Anda di halaman 1dari 5

Peran Geothermal

Dalam Membantu Sustainable Energy


Oleh: Muhammad Agni gustama
NIM: 18/434739/PTK/12302

Pendahuluan
Dalam pemanfaatan energi terbarukan, ada beberapa energi alterantif yang
dapat dimanfaatkan sebagai pengganti pembangkit energi tenaga fossil. Salah satu
jenis pembangkit energi terbarukan adalah pembangkit energi tenaga panas bumi
atau yang sering disebut geothermal power plant. Geothermal merupakan suatu
sistem geologi alami yang memungkinkan adanya transfer energi panas dari
bawah permukaan bumi menuju permukaan bumi yang mengasilkan suatu
manifestasi dipermukaan bumi. Sistem geothermal membutuhkan fluida atau air
dalam sirkulasi sistemnya agar panas dibawah permukaan dapat dimanfaatkan.
Keberadaan sistem geothermal sangat terkait dengan keberadaan gunung api
sehingga negara-negara yang berada didalam jalur Ring of Fire memiliki potensi
besar sebagai pembangkit energi tenaga panas bumi. Indonesia termasuk dalam
salah satu negara yang memiliki potensi tinggi dalam pemanfaatan energi panas
bumi. Bahkan menurut International Geothermal Association, Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling banyak mengasilkan listrik
menggunakan energi geothermal. Berikut lima negara yang paling banyak
menghasilkan listrik menggunakan energi geothermal:
1. Amerika Serikat 3,092 MWe
2. Filipina 1,904 MWe
3. Indonesia 1,197 MWe
4. Meksiko 958 MWe
5. Italia 843 MWe
Mwe = megawatt electrical
Sumber: International Geothermal Association

Indonesia memiliki cadangan-cadangan geothermal terbesar di dunia,


namun pemerintah Indonesia masih bergantung pada batu bara, gas bumi,
dan minyak mentah untuk menjadi bahan bakar pembangkit-pembangkit listrik.
Indonesia adalah salah satu dari negara-negara berkembang ini yang meghadapi
perningkatan permintaan listrik sebanyak 10% setiap tahunnya (terutama di pulau-
pulau di luar Jawa) dan karena itu negara ini membutuhkan tambahan kapasitas
untuk menghasilkan listrik sekitar 6 Giga Watt per tahun. Rasio kelistrikan
Indonesia - yaitu persentase rumah tangga Indonesia yang terhubung dengan
jaringan listrik - sekitar 80,38% pada akhir 2013, mengimplikasikan bahwa masih
ada sekitar 50 juta penduduk Indonesia yang tidak memiliki akses listrik. Pihak
swasta juga kurang berminat untuk berinvesatasi di sumber-sumber energi
terbarukan di Indonesia karena iklim investasi negara ini yang rumit (birokrasi
yang buruk, korupsi, kurangnya infrastruktur yang layak, dan kurangnya kepastian
hukum). Terlebih lagi, berlimpahnya batu bara yang murah di Indonesia membuat
investasi dalam energi yang terbarukan kurang menarik.

Pengertian Energi Panas Bumi


Energi panas bumi atau energi geothermal adalah suatu proses transfer
energi panas di dalam bumi ke permukaan bumi yang memanfaatkan agen-agen
pemindahan panas seperti contohnya fluida, gas maupun batuan yang terkandung
di dalam perut bumi. Geotermal termasuk energi terbarukan karena siklus
produksinya memanfaatkan fluida untuk mengambil panas dari dalam bumi ke
permukaan dan fluida tersebut akan diinjeksikan kembali ke dalam tanah untuk
proses produksi berkelanjutan. Dengan banyaknya gunung vulkanik, Indonesia
seharusnya menjadi raksasa dalam eksplorasi panas bumi sebagai sumber energi.
Pencarian sumber energi panas bumi sudah dilakukan sejak masa hindia
belanda. Awal pekerjaan tersebut dilakukan pada tahun 1918 di lapangan
kamojang, Jawa Barat. Namun hingga saat ini pemanfaatannya masih belum
optimal. Potensi panas bumi Indonesia terletak di 256 lokasi dan hampir
setengahnya berada di kawasan konservasi dengan potensi 28,1 GWe atau setara
dengan 12 barel minyak bumi untuk pengoperasian selama 30 tahun. Data dari
Kementrian ESDM menunjukkan bahwa dari potensi 40% panas bumi dunia,
hanya 4% atau sekitar 1189 MWe saja yang dimanfaatkan di bumi Indonesia.
Daerah panas bumi yang sudah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik baru 7 dari
256 lokasi atau sekitar 3% dengan kapasitas total terpasang 1189 MW.

Gambar I. Illustrasi sistem panas bumi (Daud, 2013)

Dalam aspek ekonomi, panas bumi adalah bentuk energi yang tidak dapat
disimpan dan tidak dapat ditransportasikan dalam jarak jauh. Kondisi ini membuat
panas bumi terlepas dari dinamika harga pasar. Selain itu panas bumi dapat
menjadi alternatif yang sangat baik bagi bahan bakar fosil terutama untuk
pemanfaatan pembangkit listrik sehinga dapat mengurangi subsidi energi.
Dalam aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan hanya berupa air yang
tidak merusak atmosfer dan lingkungan. Limbah buangan air pembangkit panas
bumi akan diinjeksikan jauh ke dalam lapisan tanah (reservoir) dan tidak akan
mempengaruhi persediaan air tanah. Emisi CO2 nya pun hanya berkisar di angka
200 kg/MWh, jauh lebih rendah bahkan kurang dari setengah emisi yang
dihasilkan oleh gas alam, minyak bumi, diesel ataupun batubara.
Panas bumi yang terkandung di dalam perut bumi merupakan bentuk
energi hasil rekayasa alam sehingga tidak diperlukan variasi rekayasa buatan
untuk menggali potensi energi tersebut. Investasi yang diperlukan pun jauh lebih
murah jika dibandingkan dengan negara lain. Dengan kisaran investasi yang sama,
energi yang dihasilkan oleh Panas bumi Indonesia 10 kali lebih besar jika
dibandingan dengan panas bumi dari negara lain.

Kendala Energi Panas bumi


Pemanfaatan geothermal sebagai sumber energi juga tidak terlepas dari
ragam permasalahan. Menurut mantan Dirut PT Pertamina Geotermal Energi,
Abadi Poernomo, pengembangan energi panas bumi cukup rumit. Hal ini
disebabkan oleh investasi yang tidak sedikit untuk proses produksi dan juga
beresiko tinggi. Resiko yang mungkin timbul berkaitan dengan sumber daya
seperti tidak ditemukannya energi panas bumi di daerah yang sedang dieksplorasi,
cadangan atau energi listrik yang kurang komersial. Resiko lainnya adalah
kemungkinan penurunan laju produksi atau penurunan temperature lebih cepat
dari estimasi semula (Sanyal&Koenig, 1995).
Selain itu konversi energi panas bumi menjadi energi listrik dianggap
kurang menguntungkan karena harga jual per KWH yang ditetapkan PLN terlalu
murah dan tidak sebanding dengan ongkos produksi. Harga jual yang rendah juga
beririsan dengan daya tarik investasi oleh para investor.
Para investor juga kurang tertarik untuk berinvestasi pada eksplorasi panas
bumi di Indoneseia. Hal ini disebabkan oleh belum adanya kepastian hukum atau
masih adanya tarik ulur kebijakan di kementrian terkait. Peraturan perundangan
yang dibuat oleh kementrian ESDM belum tentu sejalan dengan peraturan di
kementrian lain. Selain itu, lokasi sumur geothermal yang sebagian berada di
kawasan konservasi juga menjadi salah satu hambatan dalam proses produksi.
Selain akan berhadapan dengan LSM yang concern terhadap isu konservasi,
pembebasan lahan pun dinilai cukup mahal. Kendala ini diperparah dengan
perizinan yang sulit didapat. Hal ini seolah menjadi gambaran bahwa seolah tidak
adanya koordinasi di pihak pemerintah dalam menopang pembangunan dan
pengembangan teknologi panas bumi. Selain itu, data-data penelitian geologi di
Indonesia masih tergolong minim. Hal ini juga termasuk minimya data-data
geologi, geokimia, maupun geofisika panas bumi di Indonesia.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan komunikasi
intensif pemerintah yang terwakili oleh Kementrian ESDM dengan pihak-pihak
terkait. Rumuskan bersama peraturan perundangan yang memberikan kemudahan
dan akses agar para investor berminat untuk menanamkan investasinya pada
energi panas bumi di Indonesia. Lakukan kajian intensif terhadap perubahan pasar
makro yang mungkin berpengaruh pada harga jual.
Energi panas bumi tidak bisa dijadikan satu-satunya sumber energi.
Pemerintah tetap harus fokus pada upaya diversifikasi energi lainnya. Jika kita
mampu memanfaatkan setiap potensi sumber energi yang ada maka Indonesia bisa
mandiri secara energi dan tidak lagi bergantung pada negara lain. Memang
dibutuhkan waktu yang lama, energi yang ekstra, dan keuangan yang besar namun
demi energi masa depan yang lebih baik, maka harus direncanakan dari saat ini.
Karena apa yang kita investasikan sekarang akan bermanfaat di masa depan.

Penutup
Panas bumi atau geothermal merupakan salah satu pembangkit energi
terbarukan yang ramah lingkungan. Geothermal memanfaatkan transfer panas dari
bawah permukaan bumi ke permukaan yang digunakan untuk memanaskan fluida
di bawah permukaan sehingga dapat digunakan untuk turbin pembangkit tenaga
listrik. Dengan potensi geothermal yang sangat besar hingga 29.215 GW,
Indonesia memiliki potensi geothermal terbesar didunia. Namun potensi
geothermal di Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh
pemerintah. Beberapa faktor seperti regulasi pemerintah dan kurangnya investor
menyebabkan potensi pasar geothermal di Indonesia masih belum dimanfaatkan
dengan baik.

Daftar Pustaka
Daud, Yunus. 2013. “Geothermal Energy”.

Sanyal, S. and Koenig, J. 1995. “Resource Risk and Its Mitigation for the
Financing of Geothermal Project”. Proceedings of the World
Geothermal Congress: 2911-2915.

Anda mungkin juga menyukai