Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stroke adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan hilangnya fungsi otak
secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization [WHO],
2014). Stroke terjadi akibat pembuluh darah yang membawa darah dan oksigen ke
otak mengalami penyumbatan dan ruptur, kekurangan oksigen menyebabkan
fungsi control gerakan tubuh yang dikendalikan oleh otak tidak berfungsi
(American Heart Association [AHA], 2015).
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan oleh Yayasan Stroke Indonesia,
masalah stroke semakin penting dan mendesak karena kini jumlah penderita
Stroke di Indonesia terbanyak dan menduduki urutan pertama di Asia. Jumlah
yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan kedua pada usia diatas 60 tahun
dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Stroke merupakan penyebab kecacatan
serius menetap no 1 di seluruh dunia.
Pada tanggal 29 Oktober diperingati sebagai hari stroke dunia, saat ini
diingatkan bahwa 1 dari 6 orang menderita stroke dan hampir setiap 6 detik
seseorang meninggal karena stroke. Organisasi Stroke Dunia mencatat hampir
85% orang yang mempunyai faktor resiko dapat terhindar dari stroke bila
menyadari dan mengatasi faktor resiko tersebut sejak dini.
Menurut Herminawati (2013), rata-rata lama rawat pasien stroke adalah 4-15
hari untuk stroke hemoragik dan 3-9 hari untuk stroke non-hemoragik.
Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan peran keluarga dalam menstimulasi
anggota gerak serta membantu ADL pasien ketika berada di rumah. Informasi
mengenai perawatan yang dapat dilakukan oleh keluarga di rumah sangat
dibutuhkan, namun pada kenyataannya informasi tersebut belum didapatkan
secara optimal ketika pasien dan keluarga berada di rumah sakit. Pasien stroke
dan keluarga mereka sering melaporkan belum diberi informasi yang cukup
tentang stroke dan merasa tidak siap untuk hidup setelah keluar dari rumah sakit
karena tidak diberikan informasi yang jelas mengenai stroke (Foster et al, 2012).
Informasi yang optimal dapat diperoleh oleh pasien dan keluarga melalui
supportive educational system. Supportive educational system dalam proses
discharge planning yang diberikan oleh perawat dapat memberikan deep learning
kepada keluarga pasien sehingga keluarga siap merawat pasien CVA (Hariyati
dkk ,2008). Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
pengaruh pelaksanaan discharge planning terhadap kesiapan keluarga pasien
dengan Cerebrovascular Accident (CVA.

Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh pelaksanaan discharge planning terhadap


kesiapan keluarga pasien dengan Cerebrovascular Accident (CVA)?

Tujuan

Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan discharge


planning terhadap kesiapan keluarga pasien dengan Cerebrovascular Accident
(CVA).

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pelaksaan discharge planning.

2. Mengidentifikasi kesiapan keluarga pasien dengan Cerebrovascular


Accident (CVA).

Manfaat

Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu


pengetahuan dan sumber informasi untuk dikembangkan dalam penelitian
selanjutnya

Bagi institusi pendidikan dan institusi praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya


sebagai tambahan referensi tentang pengaruh pelaksanaan discharge planning
terhadap kesiapan keluarga pasien dengan Cerebrovascular Accident (CVA) dan
sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai