Filsafat Isyroqiyah
Filsafat Isyroqiyah
Filsafat isyraqiyah
Sulit untuk memahami secara jelas tentang sumber dan asal usul filsafat
yang dikonsepsikan oleh suhrowardi. Bahkan, filsafat isyraqiyah oleh sebagian
filusuf dianggap bukan filsafat yang tersusun secara sistematis. Pandangan tersebut
membuktikan adanya keragaman pendapat, bahkan kecurigaan. Dengan
mengabaikan keragaman pendapat tersebut, pada kajian ini akan diuraikan secara
sederhana tentang pengertian dasar isyraqy, pokok-pokok penting ajarannya, dan
implikasi logis masa sekarang.
1. Pengertian dasar isyraqy
Dalam Bahasa Arab, Isyraqy berarti pencahayaan, atau iluminasi; dan
masyriq yang berarti timur. Keduanya secara etimologis diturunkan dari kata
syarq yang berarti terbitnya matahari. Kesatuan maknawi antara cahaya dan
timur dalam peristilahan filsafat isyraqiyah berkaitan erat dengan simbolisme
matahari yang terbut di timur dan menerangi segala sesuatu sehingga cahaya
diidentifikasi dengan gnosis dan illumination.
Dalam Bahasa filsafat, illumination mempunyai pengertian sumber
kontemplasi; perubahan bentuk dari kehidupan emosional untuk mencapai
tindakan dan harmoni. Kata isyraqi diartikan ilmuniasi sekaligus cahaya
pertama pada saat pagi hari, seperti cahaya dari timur (syarq). Timur tidak
hanya berarti timur secara geografis, tetapi awal cahaya yaitu realitas.
Filsafat isyraqiyah berarti ketimuran atau iluminatif. Ia memancar
karena ia adalah timur, dan ia timur karena ia memancar. Ia adalah pengetahuan
dengan pertolongan yang manusia dapat menyesuaikan dirinya dalam alam
semesta di dunia wujud, tidak masalah di mana hidup secara geografis dan
akhirnya menjangkau bahwa timur adalah tempat hidup manusia di bumi barat.
Mazhab isyraqiyyah adalah aliran yang menetapkan bahwa pengetahuan
bersumber dari penyinaran. Penyinaran adalah hads yang menghubungkan diri
yang tahu dengan substansi cahaya. Filsafat ini menegaskan bahwa ada
hubungan yang erat antara pengetahuan dan keutamaan; antara perhatian yang
tercurah pada pengetahuan dan terpisah dari materi. Dalam hal ini, hikmah
bukan merupakan teori yang diyakini seseorang, melainkan perpindahan rohani
secara praktis dari alam kegelapan, yang di dalamnya pengetahuan dan
kebahagiaan merupakan hal yang mustahil, pada cahaya yang di dalamnya
pengetahuan dan kebahagiaan dicapai bersama-sama.
Hikmah isyraqiyah juga berarti hikmah atau filsafat orang-orang timur,
terutama Persia karena filsafat mereka berdiri di atas zauq dan kasyf, bukan atas
akal sebagaimana kebanyakan filsafat Yunani. Oleh karena itu, tidak ada
perbedaan besar antara hikmah isyraqiyyah dan al-hikmah almasyriqiyyah yang
disebut ibnu sina. Timur selalu menjadi sumber simbolik bagi memancarnya
cahaya dan arah timur selalu dijadikan contoh bagi kebenaran dari kebaikan
oleh kisah-kisah para filsuf simbolik sebagai kebalikan dari barat yang mereka
ambil sebagai lambing kebodohan, materi, kegelapan, dan keburukan.
Dengan demikian filsafat isyrqiyah adalah jenis filsafat yang tidak
hanya mengandalkan logika dengan zauq. Dengan bahasanya yang khas, filsafat
ini merupakan gabungan antara filsafat diskursif (al-hikmah albahsiyah) dan
filsafat intuitif (al-hikmah al-zauqiyah). Inilah ciri menonjol dari tipe filsafat
isyraqy.
2. Pokok-pokok ajarannya
Suhrowardi menegaskan bahwa alasan penamaan atau penggambaran
filsafat ini dengan isyraqy adalah filsafat yang membawa kebenaran ini
menjadikan kebenaran sebagai puncak kebersihan dan kejelasan. Tidak ada
yang lebih penting daripada cahaya, tidak ada yang lebih tidak membutuhkan
definisi daripada cahaya. Inti seluruh filsafat isyraqi adalah sifat dan
penggambaran cahaya. Cahaya tidak bersifat materil dan juga tidak dapat
didefinisikan. Sebagai realitas yang meliputi segala sesuatu, cahaya menembus
ke dalam susunan setiap entitas, baik fisik maupun nonfisik sebagai satu
komponen yang esensial daripadanya.
Cahaya merupakan esensi yang tidak memerlukan definisi karena ia
merupakan sesuatu yang sangat nyata. Sifatnya telah nyata pada dirinya sendiri.
Ia ada karena ketiadaannya, yaitu kegelapan, keadaan tidak ada apa-apa. Semua
realitas terdiri atas tingkatan-tingkatan cahaya dan kegelapan. Suhrawardi
menyebutnya realitas absolut, yaitu realitas ketuhanan yang tidak terbatas dan
tidak dibatasi, cahaya segala cahaya (nur al-anwar).
nur al-anwar bersifat Esa dan merupakan sumber munculnya wujud
lain, esensi cahaya absolut yang pertama, Tuhan, selalu memberi iluminasi, dan
dengannya segala sesuatu menjadi wujud, serta memberi kehidupan kepada
wujud-wujud itu dengan sinarnya. Segala sesuatu yang ada di dunia berasal dari
cahaya esensinya dan semua keindahan dan kesempurnaan adalah pemberian
kemurahan-Nya; dan benar-benar mencapai iluminasi berarti keselamatan.