PENDAHULUAN
Pengertian Ergonomi
a. Anatomi dan fisiologi ; cabang ilmu yang mempelajari struktur dan fungsi
tubuh pada manusia.
b. Antropometri : ilmu yang mempelajari tentang ukuran-ukuran/dimensi
tubuh manusia.
c. Fisiologi psikologi : ilmu yang mempelajari sistem syaraf dan otak.
d. Psikologi eksperimen : ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan
tingkah laku manusia.
Dalam lapangan kerja, ergonomi ini juga mempunyai peranan yang cukup
besar. Semua bidang pekerjaan selalu menggunakan ergonomi. Ergonomi ini
diterapkan pada dunia kerja supaya pekerja merasa nyaman dalam melakukan
pekerjaannya. Dengan adanya rasa nyaman tersebut maka produktivitas kerja
diharapkan menjadi meningkat. Secara garis besar ergonomi dalam dunia kerja
akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Tujuan Ergonomi
Secara umum penerapan ergonomi terdiri dari banyak tujuan. berikut ini
tujuan dalam penerapan ergonomi:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan
cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental,
mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak
sosial dan mengkoordinasi kerja secara tepat, guna meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak
produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, dan
antropologis dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta
kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi. (Tarwaka. dkk, 2004).
Secara garis besar, faktor-faktor ergonomi yang menyebabkan resiko MSDs dapat
dipaparkan sebagai berikut:
a. Repetitive Motion
Repetitive Motion atau melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.
Resiko yang timbul bergantung dari berapa kali aktivitas tersebut dilakukan,
kecepatan dalam pergerakan/perpindahan, dan banyaknya otot yang terlibat
dalam kerja tersebut. Gerakan yang berulang-ulang ini akan menimbulkan
ketegangan pada syaraf dan otot yang berakumulatif. Dampak resiko ini akan
semakin meningkat apabila dilakukan dengan postur/posisi yang kaku dan
penggunaan usaha yang terlalu besar.
b. Awkward Postures
Sikap tubuh sangat menentukan sekali pada tekanan yang diterima otot
pada saat aktivitas dilakukan. Awkward postures meliputi reaching, twisting,
bending, kneeling, squatting, working overhead dengan tangan mauoun lengan,
dan menahan benda dengan posisi yang tetap. Sebagi contoh terdapat
tekanan/ketengan yang berlebih pada bagian low back seperti aktivitas
mengangkat benda yang dilakukan pada gambar.
c. Contact stresses
Tekanan pada bagian tubuh yang diakibatkan karena sisi tepi atau ujung
dari benda yang berkontak langsung. Hal ini dapat menghambat fungsi kerja
syaraf maupun aliran darah. Sebagai contoh kontak yang berulang-ulang
dengan sisi yang keras/tajam pada meja secara kontinu.
d. Vibration
Getaran ini terjadi ketika spesifik bagian dari tubuh atau seluruh tubuh
kontak dengan benda yang bergetar seperti menggunakan power handtool dan
pengoperasian forklift mengangkat beban.
e. Forceful exertions (termasuk lifting, pushing, pulling)
Force adalah jumlah usaha fisik yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan seperti mengangkat benda berat. Jumlah tenaga bergantung pada tipe
pegangan yang digunakan, berat obyek, durasi aktivitas, postur tubuh dan jenis
dari aktivitasnya.
f. Duration
Durasi menunjukkan jumlah waktu yang digunakan dalam melakukan
suatu pekerjaan. Semakin lama durasinya dalam melakukan pekerjaan yang
sama akan semakin tinggi resiko yang diterima dan semakin lama juga waktu
yang diperlukan untuk pemulihan tenaganya.
g. Static Posture
Pada waktu diam, dimana pergerakan yang tak berguna terlihat,
pengerutan supplai darah, darah tidak mengalir baik ke otot. Berbeda halnya,
dengan kondisi yang dinamis, suplai darah segar terus tersedia untuk
menghilangkan hasil buangan melalui kontraksi dan relaksasi otot.
Pekerjaan kondisi diam yang lama mengharuskan otot untuk menyuplai
oksigen dan nutrisi sendiri, dan hasil buangan tidak dihilangkan. Penumpukan
Local hypoxia dan asam latic meningkatkan kekusutan otot, dengan dampak
sakit dan letih (grandjean, 1980)
Contoh dari ganguan statik termasuk didalamnya: meningkatkan bahu
untuk periode yang lama, menggenggam benda dengan lengan mendorong dan
memutar benda berat, berdiri di tempat yang sama dalam waktu yang lama dan
memiringkan kepala kedepan dalam waktu yang lama.
Diperkirakan semua pekerjaan itu dapat di atur dalam beberapa jam per
hari tanpa gejala keletihan dalam jika menggunakan gaya yang besar tidak
boleh melebihi 8 % dari maksimum gaya otot (Graendjean, 1980).
h. Physical Environment; Temperature & Lighting
Pajanan pada udara dingin, aliran udara, peralatan sirkulasi udara dan alat-
alat pendingin dapat mengurangi keterampilan tangan dan merusak daya
sentuh. penggunaan otot yang berlebihan untuk memegang alat kerja dapat
menurunkan resiko ergonomik. tekanan udara panas dari panas, lingkungan
yang lembab dapat menurunkan seluruh tegangan fisik tubuh dan akibat di
dalam panas kelelahan dan heat stroke. Begitu juga dengan pencahayaan yang
inadekuat dapat merusak salah satu fungsi organ tubuh, seperti halnya
pekerjaan menjahit yang didukung oleh pencahayaan yang lemah
mengakibatkan suatu tekanan pada mata yang lama-lama membuat keruasakan
yang bisa fatal.
i. Other Conditio
Kekurangan kebebasan dalam bergerak adalah dipertimbangkan sebagai
faktor resiko, ketika pekerjaan operator dengan sepenuhnya telah di perintah
oleh orang lain. kandungan kerja dan pengetahuan dipertimbangkan faktor
resiko yang lain, ketiha operator hanya melakukan satu tugas dan tidak
memeliki kesempatan untuk belajar satu macam kemampuan ataun tugas.
Faktor tambahan dimasukkan organisasi asfek sosial, tidak dikontrol
gangguan, ruang kerja, beratnya bagian kerja, dan sift kerja.
Antropometri
Pengertian Antropometri
Antropometri berasal dari kata antropos yang artinya manusiadan metri
yang berarti ukuran. Jadi antropometri diartikan sebagai suatu ilmu yang secara
khusus berkaitan dengan pengukuran tubuh manusia yang digunakan untuk
menentukan perbedaan pada individu, kelompok, dan sebagainya.
Antropometri menurut Stevenson ( 1989 ) dan Nurmianto ( 1991 ) adalah
suatu kumpulan data secara numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik
tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut
untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat
dilakukan jika tersedia nilai mean ( rata-rata) dan standar deviasinya dari satu
distribusi normal.
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan. Manusia
dapat digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu :
a. Balita Anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa, dan
d. Lanjut usia.
1. Locator yang mengidentifikasikan suatu titik atau daerah dari tubuh yang
menjadi dasar pengukuran titik atau bidang.
2. Orientator yang mengidentifikasikan arah atau tujuan dari suatu dimensi
tubuh.
3. Potensioner yang menandakan asumsi dari posisi tubuh subyek dalam
pengukuran, seperti posisi duduk. Data Antropometri data antropometri
adalah data mengenai ukuran dimensi tubuh manusia.
Dimensi tubuh manusia untuk perancangan produk terdiri dari dua jenis,
yaitu struktural dan fungsional. Dimensi tubuh struktural yaitu pengukuran tubuh
manusia dalam keadaan tidak bergerak. Sedangkan dimensi tubuh fungsional
adalah pengukuran tubuh manusia dalam keadaan bergerak. Secara umum data
antropometri yang sering digunakan untuk merancang produk dan stasiun kerja
adalah :
Antropometri Struktural
Pengukuran manusia pada posisi diam dan linier pada permukaan tubuh.
Ada beberapa metode pengukuran tertentu agar hasilnya representative. Disebut
juga pengukuran dimensi struktur tubuh dimana tubuh diukur dalam berbagai
posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Dimensi tubuh yang
diukur dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam
posisi berdiri maupun duduk, ukuran kepala, tinggi atau panjang lutut pada saat
berdiri atau duduk, panjang lengan, dan sebagainya. Antropometri struktural ini
diantaranya: tinggi selangkang, tinggi siku, tinggi mata, rentang bahu, tinggi
pertengahan pundak pada posisi duduk, jarak pantat-ibu jari kaki, dan tinggi mata
pada posisi duduk
Antropometri Fungsional
Persentil
Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada
baiknya kita bahas istilah “The fallacy of the average man or average woman”.
5. Produktivitas membaik.
6. Alur kerja bertambah baik.
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman psikis
4. Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan
otot dan persendian
5. Anthropometri
6. Sosiologi
7. Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up
take, pols, dan aktivitas otot.
8. Desain
PERFORMANCE
QUALITY
FATIGUE
DISCOMFOR
T
INJURY
STRESS
ACCIDENT
DISEASES
PRODUCTIV
ITY Keseimbangan Ergonomi
Gambar 2. Konsep
Sumber: Manuaba, 2000
Antropometri dapat dibagi atas dua berdasarkan posisi tubuh pada saat
pengukuran
bagian yaitu :
a. Antropometri Statis
Antropometri statis adalah pengukuran tubuh manusia pada posisi diam.
Contohnya pengukuran tinggi duduk tegak, tinggi duduk normal, tebal
paha, tinggi sandaran punggung, tinggi pinggang, tinggi popliteal dan lain-
lain.
b. Antropometri Dinamis
Antropometri dinamis adalah pengukuran yang dilakukan terhadap posisi
tubuh pada saat melakukan gerakan-gerakan yang berkaitan dengan
pekerjaan yang dilakukannya. Tujuannya adalah mendapatkan ukuran
tubuh yang nantinya berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata dalam
melakukan suatu pekerjaan. Contohnya pengukuran putaran lengan,
putaran telapak tangan, dan sudut telapak kaki
Ada beberapa faktor yang membedakan antara populasi satu dengan yang lainnya,
yaitu (Nurmianto, 1996) :
a. Jenis Kelamin
Terdapat perbedaan yang signifikan antara tubuh pria dan wanita. Antara
pria dan wanita terdapat perbedaan dimensi tubuh, umumnya dimensi
tubuh pria lebih besar kecuali pada bagian dada dan pinggul. Ini
menyebabkan data antropometri untuk kedua jenis kelamin terpisah.
b. Umur
Dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok yaitu :
Balita
Anak-anak
Remaja
Dewasa
Lanjut usia
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir hingga sekitar usia
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang
setelah 60 tahun.
c. Suku Bangsa
Suku bangsa juga mempengaruhi dimensi tubuh manusia. Orang Eropa
dan Amerika memiliki dimensi tubuh yang lebih besar bila dibandingkan
dengan dimensi tubuh orang Jepang dan Asia Tenggara.
d. Pakaian
Hal ini merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya
iklim/ musim yang berbeda dari satu tempat ketempat lain terutama untuk
daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu dingin, manusia akan
memakai pakaian yang relatif tebal dan ukuran yang relatif besar.
e. Pekerjaan (aktivitas sehari-hari)
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawan ataupun stafnya. Contoh : orang yang rutin bermain
basket cenderung lebih tinggi.
f. Faktor kehamilan pada wanita
Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama dalam analisis
perancangan produk dan analisis perancangan kerja.
g. Cacat Tubuh secara fisik
Cacat tubuh mempengaruhi suatu data antropometri, tubuh yang cacat
dapat mempengaruhi dimensi tubuh tersebut.
h. Keacakan / Random
Perbedaan distribusi secara statistik dari dimensi kelompok anggota
masyarakat dapat dipresentasikan dengan dengan distibusi normal, dan
menggunakan persentil yang dapat diduga jika rata-rata dan standar
deviasi diketahui.
Agar data yang didapat bisa digunakan dalam perancangan nantinya, maka
terdapat 3 prinsip umum dalam menggunakan data Antropometri dalam proses
perancangan, yaitu (Wignjosoebroto, 2000) :
a. Umur
b. Jenis kelamin
1. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang
nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut
1 = Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala)
2 = Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak
3 = Tinggi bahu posisi berdiri tegak
4 = Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus)
5 = Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam dalam posisi berdiri
6 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari atas tempat duduk/pantat
sampai dengan kepala
7 = Tinggi mata dalam posisi duduk
8 = Tinggi bahu dalam posisi duduk
9 = Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus)
10 = Tebal atau lebar paha
11 = Panjang paha yang diukur dari ujung pantat sampai dengan ujung lutut
12 = Panjang paha yang diukur dari pantat sampai dengan bagian belakang
dari lutut/betis
13 = Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk
14 = Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantaisampai dengan
paha
15 = Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk)
16 = Lebar pinggang/pantat
17 = Lebar dari dada dalam keadaan membusung
18 = Lebar perut
19 = Panjang siku yang diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari-
jari dalam posisi tegak
20 = Lebar kepala
21 = Panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung jari-jari
dalam posisi tegak
22 = Lebar telapak tangan
23 = Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping
24 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak,
25 = Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, tetapi posisi duduk
26 = Jarak tangan yang terjulur kedepan diukur dari bahu sampai ujung jari
Tangan
Faktor Individu
a. Umur
Umur dapat mempengaruhi kelelahan kerja. Semakin tua umur seseorang
semakin besar tingkat kelelahan. Fungsi faal tubuh yang dapat berubah karena
faktor usia mempengaruhi ketahanan tubuh dan kapasitas kerja seseorang.
(Suma’mur, 1999)
b. Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. akan
memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan
berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan
pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan
dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak
dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi 3 (Budiono, 2003),
yaitu:
1. Masa kerja < 6 tahun
2. Masa kerja 6-10 tahun
3. Masa kerja >10 tahun
Mekanisme Terjadinya Kelelahan
Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu
cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat (inhibisi dan system
penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan
otot, yaitu:
a. Teori Kimia
Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya
cadangan Energi dan meningkatnya sistem metabolisme sebagai penyebab
hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf
adalah penyebab sekunder.
b. Teori syaraf pusat
Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang mengakibatkan
dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf sensosrik ke otak yang disadari
sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak
dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel
syaraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan
kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan
menjadi lambat.
Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi darah yang
juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir asam laktat. Karena
suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan menurun, maka asam laktat
akan terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Disamping itu juga
dikarenakan beban otot yang tidak merata pada jaringan tertentu yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kinerja (performance) seseorang. (Eko
Nurmianto, 2003).
Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf pusat, terdapat
sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi tetapi
kadang kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai dengan
kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedang inhibisi adalah
parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan,
kedua sistem tersebut berada pada kondisi yang memberikaan stabilitas pada
tubuh. (Suma’mur PK, 1999).
Dampak Kelelahan ( fatigue )
Beberapa bentuk kelelahan yang terjadi pada dunia kerja merupakan suatu
kondisi kronis ilmiah. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab
tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan-tekanan
yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Bila keadaan
seperti ini berlarut-larut maka akan muncul tanda-tanda memburuknya kesehatan
yang lebih tepat disebut “kelelahan Klinis atau Kronis”.
Pada keadaan seperti ini, gejalanya tidak hanya muncul selama periode
stress atau sesaat setelah masa stress, tetapi cepat atau lambat akan sangat
mengancam setiap saat perasaan lelah kerap kali muncul ketika bangun di pagi
hari, justru sebelum saatnya bekerja, misalnya berupa perasaan “ kebencian ” yang
bersumber dari terganggunya emosi. Sejumlah orang kerap kali menunjukkan
gejala-gejala sebagai berikut :
1. Munculnya tanda-tanda kelelahan psikosomatis diatas berpengaruh pula
pada waktu-waktu absent dari pekerja. Hal ini menunjukkan bahwa
penyebab ketidak hadiran ditempat kerja, karena yang bersangkutan
membutuhkan waktu istirahat yang lebih banyak.
2. Tenaga kerja yang mempunyai masalah psikologis dan kesulitan-kesulitan
lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan
sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan maslah kejiwaan.
Gambaran mengenai gejala kelelahan secara subjektif dan objektif antara
lain :
1. Perasaan lesu, ngantuk dan pusing
2. Tidak / kurang mampu berkonsentrasi
3. Berkurangnya tingkat kewaspadaan
4. Persepsi yang buruk dan lambat
5. Tidak ada / berkurangnya gairah untuk bekerja
6. Menurunnya kinerja jasmani dan rohani
7. Gejala-gejala yang timbul ini dapat menyebabkan penurunan
efisiensi dan efektivitas kerja fisik dan mental. Sejumlah gejala
tersebut menifestasinya timbul berupa keluhan oleh tenaga kerja
dan seringnya tenaga kerja tidak masuk kerja.
Kronis (atau klinik) kelelahan
Beberapa negara kelelahan yang timbul dari praktek industri bersifat
kronis. Ini adalah kondisi yang dibawa bukan oleh satu contoh dari terlalu
melelahkan tetapi dengan tekanan yang kambuh lebih hari atau periode lebih
lama. Karena kondisi seperti ini biasanya juga disertai dengan tanda-tanda
kesehatan yang buruk, hal ini benar bisa disebut kelelahan klinis atau kronis .
Dalam kondisi ini gejala terjadi tidak hanya selama masa stres atau segera
sesudahnya tetapi laten hampir sepanjang waktu. Perasaan kelelahan sering hadir
pada bangun di pagi hari, sebelum pekerjaan telah dimulai.Bentuk kelelahan
sering disertai dengan perasaan jijik untuk bekerja, yang memiliki asal-usul
emosional. Orang jadi lelah sering menunjukkan gejala berikut:
Penyakit ini sebagian besar tidak jelas dan datang di bawah judul dari
gangguan psikosomatik. Istilah ini diterapkan untuk gangguan fungsional dari
organ internal atau sirkulasi yang dinilai menjadi manifestasi eksternal dari
konflik psikologis dan kesulitan. Beberapa gejala yang lebih umum adalah:
1. sakit kepala
2. Kepeningan
3. hilangnya tidur
4. denyut jantung tidak teratur
5. berkeringat mendadak cocok
6. kehilangan nafsu makan
7. pencernaan masalah (sakit perut, diare, sembelit).
8. Penyakit lebih berarti absen lebih dari pekerjaan, terutama absen singkat,
menunjukkan bahwa penyebab ketidakhadiran adalah kebutuhan untuk
lebih banyak istirahat.
Orang-orang yang memiliki masalah psikologis dan kesulitan dengan
mudah jatuh ke dalam keadaan kelelahan kronis dan seringkali sulit untuk
memisahkan mental mereka dari masalah fisik mereka. Dalam prakteknya, sebab
dan akibat sulit untuk membedakan dalam kasus-kasus klinis
kelelahan. Penyebabnya mungkin suka pendudukan, tugas langsung atau tempat
kerja, atau sebaliknya ini mungkin menjadi penyebab ketidakmampuan untuk
bekerja atau lingkungan.
Evaluasi Ergonomi
Berdasarkan Antropometri, Biomekanika, Fisiologi Kerja, Pencegahan dan
pengendalian bahaya dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat menjadi
lebih produktif dan efisien. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian
ergonomi dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang penelitian, yaitu:
- Antropometri
- Biomekanika
- Fisiologi
- Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
1. Antropometri
Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi
tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan
perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia. Antropometri
dibagi atas dua bagian utama, yaitu:
a. Antropometri Statis (struktural). Pengukuran manusia pada posisi diam,
dan linier permukaan tubuh.
b. Antropometri Dinamis (fungsional). Yang dimaksud dengan antropometri
dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam
keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin
terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya.
Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi
dari kedua bagian utama di atas untuk merancang workspace dan
peralatan.Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi
faktor dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “fit” untuk
pengguna. Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang harus menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan
sampel data yang akan diambil. Faktor-faktor tersebut adalah:
1. Umur. Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir
sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita.
Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.
2. Jenis kelamin. Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang
lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.
3. Rumpun dan Suku Bangsa
4. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.
5. Kondisi waktu pengukuran.
3. Fisiologi
Pengukuran Konsumsi Energi
Secara garis besar, kegiatan-kegiatan kerja manusia dapat
digolongkan menjadi kerja fisik (otot) dan kerja mental (otak).
Pemisahan ini tidak dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapat
hubungan yang erat antara satu dengan lainnya. Apabila dilihat dari
energi yang dikeluarkan, kerja mental murni relatif lebih sedikit
mengeluarkan energi dibandingkan kerja fisik. Kerja fisik akan
mengakibatkan perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui perubahan :
a) Konsumsi oksigen.
b) Denyut jantung.
c) Pengeluaran Energi.
d) Peredaran udara
e) Temperatur tubuh.
f) Konsentrasi asam laktat
Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan
erat dengan konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu bekerja
biasanya ditentukan dengan cara tidak langsung, yaitu dengan
pengukuran :
a) Kecepatan denyut jantung
b) Konsumsi oksigen
Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang
penting dan pokok, baik dalam penelitian lapangan maupun dalam
penelitian laboratorium. Dalam hal penentuan konsumsi energi, biasa
digunakan parameter indeks kenaikan bilangan kecepatan denyut
jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan denyut
jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung
pada saat istirahat. (Widyasmara, 2007).
Pengukuran Beban Psikologis
Aspek psikologi dalam suatu pekerjaan dapat berubah setiap
saat. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan psikologi
tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri pekerja
(internal) atau dari luar diri pekerja/lingkungan (eksternal). Baik
factor internal maupun eksternal sulit untuk dilihat secara kasat mata,
sehingga dalam pengamatan hanya dilihat dari hasil pekerjaan atau
faktor yang dapat diukur secara objektif, atau pun dari tingkah laku
dan penuturan pekerja sendiri yang dapat diidentifikasikan.
Pengukuran beban psikologi dapat dilakukan dengan :
Pengukuran beban psikologi secara objektif
a. Pengukuran denyut jantung.
Secara umum, peningkatan denyut jantung berkaitan dengan
meningkatnya level pembebanan kerja.
b. Pengukuran waktu kedipan mata.
Secara umum, pekerjaan yang membutuhkan atensi visual
berasosiasi dengan kedipan mata yang lebih sedikit, dan durasi
kedipan lebih pendek.
c. Pengukuran dengan metoda lain.
Pengukuran dilakukan dengan alat flicker, berupa alat yang
memiliki sumber cahaya yang berkedip makin lama makin cepat
hingga pada suatu saat sulit untuk diikuti oleh mata biasa.
4. Pencegahan dan Pengendalian Bahaya
Menghilangkan, mengurangi, atau mengontrol adanya faktor resiko.
1. Pengendalian secara Teknik
2. Pengendalian secara Administrasi
3. Desain Kantor Kerja
4. Pelatihan
1. Pengendalian secara Teknik
Teknik kontrol adalah mekanisme yang lebih disukai untuk
mengendalikan bahaya ergonomis. Ini mungkin memerlukan
merancang ulang stasiun kerja, metode kerja, dan alat untuk
mengurangi tuntutan pekerjaan, seperti tenaga, pengulangan, dan
posisi yang aneh. Seperti pada gambar dibawah ini salah satu cara
dalam bekerja secara ergonomis dengan cara pengadaan suatu alat
(yaitu berupa tempat duduk/kursi seperti yang ditunjukkan gambar
dibawah ini).
Ashfal, Ray C. (1999). Industrial Safety and Health Management 4th Edition.
New Jersey : Prentice Hall
David, G., Woods,V., Guangyan Li, Bukle, P. (2007). The Development of The
Quick Exposure Checklist (QEC) for Assesing Exposure to Risk Factors
for WorkRelated Musculoskeletal Disorders. UK: Applied Ergonomics
Vol 39 : 57-69
Dewayana, T., Hetharia, D., Lanni (2007). Perbaikan Kondisi Lingkungan Kerja
untuk Menigkatkan Produktivitas. Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi dan K3 2007; Semarang, 15-16 November 2007