Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN, SOSIAL EKONOMI, DAN

KETERSEDIAAN SARANA DENGAN PEMILAHAN SAMPAH


RUMAH TANGGA DI KELURAHAN BANJAR NEGARA WILAYAH
KERJA PUSKESMAS CIWANDAN KOTA CILEGON TAHUN 2017
Vita Fatimatullahi
Program studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Faletehan Serang-Banten
Abstrak
Upaya yang dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga dalam pengelolaan
sampah adalah pemilahan sampah. Pemilahan sampah adalah bentuk
pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah dan/ sifatnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pendidikan, social
ekonomi, dan ketersediaan sarana dengan pemilahan sampah rumah tangga di
Kelurahan Banjar Negara tahun 2017. Desain penelitian yg digunakan adalah
Cross Sectional dimana sampel diambil dengan metode proportional random
sampling. Populasi penelitian adalah keluarga di Kelurahan Banjar Negara
dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang. Pengumpulan data primer
menggunakan kuesioner melalui wawancara. Data sekunder di dapat dari Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Puskesmas Ciwandan dan
Kelurahan Banjar Negara. Hasil penelitian univariat menunjukkan dari 100
responden, 71% kurang baik dalam pemilahan sampah, 69% berpendidikan
rendah, 81% bekerja, 60% berpendapatan rendah, dan 71% tidak memiliki
ketersediaan sarana. Dari hasil analisis bivariat menunjukan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pendidikan (P=0,000), pendapatan (P=0,000), dan
ketersediaan sarana (P=0,000), sedangkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara pekerjaan (P=0,091) dengan pemilahan sampah rumah tangga. Saran
penelitian, diharapkan kepada kepala keluarga memiliki dua tempat sampah
untuk sampah basah dan tempat sampah kering dan memiliki TPS dalam bentuk
bangunan.
Kata Kunci : Pemilahan sampah rumah tangga, pendidikan, social ekonomi,
ketersediaan sarana
Abstract
The Efforts that can be done at the household level in waste management
are segregation of waste. Sorting waste is a form of grouping and separation of
waste according to type, number and / character. This study aims to determine the
relationship between education, socio-economic, and availability of facilities by
sorting household waste in Banjar Negara Village in 2017. The research design
used was Cross Sectional where samples were taken by proportional random
sampling method. The study population was families in Banjar Negara Village
with a total sample of 100 people. Primary data collection using questionnaires
through interviews. Secondary data was obtained from the Environmental
Service, Cilegon City Health Office, Ciwandan Health Center and Banjar Negara
Village. Univariate reserch results showd 100 respondents, 71% lessgood in
sorting waste, 69% low educated, 81% working, 60% low income, and 71% did
not have the availability of facilities. From the results of bivariate analysis
showed that there was a significant relationship between education (P = 0,000),
income (P = 0,000), and availability of facilities (P = 0,000), whereas there was
no significant relationship between jobs (P = 0,091) and waste sorting household.
Suggestions for research, it is expected that the head of the family has two bins
for wet garbage and dry trash bins and has TPS in the form of buildings.

Keywords: Sorting household waste, education, socio-economic, availability of


facilities.

PENDAHULUAN

Lingkungan sebagai akumulasi kondisi fisik, social, budaya, ekonomi dan


politik yang mempengaruhi kehidupan dari komunitas tersebut. Sedangkan
kesehatan dari suatu komunitas bergantung pada integritas lingkungan fisik, nilai
kemanusiaan dalam hubungan social, ketersediaan sumber yang diperlukan
dalam mempertahankan hidup dan penanggulangan penyakit. Kesehatan
lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan
perawatan komunitas.¹
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga,
pasar, perkantoran, rumah, penginapan, hotel, rumah makan, industry, puingan
bahan bangunan dan besi besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan
hasil sampingan dari aktifitasnmanusia yang sudah tidak terpakai.
Besarnya sampah yang dihasilkan dalalm suatu daerah tertentu sebanding
dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut
terhadap barang/material. Semakin besar jumlah penduduk atau tingkat konsumsi
terhadap barang maka semakin besar pula volume sampah yang dihasilkan. Hal
ini disebabkan jumlah penduduk yang cukup besar dan termasuk kedalam
kategori kota besar.
Sesuai dengan arahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008, pengelolaan
sampah kota mencakup upaya pengurangan sampah dan penanganan sampah
sejak dari sumber timbulannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan pada level
rumah tangga dalam pengrlolaan sampah adalah pemilahan sampah. Pemilahan
sampaha ini merupakan tahapan awal yang menentukan keefektifaan system
pengelolaan sampah pada tahapan selanjutnnya. Pemilahan sampah bertujuan
untuk meletakan jenis sampah sesuai dengan kelompoknya (sampah organik dan
anorganik). Pemilahan sampah dilakukan agar sampah dapat dimanfaatkan atau
di daur ulang.
Dalam penelitian Sucipto 25 tahun terakhir, jumlah populasi penduduk
Indonesia meningkat 2 kali lipat dari 119,2 juta orang (dalam tahun 1971)
menjadi 198,2 juta (dalam tahun 1996). Dalam tahun 2011 populasi telah
mencapai 237 orang. Bahkan diprediksi jumlah populasi akan terus meningkat
menjadi 264,4 juta dalam tahun 2020 dengan laju pertumbuhan 0,9% pertahun.
Dalam tahun 1990, presentase populasi yang tinggal didaerah perkotaan sekitar
30,93%. Presetase tersebut meningkat menjadi 36,71% semenjak tahun 1998.
Pada tahun 1995, jumlah rata-rata produksi sampah perkotaan di Indonesia adalah
0,8kg perkapita perhari, sementara dalam tahun 2000 meningkat menjadi 1,0kg.
diperkirakan dalam tahun 2020 menjadi 2,1kg perkapita.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon pada tahun 2016 mencatat, setiap
orang di Kota Cilegon kini rata-rata menghasilkan 2,3 liter sampah perhari.
Dengan jumlah penduduk Kota Cilegon tahun 2016 adalah 451.529 jiwa dan
diperkirakan volume sampah yang dhasilkan adalah 1.039 mᶟ/ hari.
Berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2015,
Kepemilikan Tempat Sampah (TPS) yang ada di Kota Cilegon diantaranya yaitu:
Kecamatan Cilegon (82,54), Kecamatan Jombang (86,72%), Kecamatan Pulo
Merak (62,03%), Kecamatan Grogol (63,31%), Kecamatan Purwakarta
(92,82%), Kecamatan Ciwandan (61,77%), Kecamatan Citangkil (90,45%), dan
Kecamatan Cibeber (76,49). Dari data tersebut Kepemilikan Sarana Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) Rumah Tangga yang terendah adalah Kecamatan
Ciwandan sebesar 61,77%.
Berdasarkan data Puskesmas Ciwandan tahun 2016 dengan jumlah
penduduk 11,244 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 6 Kelurahan diketahui
bahwa Kelurahan Banjar Negara adalah Kelurahan yang memiliki Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) yang kurang baik. Dari data Puskesmas Ciwandan
yang memiliki tempat sampah yaitu 7.147 Kepala Keluarga (KK), Kepemilikan
Tempat Sampah di Kelurahan Banjar Negara sebanyak 834 Kepala Keluarga
(KK) dari 1.650 Kepala Keluarga (KK). Dari data tersebut terlihat masih
banyaknya masyarakat Kelurahan Banjar Negara yang belum memiliki tempat
sampah dikarenakan masih banyak yang tidak melakukan pemilahan sampah dan
sampah langsung dibakar dan dibuang.
Dari kejadian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Hubungan antara Pendidikan, Sosial Ekonomi, dan Ketersediaan Sarana dengan
Pemilahan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Banjar Negara di Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2017”.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, dengan desain penelitian
Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi
antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time approach).² Pada
penelitian ini variable independen yang diteliti yaitu pendidikan, sosial ekonomi,
dan ketersediaan sarana. Sedangkan variable dependen yaitu pemilahan sampah
rumah tangga. Penelitian ini dilakukan pada bulan mei sampai dengan juli 2017,
bertempat di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota
Cilegon. Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang ada di
Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon.
Populasi penelitian sebanyak 2023 Kepala Keluarga (KK) sedangkan sampel
dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK)/ibu yang ditentukkan
menggunakan rumus.³ Dari hasil survey di Kelurahan Banjar Negara ada 19 RT
dan 04 RW. Teknik sampling dalam penelitian ini untuk menentukkan jumlah
sampel per RW digunakan dengan menggunakan proportional random sampling.
Sedangkan untuk menentukana tiap-tiap RT, digunakan metode simple random
sampling, dimana semua KK mempunyai kesempatan yang sama sebagai sample.
Data yang dikumpulkan dalam penellitian ini adalah data primer diperoleh
dengan menggunkan alat ukur kuesinoer melalui wawancara dengan Kepala
Keluarga (KK)/ibu dan data sekunder berasal dari pofil puskesmas yang
didapatkan dari Puskesmas Ciwandan, buku induk penduduk Kelurahan Banjar
Negara yang di dapatkan dari Kelurahan Banjar Negara. Data diolah dengan
menggunakan software computer dan menggunakan aplikasi SPSS. Sedangkan
analisa data dilakukan secara unvariat untuk melihat distribusi frekuensi
karakteristik setiap variable penelitian, Dan analisis bivariate dilakukan dengan
uji chi square dengan tingkat kemaknaan α=0,05 untuk melihat hubungan antara
dependent antara variable dependen dan independent dan variable lainnya.
Penyajian analisis buvariat dilakukan dengan membuat table dan di
interprestasikan dakam bentuk narasi. Sedangkan untuk melihat kejelasan tentang
dinamika hubungan anara factor resiko dan factor efek dilihat melalui nilai Odds
Ratio (OR). OR dalam hal ini untuk mengetahui keeratan hubungan antara
variable bebas dan variable terikat.

HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Pemilahan Sampah Antara Pendidikan, Sosial
Ekonomi Dan Ketersediaan Sarana Di Kelurahan Banjar Negara Wilayah
Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon.
No Pemilahan sampah Jumlah Presentase (%)
Kurang Baik 71 71
1.
Baik 29 29
2.
Pendidikan Jumlah Presentase (%)
No
Rendah 69 69
1.
Tinggi 31 31
2.
Pekerjaan Jumlah Presentase (%)
No
Tidak bekerja 19 19
1.
Bekerja 81 81
2.
Pendapatan Jumlah Presentase (%)
No
Rendah 60 60
1.
Tinggi 40 40
2.
Ketersediaan sarana Jumlah Presentase (%)
No.
Kurang baik 71 71
1.
Baik 29 29
2.

Total 100 100

Dari hasil penelitian yang dianalisis secara univariat, pada tabel 1 sebanyak 71
(71%) responden yang memilah sampah kurang baik, sebanyak 69 (69%)
responden memiliki pendidikan rendah, sebanyak 60 (60%) pendapatan Kepala
Keluarga yang rendah, sebanyak 71 (71%) responden yang memiliki ketersediaan
sarana kurang baik dalam pemilahan sampah rumah tangga di Kelurahan Banjar
Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon tahun 2017.

2. Analisis Bivariat
Tabel 2
Distribusi Hubungan Antara Pendidikan, Social Ekonomi, Dan
Ketersediaan Sarana Dengan Pemilahan Sampah Rumah Tangga Di
Kelurahan Banjar Negara Tahun 2017
No variabel pemilahan sampah rumah tangga total Pvalue OR (95%) CI

Kurang baik Baik


Frek % frek % n %

A. Pendidikan
1. rendah 63 91,3 6 8,7 69 100 0,000 30, 188

(9,452-11,936)
2. tinggi 8 25,8 23 74,2 31 100

B. Pekerjaan
1. tidak 17 89,5 2 10,5 19 100 0,091 4,250
bekerja (0,915-19,751)

2. bekerja 54 66,7 27 33,3 81 100

C. Pendapatan

1. rendah 57 95 3 5 60 100 0,000 35,286

(9,328-133,473)

2. tinggi 14 28,4 26 11,6 40 100

D. ketersediaan

Sarana

1. kurang baik 71 100 0 0 71 100 0,000

2. baik 0 0 29 100 29 100


Total 71 71 29 29 100 100

Berdasarkan tabel 2, untuk pemilahan sampah berdasarkan pendidikan dari 69


responden yang pendidikan rendah sebanyak 63 (91,3%) yang pemilahan sampah
rumah tangganya kurang baik, dan sebanyak 6 (8,7%) yang pemilahan
sampahnya baik. Sedangkan dari 31 responden yang mempunyai pendidikan
tinggi sebanyak 8 (25,8%) yang pemilahan sampah rumah tangganya kurang
baik, dan sebanyak 23 (74,2%) yang pemilahan sampah rumah tangganya baik.
Untuk variabel pemilahan sampah berdasarkan pekerjaan dari 19 Kepala
Keluarga yang tidak bekerja sebanyak 17 (89,5%) yang pemilahan sampah rumah
tangganya kurang baik, dan sebanyak 2 (10,5%) yang pemilahan sampahnya baik.
Sedangkan dari 81 kepala keluarga yang bekerja sebanyak 54 (66,7%) yang
pemilahan sampah rumah tangganya kurang baik, dan sebanyak 27 (33,3%) yang
pemilahan sampah rumah tangganya baik. Untuk variabel pemilahan sampah
berdasarkan pendapatan dari 60 Kepala Keluarga yangfg pendapatanya rendah
sebanyak 57 (95%) yang pemilahan sampah rumah tangganya kurang baik, dan
sebanyak 3 (5%) yang pemilahan sampahnya baik. Sedangkan dari 40 Kepala
Keluarga yang pendapatanya tinggi sebanyak 14 (28,4%) yang pemilahan
sampah rumah tangganya kurang baik, dan sebanyak 26 (11,6%) yang pemilahan
sampah rumah tangganya baik. Untuk variabel pemilahan sampah berdasarkan
ketersediaan sarana dari 71 Kepala Keluarga yang memiliki ketersediaan sarana
klurang baik sebanyak 71 (100%) yang pemilahan sampah rumah tangganya
kurang baik, dan sebanyak 0 (0%) yang pemilahan sampahnya baik. Sedangkan
dari 29 Kepala Keluarga yang mempunyai ketersediaan sarana yang baik
sebanyak 0 (0%) yang pemilahan sampah rumah tangganya kurang baik, dan
sebanyak 29 (100%) yang pemilahan sampah rumah tangganya baik.
Dari hasil analisis bivariate menggunakan uji chi square diperoleh secara statistic
pada α 5% ada hubungan yang signifikan antara pendidikan (nilai P= 0,000),
pendapatan (nilai P=0,000), dan ketersediaan sarana (nilai P=0,000) dengan
pemilahan sampah Rumah Tangga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon tahun 2017 (nilai P< 0,05). Sedangkan
variabel pekerjaan (nilai P= 0,091) secara statistik pada α 5% tidak ada hubungan
yang signifikan dengan pemilahan sampah Rumah Tangga di Kelurahan Banjar
Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon tahun 2017 (nilai
P>0,05). Hasil analisa lanjut diperoleh pula nilai OR=30,188 yang artinya yang
berpendidikan rendah mempunyai peluang 30 kali untuk tidak melakukan
pemilahan sampah dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi.
Diperoleh nilai OR=4,250 yang artinya responden yang tidak bekerja mempunyai
peluang 4 kali untuk tidak melakukan pemilahan sampah dibandingkan
responden yang bekerja. Diperoleh nilai OR=35,286 yang artinya responden yang
pendapatanya rendah mempunyai peluang 35 kali untuk tidak melakukan
pemilahan sampah dibandingkan dengan responden yang pendapatannya tinggi.

PEMBAHASAN
Pendidikan
Pada penelitian ini dari 100 responden sebagian besar sebanyak 69 (69%)
responden yang memiliki pendidikan rendah dalam pemilahan sampah rumah
tangganya. Dari pemilahan sampah rumah tangga dengan pendidikan rendah
yang pemilah sampah rumah tangganya baik lebih sedikit yaitu sebanyak 8,7%,
dibandingkan dengan pemilahan sampah rumah tangga dengan pendidikan tinggi
yaitu sebanyak 74,2%. Dari hasil uji analisis bivariate diperoleh ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan pemilahan sampah rumah tangga.
Tingkatan pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan respon
terhadap suatu informasi yang datan dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi
akan memberikan respon yang rasional terhadap informasi yang datang dan
berfikir akan sejauh mana keuntungan yang mungkin akan diperoleh dari
informasi atau gagasan tersebut sedangkan orang yang berpendidikan rendah
akan memberikan respon seolah-olah diketahuinya padahal belum tentu mereka
memahami dan mengetahui isi informasi tersebut serta biasanya mereka
berpendidikan rendah jarang memikirkan keuntungan yang akan mereka peroleh
dari setiap informasi atau gagasan tersebut. Pada penelitian ini mayoritas
pendidikanya adalah hanya tamat SD sebanyak 39 responden, tidak tamat SD
sebanyak 9 responden berpendidikan SMP sebanyak 21 responden,
berpendidikan SMA sebanyak 22 reponden dan 9 reponden berpendidikan
perguruan tinggi.

Pekerjaan
pada penelitian ini dari 100 responden sebagian besar sebanyak 81 (81%)
responden yang bekerja dalam pemilahan sampah rumah tangganya. Dari
pemilahan sampah rumah tangga dengan reponden yang tidak bekerja yang
pemilahan sampahnya baik lebih sedikit yaitu sebanyak 10,5%, dibandingkan
dengan reponden yang bekerja yaitu sebanyak 33,3%. Dari hasil analisis bivariate
diperoleh tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemilahan
sampah rumah tangga. Penelitian ini sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh
Alin Sri Maulina (2012), bahwa tidak ada hubungan antara faktor pekerjaan yang
mengindikasikan ketersediaan waktu luang responden dengan keputusan
responden untuk memilah sampah dirumah. Pada penelitian dilapangan bahwa
pekerjaan yang dimikliki kepala keluuarga adalah buruh yang pendapatan setiap
bulannya tidak menentu dan itupun tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari.
Namun, masyarakat yang tidak bekerja seharusnya merasakan pentingnya
menjaga kesehatan individu maupun keluarga untuk tetap dapat hidup secara
sehat dan dapat melaksanakan aktifitas sesuai pekerjaan yang dimilikinya.
Pendapatan
Pada penelitian ini dari 100 responden sebanyak 60 (60%) responden yang
pendapatanya rendah dalam pemilahan sampah rumah tangganya. Dari pemilahan
sampah rumah tangga dengan responden yang memiliki pendapatan rendah yang
pemilahan sampahnya baik lebih sedikit yaitu sebesar 5%, dibandingkan dengan
responden yang pendapatannya tinggi yaitu sebanyak 11,6%. Dari analisis
bivariate diperoleh ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan
pemilahan sampah rumah tangga. Penelitian ini sejalan dengan hasil yang
dilakukan oleh Hayana (2012), bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan
partisipasi ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah dikarenakan bahwa
responden yang memiliki pendapatan rendah maka partisipasinya dalam
pengelolaan sampah rendah, sementara responden yang memiliki pendapatan
tinggi maka tingkat partisipasinya dalam mengelola sampah juga tinggi.
Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh Alin Sri Maulina
(2012) diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor
pendapatan responden dengan keputusan untuk memilah sampah dirumah.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, pendapatan yang diperoleh oleh
keluarga rata rata dibawah UMK Cilegon yaitu sebesar 2-2,5 juta perbulan.
Itupun kadang kadang dibawah 2 juta.hal ini dikarenakan mayoritas pekerjaan
pada masyarakat di Kelurahan Banjar Negara hanya sebagai buruh yang
pendapatan setiap bulannya tidak menentu.
Ketersediaan sarana
Pada penelitian ini dari 100 responden, 71 (71%) yang memiliki ketersediaan
sarana kuran baik dalam pemilahan sampah rumah tangganya. Dari pemilahan
sampah rumah tangga dengan responden yang memiliki ketersediaan sarana
kuran baik dengan pemilahan sampah rumah tangga baik lebih sedikit yaitu
sebanyak 0%, dibandingkan dengan responden yang mempunyai ketersediaan
sarana baik yang pemilahan sampah rumah tangganya baik yaitu sebesar 100%.
Penelitian ini sejalan dengan hasil yang dilakukan oleh Alin Sri Maulina (2012)
bahwa ketersediaan tempat sampah terpilah berhubungan dengan partisipasi
responden dalam pemilahan. Bagi responden yang telah memilaj, partisipasi
dalam memilah lebih didasarkan pada kesadaran pribadi meskipun belum
terfasilitasi tempat sampah terpilah, sedangkan bagi responden yang belum
memilah faktor ini menjadi alas an untuk tidak berpartisipasi. Selain itu,
ketersediaan sarana juga memberikan kenyamanan dalam melakukan pemilahan.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, banyak responden yang memiliki
keterseiaan sarana kurang baik. Adapun masyarakat yang sudah memilah, mereka
hanya mempunyai satu sarana akan tetapi mereka menggunakan kantong plastic
untuk sampah anorganik seperti botol botol bekas dan kemudian menjualnya ke
pelapak yang ada di Kelurahan Banjar Negara atau menukarnya dengan minyak
goreng.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat didimpulkan di Kelurahan Banjar Negara Wilayah
Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon tahun 2017 :
1. sebanyak 71 (71%) pemilahan sampah rumah tangga di Kelurahan Banjar
Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon kurang baik.
2. sebanyak 69 (69%) responden yang di wawancarai di Kelurahan Banjar
Negara Wilayah Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon memiliki
pendidikan rendah.
3. sebanyak 19 (19%) kepala keluarga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah
Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon tidak bekerja.
4. Sebanyak 60 (60%) di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas
Ciwandan Kota Cilegon memiliki pendapatan rendah,
5. Sebanyak 71 (71%) kepala keluarga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah
Kerja Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon memiliki ketersediaan sarana
kurang baik.
6. Ada hubungan antara pendidikan (P=0,000) dengan pemilahan sampah
rumah tangga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas
Ciwandan Kota Cilegon
7. Tidak ada hubungan antara pekerjaan (P=0,091) dengan pemilahan sampah
rumah tangga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas
Ciwandan Kota Cilegon.
8. Ada hubungan antara pendapatan (P=0,000) dengan pemilahan sampah
rumah tangga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja Puskesmas
Ciwandan Kota Cilegon
9. Ada hubungan antara ketersediaan sarana (P=0,000) dengan pemilahan
sampah rumah tangga di Kelurahan Banjar Negara Wilayah Kerja
Puskesmas Ciwandan Kota Cilegon

SARAN

Bagi puskesmas ciwandan, di tingkatkan penyuluhan dan sosialisasi


kepada masyarakat mengenai pemilahan sampah organic dan anorganik,
terutama memberikan penyuluhan dan pengarahan untuk setiap kader dan
tokoh masyarakat di setiap RT dan RW dapat berperan lebih aktif
mengenai pemilahan sampah rumah tangga. Dan adakan program Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pengelolaan sampah disetian
kelurahan.
Bagi masyarakat kelurahan Banjar Negara diharapkan untuk setiap
keluarga memiliki tempat sampah organic, anorganik, dan B3 dan bagi
masyarakat yang kurang paham tentang pemilahan sampah, sebaiknya
dapat bertanya kepada petugas yang lebih paham, sehingga masyarakat
menjadi lebih baik dalam pemilahan sampah.

DAFTAR REFERENSI

Rakernas Departemen Kesehatan RI, 2010. Gerakan Pembangunan


Berwawasan Kesehatan sebagai Strategi Nasional Menuju Indonesia
Sehat. Jakarta.
Notoatmodjo.S.(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta. PT.
Rineka Cipta.
Brown, Leonard.2002. How Is Waste Management Affected By
Socioeconomic Factors. Submitted To Dr. H. A. Babaie Geology 2001,
Sumer 2002. Dalam jurnal. Usu.ac.id. diakses tanggal 5 mei 2017.
Sucipto (2012), Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah. Yogyakarta.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 Tentang
Perlindungan dan Pengolahan Sampah.
Profil Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon tahun 2016.
Dinas Kesehatan Kota Cilegon. Data Cakupan Sarana Air Bersih dan
Pengelolaan Lingkungan Kota Cilegon, 2015.
Profil Puskesmas Ciwandan tahun 2016.
Laporan Kegiatan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Ciwandan Tentang
Kepemilikan Tempat Sampah tahun 2016.
Profil Kelurahan Banjar Negara Tahun 2017.
Undang – undang No.66 Tahun 2014: Pasal 1.
Undang – undang No.36 Tahun 2009: Pasal 162.
Undang – undang No.18 Tahun 2008: Tentang Pengelolaan sampah
Alin Sri Maulina 2012. Identifikasi Partisipasi Masyarakat dalam
Pemilahan sampah di Kecamatan Cimahi Utara Serta Faktor yang
Memperngaruhinya Bahwa ada Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Dengan Keputusan Responden Untuk Memilah Sampah Di Kecamatan
Cimahi Utara.
Hayana, (2011). Pengaruh Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap
Partisipasi Ibu Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan
Bangkinang Kabupaten Kmpar tahun 2011.
Stikes Faletehan, 2017. Panduan Skripsi Program Studi Kesehatan
Masyarakat Tahun Akademik 2014/2016. Stikes Faletehan Serang Banten.

Anda mungkin juga menyukai