Anda di halaman 1dari 11

Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self Constructing Fuzzy

Neural Network dengan Metode Algoritma Pelatihan Levenberg Marquardt

Suhariningsih1,2), Soebagio2), Mauridhi Heri Purnomo2)


1)
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - ITS 2)Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya Kampus ITS Keputih Sukolilo Surabaya 60111 E-mail : nuning@eepis-its.edu

ABSTRAK

Dalam penelitian ini dikembangkan pengaturan kecepatan motor induksi 3 phase tanpa sensor yang dioperasikan
dengan metoda Field Oriented Vector (FOC). Kecepatan motor diestimasi oleh suatu observer dengan suatu
metoda Self Constructing Fuzzy Neural Network (SCFNN) dimana pelatihannya menggunakan metode algoritma
pelatihan Levenberg Marquardt (LM), yang menggantikan metode Backpropagasi karena metode ini kurang
cepat mencapai konvergen. Metode SCFNN mempunyai kemampuan untuk menggabungkan Fuzzy dan Neural
Networks. Hasil simulasi menunjukkan sistem dapat mengestimasi fluksi dan kecepatan dengan kekonvergenan
yang lebih cepat dari metode backpropagasi. Hasil estimasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi kecepatan
rotor motor induksi

Kata kunci: pengaturan kecepatan, motor induksi tanpa sensor, FOC, SCFNN observer, Levenberg Marquardt

ABSTRACT

This paper describes about development of 3 phase speed sensorless induction motor speed controller using
Field Oriented Vector(FOC) method. Motor speed is estimated by an observer using Self Constructing fuzzy
Neural Network (SCFNN) with Levenberg Marquardt(LM) learning algorithm method, that replaces
backpropagation method because this method is slow to reach convergent. SCFNN method combines the fuzzy
and neural network. The simulation results show that the system can estimate flux and speed of induction motor
and it converges faster than backpropagation method. .The estimation result can be used to identify rotor speed
of induction motor with good performance

Keywords: speed control, induction motor, sensorless, FOC, SCFNN observer, Levenberg Marquardt

PENDAHULUAN Kelebihan motor induksi selain kokoh,


konstruksinya sederhana juga perawatannya
Motor DC merupakan jenis motor yang paling mudah. Kelemahan motor induksi antara lain
ideal untuk kontrol elektrik karena kecepatannya motor induksi merupakan motor yang tidak
dapat diatur dengan mudah dan tidak linier, metode untuk mengatur kecepatan rumit,
memerlukan konverter. Kelemahan motor DC disamping itu diperlukan suatu konverter yang
adalah harganya relatif mahal, ukurannya relatif dapat menimbulkan harmonisa. Namun setelah
besar, adanya komutator dan sikat-sikat dalam ditemukan suatu metode Field Oriented
motor, sehingga memerlukan perawatan yang Control(FOC) yang mengubah sistem couple
rumit dan harus dilakukan rutin. Selama menjadi decouple, kesulitan dapat diatasi.
perawatan operasi sistem terhenti, tentu ini Penggunaan metode ini menyebabkan motor
sangat tidak dikehendaki dalam industri, karena induksi berfungsi seperti motor DC penguat
akan sangat mengganggu proses dan mengurangi terpisah. Dengan demikian motor induksi
hasil (produksi) industri, yang berdampak pada menggeser peranan motor DC dalam industri.
kerugian perusahaan .
Dalam sistem pengaturan kecepatan motor
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 induksi yang dioperasikan dengan metode FOC
Desember 2008. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada
Jurnal Teknik Elektro volume 9, nomor 1, Maret 2009.
diperlukan suatu sensor kecepatan untuk

79
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

mengamati nilai kecepatannya. Hasil pengamatan MODELING


dari sensor kecepatan motor ini dibandingkan
dengan kecepatan set point, yang kemudian Model Sistem
diumpankan ke kontroller untuk bisa
mengendalikan kecepatan sehingga sesuai Mengembangkan dari beberapa penelitian yang
dengan harga set point yang di-input-kan. telah dilakukan oleh Seong- Hwan Kim, dkk.[3],
Biasanya letak sensor terlalu jauh dari sistem Faa-Jeng Lin, dkk[4] dan Iradiratu DPK.[2],
kontrol maka proses pengamatan sensor pada maka blok diagram sistem yang dikembangkan
motor induksi ini membuat hasil pengukuran pada penelitian ini terlihat pada gambar 1.
kecepatannya menjadi kurang akurat. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu Field Oriented Control
observer yang berfungsi untuk mengamati besar
Field Oriented Control (FOC) adalah suatu
torka dan arus, sehingga kecepatan motor dapat
diprediksi. Karena itu dikembangkan suatu metode pengaturan medan pada motor AC,
observer menggunakan metode Selft Contructing dimana dari sistem coupled diubah menjadi
Fuzzy Neural Network (SCFNN). sistem decoupled. Dengan sistem ini arus
penguatan dan arus beban motor dapat dikontrol
Sasaran dari penelitian ini adalah secara terpisah, dengan demikian torka dan fluksi
mengembangkan suatu observer metode Self juga dapat diatur secara terpisah. Diagram blok
Constructing Fuzzy Neural Network (SCFNN) yang menggambarkan prinsip dasar sistem
dengan metode algorithm pelatihan Levenberg decoupled field oriented control (FOC
Marquardt yang menggantikan SCFNN dengan Decoupled) motor induksi ditunjukkan pada
metode Backpropagasi yang dilakukan peneliti gambar 2 [5].
sebelumnya [1]. Metode ini digunakan untuk
mengontrol kecepatan motor induksi 3 phase,
sehingga motor mempunyai kinerja yang lebih
bagus dengan pencapaian kekonvergenan yang
lebih cepat.

Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi


terhadap upaya untuk terus mengembangkan
metode pengaturan kecepatan pada motor
induksi sehingga dapat meningkatkan kinerja
yang lebih baik dari sistem yang menggunakan Gambar 2. Diagram blok FOC decoupled motor
motor induksi. Dengan perbaikan kinerja sistem induksi
diharapkan meningkatkan efisiensi kerja pada
dunia industri. Model Inverter

Vektor rotasi terhadap arus magnetisasi dan arus


torsi menghasilkan arus fase referensi yang
digunakan untuk sinyal kontrol PWM inverter.
Tegangan yang dihasilkan inverter akan
digunakan oleh stator motor induksi. Model
PWM inverter ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 1. Konfigurasi sistem speed-sensorless


vector control untuk motor induksi dengan Gambar 3. PWM inverter
SCFNN[2]

80
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Model Motor Induksi Pada lapisan kedua terjadi proses fuzzifikasi dan
pembentukan membership fungsi. Fungsi yang
Rangkaian ekivalen motor induksi dalam dipergunakan adalah fungsi Gaussian.
koordinat d-q dapat dilihat pada gambar 4. i
- m ji
(x ) 2
(3)
rs ωλds + Lls - L’lr - + r'r u j
= exp 2
Ai
+ + σ
iqs (ω −ωr )λ'dr i'qr ji
Vqs
M V’qr dengan mji dan σji adalah rata-rata (mean) dan
- -
standar deviasi.
rs ωλqs + Lls - L’lr + - r'r
Lapisan ketiga merupakan penentuan kondisi
+ + awal dari aturan fuzzy. Langkah ini adalah untuk
ids (ω −ωr )λ'qr i'dr
memperoleh hasil perkalian antara semua
Vds
M V’dr komponen input dari error dan delta error
- -
dengan persamaan untuk rule node ke-j:

Gambar 4. Rangkaian ekivalen motor induksi u j = u A1 ( x1 )u A2 ( x2 )L u An ( xn ) = ∏ u Ai ( xi )


j j j j
(4)
i
dalam koordinat d-q
Dengan uj adalah output node rule ke-j.
Dengan memasukkan tegangan rotor (V r = 0)
pada rangkaian ekivalen motor induksi dalam
Lapisan keempat berfungsi untuk menjumlahkan
koordinat d-q, maka didapat besaran tegangan seluruh sinyal masukan yang disimbolkan
stator yang merupakan fungsi dari arus stator dan dengan Σ kemudian dirumuskan dalam
arus rotor dalam bentuk matrik sebagai berikut :
persamaan y* yang selanjutnya dilakukan
vds Rs + pLs −ωs Ls pM −ωs M ids proses defuzzikasi [6]
vqs ωs Ls Rs + pLs ωs M pM iqs
= (1)
− ω −ω + pL − ω −ω .
M
0 pM (5)
i

y* = ∑w j u j
( s )M r Rr r (s r
)L dr
r
i
0 (ω −ω )M pM (ω −ω )L R + pL qr
j=1
s

s r r r r r
d
dengan: p=
dt y*
ω1 ω2

Jika ditinjau pada koordinat stationer (ωs = 0),


maka persamaan 1 menjadi: . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
ω M
µ1 µ2
µM
v R +pL 0 pM 0 i
s µ A2 ( x 2 )
0 s R + pL 0 pM (2)
2
ds ds
v i µ A2 ( x2 )
qs = s s .
qs 1
µ A2M ( x2)
0 pM ω M R +pL ω )L
dr
i

r
r r r
r µ Ai ( x1 ) µ Ai ( x1 ) µ ( x1 )
0 − ωM 1 2 M

pM − ωL R + pL i
qr A
1
.........
r r r r r .........

SELF CONSTRUCTING FUZZY NEURAL


NETWORK DENGAN METODE PELATIHAN
LEVENBERG MARQUARDT

Kontroler ini adalah sebuah kontroler fuzzy, X1


sehingga masukannya adalah data numeric X2

berupa nilai error. Struktur dasar dari sebuah


Gambar 5. Struktur dasar SCFNN
fuzzy neural network adalah seperti pada gambar
5.[6] Algoritma On-Line pada SCFNN dengan
Pada lapisan pertama hanya terjadi proses Metode Pelatihan Levenberg Marquardt
masukan berupa data crisp yaitu error (X1) dan
Pada SCFNN terdapat dua jenis tipe algoritma
Delta error (X2) untuk meneruskan sinyal ke pelatihan yaitu pelatihan struktur dan pelatihan
lapisan berikutnya.
parameter. Pelatihan struktur digunakan untuk

81
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

Jika Dmax
Pelatihan struktur diperlukan. Selanjutnya
menentukan node baru (membership function)
mencari space input fuzzy logic partition dan pada lapisan kedua dan menghubungkan fuzzy
fuzzy logic subject yang bertujuan meminimalkan logic rule pada lapisan ketiga. Jika adanya satu
jumlah rule dan meminimalkan fuzzy set dalam cluster diberikan pada input akan menyebabkan
semesta pembicaraan dari setiap adanya sebuah rule fuzzy logic pada lapisan
ketiga, maka persamaan kekuatan penyulutan
variabel input. Pelatihan parameter
(firing strength) dari sebuah rule untuk setiap data
menggunakan algoritma supervised learning,
sedangkan untuk menentukan bobot dan masukan xi dapat ditunjukkan sebagai sudut
parameter dari membership function diatur dimana data masukan memiliki hubungan
terhadap cluster data. Firing strength diperoleh
dengan algoritma pelatihan backpropagasi.
dari persamaan 4 yang digunakan sebagai
Fasa Pelatihan Struktur pengukuran sudut :
Dj =uj j = 1,..., Q(t) (6)
Langkah pertama pada pelatihan struktur adalah
menentukan perlu tidaknya melakukan pelatihan Dengan Q(t) adalah jumlah rule yang ada pada
struktur. Jika emin ≤ |e| atau ∆emin ≤ |∆e|, dimana waktu t. Kriteria pembentukan fuzzy rule baru
emin dan ∆emin adalah konstanta positif, maka
untuk data masukan baru dinyatakan sbb.
Dengan menentukan pengukuran sudut
maksimum Dmax Untuk menghindari membership function yang baru
sama dengan yang telah ada, kesamaan antara
D = max D j (7) membership function yang lama dan baru harus
max 1≤ j≤Q( t ) diperiksa, yaitu dengan assumsi bahwa jika
terdapat dua fuzzy set A dan B dengan membership
≤ D , maka dibentuk membership function adalah uA(x) = exp [-(x – m1)2/σ12] dan
function dengan D ∈ (0,1). Kemudian mean dan 2 2
uB(x) = exp [-(x – m2) /σ2 ], dan asumsikan m1 ≥
standar deviasi dari membership function yang
m2, maka |A ∩ B| dapat dihitung:
baru, dinyatakan lebih dulu dengan nilai tertentu
A∩B =1 +
secara heuristik atau cara lain. Jadi mean dan [
h2 (x) m2 − m1 + π (σ1 + σ 2 ) ]
standar deviasi dari membership function baru 2 π (σ1 + σ 2 ) (10)
sebagai berikut:
m (8) [
1 h2 ( x ) m2 − m1 + π (σ1 + σ 2 ) ]
+
(new) =x 2 π (σ 1 + σ 2 )
i i

σi (new) = σ i (9) [
1 h2 ( x ) m2 − m1 + π (σ1 + σ 2 ) ]
2 π (σ 1 + σ 2 )
dengan xi adalah data masukan yang baru dan σi dimana h(x) = max{0,x}.
adalah standard deviasi.
E( A, B) = A ∩ = A∩B (11)
B
A∪B σ1 π + σ 2 π A ∪ B ∗

Pemeriksaan dilakukan pada semua variabel


input xi. Sedangkan nilai maksimumnya Emax
didapat dengan:
Emax = max E{u(m (new) , σ (new) ), u(m , σ )} (12)
1 1 j1 j1
1≤ j≤Q( t )

dimana u (mj1, σj1 ) adalah membership function


Gaussian dengan mean mj1 dan standar deviasi σj1;
M(t) adalah jumlah membership function ke-i
dari variabel input. Jika Emax ≤ E dengan E ∈
(0,1) adalah nilai yang sudah ditentukan, maka
gunakan membership function baru dan jumlah
M(t) adalah sebagai berikut:
M(t +1) = M(t) + 1 (13)

Jadi pembentukan membership function

berhubungan dengan pembentukan rule fuzzy


baru dan bobot ω(new).
Fasa Pelatihan Parameter

Algoritma pelatihan parameter dari SCFNN


adalah menentukan rule yang adaptif untuk
mengatur parameter- parameter jaringan,
berdasarkan pasangan input-output. Jika
parameter jaringan terdiri dari vektor parameter,
maka proses pelatihan memperhitungkan vektor
determinasi dari fungsi energi. Metode ini
umumnya berdasar rule pelatihan backpropagasi
karena vektor gradien dihitung dalam arah
berlawanan terhadap output setiap node. Untuk

82
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network

dari bobot. Bobot pada lapisan keempat di-update


dengan menggunakan persamaan:

[Suhariningsih, at al]

menjelaskan algoritma pelatihan parameter ∂E ∂E ∂u Ai j


∆σ ji = −η = −η
SCFNN menggunakan metode supervised σ
∂σ ji σ
∂u j
∂σ ji (21)
gradient decent, asumsikan fungsi energi E 2
Ai

didefinisikan sebagai: 2( x i2 − m ji )
= ησ δ ji
1 2
1 2
(14)
(σ ji )2
E= 2 (ωm −ωr ) = e dengan ηm dan ησ adalah parameter learning rate
2 m dari mean dan standar devisasi fungsi Gaussian.
Kemudian algoritma pelatihan parameter ber- Mean dan standar deviasi dari membership function
dasarkan backpropagasi dijelaskan sebagai
pada lapisan ini di-update dengan:
berikut [6]:
m ji (N +1) = m ji (N ) + ∆m ji (22)
Lapisan keempat; bentuk error dipropagasi dan
σ ji (N + 1) = σ ji (N ) + ∆σ ji ) (23)
dihitung sebagai berikut:
E E e E e
δ 4 = − ∂ = − ∂ ∂ m = − ∂ ∂ m ∂ωr (15) Setelah didapatkan persamaan-persamaan ini
∂y∗∂em ∂y∗∂em ∂ωr ∂y∗ maka disimulasikan rangkaian kontrol dengan
Self Constructing Fuzzy Neural Networks dengan
plant motor induksi.
dan bobot di-update sebesar:

∂E ∂y (16) Pada penelitian ini metode pelatihan
∂E 4
u Backpropagasi diganti dengan metode pelatihan
∆ω j = −ηω = − ηω = −ηω δ j
∂ω

∂ω j ∂y j Levenberg Merquardt (LM). Metode pelatihan


dengan faktor ηω adalah parameter learning rate LM ini merupakan kombinasi algoritma Newton
dengan Steepest Decent. Bila metode Gradient
Descent dinyatakan sebagai persamaan :
ω j (N + 1) = ω j (N ) + ∆ω j (17) Lapisan ketiga; pada lapisan ini hanya error yang
perlu dihitung dan dipropagasi:
dengan N adalah jumlah iterasi dari node ke-j 3 ∗ 4
∂E ∂E ∂y (18)
δj =− = − ∗ * =δ ωj
j j
∂u ∂y ∂u
Wkj (t + 1) = Wkj (t) + α.δ k .Z j (24)
Lapisan kedua; error dihitung sebagai berikut:
Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi

Wk +1 = Wk + α.g (25)

Dimana g adalah vektor gradient. Bentuk


persamaan Newton adalah:
W k +1 = − A−1 .g
k (26)
W
k

Ak adalah matrik Hessian (elemennya adalah


2 3
∂E ∂E ∂u j turunan kedua error terhadap bobot) sebagai
∂y∗ (19) berikut:
δ ji = − = − =δ j
∂u j
∂y∗ ∂u j ∂u Ai j

Ai ∂2E ∂2E .... .... ∂2E


∂W 2 ∂W ∂W ∂W ∂W
Hukum update dari mji adalah: 1 1 1 n 1

∂2E ∂2E ∂2E


A= ∂W 2 ∂W∂W 2 .... .... ∂W ∂W 2 (27)
∂E ∂E ∂uAi j ∂W 1 2 n
∆m = −η = −η
ji m
∂m ji m
∂u .... .... .... .... ....
j
∂mji
Ai (20) .... .... .... .... ....
2 x2−m ∂2E ∂2E .... .... ∂2E
=
η δ2 ( i ji ) ∂W n ∂W ∂W n ∂W∂W 2 2

(σ ji )
1 2 n
m ji 2

Hukum update dari σji adalah: Matrik A dapat ditulus menjadi:

83
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

A = 2J T J (28)

dimana J adalah matrik Jacobian

Persamaan update bobot dengan metode


pelatihan LM adalah :

Wk +1 = Wk − (J kT J k + µI )−1 J kT e (29)

Bila nilai µ = 0 , maka metode pelatihan LM


akan sama dengan metode Gauss Newton, Gambar 7. Struktur estimasi kecepatan
sedangkan bila µ maka metode pelatihan LM
akan sama dengan Backpropagasi(steepest Parameter motor induksi untuk data pelatihan
SCFNN yang digunakan dalam mendapatkan
descent)[2].
target adalah:
Setelah didapatkan persamaan-persamaan ini a. Fluksi direct λdr terdiri atas I ds , Vds , Vqs
maka disimulasikan rangkaian kontrol dengan dan ωr
Self Constructing Fuzzy Neural Networks metode
pelatihan Levenberg Marquardt dengan plant b. Fluksi quadratur λqr terdiri atas I qs , Vqs ,
motor induksi. Vqs dan ωr
BLOK DIAGRAM SELF CONTRUCTING c. Kecepatan ωr terdiri atas λdr , λqr I ds , dan
FUZZY NEURAL NETWORK OBSERVER I qs .
(SCFNNO)
Pembelajaran Off-Line
Blok diagram sistem kontrol kecepatan motor
induksi tanpa sensor kecepatan dapat dilihat pada Metode pembelajaran untuk estimasi fluksi
gambar 1. Bagian adaptive observer identifikasi kecepatan motor induksi tiga fasa
menggunakan self contructing fuzzy neural menggunakan self constructing fuzzy neural
network terlihat pada gambar 6 dan gambar 7. network, dimana jaringannya terdiri dari empat
lapisan, yaitu 4 input, linguistic, precondition
dan 1 output. Linguistic, precondition dan output
digunakan untuk mendapatkan nilai λdr , λqr dan
ωr .

Proses pembelajaran menggunakan 4 neuron


input yaitu Vs, Is, ωr* dan λr . Pembelajaran
dilakukan sebayak 5 epoch. Apabila hasil
pembelajaran belum konvergen atau tidak sesuai
target maka akan terjadi penambahan
membership function baru. Penambahan akan
berhenti bila hasil pembelajaran konvergen.
Gambar 6. Struktur estimasi fluksi Harga awal bobot ditentukan antara 0 dan 1
untuk mencari parameter optimal yang
Gambar 6 adalah struktur estimasi untuk menghasilkan kinerja terbaik.
mendapatkan estimasi fluksi yang masing-
masing terdiri dari fluksi direct Dalam proses estimasi, ada tiga SCFNN untuk
λdr dan fluksi
dua parameter ini menyelesaikan estimasi fluksi direct λdr , fluksi
quadrater λqr . Hasil
quadratur λqr . Setelah selesai proses ini ada satu
digunakan untuk input estimasi kecepatan seperti
terlihat pada gambar 7. SCFNN menyelesaikan estimasi kecepatan ωr .

84
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Pembelajaran Off-line Fluksi Direcf λdr backpropagasi untuk mendapatkan hasil SCFNN
yang mengikuti kecepatan yang sesungguhnya.
Pembelajaran off-line self constructing fuzzy
neural network observer untuk identifikasi fluksi 1

I
direct λdr , ditunjukkan pada gambar 8. ds 2

N 1
π
1

V
ds 2

λ
π 2 dr


1

2
Vqs

π
1 N

ωr 2

Gambar 8. Sruktur estimasi fluksi direct


λ dr menggunakan SCFNNO Gambar 9. Internal struktur SCFNNO

Gambar 8 menggambarkan tentang struktur dari Jumlah blok SCFNNO ada 3 yaitu blok untuk
estimator fluksi direct λdr menggunakan SCFNNO λdr , λqr dan ωr , blok SCFNNO
SCFNN dan input terdiri atas I ds , Vds , Vqs dan untuk λdr dan λqr yang dihitung dulu, kemudian
ω r , masuk ke blok SCFNNO. hasilnya dimasukkan ke blok SCFNNO ωr .

Blok model motor menentukan nilai kecepatan Pada saat pelatihan, jumlah rule yang tercipta
(kecepatan referensi ωr* ) sehingga didapatkan untuk masing-masing input bisa berbeda dari
fluksi direct referensi λ*dr . Bagian SCFNNO rule yang tercipta untuk satu blok SCFNNO,
ˆ karena karakteristik I ds , I qs , Vds , Vqs dan ωr
menghasilkan fluksi direct pelatihan λ dr . Selisih
tidak sama.
nilai referensi dan pembejaran didapatkan error
atau fluksi direct estimasi. SIMULASI
Output dari SCFNNO didefinisikan sebagai Data motor induksi tiga fasa yang digunakan
ˆ
fluksi direct pelatihan λ dr , yang kemudian untuk simulasi adalah:
digunakan sebagai input yang dapat diubah-ubah.
Jika fluksi direct yang diestimasi merupakan Rs (resistansi stator) = 176 ohm, Tegangan 115
deviasi dari fluksi direct sesungguhnya dan error Volt
hubungan antara flux dari model fluksi Rr (resistansi rotor) = 190 ohm, Jumlah pasang
ˆ kutub = 2
direct pelatihan λ dr dan fluksi direct referensi Ls (induktansi stator) = 3,79 H, Frekuensi 60 Hz
λ*dr, maka error merupakan backpropagasi dari Lr (induktansi rotor) = 3,31 H M (induktansi
SCFNN dan pembebanan dari SCFNN adalah gandeng) = 3,21 H
adjusted on line untuk mengurangi error. J (momen inersia) = 0,0000105 Kg.m2 Kd
Akhirnya, output dari SCFNN merupakan model (konstanta gesek) = 1,9.10-5 Kg.m2/s
fluksi direct yang sesungguhnya.
Gambar 10 dan gambar 11 merupakan hasil
Internal Struktur Dari SCFNNO simulasi yang diperoleh untuk estimasi fluksi dan
kecepatan rotor dengan menggunakan bahasa
Gambar 9 menggambarkan tentang struktur dari ++
pemrograman C . Performansi yang ditunjukkan
SCFNNO dan dilatih dengan algoritma menampilkan pengambilan data pada kecepatan

85
Jurnal Teknik Elektro Vol. 8, No. 2, September 2008: 79 - 87

referensi 1350 rpm. Gambar yang ditampilkan KESIMPULAN


adalah hasil observer menggunakan SCFNNO
pelatihan Levenberg Marquardt dan SCFNNO Dari pengamatan dan analisis hasil simulasi
pelatihan Backpropagasi yang telah dilakukan SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt pada
peneliti sebelumnya [1]. penelitian ini dan kemudian dibandingkan
dengan SCFNNO pelatihan Backpropagasi yang
telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka dapat
disimpulkan:
1. Pada simulasi pelatihan pada simulasi
SCFNNO Marquardt diperlukan jumlah
epoch yang lebih sedikit dengan error yang
lebih kecil dibanding dengan SCFNNO
Backpropagasi. Hal ini berarti bahwa metode
SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt
lebih cepat konvergen dibanding dengan
SCFNNO dengan pelatihan Backpropagasi.

∧ ∗ 2. Simulasi estimasi kecepatan (ωr ) dengan


ω r Prediksi ω r Output Model Motor SCFNNO pelatihan Levenberg Marquardt
Gambar 10. Grafik kecepatan fungsi waktu dengan pengambilan referensi kecepatan yang
berbeda (yaitu 1350 rpm, 750 rpm, 500 rpm),
dengan SCFNNO levenberg marquardt nilai
nilai Mean Square Error (MSE)
MSE 0,017175%
berkisar antara 0,017175% sampai
0,021564%.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa


nilai MSE SCFNNO pelatihan Levenberg
Marquardt mempunyai kisaran nilai yang
lebih rendah dari SCFNNO pelatihan
Backpropagasi. Hal ini menunjukkan bahwa
Self Constructing Fuzzy Neural Network
Observer yang dirancang mampu
mengestimasi fluksi dan kecepatan rotor
dengan baik karena nilai yang diijinkan
∧ ∗ Standart Error Estimasi (SEE) kurang dari
ω r Prediksi ω r Output Model Motor 5%
Gambar 11. Grafik kecepatan fungsi waktu Dengan demikian metode SCFNNO pelatihan
dengan SCFNNO backpropagasi nilai MSE Levenberg Marquardt yang dirancang
0,030675% mempunyai performansi yang lebih baik dari
Tabel l. Pengujian SCFNNO dengan pelatihan pada SCFNNO pelatihan Backpropagasi
levenberg marquardt dan SCFNNO dengan sehingga dapat digunakan sebagai piranti
pelatihan backpropagasi untuk beberapa data alternatif untuk identifikasi kecepatan rotor
yang berbeda motor induksi.
SCFNN Observer DAFTAR PUSTAKA
Kecepatan Hasil Levenberq Backpropagasi
N0 referensi prediksi Marquardt
(rpm) pada Jumlah Jumlah [1] Sutedjo, Soebagio dan Mauridhi Hery
epoch MSE (%) epoch MSE (%)

1 1350 λdr 2 0,010360 50 0.020035


Purnomo, “Kendali Kecepatan Motor
λqr 2 0,019923 50 0,081165 Induksi Tanpa Sensor Kecepatan
2 0,017175 50 0,030675
ωr Menggunakan Self Conructing Fuzzy
λdr 2 0,003539 50 0,056819
2 750 λqr 2 0,024703 50 0,080676 Neural Network”, Seminar Nasional XII
ωr 2 0,021564 50 0,036961 FTI-ITS, 29 Maret 2005, hal. 414.
λdr 2 0,027750 50 0,060614
[2] Iradiratu, Mauridhi Hery Purnomo, Era
3 500 λqr 2 0,018828 50 0,125130
ωr 2 0,020052 50 0,049025 Purwanto, “Perancangan Model Observer

86
Pengaturan Motor Induksi Menggunakan Observer Self ConstructingFuzzy Neural Network
[Suhariningsih, at al]

Untuk Identifikasi Kecepatan Motor Fuzzy Neural Networks Uncertainty


Induksi”, Procedings SMED, Sep 2002. Observer”, IEEE Trans. On Industrial
[3] Seong-Hwan Kim,Tae-Sik Park,Ji-Yoon Electronics, vol.47, No. 2, April, 2000,
Too, and Gwi-Tae Park, “Speed-Sensorless pp.356–367.
Vector Control Of An Induction Motor [11] R.Krishnan, VirginaTech. Blacksburg,
Using Neural Network Speed Estimation”, VaElectric Motor Drives Modeling, Analysis
IEEE Trans. On Industry Application, vol. and Control, Prentice Hall International.
48, No. 3, June 2001. Inc., New Jersey, 2001.
[4] F.J.Lin, W.J.Huang, and R.J.Wai, “A [12] Soebagio, Era Purwanto, “Algoritma
Supervisory Fuzzy Neural Network Control genetika Untuk Optimasi Penentuan
System For Tracking Periodic Inputs”, parameter Motor Induksi dengan Model d-
IEEE Trans. Fuzzy Syst, vol.7, Feb.1999, q”, SMED, 13 Juli 2000, hal. II-1.
pp.41-52. [13] Soebagio, Mohammad Zuhri, “Pengaruh
[5] Fukuda and T. Shibata, “Theory And Perubahan Paremeter Terhadap Kinerja
Applications Of Neural Network for Motor Induksi Rotor Sangkar dan Rotor
Industrial Control System”, IEEE Trans. Belit”, Proc. SITIA, Jurusan Teknik Elektro
Ind. Electron, vol.39, Dec. 1992, pp.472- ITS, 2 Mei 2005, hal. 63-67.
489. [14] Mauridhi Hery P, Agus Kurniawan,
[6] Faa-Jeng Lin and Chih-Hong Lin, “A
Supervised Neural Networks dan
Permanent magnet Synchronous Motor
Aplikasinya, Graha Ilmu, 2006.
ServoDrive Using Self Constructing fuzzy
[15] Soebagio, Peran Pengemudian Elektris
Neural Network Controller”, IEEE Trans.
dalam menghadapi Kompetisi Global,
On Energy Conversion, Vol. 19, No. 1,
Pengukuhan Guru Besar, Surabaya, Januari,
March 2004.
[7] Purwanto Era, Studi Pengaturan Motor 2003.
Induksi Dengan Metoda Vektor, Master [16] K. S.Narendra and K. Parthasarathy,
Tesis, Universitas Shizuoka Jepang, 1995. “Identification And Control Of Dynamical
[8] C. T. Lin, “A Neural Fuzzy Control system Systems Using Neural Networks”, IEEE
With Structure And Parameter Learning”, Trans Neural Networks, vol. 1, Maret 1990,
Fuzzy Sets Syst., vol. 70, no. 2-3, Mar. 1995, pp. 4–27.
pp. 183-212. [17] Boldea Ion, Nazar Syed A, Vector Control
[9] C. F. Juang and C. T.Lin, “An On-Line Self AC Drives, CRC Press, Inc.1992.
Constructing Neural Fuzzy Inference [18] Wiryajati K, et al, “Kontroller Konvensional
Network And Its Application”, IEEE Trans. Sebagai Model Referensi pada Pengaturan
Fuzzy Syst, vol.6, Feb. 1998, pp. 12-32. Motor Induksi Berbasis Field Oriented
[10] Faa Jeng Lin, Rong Jong Wai, Chih Hong Control”, Proc. CECI&SITIA Control and
Lin dan Da Chung Liu, ”Decouple Stator Inteligent Teknology Application, Surabaya,
Flux Oriented Induction Motor Drive with 2003, pp.D40-D43.

87

Anda mungkin juga menyukai