkan Kedalamannya:

 Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan

arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.

 Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom peraran, arah pergerakannya tidak dipengaruhi

oleh pola sebaran angin dan membawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.

Proses terjadinya arus thermohalin Akibat adanya radiasi sinar matahari yang lebih intensif,

suhu permukaan air laut di daerah katulistiwa menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air

laut di daerah kutub. Akibat perbedaan suhu itu, maka kerapatan air laut di katulistiwa menjadi

renggang

Proses perenggangan molekul air ini menyebabkan permukaan air laut di katulistiwa

mengalami penaikan dari permukaan air laut di daerah kutub. Karena sifat air yang selalu bergerak

dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, maka bergeraklah air dari daerah ketulistiwa ke

daerah kutub yang lebih rendah berupa arus permukaan.

Arus permukaan ini dimbangi oleh arus dasar yang bergerak dari daerah kutub ke daerah

katulistiwa. Gerakan arus dasar ini timbul karena massa air di kutub terdesak oleh air yang dating

dari daerah katulistiwa.


2.3 Daerah Penangkapan Ikan Yang Terbentuk karena tofografi dasar atau bentuk dari
Garis Pantai
Biasanya berpengaruh terhadap kecepatan arus bawah. Pada bentuk/formasi Eddy, ketika

massa air panas dan dingin bertemu dan terjadi Upwelling, maka akibatnya arus air dingin dengan

densitas yang tinggi berbelok kearah menuju kepermukaan (Surface Divergence). Maka daerah

yang demikian ini merupakan daerah penangkapan ikan yang sangat baik. Sebagai contoh adalah

massa air yang besar di Enshu Nada karena terjadinya fluktuasi arus Kuroshio sehingga naik

keatas/kepermukaan (Surface Divergence).

Contoh lain faktor topographi dasar yang ada di selat, arus yang melaluinya dapat memutar

dan mencampur lapisan perairan yang ada dipermukaan dengan lapisan perairan yang ada

dibawahnya. Hal ini juga dapat meningkatkan produktivitas biologi yang menghasilkan makanan

dan menarik bagi ikan-ikan jenis Bonito dan ikan terbang untuk betah tinggal disana.
2.4. Daerah Penangkapan Ikan Yang Terbentuk karena Faktor-Faktor Kemiringan
Benua (Continental Shelves)
Separoh dari sumber biologis di lautan ada pada daerah kemiringan benua, dan ikan-ikan

sangat menyukai tinggal di daerah tersebut. Banyak sungai yang membawa nutrient dalam jumlah

yang besar yang masuk ke perairan Continental shelves. Kenyataanya gelombang dan arus dapat

mempengaruhi suhu perairan antara lapisan atas dengan lapisan dibawahnya. Daerah kemiringan

benua mulai dari permukaan hingga kedasar kaya akan nutrient, penetrasi sinar matahari

berlimpah dan jumlah organik matternya besar, sehingga menghasilkan phitoplankton dan

zooplankton.

Di Daerah kemiringan benua, banyak ikan dan binatang laut lainnya yang menjadi target dari

operasi penangkapan. Di daerah kemiringan benua merupakan tempat yang ideal bagi ikan-ikan

yang masih muda untuk tumbuh, karen banyak organisme dasar yang hidup didasar perairan.

Didaerah ini proses rantai makanan berlangsung lebih cepat, sehingga produktivitas biologinya

tinggi.

Di daerah kemiringan benua yang merupakan daerah yang dangkal dengan sudut dasar

kesinambungan adalah merupakan daerah operasi penangkapan yang baik bagi jenis-jenis alat

yang cara pengoperasiaannya diseret (Drag Net). Perairan pantai di daerah kemiringan benua

umumnya berhubungan langsung perairan laut yang terbuka. Contohnya di Timur Laut Cina tidak

hanya dijumpai banyak ikan yang berenang, tetapi juga ditemukan penambahan ikan-ikan dasar.

Contoh lainnya adalah di Laut Bering merupakan daerah yang spesifik karena masuknya air

dingin dari utara.

Dibawah ini adalah beberapa contoh daerah penangkapan di dunia yang merupakan daerah

kemiringan benua :

 Di Samodra Pasifik sekitar Alaska yang merupakan daerah penangkapan Cod dan

Kepiting (Crab) di laut Bering


 Di Samodra Atlantik yang merupakan daerah penangkapan Turbot, Sole, Cod dan

Sardine, di Laut Utara dan Laut Barents, Sea Bream dan Octopus di pantai barat Afrika,

serta Cod dan Sardina di Newfoundland.

3. Pembahasan
3.1. Daerah penangkapan Ikan yang Baik
Beberapa daerah penangkapan ikan yang baik yaitu apabila mempunyai :

 Karakteristik dari ikan yang menghuninya (seperti sub populasi, umur, ukuran, jangka

waktu/lama kehidupan dan tingkat pertumbuhan).

 Jumlah individu ikan (seperti ukuran sub populasi, jumlah ikan yang datang ke Fishing

ground, jumlah gerombolan ikan dan tingkat kepadatan individu untuk setiap

gerombolan.

 Karakteristik fishing ground (seperti : letak/posisinya, wilayahnya, dan kedalamannya).

 Waktu (seperti : musim, lamanya tinggal)

Beberapa keadaan yang umumnya disukai oleh ikan dan hewan laut lainnya adalah

 Daerah yang faktor phisiknya optimum yang menyebabkan spesies ikan dapat beradaptasi

karena fluktuasi yang terjadi di daerah tersebut relatif kecil.

 Daerah Upwelling dari perairan yang dalam serta kaya akan nutrient yang bergerak keatas

kedaerah Euphotic yang banyak phitoplanktonnya, dimana dari hasil proses

photosintesisnya dapat dikonsumsi oleh hewan air lainnya.

 Daerah merupakan pertemuan dan puncak Upwelling yang merupakan kombinasi

thermoclin pada perairan yang dangkal dan kisaran temperatur optimumnya bagi spesies

ikan yang merupakan faktor pembatas pada daerah yang sempit.

 Migrasi ikan pada waktu tertentu yang melalui massa air yang mempunyai kisaran

temperatur optimum sebagai hasil pertemuan dari 2 massa air yang berbeda (sebagai

contoh adalah daerah pertemuan arus Kuroshio dan Oyashio di Jepang ).


 Daerah yang dekat dengan bangunan-bangunan yang ada didasar laut (seperti terumbu

karang, daerah topography yang menghasilkan campuran antra lapisan air atas dan

lapisan air bawahnya, dan organisme yang dibawahnya merupakan makanan ikan).

 Beberap lokasi yang merupakan daerah yang baik untuk fishing ground karena

merupakan derah yang spesifik bagi ikan guna menempelkan telur-telurnya (seperti dekat

rumput laut, bangunan-bangunan atau kapal karam yang ada didasar laut)

Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan

Kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah

sebagai berikut :

a). Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama

dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari

distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai

untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan.

Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan

lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk

ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri

menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka

tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan

menjadi daerah penangkapan ikan.

b). Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan

ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki

kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah

untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan

kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan.

Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang

besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan

mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan
memancing ikan sebagai ganti peralatan jaring seperti jaring trawl dan purse seine.

Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan

menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus

mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan.

c). Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di mana

manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan.

Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen,

yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak

tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan

harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh

dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut

benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat

yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan

manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha

perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga

memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh.

Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan

untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai

contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah

penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan

ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di

dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang

ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi.

Pemilihan Daerah Penangkapan Ikan

Hal pertama yang harus kita ketahui tentang keberadaan daerah penangkapan ikan

menurut spesis ikan dan dari musim. Pemilihan daerah penangkapan ikan akan dibahas dengan
sesuai pemahaman dari efisiensi, keuntungan dan ekonomi usaha perikanan. Metode pemilihan

akan dibahas sebagai berikut :

a). Asumsi awal tentang area lingkungan yang cukup sesuai dengan tingkah laku ikan yang

diarahkan dengan menggunakan data riset oseanografi dan meteorologi.

b). Asumsi awal tentang musim dan daerah penangkapan ikan, dari pengalaman menangkap

ikan yang lampau yang dikumpulkan ke dalam arsip kegiatan penangkapan ikan masa lampau.

c). Pemilihan daerah penangkapan ikan yang bernilai ekonomis dengan mempertimbangkan

dengan seksama jarak dari pangkalan, kepadatan gerombolan ikan, kondisi meteorologi, dan

lain sebagainya.

Klasifikasi Daerah Penangkapan Ikan

A). Berdasarkan Daerah Operasinya.

1. Littoral Zone Fishing Ground

2. Coastal Fishing Ground

3. High Sea Fishing Ground

4. Island Waters Fishing Ground

B). Berdasarkan Alat dan Metode Penangkapannya

1. Fixed Trap Net Fishing Ground

2. Lift Net Fishing Ground

3. Purse Seine Fishing Ground

4. Trawl Net Fishing Ground

5. Gill Net Fishing Ground

6. Angling Fishing Ground

C). Berdasarkan Jenis Ikan Target Penangkapan

1. Sardine Fishing Ground

2. Mackerel Fishing Ground

3. Bonito Fishing Ground


4. Tuna Fishing Ground

D). Berdasarkan Habitat Ikannya.

1. Demersal Fishing Ground

2. Pelagic Fishing Ground

3. Shallow Fishing Ground

E). Berdasarkan Kedalaman Perairannya.

1. Shallow Sea Fishing Ground

2. Deep Sea Fishing Ground

F). Berdasarkan Nama Perairannya.

1. Cina Selatan Sea Fishing Ground

2. Banda Sea Fishing Ground

3. Samudera Sea Fishing Ground

4. Arafura Sea Fishing Ground

G). Berdasarkan Letak Perairannya.

1. Laut Fishing Ground

2. Sungai Fishing Ground

3. Danau Fishing Ground

4. Rawa Fishing Ground

3.2. Keadaan Umum Yang Di Sukai Oleh Ikan


Kolom air di estuaria merupakan habitat untuk plankton (fitoplankton dan zooplankton),

neuston (organisme setingkat plankton yang hidup di lapisan permukaan air) dan nekton

(organisme makro yang mampu bergerak aktif). Di dasar estuaria hidup berbagai jenis organisme

baik mikro maupun makro yang disebut bentos. Setiap kelompok organisme dalam habitanya

menjalankan fungsi biologis masing-masing, misalnya fitoplankton sebagai produser melakukan

aktivitas produksi melalui proses fotosintesa, bakteri melakukan perombakan bahan organik

(organisme mati) menjadi nutrien yang dapat dimanfaatkan oleh produser dalam proses
fotosintesa. Dalam satu kelompok organisme (misalnya plankton atau bentos) maupun antar

kelompok organisme (misalnya antara plankton dan bentos_ terjalin suatu hubungan tropik

(makan-memakan) satu sama lain, sehingga membentuk sautu hubungan jaringan makanan.

tiga bagian terbesar dalam rantai makanan yaitu: phytoplankton, zooplankton, dan

infauna benthic. Sebab phytoplankton dan zooplankton adalah komponen rantai makanan utama

dan penting, dimana bagian ini berisi informasi yang mendukung keberadaan organisme tersebut.

Sedangkan, infauna benthic adalah proses yang melengkapi pentingnya rantai makanan di dalam

ekosistem pantai berlumpur. Selanjutnya, pembahasan ini penekananya pada bagaimana mata

rantai antara rantai makanan dan tempat berlindungnya (tidal flat; pantai

berlumpur).(Johannessen et al, 2005)

Keruhnya perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh

mendominasi. Rendahnya produktivitas primer di kolom air, sedikitnya herbivora dan terdapatnya

sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada ekosistem estuaria merupakan

rantai makanan detritus. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri dan algae yang

kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan suspensi dan detritus. Suatu

penumpukan bahan makanan yang dimanfaatkan oleh organisme estuaria merupakan produksi

bersih dari detritus ini. Fauna di estuaria, seperti ikan, kepiting, kerang, dan berbagai jenis cacing

berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai makanan yang kompleks (Bengen, 2002).

Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara

horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan

salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam

kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa

ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting

bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun

perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai

bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi
tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu,

disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.

Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah,

sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan

untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang

lebih baik.

Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :

ü Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh

sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya.

ü Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu

optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan,

kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan

perikanan.

ü Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi

lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses kehidupan dan penyebaran organisme.

Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat

poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola

penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan

penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat

dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu:

· kutub,

· tropic,

· beriklim sedang panas dan

· beriklim sedang dingin.

Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya

dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu
hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C

menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus

Edisi 425, 2005).

Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko

kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa

ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan

yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan

beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi.

Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya

setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah

dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan

Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan

Pagai Selatan 21-23°C.

Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses
metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan
renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya
pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah
faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva
pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah
pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di
daerah lain daripada di daerah tersebut.

3.3. Syarat Daerah Penangkapan Ikan


Syarat-syarat Daerah Penangkapan yang baik

Daerah penangkapan yang baik mempunyai persyaratan sebagai berikut :

 Daerahnya cukup luas sehingga diharapkan suatu kelompok ikan tinggal secara utuh

dalam satu kelompok.

 Daerah tersebut banyak terdapat ikan-ikan serta hasil laut lainnya dan dapat dilakukan

penangkapan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

 Alat tangkap dapat dioperasikan secara baik dan aman.


 Daerah tersebut dapat dicapai dengan kapal tangkap yang secara ekonomis

menguntungkan.

 Cukup tersedia makanan bagi anggota kelompok ikan, bik ikan kecil maupun ikan

dewasa.

3.4. DPI yang Terbentuk Karena Upwelling


Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan

permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan

zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993). Menurut Barnes (1988), proses upwelling

ini dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu :

1. Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean ridge

(suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya

air mengalir deras ke permukaan.

2. Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di

bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah

pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di

bawahnya. Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan

yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena

adanya divergensi pada perairan laut tersebut.

3. Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin darat

yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air permukaan pantai ke

laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa

air di bawahnya.

Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya

proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih
dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan

nitrat naik ke permukaan. (Nontji, 1993).

5.2. Meningkatnya densitas ikan pelagis pada perairan upwelling disebabkan oleh

ketersediaan makanan yang cukup untuk larva dan ikan kecil dan besar.

Termasuk ikan pelagis pemangsa seperti tuna yang bermigrasi ke dekat lokasi upwelling. Perair

an upwelling dicirikan dengan nilai suhu permukaan laut yang rendah di bawah 28C dan

diikuti naiknya kandungan klorofil-a (0.8 - 2.0 mg).

Berdasarkan beberapa penelitian, upwelling di Indonesia terjadi antara lain :

1. di Samudra Hindia selatan

2. Pulau Jawa

3. Nusa Tenggara Barat

4. Sumatra,

5. laut di Kepulauan Maluku,

6. Selat Makasar, perairan Kepulauan Selayar, Laut Banda dan Laut Arafura.

Pergerakan massa air yang disebabkan oleh perubahan iklim musiman (monsoon)

juga berperan dalam penyebaran (migrasi) ikan terutama jenis pelagis. Wilayah yang

di pengaruhi oleh fenomena ini adalah

1. Proses pelepasan material (discharge) yang beragam dari pantai ke

laut merupakan fenomena oseanografi yang berpotensi dapat menurunkan kualitas air.

2. Selanjutnya di khawatirkan akan mengganggu kese imbangan ekosistem pesisir serta penuruna

n potensi sumberdaya perikanan laut.


5.3. Tipe upwelling

ada 5 tipe Upwelling, yaitu :

1. Coastal upwelling

Merupakan upwelling yang paling umum diketahui, karena membantu aktivitas manusia dalam

melakukan kegiatan penangkapan ikan. Upwelling ini terjadi karena, efek coriolis yang

membelokan angin kemudian permukaan laut akan terbawa oleh angin menjauhi pesisir, sehingga

air laut dalam yang mengadung nutrien sangat tinggi, akan menggantikan air permukaan yang

terbawa oleh angin. Daerah yang sering terjadi coastal upwelling adalah pesisir Peru, Chili, Laut

Arabia, Barat Daya Afrika, Timur New Zealand, Selatan Brazil, dan pesisir California

2. Equatorial Upwelling

Serupa dengan coastal upwelling namun, lokasi terjadi berada di daerah equator.

3. Southern Ocean Upwelling

Upwelling yang disebabkan oleh angin yang berhembus dari barat bertiup ke arah timur di daerah

sekitar Antartica membawa air dalam jumlah yang sangat besar ke arah utara. Upwelling ini

serupa dengan coastal upwelling, namun berbeda dalam lokasi, karena pada daerah selatan tidak

ada benua atau daratan besar antara Amerika Selatan dan Antartika, sehingga upwelling ini

membawa air dari daerah laut dalam.

4. Tropical Cyclone Upwelling

Upwelling yang disebakan oleh tropical cyclone yang melewati area. Biasanya hanya terjadi pada

cyclone yang memiliki kecepatan 5 mph (8 km/h).

5. Artificial Upwelling
Tipe upwelling, yang disebabkan oleh energi gelombang atau konversi dari energi suhu laut yang

dipompakan ke permukaan. Upwelling jenis ini yang menyebabkan blooming algae Secara

ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda, namun ada dua akibat yang utama :

Pertama, upwelling membawa air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang

mendukung pertumbuhan seaweed dan blooming phytoplankton. Blooming phytoplankton

tersebut membentuk sumber energi bagi hewan-hewan laut yang lebih besar termasuk ikan laut,

mamalia laut, serta burung laut.

Akibat kedua dari upwelling adalah pada pergerakan hewan. Kebanyakan ikan laut dan

invertebrata memproduksi larva mikroskopis yang melayang-layang di kolom air. Larva-larva

tersebut melayang bersama air untuk beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya. Spesies

dewasa yang hidup di dekat pantai, upwelling dapat memindahkan larvanya jauh dari habitat asli,

sehingga mengurangi harapan hidupnya. Upwelling memang dapat memberikan nutrien pada

perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat merampas larva ekosistem

pantai yang diperlukan untuk mengisi kembali populasi pantai tersebut.

Daerah Penangkapan Ikan yang terbentuk karena adanya Arus Upwelling

Beberapa bentuk daerah penangkapan ikan dimana beberapa diantaranya adalah sebagai

akibat dari Upwelling yang kuat yang datangnya dari perairan laut dalam menuju ke permukaan.

Daerah Upwelling diakibatkan oleh berapa hal, yaitu :

Proses Upwelling
 Bila angin yang bertiup kearah lepas pantai (off shore wind) sangat keras dan air

dipermukaan terbawa, maka lapisan permukaan menjadi turun, dan hal tersebutakan

dikompensasikan dengan adanya Upwelling dari laut dalam yang dekat pantai.

 Bila ada terumbu karang atau tepi tebing, maka arus bawah air yang menghantamnya

akan naik dan menjadi arus Upwelling

 Upwelling yang diakibatkan bertemunya 2 arus lalu naik dan kemudian ada dipermukaan

arahnya berlawanan

 Upwelling yang diakibatkan karena adanya arus bawah yang melewati sisi bawah pulau

atu berkarang besar yang kemudian arus tersebut naik kearah atas.

 Upwelling yang diakibatkan naiknya arus seperti yang terjadi pada bentuk/formasi Eddy

(Bentuk Daerah Divergence)

Daerah Upwelling ada bermacam-macam ukuran dan kekuatannya, tetapi umumnya mempunyai

karakteristik sebagai berikut :

 Didaerah perairan laut dalam yang kaya akan nutrient akan dibawah ke atas lapisan

permukaan, bercampur dengan phytoplankton dan menghasilkan konsentrasi makanan

 Di daerah Divergence dengan Upwelling yang kuat, Upwelling dari perairan laut dalam

yang mana temperaturnya rendah dan kaya akan nutrient, bergerak menuju ke lapisan

permukaan dan menjadikan daerah sekitarnya menjadi lebih dingin dengan tingkat

kecerahan yang semakin berkurang

 Di daerah yang merupakan puncak dari Upwelling, lapisan thermocline terngkat keatas

mendekati permukaan, dimana temperaturnya sangat cocok bagi banyak ikan yang

berenang dan berkumpul pada area yang terbatas.

3.5. Daerah Yang terbentuk Karena Adanya Terumbu Karang.

Adanya terumbu karng bisa menjadikan sebagai Upwelling yang asalnya dri arus bawah

seperti bentuk/formasi Eddy, sehingga gerakan air tersebut dapat menambah produktivitas biologi
dan dalam jangka waktu yang lama dapat menjadikan gerombolan ikan menetap disana. Beberapa

jenis ikan dan binatang laut lainnya tinggal dilokasi tersebut sambil melekatkan telur-telurnya.

Bentuk karang asli maupun karang buatan sangat penting untuk daerah penangkapan ikan, karena

di karang banyak organisme dasar yang merupakan makanan ikan.

Dalam jangka waktu yang lama daerah karang akan tetap selalu di huni oleh ikan dan hewan

laut lainnya, asal tidak rusak atau tercemar. Ada hubungan antara kedalaman, bentuk, ukuran/luas

dan letak dari karang dan kuatnya arus yang melaluinya terhadap jumlah ikan dan binatang laut

lain yang menghuninya.


Kesimpulan

Daerah penangkapan ikan yaitu apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan

yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan

untuk menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal

perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap

tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan

cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan

demikian pula jika terjadi sebaliknya.

Daerah Penangkapan Ikan (Fishing ground) juga adalah merupakan daerah / area

dimana pupulasi dari suatu organisme dapat dimanfaatkan sebagai penghasil perikanan

serta DPI juga memiliki beberapa faktor yang sesuai dengan habitat ikan dan beberapa

karasteristik.
Daftar Pustaka

Peraturan menteri KP No. 17 Tahun 2008 tentang kawasan konservasi di wilayah pesisir
pulau-pulau kecil
Peraturan pemerintah No. 15 tahun 1984 tentang pengelolaan sumberdaya alam hayati di
ZEEI
Undang-undang No 5 tahun 1983 tentang zona ekonomi eksklusif Indonesia
Sparre, P & Venema, S. C. 1998. Introduction to tropical fish stock assessment
– part 1: manual. FAO fisheries technical paper 306/1 rev.2 rome: FAO
Simbolon,D. Tadjuddah, M. 2008. Pendugaan front dan upwelling melalui interpretasi
citra suhu permukaan laut dan clorofil-a di perairan wakatobi Sulawesi tenggara.
Buleting PSP. Vol. XVII No. 3 Desember.
Kunarso. Hadi, S. Ningsih,S,N. 2005. Kajian lokasi upwelling untuk penentuan fishing
ground potensial ikan tuna. Ilmu kelautan Vol. 10 (2) : 61- 67. Juni
Safruddin. Zainuddin, M. Tresnati, J. 2014. Dinamika perubahan suhu dan klorofil-a
terhadap distribusi ikan teri (stelophorus spp) di perairan pantai speremonde
pangkep. Jurnal Ipteks PSP, Vol 1 (1) April 11-19.
Wiryawan,B. Solihin, A. 2015. Daerah Penangkapan Ikan (Dalam perspektif pengelolaan
perikanan Indonesia). Nuansa Aulia. Bandung (ID).
http://lalaukan.blogspot.co.id/2015/01/daerah-penangkapan-ikan-fishing-ground.html
(Di akses pada tanggal 24 November 2016)
http://pondok-munzir.blogspot.com/search/label/Artikel%20Perikanan, (Di akses pada
tanggal 24 November 2016)
Alfa Nelwan Posted: 27 November 2004 Makalah Pribadi Falsafah Sains (PPS 702)
alfanelwan@yahoo.com. Dan Daerah Penangkapan Ikan oleh Ir. Robert M.H. Nasution,
MM (Di akses pada tanggal 24 November 2016)
http://mukhtar-api.blogspot.co.id/2010/05/daerah-penangkapan-fishing-ground.html (Di
akses pada tanggal 24 November 2016)
Panjaitan, Hotler.2014. Pemanfaatan Peta Prediksi Daerah Penangkapan Ikan (Fishing
Ground). Dapat di akses di (http://lautan-luas-
ki.blogspot.com/2014/04/pemanfaatan-peta-prediksi-daerah.html)
Sanjaka , Paret.2009. Peta Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan, untuk Kesejahteraan
Nelayan Bangka Belitung. Dapat di akses di
(http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Peta+Prakiraan+Daerah+Penang
kapan+Ikan%2C+untuk+Kesejahteraan+Nelayan+Bangka+Belitung+(bagian+1)
&nomorurut_artikel=395
http://dedigeografi.blogspot.co.id/2012/03/arus-laut.html
Anonym ,2010. http://id.wikipedia.org/wiki/rantai_makanan
Anonim, 2010. http://www.iwf.or.id/ekosistem.htm

Anda mungkin juga menyukai