Oleh :
Kelompok 3
Kelas B
potong maupun domba. Prospek usaha peternakan sangat menjanjikan terbukti dari
beberapa hasil kajian menunjukkan keuntungan usaha yang cukup memadai bagi
perusahaan dalam skala besar. Namun ada pula yang mengusahakan secara
kelompok pula.
masyarakat akan pentingnya gizi demi kesehatan dan diimbangi dengan daya beli
masyarakat yang meningkat pula.Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat
berjalan. Ketiga hal tersebut yaitu breeding (bibit/bakalan), feeding (pakan), dan
management (manajemen), yang saling terkait satu sama lain dan saling
melengkapi.
disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat, dan yang terpenting adalah pakan
harus memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral.
Secara alamiah pakan utama ternak sapi baik potong maupun perah adalah hijauan,
dapat berasal dari rumput alam atau lapang, rumput unggul, leguminosa dan limbah
seperti kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan pakan yang mutlak dibutuhkan
ternak sapi untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan dan kebutuhan untuk
sapi laktasi
CABS.
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan karena
karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik.
Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara secara intensif
selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot badan ideal untuk
dipotong Abidin (2006). Di sisi lain, permintaan daging sapi yang tinggi merupakan
peluang bagi usaha pengembangan sapi potong lokal sehingga upaya untuk
semi intensif, dan intensif. Pada umumnya ternak ruminansia yang dipelihara secara
intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberi pakan sebaik
Dijelaskan oleh (Sembiring dkk, 2002) sektor peternakan sejak awal masa
pembangunan merupakan salah satu sektor yang mampu menyerap tenaga kerja
yang cukup besar. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh besarnya penduduk yang
Suplai protein asal ternak baik daging maupun susu dihasilkan secara
kebijakan impor daging dan sapi hidup masih diberlakukan. Kebutuhan konsumsi
salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable) dan berpotensi
c) Produktivitas Rendah,
Pakan adalah semua bahan yang diberikan dan bermanfaat bagi ternak dan
tidak menimbulkan racun dan pengaruh negatip terhadap tubuh ternak.Pakan yang
diberikan harus berkualitas tinggi yaitu mengandung zat-zat yang diperlukan oleh
tubuh ternak seperti air, karbohidrat, lemak, protein dan mineral (Sudrajad,
hijauan sebanyak 10 % dari bobot badan setiap hari dan konsentrat sekitar 1,5-2 %
dari jumlah tersebut termasuk suplementasi vitamin dan mineral. Oleh karna itu
hijauan dan sejenisnya terutama rumput dari berbagai spesies merupakan sumber
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan, yang dapat berupa
rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian (jerami
padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu), leguminosa (daun Lamtoro,
lainnya. Dalam pemilihan hijauan pakan ternak harus diperhatikan disukai ternak
atau tidak, mengandung toxin (racun) atau tidak yang dapat membahayakan
hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk
(Siregar, 1996).
dari rumput, perlu juga diberipakan penguat berupa konsentrat yang merupakan
pabrik dan lain-lainyang mempunyai nilai nutrien cukup dan mudah dicerna
(Setiadi, 2001).
2.3 Ransum
Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang
hanya terdiri dari hijauan yang diperoleh dengan melepas sapi-sapi untuk
2003).
konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi
peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Namun bisa juga ransum
terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari hijauan saja
maka biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit
tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan
untuk meningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein adalah unsur utama dalam
sebagai sumber energi yang akan digunakan untuk proses metabolisme (Darmono,
1993).
Hijauan dan konsentrat merupakan pakan ruminansia secara umum. Hijauan
merupakan bagian aerial dari tanaman terutama rumput dan legume (kacang-
makanan ternak (Hartadi et al., 2005). Pakan yang berasal dari biji-bijiandan
mengandung protein tinggi serta SK yang kurang dari 18% adalah konsentrat dan
sumber energi dan sumber protein. Konsentrat sumber energi memiliki kandungan
energi yang tinggi dan rendah protein (PK kurang dari 20%) dan kandungan SK
kurang dari 18 %, contohnya seperti dedak padi, onggok, ketela pohon, polar dan
jagung. Konsentrat sumber protein mengandung protein tinggi (lebih dari 20%)
dapat berkembang secara optimal. Mikroba yang tumbuh secara optimal akan
ransum.
rata-rata pada domba adalah 3.1% dari bobot badannya. Hasil perhitungan TDN (g)
(Hartadi, dkk,. 1990) hasil perhitungan dari Tabel 1 diperoleh bahwa kebutuhan
TDN pada domba berkisar antara 12.5-14.4% dari ransumnya. Nampak bahwa
semakin tinggi bobot badan, dan semakin tinggi pertambahan bobot badan ternak
Asumsi
Sapi Bakalan 325 kg
Sapi Akhir 500 kg
PBB Bakalan 1.1 kg
PBB Akhir 1.4-1.5 kg
Asumsi
BB awal 20 kg
BB akhir (90) 30.8 kg
PBB 0.12 kg
Hijauan 0.5 kg
Konsentrat 1 kg
Pakan BK (%) PK (%) TDN (%) Ratio (%)
Konsentrat 85 16 70 100
Rumput Taiwan 12 11 66 33.3
Odot 18 10.1 59 33.3
Star Grass 18 11 52.88 33.3
Hari 30 60 83
BB 23.6 27.2 29.96
Domba Penggemukan
Domba Pembibitan
BB BK PK TDN
30 1.200 0.185 0.780
35 1.300 0.181 0.845
40 1.400 0.176 0.910
Usaha sapi potong di PT CABS ditujukan kepada (1) usaha penggemukan, dan (2)
3.2 Pembahasan
3.2.1 Sapi Potong
produksi, dan reproduksi. Tillman, dkk (1991) menyatakan bahwa nutrien pakan
dalam ransum hendaknya tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang sebab
atau bobot badan, potensi genetik, status fisiologi, tingkat produksi dan kesehatan
ternak; 2) faktor ransum yang diberikan, meliputi bentuk dan sifat, komposisi
dan anti nutrisi; dan 3) faktor lain yang meliputi suhu dan kelembaban udara, curah
hujan, lama siang atau malam hari serta keadaan ruangan kandang dan tempat
ransum.
Hasil perhitungan dari data sapi potong yang berada di PT CABS didapat
bahwa bobot badan sapi bakalan rata-rata sebesar 325 kg dan bobot badan akhir
sebesar 500 kg. Pakan yang dikonsumsi yaitu dalam bentuk feed completed. Dari
kebutuhan ideal nutrien dari Tabel Kearl (1982). Perhitungan ini dilakukan
dengan bobot badan 325kg dan 500 kg. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa
kebutuhan nutrien ideal sapi dengan bobot badan 325kg dan 500 kg yang terdiri
dari BK, PK dan TDN tertera pada Tabel .
bahwa pemenuhan nutrien pakan sapi tersebut telah mencukupi kebutuhan ternak
bahkan berlebih dari kebutuhan idealnya. Namun, pada sapi akhir kebutuhan TDN
tidak mencukupi. Kekurangan pemberian nutrien dalam pakan ini bisa disebabkan
perhitungan evaluasi berasal dari sumber lain, bukan dari hasil analisis kandungan
secara kuantitas pun pakan yang diberikan telah mampu memenuhi kebutuhan
nutrien ternak. Kelebihan ini selain untuk memenuhi hidup pokok akan digunakan
untuk menunjang produktivitas sapi potong, yaitu sebagai pengahasil daging.
pakan yang dikonsumsi dengan jumlah kebutuhan nutrien sapi potong yang harus
yaitu dari konsumsi BK, Protein dan TDN. Ketiga komponen ini merupakan nutrien
a) Konsumsi BK
1) faktor pakan, meliputi daya cerna dan palatabilitas; dan 2) faktor ternak yang
meliputi bangsa, jenis kelamin, umur dan kondisi kesehatan ternak. Fungsi BK
pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan
kondisi yang baik dan tidak ada efek ketengikan sehingga dapat meningkatkan
b) Konsumsi PK
Konsumsi PK yang tinggi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya
protein dan juga energi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugeng (1998), yang
menggantikan sel tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh
diubah menjadi energi jika diperlukan. Protein dapat diperoleh dari bahan pakan
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berasal dari biji-bijian. Dijelaskan
lebih lanjut oleh Anggorodi (1994) bahwa kekurangan protein pada sapi dapat
c) Konsumsi TDN
sebagai satuan energi akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Menurut
seiring dengan pertambahan bobot badan. Tinggi rendahnya TDN dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri, jika pakan
yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan
produksi ternak. Oleh karena itu, pakan yang diberikan seharusnya mengandung
nutrient cukup baik secara kualitas maupun kuantitasnya, serta sesuai dengan fase
fisiologisnya. Pakan harus mengandung zat pakan yang dibutuhkan ternak berupa
bahan kering (BK), Energi kasar (EK), Protein kasar (PK), Kalsium (Ca) dan fosfor
(P) (Setiawan dan Arsa 2005). Jenis pakan utama yang diberikan kepada ternak
ialah hijauan baik berupa legume ataupun rumput. Selain hijauan konsentrat juga
perlu diberikan sebagai pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ternak
domba. Jenis hijauan yang diberikan di peternakan yang kami kunjungi berupa
hijauan diantaranya Rumput gewor, Rumput gajah, daun suren, dan jati putih, lalu
adapun pakan tambahan yang diberikan yaitu ampas tahu, pemberian konsentrat
pada domba diharapkan dapat memberikan tambahan berat badan perhari lebih
tinggi, sehingga untuk mencapai berat badan tertentu waktunya lebih singkat,
begitu juga pemberian ransum untuk induk yang sedang bunting dan menyusui
(Mulyono, 2003).
Kebutuhan pakan hijauan domba lokal biasanya berkisar 3-5 kg/ekor/hari.
Pakan hijauan bisa diberikan sepanjang waktu. Sedangkan untuk pakan konsentrat
usia dan ukuran domba. Hijauan diberikan sebanyak 10% dari bobot tubuh dan
konsentrat 2-4% dari bobot tubuh. Hijauan yang diberikan dipeternakan tersebut
sekitar 1,4 kg perhari, hal ini tidak sesuai dgn kebutuhannya, sehingga bobot
badannya pun rendah. Berdasarkan hasil penimbangan didapat bobot badan domba
belum lepas sapih sebagai berikut : Domba 1 = 19,9 Kg, domba 2 = 16,7 Kg, domba
3 = 19,3 Kg, domba 4 = 16,5 Kg, dan domba induk menyusui 27,1 Kg. Kebutuhan
pakan domba dengan bobot badan sekitar 20 kg adalah: BK 5%, PK 9,8%, TDN
60%, Ca 0,38 % dan P 0,28% (Kementerian Pertanian 2014).
Jumlah zat makanan yang diperlukan oleh ternak setiap hari sangat
dipengaruhi oleh jenis ternak, umur, status fisiologis (dewasa, bunting, dan laktasi),
kondisi tubuh (normal atau sakit), lingkungan dan bobot badannya (Tomaszweska
et al., 1993). Domba yang sedang tumbuh membutuhkan nutrisi dalam jumlah yang
pakan adalah kondisi ternak, daya cerna, dan jenis kelamin. Apabila nilai efisiensi
pakan semakin baik maka PBB yang didapatkan juga akan semakin tinggi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Purbowati et al. (2005) yang menyatakan bahwa efisiensi
pakan dipengaruhi oleh kualitas pakan, konsumsi pakan, faktor lingkungan, daya
cerna ternak, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi
tubuh serta jenis pakan yang akan digunakan. Semakin tinggi bobot badan suatu
ternak maka konsumsi pakan atau konsumsi BK pakan juga semakin tinggi.
Blakely dan Bade (1998) menyatakan bahwa nutrien utama yang
dibutuhkan oleh ternak untuk tujuan pertumbuhan adalah energy. Defisiensi energi
pada ternak yang sedang dalam fase pertumbuhan akan menyebabkan penurunan
bobot badan semakin menurun dan yang paling buruk adalah dapat menyebabkan
kematian. Nutrien lain yang mempengaruhi PBB yaitu protein kasar. Menurut NRC
(2006) domba yang sedang tumbuh membutuhkan protein dalam jumlah yang
terpenuhi, protein yang dikonsumsi oleh tubuh ternak akan dimanfaatkan untuk
mengganti jaringan tubuh yang rusak dan pembentukan jaringan baru atau otot
tubuh. Faktor lain yang dapat juga berpengaruh pada pertambahan bobot badan
adalah seperti umur dan genetik domba.
pemberian nutrien dalam pakan ini bisa disebabkan karena kandungan nutrien
hijauan dan konsentrat yang digunakan dalam perhitungan evaluasi berasal dari
sumber lain, bukan dari hasil analisis kandungan pakan yang diberikan pada domba
relative sama, sehingga hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas pun pakan
yang diberikan telah mampu memenuhi kebutuhan nutrien ternak. Kelebihan ini
domba tersebut, hal ini bisa disebabkan karena bahan pakan yang digunakan bekum
sesuai dengan kebutuhan domba tersebut.
a) Pemberian pakan
Pakan yang diberikan pada sapi perah di PT CABS dalam bentuk completed
sesuai dengan pernyataan Etgen et al. (1987) yang menyatakan bahwa rasio untuk
hijauan dalam bahan kering ransum harus berkisar 40-70%, jika rasio hijauan
kurang dari 40% maka kadar lemak susu akan turun atau sebaliknya jika rasionya
melebihi 70%, maka produksi susu yang tinggi akan tercapai. Selain itu Menurut
Siregar (1996) untuk mencapai produksi susu yang tinggi dengan tetap
b) Kecukupan Nutrisi
Secara umum kebutuhan nutrien pada saat musim kemarau lebih besar
musim hujan dan kemarau dianggap sama. Hal ini disebabkan bobot badan, dan
produksi susu sapi pada saat musim penghujan dan musim kemarau tidak jauh
berbeda
Tabel 9. Kecukupan Nutrien Sapi Perah Berdasarkan NRC 1989
informasi dari bobot badan, kadar lemak, dan produksi susu. Parakkasi (1999)
melaporkan bahwa kebutuhan akan zat nutrisi pada sapi perah dipenuhi dengan cara
merupakan faktor penting yang merupakan dasar untuk hidup dan menentukan
produksi. Zat-zat nutrisi yang diperlukan sapi perah utuk kebutuhan hidup pokok
maupun untuk produksi adalah energi, protein, mineral, dan vitamin (McDonald et
al. 1995). Zat nutrisi tersebut dapat terpenuhi didasarkan pada konsumsi pakan
bahan kering.
Kebutuhan BK untuk sapi perah adalah sekitar 2.5 sampai 3% dari bobot
badan (NRC 2001). Kebutuhan energi (TDN) untuk sapi perah adalah berdasarkan
kebutuhan hidup pokok, kebutuhan produksi susu, dan kebutuhan sapi bunting pada
merupakan zat pakan yang penting untuk proses metabolisme tubuh (Sudono 1999).
Jumlah protein yang dibutuhkan sapi laktasi tergantung pada berat badan, jumlah
susu yang dihasilkan dan kadar lemak susu yang dihasilkan (Siregar 1972).
Kondisi tubuh sapi dewasa yang ideal berkaitan erat dengan produksi susu
optimal. Sapi dewasa yang berada pada kondisi tubuh terlalu gemuk atau terlalu
kurus akan menurunkan produksi susu Taylor and Field (2004) yang menyatakan
bahwa setelah beranak sapi perah akan mengalami kesulitan menyediakan nutrisi
untuk produksi susu karena konsumsi susu terbatas, sehingga cadangan lemak
tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Oleh karenanya, sapi perah akan
konsumsi yang sama membuat bobot badan dan BCS sapi perah tidak berbeda
nyata. Perbedaan produksi susu pada musim penghujan dan musim kemarau bisa
disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, perubahan suhu lingkungan, Yani dan
Purwanto (2006) menyatakan bahwa cekaman panas pada ternak berdampak pada
peningkatan, konsumsi air minum, penurunan konsumsi pakan, dan produksi susu.
Jenis pakan yang diberikan pada musim kemarau cenderung diberi jerami yang
kualitas dan kuantitas hijauan yang diberikan pada musim kemarau diakibatkan
lebih banyak diberi jerami menyebabkan produksi susu pada musim kemarau secara
nyata lebih rendah dibandingkan pada musim hujan.
syarat-syarat tertentu agar aman dikonsumsi yaitu kadar berat jenis minimal 1.027,
kadar lemak minimum 3%, kadar protein minimum 2.7% dan Solid Non Fat (SNF)
minimal 7.8% hal tersebut menujukan bahwa kualitas susu di KUNAK telah
memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Namun,
untuk kadar SNF susu di KUNAK masih dibawah batas minimum yang ditetapkan.
Rata-rata kadar lemak, laktosa, solid non fat (SNF) antara kedua musim tidak
berbeda nyata, sedangkan rata-rata kadar protein susu pada musim kemarau nyata
dengan kadar protein susu memiliki hubungan yang positif, yaitu peningkatan
konsumsi bahan kering ransum akan meningkatkan kadar protein susu (Anggraini
2005). Kadar bahan kering tanpa lemak juga dipengaruhi kadar lemak susu dan
kadar lemak susu rendah maka kadar bahan kering tanpa lemak susu cenderung
lebih tinggi (Sembiring 2002).
5.1 Kesimpulan
Pemberian pakan untuk sapi potong, sapi perah dan domba sebaiknya