Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

FUNGSI MANAJEMEN PENGARAHAN (DIRECTING) DALAM


MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH:

AINA MARDHIYAH
TANIA SUCCI DWI APRILIANI

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAHRUL ULUM
TAMBAKBERAS JOMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikiranya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menanmbah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 29 November 2019

KELOMPOK 1

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................
KATA PENGANTAR ......................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................... 3
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................. 5
2.1 Konsep Dasar Dan Tujuan Pengarahan ...................................................... 5
2.2 Kegiatan Manajer Keperawatan dan Fungsi Pengarahan ............................ 7
2.3 Indikator Pengarahan yang Baik ................................................................ 8
2.4 Delegasi dan Supervisi Ruangan ................................................................ 11
2.5 Praktik Pengarahan (delegasi dan supervisi) Kepala Ruangan Sesuai 28
Standart Akreditasi ............................................................................................
BAB 3 PENUTUP .......................................................................................... 29
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 29
DAFTA PUSTAKA ........................................................................................ 30

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif


dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.

Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang


memfokuskan pada produksi dan dalam banyak hal lain untuk menghasilkan
suatu keuntungan (Nursalam, 2003).

Manajer adalah seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan


mengokoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran
organisasi. Menurut Wijono (2000), mengartikan supervisi sebagai kegiatan
yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,
mendorong, memperbaiki, memercayai, dan mengevalusi secara
berkesinambungan anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan
keterbatasan yang di miliki anggota.

Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua


anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.

Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi


pengarahan, dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin,
karyawan dalam bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur

4
yang telah ditetapkan, atau bahkan karyawan kurang bisa menghargai peran
dan fungsi pimpinan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan konsep dasar dan tujuan pengarahan ?

2. Bagaimana kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan ?

3. Bagaimana indicator pengarahan yang baik ?

4. Bagaimana delegasi dan supervisi ruang rawat ?

5. Bagaimana praktek pengarahan (delegasi dan supervisi) kepala ruangan


sesuai standar akreditasi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dasar dan tujuan


pengarahan.

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui kegiatan manajer


keperawatan pada fungsi pengarahan.

3. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui indicator pengarahan


yang baik.

4. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui delegasi dan supervisi


ruang rawat.

5. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui praktek pengarahan


(delegasi dan supervisi) kepala ruangan sesuai standar akreditasi.

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar dan tujuan pengarahan


Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja
sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan
perusahaan, karyawan dan masyarakat (hasibuan, 2005)
Pengarahan adalah fase kerja managemen, dimana manejer berusaha
memotivasi,membina komunikasi, menangani konflik,kerja sama, dan negosiasi
(markuis dan huston, 2010)
Pengarahan dapat diartikan memberikan bimbingan serta mengendalikan para
pekerja dalam melakukan tugas guna mencapai tujuan yang telah di tetapkan
(azwar.A, 2010).
Pengarahan adalah fungsi managemen yang berhubungan dengan kegiatan
mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif secara
efisien, agar terwujudnya tujuan dari perusahaan, karyawan bahkan masyarakat.
Pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk
menggerakan, membimbing, mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas
dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Pengarahan ini dapat dilakukan secara
persuasif atau bujukan dan instrufi, tergantung cara mana yang paling baik.
Tujuan pokok dari pengawasan dan pengarahan menurut notoatmodjo, (2006)
adalah agar kegiatan-kegiatan dan orang-orang yang melakukan kegiatan yang
telah di rencanakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi
penyimpangan-penyimpangan yang memungkinkan tidak tercapainya tujuan yang
telah di tetapkan.
Pelaksanaan pekerjaan dan pemanfaatan alat-alat bagaimanapun canggihnya atau
handalnya, baru dapat dilakukan jika karyawan ikut berperan aktif
melaksanakannya. Fungsi pengarahan ini adalah ibarat kunci stater mobil, artinya
mobil baru dapat berjalan jika kunci staternya telah melaksanakan fungsinya.

6
Demikian juga proses manajemen baru terlaksana setelah fungsi pengarahan
diterapkan.

Directing / commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan


dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah, agar tugas dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju yang telah di tetapkan semula.

Directing / commanding bukan saja agar pegawai melaksanakan atau tidak


melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula berfungsi mengkoordinasi
kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif tertuju kepada realisasi tujuan
yang ditetapkan sebelumnya.

Karakteristik dari Directing :

a) Fungsi pervasif, pengarahan diperlukan dalam semua tingkatan organisasi,


setiap manajer memberikan bimbingan dan inspirasi kepada bawahannya.

b) Kegiatan terus-menerus, pengarahan adalah kegiatan yang


berkesinambungan karena terjadi terus menerus sepanjang kehidupan organisasi.

c) Faktor manusia, mengarahkan adalah fungsi yang berhubungan dengan


bawahan oleh karena itu hal ini berkaitan dengan faktor manusia. faktor manusia
sangat kompleks tidak dapat di prediksi perilaku yang akan dilakukannya.

d) Kegiatan kreatif, fungsi pengarahan membantu mengkonversi rencana


menjadi kinerja.

e) Fungsi eksekutif, fungsi pengarahan dilakukan oleh semua manajer dan


eksekutif di semua tingkat diseluruh kegiatan dalam organisasi, bawahan
menerima instruksi dari atasannya.

7
2.2 Kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan
1. Kegiatan Pengarahan:
Implementasi dari fungsi pengarahan atau koordinasi dalam MPKP,
Menurut (keliat, 2006) :
1. Kegiatan operan
2. Pre conference
3. Post conference
4. Iklim motivasi
5. Supervisi
6. Delegasi

Berikut di bawah ini akan diuraikan 10 rambu-rambu kegiatan pengarahan


yang penting diketahui menurut Douglas, yaitu:

1) Tentukan tujuan pengarahan yang realistis


2) Berikan prioritas pertama kepada yang penting dan urgen
3) Lakukan koordinasi dan efisien dengan unit kerja lain
4) Identifikasi tanggung jawab semua pekerjaan agar semua staf bekerja
dengan benar dan adil
5) Ciptakan budaya kerja yang aman dan suasana pendidikan
berkelanjutan agar selalu bekerja dengan keilmuan yang kokoh dan
mutakhir
6) Timbulkan rasa percaya diri anggota yang tinggi, dengan memberikan
reward and punishment yang jelas dan tegas
7) Terjemahkan standar operasional prosedur yang mudah dibaca dan
dimengerti agar memudahkan pekerjaan yang akan dilakukan staf
8) Jelaskan prosedur keadaan gawat/force major baik terhadap pasien
maupun situasi gawat lainnya
9) Berikan pengarahan yang sifatnya jelas, singkat dan tepat
10) Gunakan manajemen kontrol yang baik untuk mengkaji kualitas
layanan secara teratur dan rutin

Berikut ini adalah langkah-langkah pengendaalian/pengontrolan:


1) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
2) Melakukan pengukuran prestasi kerja

8
3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
4) Mengambil tindakan korektif

2.3 Indikator pengarahan yang baik


1. Koordinasi
adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu
komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan
kepentingan sehingga tujuan dapat tercapai.
2. Motivasi
adalah factor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Memberi motivasi kepada staf merupakan elemen penting dalam managemen
keperawatan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka
kinerja akan optimal. Untuk manajer harus mempertimbangkan karakteristik
stafnya dan berusaha memberi tugas sebagai usaha untuk memotivasi staf.
Kegiatan yang harus dilakukan manajer dalam memotivasi staf yaitu :
a. Mempunyai harapan yang jelas terhadap stafnya dan mengkomunikasikan
harapan tersebut pada staf.
b. Harus adil dan konsisten terhadap semua staf.
c. Pengambilan keputusan harus tepat dan sesuai.
d. Mengembangkan konsep kerja tim.
e. Mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan staf terhadap tujuan
organisasi.
f. Menciptakan situasi saling percaya .
g. Menjadi role model bagi staf.
h. Memberikan dukungan yang positif.
3. Komunikasi

Komunikasi adalah proses tukar menukar pikiran, perasaan, pendapat


dan saran yang terjadi antara dua manusia atau lebih yang bekerja sama.
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi interpersonal
yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan pasien, staf, dan
atasan setiap hari (Nursalam. 2012)

Hambatan dalam komunikasi : pemimpin semata-mata sebagai


pemberi informasi, kurang merangsang kreatifitas, pengaruh kolegalitas, sikap
otoriter, penegtahuan yang tidak adekuat, perencanaan yang lemah, kurang

9
mampu mendengar dengan penuh perhatian, emosi tidak stabil dan
kepribadian yang kurang matang.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan


bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur
hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar,
tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :
a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan
menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau
gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu
memperhatikan arus komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan
informasi kebawah bila mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi
penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas,
pesan tersebut tetap dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan
mengirimkan pesan untuk memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil
kerja, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam
mengatasi masalah-masalah organisasi.

b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih


percaya pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat
elektronik dari pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka.
Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara
tertulis berupa bulletin, manual yang mahal, buklet dan film sebagai
pengganti kontak personal secara tatap muka antara pimpinan dan
bawahan.

c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim


secara tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin,
surat-surat pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga
banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi
pegawai terhadap pesan tersebut biasanya cenderung untuk tidak
membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu

10
yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain diberikan saja tidak
dibaca.

d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi


komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang
tepat bagi pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah
laku karyawan. Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling
menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan.
Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh
karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.

e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah


semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka
perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam
faktor diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata
rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada
pimpinan.

2.4 Delegasi Dan Supervisi Ruang Perawat

2.4.1 Supervisi

1. Pengertian

Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi
berarti "melihat dari atas". Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh "atasan" terhadap pekerjaan yang
dilakukan "bawahan" untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan
bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya.

11
Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk
memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnya.
Dalam aktivitas supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisi.
Seorang supervisor dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar
proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses
pekerjaan yang ditangani dan kemampuan manajemen (Simamora,2012).

Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta


keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Perusahaan ini juga ada dalam manajemen
keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan
supervisi dari seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009
mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaian
tugas-tugas keperawatan dimana supervisor merencanakan, mengarahkan,
membimbing mengajar serta mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat.

Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan


kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi
dan standar yang telah ditetapkan (Keliat Anna 2006). Supervisi dilaksanakan oleh
orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam
struktur organisasi, supervise biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau
konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi, kegiatan yang dilakukan diharapkan
sesuai dengan tujuan organisasi, tidak menyimpang dan menciptakan hasil seperti
yang diinginkan (Keliat Anna,2006).

Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan, tapi


lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan
terhadap pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar
untuk hal yang masih belum dapat dilakukan Dengan demikian, bawahan tidak
merasakan bahwa ia sedang dinilai. Namun, ia juga dibimbing untuk melakukan
pekerjaannya dengan benar (Keliat Anna 2006)

2. Tujuan Supervisi.

12
Menurut (Keliat Anna,2006), tujuan pelaksanaan supervisi adalah:

a Tujuan Umum

Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar
personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya. Keperawatan alam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses pelayanan asuhan

b. Tujuan khusus

1. Meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pelayanan asuhan


keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.

2. Meningkatkan efektifitas sistem pelayanan keperawatan sehingga berdaya


guna, berhasil guna dan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk
dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

3. Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum.

3. Manfaat Supervisi.

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak


manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas


kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
bawahan, serta makin terbukanya hubungan dan suasana kerja yang lebih
harmonis antara atasan dan bawahan.

2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja


ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.

13
Apabila kedua pemeringkatan ini dapat diwujudkan sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan Pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan
tepat dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bahtiar,2009).

4. Fungsi Supervisi

a) Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan


mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut
pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang
telah disepakati

b) Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki faktor-


faktor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.

c) Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan


menstimulasi dan mendorong kearah peningkatan kualitas asuhan
keperawatan

d) Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting)


dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).

5. Penerapan Supervisi.

DI MIKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin


kegiatan pelayanan di MPKT sesuai standar mutu professional yang telah ditetapkan
Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen
maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang
diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut :

1. Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasanterhadap


Kepala ruang

14
2. Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat
Pelaksana

3. Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana

Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari


masing-masing staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan
berkaitan dengan kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan.
Ketua tim supervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan ditimnya dan
kemampuan asuhan keperawatan. Dilain pihak, perawat pelaksana supervisi terkait
dengan kemampuan asuhan keperawatan yang di laksanakan. Agarr supervisi dapat
menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staf, perlu disusun jadwal
supervisi dan standar kinerja masing-masing staf.

6. Unsur Pokok Supervisi.

Unsur-unsur pokok dalam supervisi adalah sebagai berikut:

1. Pelaksanaan

Yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan


(supervisor) yang memiliki kelebihan" dalam organisasi, karena fungsi supervisi
memang banyak terdapat pada tugas atasan. Namun, untuk keberhasilan supervisi,
yang lebih diutamakan adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan ketrampilan.
Bertitik tolak dari ciri tersebut, sering dikatakan bahwa keberhasilan supervisi
lebih ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan
untuk pekerjaan yang tidak disupervisi, bukan oleh wewenangnya.

2 Sasaran

Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai
sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan maka disebut supervisi langsung

15
sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang disebut
supervisi tidak langsung.

Di sini terlihat lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan


akan disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan.

3. Frekuensi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala supervisi yang


dilakukan hanya sekali, bisa dikatakan bukan supervise yang baik, karena
organisasi/lingkunganselalu berkembang.Oleh sebab itu, agar organisasi selalu
dapat mengikuti berbagai perkembangan dan perubahan, perlu dilakukan berbagai
penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut, yaitu melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan. Tidak ada pedoman yang
pasti mengenai berapa kali supervise harus dilakukan. Yang digunakan sebagai
pegangan umum, supervise biasanya tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan
yang dilakukan.

Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka


supervisi harus lebih sering dilakukan.

4. Tujuan

Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara


langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan semata-
mata untuk mencapai hasil yang baik.

Supervisi seharusnya memberikan "bekal" kepada bawahan, schingga


dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat melaksanakan tuga dan
pekerjaannya dengan baik.

16
5. Teknik

Teknik pokok supervisi pada dasamya mencangkup empat hal yaitu:

a) Menetapkan masalah dan prioritasnya.

b) Menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluarnya

c) Melaksanakan jalan keluar

d) Menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut.

7. Prinsip Pokok dalam Supervisi

Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan utama supervisi adalah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan,


bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk
kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan
untuk mengatasinya.

2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif
dan suportif, bukan otoriter.

3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya
dilakukan sekali, bukan supervisi yang baik.

4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin


kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses
penyelesaian masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan.

5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing bawahan secara individu.

17
6. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan,
bukan merupakan supervisi yang baik harus dilaksanakan secara fleksibel dan
selalu disesuaikan dengan perkembangan.

8.Pelaksana Supervisi.

Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasin yang


memiliki kelebihan" dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya
aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan
berdasarkan hal tersebut serta prinsip-prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat
melaksanakan supervisi dengan baik, ada beberapa syarat atau karakteristik yang
harus dimiliki oleh pelaksana supervisi (supervisor) Karakteristik yang dimaksud
adalah sebagai berikut:

1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi.


Atau apabila hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-
batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas

2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup


untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi.

3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervise artinya


memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi.

4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter,

5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan
yang disupervisi.

Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang


ketiga yaitu memahami prinsip-prinsip serta teknik supervisi, maka untuk dapat
menjadi pelaksana supervisi yang baik manajer pula mengikuti pendidikan dan

18
pelatihan yang bersifat khusus. Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal
yang banyak, termasuk bekal dalam melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan,
bimbingan dan juga kepemimpinan

Dalam Ruang MPKP Sebagai Pelaksana Supervisi adalah:

1. Kepala ruangan

Bertanggung Jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan


yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan
mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara
langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang
diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang
menerapkan metode TIM, maka epula ruangan dapat melakukan supervisi secara
tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar, 2009).

2. Pengawas perawatan (supervisor)

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah Unit Felaksara
Fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi
jalannya pelayanan keperawatan.

3. Kepala bidang keperawatan

Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman,


efektif dan efisien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor dalam
mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih
staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan
tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana
asuhan keperawatan, memberikan pelayanan bimbingan pada pelaksana
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Sebagai top manager dalam
keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi
baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.

19
9. Sasaran Supervisi Keperawatan.

Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati
berdasarkan struktur dan hirarki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan.Jangan melakukan
pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan,
maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang
melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah
untuk meningkatkan kinerja pekerjaan Yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan
Bahtiar, 2009).

Sasaran yang harus di capai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:


pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis,
sistem dan prosedur yang tidak menyimpang pembagian tugas dan wewenang
penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto,
2008).

10. Teknik Supervisi.

Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian


masalah (problem solving).Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data
untuk menetapkan masalah dan penyebab masalah menggunakan teknik
pengamatan langsung (direct observation) oleh pelaksana supervisi terhadap
sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah,
tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervise bersama-sama dengan sasaran
supervisi secara langsung ditempat (on the spot). Dengan perbedaan seperti ini,
jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua hal yang
perlu diperhatikan:

20
1. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya Untuk itu, ada


beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

a) Sasaran pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan


kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang
bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan
langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditunjukkan pada
sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja (selective supervision).

b) Objektivitas pengamatan

Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu


objektivitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan
langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah
dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan
secara lengkap dan apa adanya.

c) Pendekatan pengamatan

Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan


negatif, misalnya rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu kelancaran
pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini, pengamatan langsung tersebut harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negative
tersebut tidak sampai muncul. Sangat di anjurkan pengamatan tersebut dapat
dilakukan secara edukatif dan suportif bukan menunjukkan kekuasaan atau
otoritas.

2. Kerjasama

Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan


memberikan bantuan secara langsung ditempat, sesuai dengan kebutuhannya.

21
Untuk mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan kerjasama antara
pelaksana supervisi dan yang disupervisi. Kerjasama ini akan berhasil apabila
ada komunikasi yang baik antara pelaksana supervise dan yang disupervisi, serta
mereka yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan
masalah mereka sendiri (sense of belonging). Agar komunikasi yang baik dan
rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu
bekerjasama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerjasama
kelompok (team work) dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah, serta
upaya alternative penyelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama.
Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-
sama pula (Suarli & Bachtiar,2009).

3. Supervisi Keperawatan

Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat


luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada
perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini
merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi
terhadap kinerja perawat pelaksana memberikan bimbingan, pengarahan,
observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian
tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar
merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008).

11. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan.

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-


sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan
seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui

22
analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara
efektif dan efisien. Melalui kegiatan supervise seharusnya kualitas dan mutu
pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama bukan malah
menyibukkan diri mencam atau penyimpangan (Arwani, 2006). Teknik supervisi
dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung:

a. Teknik Supervisi Secara Langsung

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang


dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai
perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif
adalah: 1) Pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2) Menggunakan
kata-kata yang tepat; 3) Berbicara dengan jelas dan lambat: 4) Berikan arahan
yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu:7) Pastikan
arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan
dilaksanakan atau perlu tindak lanjut Supervisi langsung dilakukan pada saat
perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan
keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan
mendampingi perawat dalam pengisian dengan evaluasi. Setiap komponen dalam
proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai 2008):

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana,2008) :

a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa

b) Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan


dokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara
langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan supervisor menilai
setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu
menggunakan form A Depkes 2005.

23
c) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang
disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang
sedang menjalankan pencatatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai
form A dari Depkes.

d) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

b. Secara Tidak Langsung.

Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan,


baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang
terjadi dilapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan
balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel 1987) dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung:

a) Langkah supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil


dokumentasi pada buku rekam medik perawat

b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan

c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi


asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari
Depkes.

d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang disupervisi denes


memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan catatan tertulis
pada perawat yang mendokumentasikan.

e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap


atau sesuai standar.

12 Model-model Supervisi Keperawatan.

24
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervise
dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008):

a. Model Konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan


masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi
dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan semata-mata staf dalam mengerjakan
tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit
terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah
dilakukan.

b. Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan


sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu
supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karakteristik sebagai berikut
yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur instrumen
dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan.

c. Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana


dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya
dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat Supervisi dilakukan secara
sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan standar keperawatan yang
diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan

d. Model artistik

Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk


menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat

25
pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling
percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka dan
mempermudah proses supervisi.

2.4.2 Pendelegasian

A. Pengertian
Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. pelimpahan
tugas dan wewenang. Pendelegasian dilakukan secara berjenjang dari Karu
kepada Katim dan Katim kepada perawat.

B. Jenis pendelegasian

Pendelegasian terdiri dari dua yaitu pendelegasian langsung dan pendelegasian


tidak langsung.

C. Mekanisme pendelegasian

Sebelum seseorang melakukan pendelegasian harus dipaham indikator atau


syarat sebuah pendelegasian, bahwa kemampuan penerima delegasi memang
kompeten, bahwa ada dokumentertulis yang menyebutkan batas kewenangan
dari pendelegasian.

D. Prinsip pendelegasian

1) Penetapan tugas yang akan didelegasikan: bahwa tugas yang akan


didelegasikan seharusnya tugas teknis bukan tugas manajerial.

2) Tugas terurai dengan jelas: apa yang harus dilakukan oleh penerima delegasi
tergambar secara rinci dalam catatan pendelegasian.

Prinsip-prinsip pendelegasian tugas di ruang MPKP adalah sebagai berikut:

1) tugas yang terencana harus menggunakan format pendelegasian tugas.

26
2) yang menerima pendelegasian tugas adalah personil yang berkompeten dan
setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya.

3) Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara rinci, baik verbal
maupun tulis.

4) Pejabat yang mengatur pendelegasian tugas wajih memantau pelaksanaan


tugas dan menjadi rujukan jika ada kesulitan dihadapi.

5) Setelah selesal pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah


dilaksanakan dan hasilnya.

Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang


Pendelegasian tugas ini dilakukan secara berjenjang. Penerapannya dibagi
menjadi dua jenis yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil.
Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi
sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKI Bentuk
pendelegasian dapat berupa:

1) Pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim untuk menggantikan


tugas sementara karena alasan tertentu.

2) Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shift

3) Pendelegasian tugas ketua tim kepada perawat pelaksana tindakan


keperawatan yang telah direncanakan.

Pendelegasian Insidenti terjadi apabila salah satu personil ruangan MPKP


berhalangan hadir maka pendelegasian tugas harus dilakukan Dalam hal ini yang
mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruang ketua tim,
atau penanggung jawab shift, tergantung pada personil yang berhalangan.
Mekanisme pendelegasian Insidentil adalah sebagai berikut:

1) Bila kepala ruangan berhalangan hadir kepala seksi menunjukan salah satu
ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang

27
2) Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu
anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim.

3)Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir sehingga satu tim
kekurangan personil maka kepala ruang penanggung jawab shift
berwewenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang
kekurangan personil tersebut atau katua tim melimpah kan pasien kepada
perawat pelaksana yang hadir.

2.4 Praktik pengarahan (delegasi dan supervisi) kepala ruangan sesuai standart
akreditasi
a) Memberi pengarahan tantang penugasan kepada ketua tim

b) Memeberi pujian kepada anggota tim yang melakukan tugas dengan baik

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan , keterampilan dan


sikap

d) Menginformasikan hal-hal yang di anggap pentinfa dan berhubungan


dengan askep pasien

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan


tugasnya.

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

h) Mengembangkan system pengarahan formail dan informal.

BAB 3

28
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap


pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan
sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan (Keliat Anna 2006).

Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain. pelimpahan


tugas dan wewenang. Pendelegasian dilakukan secara berjenjang dari Karu
kepada Katim dan Katim kepada perawat.

29
DAFTAR PUSTAKA

Sudarta wayan, Dkk (2019) Manajemen keperawatan teori dan aplikasi praktik
keperawatan, Gosyen Publishing; Yogyakarta.

Nursalam, (2016) Manajemen keperawatan aplikasi dalam praktik keperawatan,


Salemba medika; Jakarta

Hadi ivan, Makalah pengarahan manajemen (2017). (online)


http://makalahpengarahanmanajemen.blogspot.com/2014/05makalah-pengarahan-
manajamen.html?m=1 (di akses pada tanggal 29 November 2019 pukul 19.35)

Puspita annisa, Pengarahan dan pengendalian manajemen keperawatan (2018)


(online)
https://www.academia.edu/37748594/ Pengarahan dan pengendalian manajemen
keperawatan.com (di akses pada tanggal 30 November 2019 pukul 09.20)

30

Anda mungkin juga menyukai