by. bp.iwan
1. Pengertian
tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan
keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan
regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III,
penyebabnya
b. Dispepsia non organik, atau dispepsia fungsional, atau dispepsia non ulkus (DNU),
a. Anatomi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat
dibawah diafragma. Dalam keadaan kosong lambung berbentuk tabung J, dan bila
sampai 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum
pilorus. Sebelah atas lambung terdapat cekungan kurvatura minor, dan bagian kiri
pembukaan sfingter kardia dikenal dengan nama daerah kardia. Disaat sfingter
berkontraksi sfingter ini akan mencegah terjadinya aliran balik isis usus halus
kedalam lambung.
a.) Serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot
esophagus.
b.) Serabut sirkuler yang palig tebal dan terletak di pylorus serta membentuk
c.) Serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambunh dan berjalan
3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah
4. Lapisan mukosa yang terletak disebelah dalam, tebal, dan terdiri atas banyak
kerutan/ rugae, yang menghilang bila organ itu mengembang karena berisi
makanan. Ada beberapa tipe kelenjar pada lapisan ini dan dikategorikan
atau gastric terletak di fundus dan pada hampir selurus korpus lambung.
Kelenjar gastrik memiliki tipe-tipe utama sel. Sel-sel zimognik atau chief
oleh sel G yang terletak pada pylorus lambung. Gastrin merangsang kelenjar
lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus.
duodenum.
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serat hati, empedu, dan
limpa) terutama berasal dari daerah arteri seliaka atau trunkus seliaka, yang
Dua cabang arteri yang penting dalam klinis adalah arteri gastroduodenalis dan
berasal dari pankreas, limpa, dan bagian lain saluran cerna, berjalan kehati
b. Fisiologi
Fisiologi Lambung :
gastric juice (cairan lambung) per hari. Komponene utamanya yaitu mukus,
HCL (hydrochloric acid), pensinogen, dan air. Hormon gastrik yang disekresi
3. Mencerna makanan secara kimiawi yaitu dimana pertama kali protein dirobah
menjadi polipeptida
4. Absorpsi, secara minimal terjadi dalam lambung yaitu absorpsi air, alkohol,
HCL.
kedalam duodenum. Pada saat chyme siap masuk kedalam duodenum, akan
b. Pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan dan dalam waktu yang lama
d. Stres
4. Insiden
orang dewasa pernah mengalami hal ini dalam beberapa hari. Di inggris dan
% (Suryono S, et all, 2001 hal 154). Dan dispepsia cukup banyak dijumpai. Menurut
asia pasifik, dispepsia juga merupakan keluhan yang banyak dijumpai, prevalensinya
5. Manifestasi Klinik
f. Perut kembung
6. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan makanan
oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan
maupun cairan.
7. Pencegahan
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
8. Penatalaksanaan Medik
a. Penatalaksanaan non farmakologis
Sampai saat ini belum ada regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam
9. Test Diagnostik
halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan
gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan penyakitnya. Untuk
dan lain-lain.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
b. Radiologis
c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
d. USG (ultrasonografi)
apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa
pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas
kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari
kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit
diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di
dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat
kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut Inayah (2004) bahwa diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien
dengan dispepsia.
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
muntah
d. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatannya
4. Rencana Keperawatan
Tujuan : Terjadinya penurunan atau hilangnya rasa nyeri, dengan kriteria klien
INTERVENSI RASIONAL
penyembuhan
2. Berikan istirahat dengan posisi
dapat menghilangkan
3. Anjurkan klien untuk
tegangan abdomen yang
menghindari makanan yang
bertambah dengan posisi
dapat meningkatkan kerja asam
telentang
lambung
berikutnya
dapat terkontrol
mempermudah kerjasama
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rasa tidak enak setelah makan,
anoreksia.
kebutuhan nutrisi
INTERVENSI RASIONAL
kemajuan penyembuhan
5. Kaji pola diet klien yang
muntah
Tujuan : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan prilaku yang perlu untuk
INTERVENSI RASIONAL
5. Berikan/awasi hiperalimentasi
4. Melibatkan klien dalam
IV
rencana untuk memperbaiki
penyakitnya.
INTERVENSI RASIONAL
diberikan
dalam perawatannya.
menyembuhkannya yaitu
5. Evaluasi
tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,
direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek tergantung
DATAR PUSTAKA
Brunner & Suddart, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2 Jakarta, EGC
Inayah Iin, 2004, Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan sistem pencernaan,
edisi pertama, Jakarta, Salemba Medika.
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita selekta kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Suryono Slamet, et al, 2001, buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI