Anda di halaman 1dari 18

TUGAS INDIVIDU

Review Film ”The Big Short”


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Management Of Islamic
Financial Institution

Dosen : Dr. Hj. Salma Said, S.E., M.Fin Mgmt, M.Si, PIA.

DISUSUN OLEH :

Vivi Alfionita Isman, S.M : 18B12029

PASCASARJANA INSTITUT BISNIS & KEUANGAN NITRO


MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tuga mereview
Film “ The Big Short” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Saya berterima kasih pada Ibu Dr. Dr. Hj. Salma Said, S.E., M.Fin Mgmt, M.Si,
PIA. selaku dosen mata kuliah Management Of Islamic Financial Institution yang
telah memberikan tugas yang mengispirasi ini kepada saya.

Makassar, 22 November 2019

Vivi Alfionita Isman, S.M


KRONOLOGI FILM THE BIG SHORT

Film ini menceritakan bagaimana sebenarnya krisis di Amerika pada tahun


2008 itu sampai bisa terjadi. Pada 2008, negara adidaya Amerika Serikat menjadi
sorotan dunia karena perekonomian yang ambruk. Hal itu menyebabkan banyak
perusahaan bangkrut, hilangnya pekerjaan, dan hangus dana pensiun jutaan orang.
Saat itu banyak yang menilai bahwa tahun 2008 tersebut terburuk di AS.
Pada akhir tahun 1970an, perbankan bukanlah sebuah pekerjaan yang akan
memberikan penghasilan yang besar. Perbankan adalah sebuah pekerjaan yang
membosankan. Mereka hanya duduk di depan komputer dan sibuk dengan telepon
seluler. Lalu suatu hari datanglah Mr. Leuwis, yang mengubah kehidupan dari
perbankan dengan satu ide sederhananya, yaitu dukungan keamanan hipotek.
Sejak saat itu uang datang tiada henti. Namun Amerika Serikat tidak melihat
peluang itu as salah satu industri yang membosankan dari perbankan kuno.
Lalu suatu hari, hampir 30 tahun kemudian, yaitu tahun 2008 ekonomi
Amerika Serikat mengalami kehancuran. Perekonomian Amerika Serikat berada
dalam masalah serius. Penjualan perusahan FED yang berpengaruh kala itu
mengalami kehancuran. Bencana yang dialami Amerika Serikat dalam
perekonomiannya merupakan bencana keuangan terbesar pada dekade Amerika
Serikat dan mereka mengira mungkin saat itu adalah akhir zaman bisnis Amerika
Serikat.
Delapan juta jiwa di Amerika Serikat tidak memiliki pekerjaan. Dan pada
akhirnya pelayanan dukungan hipotek Leuwis Ranieri berubah menjadi monster
yang hampir meruntuhkan seluruh perekonomian dunia. Tidak ada satu ahli pun
atau pemimpin yang dapat memecahkan atau mendapatkan solusi dari masalah
ekonomi ini. Musim panas terburuk pun tiba. Para orang luar (non-pemerintah)
melihat kebohongan yang sangat besar di jantung perekonomian. Dan mereka
telah melihat itu dengan melakukan suatu tindakan yang tidak pernah terpikirkan
oleh pemerintah untuk dilakukan.
Film ini bercerita tentang efek dari peningkatan pembelian di sektor
perumahan dan penumpukan pinjaman bank selama tahun 2000an, yang mana
menjadi awal dari krisis ekonomi yang melanda hampir semua negara. Dan
akibatnya terjadilah krisis global termasuk krisis keuangan di tahun 2007 sampai
2010.
Kejadian ini dimanfaatkan oleh empat orang pemuda (Christian Bale,
Steve Carell, Ryan Gosling, dan Brad Pitt) mereka memiliki ide untuk menhadapi
masalah krisis global tersebut, yaitu untuk mencari keuntungan saat situasi pasar
tidak menentu. Mereka melakukan bisnis terlarang dan bisnis gelap dalam sektor
perbankan modern. Mereka melakukan investasi besar-besaran mereka
dihadapkan dengan resiko kegagalan investasi sangat besar.
Michael Burry yang pertama kali melihat kemungkinan terjadinya krisis
ini. Dr Michael Burry (Christian Bale) selama pemutaran film berlangsung dia
hanya mengenakan kaus dan celana pendek yang sama, tanpa alas kaki serta
rambut yang ditata selalu semerawut (awut-awutan). Dia adalah mantan dokter
antisosial yang tampil eksentrik dan hobinya mendengarkan lagu metal.
Micheal Burry memiliki hitung-hitungan matematika yang diyakininya
benar bahwa Amerika Serikat akan mengalami krisis besar-besaran. Pasar properti
nasional akan runtuh. As manajer pengelola investasi, ia menemukan kejanggalan
pada sekuritas berbasis hipotek yang dulunya merupakan sumber penghasil
keuntungan terbesar bagi bank. Burry melihat keanehan yang terjadi saat
gelembung teknologi meledak pada tahun 2001 di pasar properti, ketika harga
saham meningkat.
Michael Burry berteori, bahwa pasar perumahan Amerika Serikat sangat
tidak stabil pada saat itu, yang berbasis pada pinjaman subprime dengan risiko
tinggi karena memberikan keuntungan sedikit sehingga bisa terjadi kredit macet.
Dia menyadari bahwa dia dapat memperoleh keuntungan dari situasi tersebut
dengan menciptakan pasar credit default swap, yang memungkinkan dia untuk
bertaruh melawan pasar perumahan.
Michael Burry mendapatkan cemoohan dan tertawaan dari berbagai pihak.
Namun prediksinya benar. Dengan uang para investornya di Scion Capital, Burry
“melawan” bank terhadap pasar properti. Burry menghasilkan keuntungan hingga
489 persen. Hal ini didengar oleh Jared Vennett (Ryan Gosling) dari Deustche
Bank dan segera menyadari bahwa prediksi Burry benar.
Dan dia kemudian menjual hal yang sama secara tidak langsung. Dia
memutuskan menempatkan sahamnya sendiri di pasar credit default swap. Jared
Vennett (Ryan Gosling yang bersikap dan berdandan layaknya Ryan Gosling)
yang berniat menjual obligasi ini pada Mark Baum (Steve Carrell), manajer
pengelola investasi kecil-kecilan yang punya masalah temperamen dan tampaknya
benci pada institusi keuangan meski ia sendiri bekerja disana.
Dalam film ini diceritakan Wall Street sedang menggunakan sistem
Subprime Mortgage Bonds, sebuah sistem yang banyak menimbulkan kerugian
dari obligasi kredit rumah. Mereka mulai menganalisa pasar dengan tujuan untuk
membeli CDS dari investment bank ternama di Wall Street.
Namun karena dana mereka yang terlalu kecil membuat tidak ada yang
berminat menjadikan mereka as investor. Mereka harus bergerak dengan tepat tapi
juga harus secara cepat karena jika salah, harta CDS yang mereka punya tidak
akan berharga. Mereka sudah bisa memprediksi kalau investasi bidang properti
yang saat ini sedang boomin sebenarnya sedang mengalami masalah karena
banyaknya kredit atau cicilan macet.
Salah satunya adalah Michael Burry, ia memprediksi bisnis properti akan
bermasalah besar sehingga melakukan swap atau kebalikannya, yaitu menjual
semua saham di bidang properti. Langkah itu juga dilakukan oleh dua investor
muda, Charlie Geller (John Magaro) dan Jamie Shipley (Finn Wittrock) yang juga
ingin bertaruh dengan meminta bantuan Ben Rickert (Brad Pitt), mantan banker
yang awalnya telah memutuskan untuk pensiun.
Lalu Jared Vennett, seorang yang bekerja di bidang perbankan tapi justru
menyarankan agar semua perusahaan pengelola saham tidak berinvestasi bidang
bidang properti yang sedang bergandeng mesra dengan bidang perbankan.
Langkah keempat orang tersebut mendapat banyak ujian dan tentangan dari
banyak pihak.
Mark Baum, seorang memimpin dari tim kecil sebuah perusahaan yang
bergerak di bidak perbankan telah menderita kerugian yang sangat banyak.
Dukungan keamanan security, pinjaman subprimal, keuangan itu sangat
membingungkan. Penjualan rumah, kredit macet, merupakan bom waktu. Dan
Burry berusaha untuk memperpendek waktunya. Burry berencana untuk
mendapatkan sebuah bank untuknya dan dia akan membelinya.
Mark Baum mengidap suatu penyakit dan penyakitnya harus ditangani
dengan terappi. Namun dia tidak mau karena terapi tersebut menganggu waktu
kerjaan. Dia bercerita kepada orang-orang bahwa dia mencintai pekerjaannya
walaupun pekerjaannnya tersebut merenggut senyumnya dan membuat dia stress.
Michael Burry ingin bertarung melawan pasar properti. Dia pun mencari
bank yang dapat diajak bekerjasama dengannya. Jared Vennet merupakan seorang
pekerja atau petinggi atau pimpinan dari Bank Deutsche. Mark Baum memiliki
tim kecil di perusahaannya dan sikap tim kecilnya tersebut mencerminkan ketidak
percayaan terhadap sistem. Mark Baum memiliki orang kepercayaan yang
bernama Vinny Daniel dan Dany Noses merupakan seorang yang paling optimis
di tim kecil tersebut.
Jored Vennet menjelaskan apa yang ia ketahui, namun tim kecil Mark
Baum tidak mempercayainya dan Jored malah dituding sedang mempermainkan
tim kecil Mark Baum. Namun berbeda dengan Mark, dia menyukai Vennet.
Laurance, seorang guru bagi Barry. Barry selelu berkonsultasi dengan
Laurance tentang tindakan apa yang akan dilakukan oleh Barry. Namun pada
suatu hari Laurance datang ke kantor Barry. Saat itu Barry sedang mendengarkan
musik metal dengan volume sangat amat keras dan dia sedang membaca sebuah
novel. Launrance datang ke kantor Barry dengan tujuan untuk menyampaikan
ketidak setujuannya tentang ide Barry yang mana bahwa Barry akan melakukan
investasi besar-besaran. Dan Laueance membatalkan persetujuan atau perjanjian
yang telah dia sepakati dengan Burry. Dan Luarance menginginkan uangnya
untuk dikembalikan kepadanya. Tim kecil Mark Baum meninjau langusng
kelapangan tentang pasar properti ini.
Ben Rickert, seseorang yang sudah sangat berpengalaman. Dia pernah
bekerja di salah satu bank besar. Namun di film The Big Shor ini Ben dikisahkan
sudah selesaidengan dunia perbankannya. Dengan kata lain dia sudah pensiun dari
dunia perbankannya. Dan pekerjaan dia sehari-hari hanya berkebun di pekarangan
rumahnya, berjalan-jalan santai dengan anjingnya, serta dia gemar memasak.
Ben Rickert, seseorang yang sudah sangat berpengalaman. Dia pernah
bekerja di salah satu bank besar. Namun di film The Big Shor ini Ben dikisahkan
sudah selesaidengan dunia perbankannya. Dengan kata lain dia sudah pensiun dari
dunia perbankannya. Dan pekerjaan dia sehari-hari hanya berkebun di pekarangan
rumahnya, berjalan-jalan santai dengan anjingnya, serta dia gemar memasak.
Namun kesantaian dia berubah menjadi kesibukan saat Charlie Geller dan
Jammie Shipley meminta bantuan kepada Ben untuk bergabung dengan mereka
dan membantu mereka mendapatkan ISDA. Mereka mencoba untuk
mempengaruhinya. Ben bersikeras tidak mau menerima ajakan mereka. Namun
akhirnya Ben setuju dengan ajakan mereka untuk bergabung bersama mereka dan
dia akan membantu mereka dengan menelepon Bak Deutsche.
Akhirnya Ben pun menemui mereka. Pada suatu hari dia terbang ke kota
New York. Kebenaran itu seperti puisi. Dan kebanyakan orang membenci puisi.
Delikuensi surat gadai mencapai harga satu juta pada saat itu. Harga surat gadai
melesat tajam.
Delikuensi surat hutang naik dan CDO lebih berharga. Masing-masing dari
tim mereka mengalami berbagai macam masalah yang sangat rumit. Yang bahkan
sampai terjadi perdebatan dan percekcokan diantara mereka, hingga terdapat
teriakan dan mereka saling berteriak satu sama lain.
Tim Jimmy serta tim kecil Mark di tempat dan waktu yang berbeda
memutuskan untuk pergi ke Las Vegas untuk menghadiri forum sekuritisasi
Amerika Serikat. Mereka harus menghadiri itu karena disana akan ada penjualan
surat hutang dan CDO, peminjaman subprime dan trade pun akan ada disana.
Bisnis itu baik sebenarnya. Keuntungan kuat dan penyewaan berlanjut
menjadi tolak ukur yang mana ekonomi ini dibangun. Mereka menerima beberapa
kehilangan atas departemen sub utama tahun lalu,tetapi kehilangan hanya akan
berisikan lima persen. Namun Mark membantah hal itu dan dia menyatakan bukan
lagi lima persen melainkan nol persen.
Dr Burry dan perusahaannya mengalami penurunan. Dia sudah sangat
pesimis dengan perusahaannya itu yang selalu mengalami penurunan pada saat
itu. Dan dia berkata pada asistennya untuk menyerahkan jabatan dia di perusahaan
itu kepada investor karena dengan begitu perusahaannya tetap akan membayar
preminya. Obligasi tidak berharga. Hanya tidak memiliki uang dan reputasi. Bank
menghubungi mereka. Mereka memberinya saham yang mereka mau jual. Mereka
memberinya klien. Mereka memberinya uang untuk menjalankan bisnis. Seluruh
perekonomian dunia mungkin akan runtuh. Dr Richard Thaler merupakan bapa
dari perilaku ekonomi pada saat itu.
Perjanjian ketika pasar tidak berfungsi dengan baik untuk melindungi
investornya dari pasar yang curang saat ini. Semua orang di dalam hati mereka
menunggu datangnya akhir dunia. Pemberi pinjaman hipotek, New Century
Financial saat itu mengalami kebangkrutan. Mereka memecat tiga ribu dua ratus
pekerjanya. Indeks manufakturnya merosot di bulan maret 2007 ini.
Pertumbuhan ekonomi semakin melambat. Sumber utama dari
melambatnya ekonomi. Perusahaan Bear Stearns melikuidasi dua rekan setelah
kerugian pinjaman hipotek yang besar. Saat itu Amerika Serikat seperti akan
memasuki akhir kapitalisme menuju gerbang kegelapan.
Obligasi rekaan mulai merosot dan menurut kabar, jumlah kegagalannya
sangat besar. Perusahaan Morgan menderita beberapa kerugian, namun untuknya
likuidasi mereka kuat. Bukan hanya dua rekanan hipotek yang didukung oleh Bear
Stearns yang bangkrut tapi sekarang ada sebuah tuntutan terhadap Bear.
Kehancuran dibidang financial sudak semakin meluas dan ada di depan
mata. Saat pasar perumahan di bank terus memukul Johnny, salah satu dari
perusahaan besar menolak untuk menjual. Mark Baum, itu lebih dari sempurna
saat dia diminta untuk berbicara pada konferensi dengan Bruce Milles. Dia
merupakan seorang investor terkenal. Setelah dia menandai umpan itu. Alan
Greenspan, salah satu arsitek pada seluruh krisis telah dijadwalkan untuk
berbicara. Semua orang dari kantor Mark Baum datang.
Pada tanggal 15 September 2008, pasar Amerika Serikat tumbang. Semua
saham di semua perusahaan menurun. Banyak orang yang dipecat dari
pekerjaannya. Banyak orang yang tidak memiliki tempat tinggal. Banyak orang
yang tinggal di tenda-tenda kecil yang mereka bangun alakadarnya untuk
menutupu mereka dari sinar matahari. Ada juga yang bertempat tinggal dalam
sebuah mobil.
Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis
dunia akan runtuh .Celakanya apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan cepat
menyebar dan menjalar keseluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi
runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika, transaksi bursa saham diberbagai
belahan dunia seperti Hongkong, China, Australia, Singapura, Korea Selatan, dan
Negara lainnya mengalami penurunan drastis, bahkan Bursa Saham Indonesia
(BEI) harus disuspend selama beberapa hari, pemerintah Indonesia pun kelihatan
panik dalam menyikapi permasalahan ini, peristiwa ini menandai fase awal
dirasakannya dampak krisis ekonomi global yang pada mulanya terjadinya di
Amerika.
Ketika dust selesai dari tumbangnya. 5 triliun dollar dalam uang pengsiun,
harga rumah mewah, 401k, simpanan dan ikatan telah menghilang. Deelapan juta
manusia kehilangan pekerjaan mereka dan enam juta manusia kehilangan tempat
tinggalnya. Dan itu hanya terjadi di Amerika Serikat.
Krisis finansial saat ini adalah yang terburuk semenjak depresi besar tahan
1929, dan krisis ini menuju pada titik nadir (paling rendah). Akar krisis keuangan
ini sudah tertanam semenjak dekade 1980-an, yang saat itu presiden Ronald
Reagen dan Perdana Menteri Margaret Thatcher mendamba laissez faire, mazhab
yang menjungjung pasar liberal yang akan mengoreksi sendiri atas kesalahan.
Turbulensi saat ini mencerminkan kerapuhan neraca keuangan dan
lemahnya modal. Krisis Amerika Serikat telah dimulai akibat kejatuhan sektor
perumahan yang disebabkan meningkatnya kredit perumahan yang berisiko tinggi
(subprime mortgage) pada bulan Agustus tahun 2007 menyebabkan kredit macet
dan merosotnya harga saham global dalam beberapa bulan terakhir.
Krisis kredit di Amerika Serikat berakibat kredit bertambah mahal dan
sulit diperoleh, banyak bank enggan memberikan pinjaman kepada nasabah. Para
banker lebih suka mencari aman (safety) dengan pola kredit ketat, dan tindakan ini
logis as langkah preventif meminimalisasi risiko dari pengaruh mortgage yang
semakin meluas. Menurut Merrill Lynch dan Goldman Sachs, Amerika Serikat
telah memasuki bahaya resesi.
Hal ini disampaikan atas dasar: (1) keuangan yang tetap rapuh, (2) banyak
pasar tetap lemah, (3) ketidakjelasan bank-bank besar terkena dampak krisis
kredit, (4) tingginya harga minyak, dan (5) lemahnya daya beli konsumen. The
Fed (The Federal Reserve) telah dengan hati-hati dalam setiap pengambilan
kebijakan dengan prinsip menyelamatkan perekonomian. Untuk menanggulangi
krisis The Fed pada pertengahan Agustus 2007 bersama-sama dengan bank sentral
lainnya mengucurkan likuiditas ke pasar uang bersama untuk tiga Bank Sentral
Eropa, dan Jepang lebih dari US $400 miliar dan menurunkan suku bunga 50 bsp.,
guna mengatasi kepanikan para investor global. Tampaknya momentumnya
kurang tepat, karena krisis perumahan sudah menembus ke sektor real.
Memburuknya kondisi ekonomi Amerika Serikat telah membuka tabir
lemahnya keuangan Amerika Serikat dan terjadinya gejolak pasar uang yang
meliputi: produksi asuransi, sekuritas, sistem perbankan, kartu kredit, kredit
individu dan korporasi.
Dalam dinamika ekonomi semua negara di dunia yang saat ini makin
mengglobal, tampak kecenderungan universal, manakala terjadi gejolak di sebuah
kawasan suatu negara (seperti di Amerika Serikat), akan menimbulkan dampak
kehidupan tata perekonomian nasional negara-negara lain di dunia. Pergeseran
nilai-nilai ekonomi dunia yang mengancam ke arah resesi diperkirakan akan
mempengaruhi kondisi perekonomian nasional pada semua negara di dunia yang
melakukan perdagangan internasional. Inilah resesi yang belakangan ini menjadi
wacana masyarakat internasional, semenjak merebaknya isu perlambatan ekonomi
Amerika Serikat.
Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi
(propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar
batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang,
belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan
yang memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya,
karena piutang perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan
kepada lembaga pemberi pinjaman.
Pada akhirnya perusahaan –perusahaan tersebut harus bangkrut karena
tidak dapat membayar seluruh hutang-hutangnya yang mengalami jatuh tempo
pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut
mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaan-
perusahaan besar tak sanggup bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman
Sachs.
Krisis tersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh
dunia. Krisis keuangan di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan tahun 2008
telah menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat Amerika Serikat yang
selama ini dikenal as konsumen terbesar atas produk-produk dari berbagai negara
di seluruh dunia. Penurunan daya serap pasar itu menyebabkan volume impor
menurun drastis yang berarti menurunnya ekspor dari negara-negara produsen
berbagai produk yang selama ini dikonsumsi ataupun yang dibutuhkan oleh
industri Amerika Serikat. Oleh karena volume ekonomi Amerika Serikat itu
sangat besar, maka sudah tentu dampaknya kepada semua negara pengekspor di
seluruh dunia menjadi serius pula, terutama negara-negara yang mengandalkan
ekspornya ke Amerika Serikat.
Terdapat enam penyebab terjadinya krisis ekonomi Amerika Serikat, yaitu
penumpukkan hutang yang sangat besar, adanya program pengurangan pajak
korporasi yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan Negara, besarnya biaya
yang dikeluarkan untuk membiayai perang Irak dan Afghanistan, lembaga
pengawas keuangan CFTC (Commodity Futures Trading Commision) tidak
mengawasi mengawasi ICE (Inter Continental Exchange) sebuah badan yang
melakukan aktifitas perdagangan berjangka, kerugian surat berharga property, dan
yang terakhir adalah keputusan suku bunga murah yang mengakibatkan timbulnya
spekulasi yang berlebihan. Penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The
Federal Reserve of The United States atau bank sentral Amerika yang kala itu
dipimpin oleh master ekonom dunia Alan Greenspan membuat gejolak baru di
pasar amerika.
Krisis ekonomi Amerika tersebut yang semakin lama semakin merambat
menjadi krisis ekonomi global karena sebenarnya perekonomian di dunia ini
saling terhubung satu sama lainnya, peristiwa yang terjadi di suatu tempat akan
berpengaruh di tempat lainnya. Dan tidak jarang dampak yang terjadi jauh lebih
besar daripada yang terjadi di tempat asalnya. Oleh karena itu Indonesia juga turut
merasakan krisis ekonomi global ini. Indonesia merupakan Negara yang masih
sangat bergantung dengan aliran dana dari investor asing, dengan adanya krisis
global ini secara otomatis para investor asing tersebut menarik dananya dari
Indonesia. Hal ini yang berakibat jatuhnya nilai mata uang kita. Aliran dana asing
yang tadinya akan digunakan untuk pembangunan ekonomi dan untuk
menjalankan perusahaan-perusahaan hilang, banyak perusahaan menjadi tidak
berdaya, yang pada ujungnya Negara kembalilah yang harus menanggung hutang
perbankan dan perusahaan swasta.
Bulan Maret, Bank Amerika Serikat J.P. Morgan Chase terpaksa
membantu Bank Investasi Bear Stearns yang merugi akibat spekulasi hipotek
rumah. Bulan September, pemerintah Jerman mengambil alih Fannie Mae dan
Freddie Mac, dua bank pekreditan rumah besar di Amerika Serikat. Ini adalah
langkah pertama maraton upaya penyelamatan yang belum ketahuan akhirnya.
Beberapa waktu setelahnya bursa saham Amerika Serikat Wall Street dihantam
"Senin Hitam": Bank investasi Lehman Brothers bangkrut.
Saat itu, imbas langsung krisis keuangan Amerika Serikat mulai terasa di
Jerman. Melalui transfer otomatis, Bank Pembangunan Jerman KfW menyalurkan
dana 300 juta Euro lebih kepada Lehman Brothers yang sudah bangkrut. Kritik
tajam pun terlontar dari kalangan politisi Jerman yang mengecam keteledoran
para penanggung jawab KfW.
Di Amerika Serikat, krisis keuangan menyebabkan tumbangnya
perusahaan asuransi raksasa AIG dan lembaga keuangan Washington Mutual.
Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan peluncuruan paket penyelamatan
senilai 700 Miliar Dollar bagi sektor keuangan. Tahun 2008 memang merupakan
tahun yang penuh pasang surut untuk sektor ekonomi. Lembaga keuangan
tumbang satu per satu, Dana Moneter Internasional mengoreksi ke bawah
prognosa pertumbuhan ekonomina. Inggris dan Amerika Serikat berada di
ambang resesi, roda ekonomi dunia bergerak lamban. Investor barat menarik
modalnya dari Eropa Timur dan Amerika Latin, karena dana tersebut dibutuhkan
untuk menambal lubang-lubang yang menganga akibat krisis keuangan.
Sementara perusahaan besar dan kecil berlomba meluncurkan program
penghematan untuk mengurangi imbas krisis.
Perusahaan-perusahaan raksasa Amerika bertumbangan. Pemerintah
terpaksa menyiapkan dana talangan 700 milyar dollar. Semuanya akibat sistem
kapitalisme liberal. Krisis ini bermula dari macetnya kredit perumahan di
Amerika karena ternyata para pemilik rumah memang tak mampu membayar
cicilan kredit. Kemacetan itu merembet ke mana-mana, terutama menimbulkan
krisis keuangan di Amerika, dan kemudian berdampak ke berbagai belahan dunia.
Di Amerika, krisis ini menyebabkan harga rumah turun sampai 16%,
angka pengangguran meningkat bersama meningkatnya angka pemutusan
hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan yang terguncang krisis.
Penjualan rumah macet.
Maka berbagai lembaga keuangan raksasa yang bangkrut, seperti disebut
di atas, umumnya adalah perusahaan yang terlibat dalam pemberian kredit,
penjaminan kredit, dan asuransi kredit perumahan subprime mortgage. Tapi ketika
Maret 2008, The Fed membantu Bear Stearns, bank investasi di Wall Street, 29
milyar dollar, untuk kemudian dikawinkan dengan JP Morgan, banyak pengamat
yang meramalkan krisis telah berakhir.
Sampai 6 bulan kemudian, September 2008, Fanny Mae dan Freddie Mac
tersungkur dan harus disuntik 200 milyar dollar. Lalu disusul bankrutnya Lehman
Brothers dan sejumlah raksasa lainnya. Oleh karena itu tampaknya sekarang tak
ada ahli yang berani meramalkan sampai kapan krisis ini berakhir. Meski
pemerintah akan memborong saham bermasalah itu, seperti ditulis Profesor Paul
Krugman, pengajar ekonomi Princeton University di The New York Times, 19
September lalu, “Pertanyaannya, apakah itu dilakukan dengan benar?’’. Yang
pasti, krisis ini sudah berlangsung setahun lebih dan Krugman menyebutnya as
slo-mo crisis alias krisis dengan gerak lambat (slow motion).
Dampak yang ditimbulkannya juga terus menggelembung. Pada Juli 2007,
Ketua The Fed, Ben Bernanke, menghitung krisis ini akan menimbulkan kerugian
tak sampai 100 milyar dollar. Nyatanya sekarang dibutuhkan dana 700 milyar
dollar untuk menjamin kredit macet (bad debt). Beberapa ahli meramalkan jumlah
itu akan membengkak menjadi 1 triliun dollar atau lebih.
Para ahli sepakat sekarang bahwa krisis ini disebabkan tak adanya regulasi
yang mengatur pasar saham Wall Street. Di dalam ideologi kapitalisme liberal,
regulasi adalah barang haram. Oleh karena itu mantera yang harus terus
diamalkan adalah deregulasi. Dan itu dilaksanakan di Amerika sejak
pemerintahan Presiden Ronald Reagan, di tahun 1980-an. Reagan menggunakan
sistem kapitalisme untuk menghadapi sistem ekonomi terpusat dari komunisme,
musuh Amerika dan Barat dalam Perang Dingin pada waktu itu.
PRESPEKTIF EKONOMI SYARIAH

Kebangkrutan yang dialami oleh Lehman Brothers dan krisis di berbagai


perusahaan keuangan besar dunia sesudah krisis sub-prime mortgage di AS
membuktikan bahwa kita harus lebih tegas lagi mengenai sistem pemeringkatan
kredit (credit rating) untuk menghindari hal serupa terjadi. Dalam teori keuangan
syariah, tidak dibolehkan membayar utang dengan utang dan memperjualbelikan
utang (bay’al-dayn). Hal ini untuk mencegah terjadinya ketidakmampuan
membayar (default) oleh debitur yang bersangkutan yang dapat berujung pada
kepailitan (bankruptcy).
Dalam keuangan syariah, bunga bank dilarang dan pemberian pembiayaan
kepada perusahaan yang terlilit utang juga tidak dianjurkan. Dengan demikian,
secara teoritis kebangkrutan dapat dicegah dan pada gilirannya kredit macet (non
performing loan/NPL) atau dalam keuangan syariah disebut non performing
financing (NPF) dapat ditekan seminimal mungkin.
Akar permasalahan dari krisis keuangan global sekarang ini adalah kredit
macet. Demikian juga krisis perbankan Asia tahun 1997-1998. Kredit macet ini
menimbulkan krisis likuiditas yang kemudian menyulut terjadinya rush atau bank
run. Padahal saat itu lembaga-lembaga keuangan mengalami kesulitan likuiditas.
Untuk mengamankan situasi ini, pemerintah di berbagai negara dan bank sentral
mengambil beberapa kebijakan seperti menyediakan bantuan likuiditas seperti
Bantual Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), melakukan penggabungan (merger)
beberapa bank, pengambil alihan (take over/acquisition) dan nasionalisasi
perusahaan keuangan swasta. Untuk meredakan gejolak rush, pemerintah
menjamin simpanan masyarakat sampai level tertentu. Di samping itu masih ada
beberapa kebijakan lainnya yang diambil pemerintah yang biasanya menjadi satu
paket kebijakan stimulus ekonomi. Di negara-negara Barat, paket kebijakan itu
disahkan menjadi undang-undang setelah mendapat persetujuan DPR.
Dalam tradisi ekonomi syariah, ada beberapa beberapa jenis transaksi yang
tidak dibolehkan antara lain yaitu riba, gharar, maysir, tadlis. Larangan terhadap
riba sudah jelas dengan diharamkannya berbagai bentuk bunga pinjaman
(interest). Larangan ini bukan hanya didasarkan pada larangan mengeksploitasi
pihak yang membutuhkan kredit, tetapi lebih kepada terciptanya iklim ekonomi
yang lebih adil dengan bergeraknya sektor riil, bukan hanya sektor keuangan.
Kalau sebagian besar orang merasa lebih nyaman mendapatkan uang dengan
bunga, maka sektor riil tentu tidak bergerak. Akibatnya perdagangan barang dan
jasa jadi terhambat dan ekonomi masyarakat memburuk dan mengundang
terjadinya krisis yang lebih besar.
Menurut berbagai pemberitaan belakangan ini, banyak pihak berkeyakinan
bahwa krisis keuangan global tidak berakibat buruk bagi industri perbankan
syariah. Alasan yang mengemuka dari beberapa figur perbankan dan keuangan
syariah dunia antara lain adalah karena keuangan syariah dilarang berhubungan
dengan perdagangan utang (debt trading) dan perilaku spekulasi yang marak
dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan Amerika dan Eropa. Menurut
beberapa sumber lainnya, kalau pun ada pengaruhnya, dampaknya akan terbatas
dan bersifat tidak langsung mengingat industri keuangan syariah merupakan
bagian dari industri keuangan dunia. Namun dampak tersebut diyakini hanya
berpengaruh pada laba perusahaan dan tidak menyentuh modal sebagaimana
terjadi di beberapa lembaga keuangan internasional.
Sebagaimana diketahui, krisis keuangan 2008 ini menurut banyak
kalangan disebabkan oleh terjadinya kredit macet di sektor perumahan AS dan
Eropa atau yang disebut subprime mortgages. Teorinya, suatu bank memberikan
KPR kepada nasabahnya untuk jangka waktu tertentu. Kemudian, bersama-sama
dengan KPR-KPR lainnya dipool kemudian disekuritisasi. Setelah itu dijual ke
pasar dengan nama mortgages based securities (MBS). MBS ini kemudian masih
diperdagangkan lagi dengan mempoolnya dengan MBS-MBS lain lalu
disekuritisasi lagi.
Padahal, banyak pemilik KPR tersebut sebenarnya tidak layak
mendapatkan KPR karena ketidakmampuan mereka dalam membayar cicilan.
Namun, faktor ini diabaikan karena mengharapkan bunga yang lebih besar dari
nasabah yang mempunyai risiko lebih tinggi tersebut. Maka kemudian, terjadilah
apa yang selama ini ditakutkan oleh praktisi lembaga keuangan yaitu
ketidakmampuan membayar atau kredit macet yang meluas hingga berdampak
pada runtuhnya beberapa lembaga keuangan di AS dan Eropa. Beberapa lembaga
keuangan lainnya terpaksa dijual dan lainnya dinasionalisasikan. Dari sini dapat
dilihat sisi buruk dari debt trading yang dalam keuangan syariah diistilahkan
dengan bay’ al-dayn bi al-dayn.
Alasan kedua yang menghindarkan bank dan lembaga keuangan syariah
dari krisis adalah haramnya perilaku spekulasi dalam transaksi keuangan syariah.
Dalam keuangan syariah aksi spekulasi ini disebut maysir yang biasa dinisbahkan
sebagai judi. Aksi margin trading dan short selling masih dilarang oleh para
ulama fiqh karena masuk kategori maysir. Hal ini pula yang menjadi alasan belum
dibolehkannya transaksi produk derivatif seperti forward, future, swaps dan
options.
Di samping itu, lembaga keuangan syariah juga dilarang terlibat dalam
money laundering dan melakukan langkah-langkah formal dan profesional dalam
melakukan penilaian terhadap proposal-proposal proyek agar terhindar dari risiko
yang berlebihan (excessive risks). Tingkat kehati-hatian dalam keuangan dan
perbankan syariah mencakup dua hal yaitu adanya prinsip kehati-hatian (prudent)
dan kepatuhan terhadap syariah (sharia compliant).
Alasan lainnya adalah karena lembaga-lembaga keuangan syariah bukan
menjadi investor utama dalam industri keuangan Barat sehingga tidak terkena
dampak langsung krisis tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, banyak
praktek-praktek transaksi keuangan yang tidak lolos verifikasi syariah seperti debt
trading, margin trading, short selling, dan derivatif yang menjadi model transaksi
keuangan di Barat. Praktek-praktek inilah yang menurut banyak pihak menjadi
latar belakang terjadinya krisis keuangan di negara-negara Barat. Dengan
absennya “uang syariah” masuk ke lembaga-lembaga keuangan Barat melalui
praktek-praktek keuangan di atas, maka aset keuangan syariah dapat terhindar dari
efek langsung krisis global. Meskipun sedikit banyaknya keuangan syariah masih
terkena dampak tidak langsung mengingat industri keuangan dunia semakin
terhubung dan terintegrasi (connected and integrated).
Syariah Islam membatasi bahwa suatu transaksi dibolehkan apabila barang
atau jasa tersebut jelas (real exchange). Di samping itu syariah juga melarang riba
dan memperdagangkan sesuatu yang bukan milik kecuali dalam batasan yang
sangat ketat seperti menjual komoditas dengan pembayaran penuh di depan. Pada
prinsipnya, bank syariah adalah lembaga penitipan (custodian) yang tidak dapat
mentransfer tabungan publik ke bank lain tanpa izin dari para nasabah. Dengan
demikian, aset keuangan syariah bisa terselamatkan karena kepatuhan kepada
prinsip syariah.

Anda mungkin juga menyukai