KAJIAN PUSTAKA
penelitian yang dilakukan oleh Silsillia Yossy Nour Indrasari (2017) mahasiswi
berjudul “Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Ega dalam Novel Ega Karya
Penelitian ini terdapat delapan unsur alur yang digambarkan dalam novel yaitu
penokohan yang diguanakan adalah teknik dramatik. Konflik batin tokoh utama
kebutuhan dasar tersebut, maka timbulah rasa sedi, rasa takut, rasa tidak percaya
diri, dan rasa marah. Adapun persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama
mengangkat judul konflik batin tokoh utama dalam novel dan juga menggunakan
Freud.
Tokoh Utama Perempuan dalam Novel Sebuah Cinta Yang Menangis Karya
Herlina Tiens”. Penelitian ini ditulis oleh Arina Destinawati (2012) di Fakultas
menunjukan karakter tokoh utama perempuan dalam novel yang dipengaruhi oleh
kehidupan masa lalunya. Konflik yang dialami tokoh utama perempuan yaitu
yang dikembangan oleh Sigmund Freud. Adapun perbedaanya terletak pada objek
Menangis karya Herlina Tiens, sedangkan objek penelitian saya adalah novel
“Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Roman Belenggu Karya Armijn
Pane” penelitian ini membahas bentuk konflik batin tokoh Sukartono (Tono) yaitu
putus asa. Bentuk konflik batin Sumartini (Tini) yaitu konflik mendekat-menjauh
dan konflik menjauh-menjauh yang dipengaruhi Id berwujud kebimbangan,
kesedihan, dan berharap. Ego berwujud tersiksa. Bentuk konflik batin tokoh
konflik batin yaitu pernikahan tidak dilandasi rasa cinta, kesibukan, traumatik
yang berpijak pada teori psikoanalisis yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Dalam Novel Detik Terakhir Karya
Alberthiene Endah”. Penelitian ini membahas wujud konflik batin yang dialami
oleh tokoh utama meliputi pertentangan antara pilihan yang tidak sesuai dengan
utama didominasi oleh Id daripada Ego. Wujud konflik batin yang paling dominan
pada diri tokoh utama terdapat pada varian kebimbangan dalam menghadapi
persoalan. Beberapa faktor yang melatarbelakangi konflik batin pada tokoh utama
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi rasa iri dengan
kehidupan orang lain, membenci diri sendiri, dan cemas akan masa depan. Faktor
eksternal meliputi lingkungan sosial yang kurang mendukung, krisis simpati dari
Bentuk penyelesaian konflik batin pada tokoh utama dalam novel DT terdiri dari
memutuskan hubungan dengan rumah dan melarikan diri dari panti rehabilitasi,
sastra. Perbedaannya terletak pada objek yang akan diteliti di mana penelitian
sedangkan objek penelitian saya adalah novel Katarsis karya Anastasia Aemilia.
dengan kepekaan pikiran, perasaan dan hasratnya terhadap realitas yang ditemui
dalam pengalaman hidupnya. Novel merupakan cerita fiksi dalam bentuk tulisan
maupun kata-kata yang mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik
sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita.
Unsur-unsur yang dimaksud yaitu tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan
amanat.
unsur religi, sosial, moral, politik, kebudayaan, ekonomi, pendidikan, sejarah, dan
menjelaskan bahwa novel merupakan karya prosa fiksi yang cakupan panjangnya
lebih banyak, lebih rinci, lebih detail dan lebih banyak melibatakan berbagai
permasalahan yang kompleks secara penuh dan menciptakan sebuah dunia yang
“jadi”. Ini menjadi membaca novel menjadi lebih mudah karena tidak menuntut
kita memahami masalah yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit.
mengenai tempat atau ruang tertentu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
Menurut Murray dalam (Wilcox, 2018: 23) arti dasar kata psikologi
berbeda dengan kata yang biasa dipahami saat ini. Kata “psikologi” berasal dari
bahasa Yunani ‘psyche’ dan ‘logos’. Psyche, artinya napas atau hidup
pada mahluk lain, sumber dari semua aktivitas mendasar, jiwa atau roh” atau
“prinsip kehewanan dari dunia sebagai suatu keseluruhan, jiwa dunia. Logos,
artinya suatu kata atau bentuk yang mengekspresikan suatu prinsip. Dengan
prinsip kehidupan, jiwa atau roh. Secara istilah psikologi adalah ilmu yang
psikologi tidak mempelajari jiwa atau mental secara langsung karena jiwa sifatnya
yang abstrak, psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspor dari jiwa atau
mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya. Sehingga
psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan
proses mental.
Kata psikologi pertama kali digunakan dalam bahasa inggris pada tahun
1600-an untuk mengacu pada pembicaraan tentang jiwa. Psikologi pada awalnya
psikologi mulai digunakan untuk mengacu pada jiwa atau spirit dan keadaan dari
pikiran, diri (self), atau ego. Salah satu kamus psikologi yang paling luas
proses mental, pikiran, diri, atau manusia yang berperilaku, dan memiliki proses-
proses mental.
menyelidiki aktivitas dan tingkah laku manusia. Aktivitas dan tingkah laku
Jiwa manusia terdiri dari dua alam, yaitu alam sadar (kesadaran) dan alam
sastra dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari gejala jiwa yang mencakup
segala aktivitas dan tingkah laku manusia yang dipengaruhi oleh alam sadar dan
psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional.
seorang pengarang yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan teori
karya sastra, antara lain kejiwaan pengarang, tokoh dalam karya sastra, dan
kejiwaan pembaca. Dapat disimpulkan bahwa tujuan psikologi sastra yaitu untuk
teori klinis bagi orang-orang yang bermasalah yang berusaha mencari bantuan.
freud menjelaskan bahwa alam kesadaran adalah bagian terkecil dari gunung es,
yaitu bagian puncak yang dapat terlihat, sementara alam tidak sadar menjadi
bagian bawah yang tidak terlihat dari gunung es tersebut. Freud dalam (Wilcox,
2018: 28) menegaskan bahwa segala sesuatu telah ditentukan. Tidak ada yang
kecil yang digunakan oleh para individu untuk melindungi dan melanggengkan
manusia. Ilmu ini merupakan bagian dari psikologi yang memberikan kontribusi
besar dan dibuat untuk psikologi manusia selama ini (Minderop, 2018: 11).
dianggap memberikan prioritas pada masalah seksual. Dalam karyanya yang bila
dan pengalaman masa kecilnya. Freud seorang pecinta buku dan selalu mengkaji
masalah besar tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga teka-teki tentang kehidupan
gagasan Freud. Dan psikoanalisa itu sendiri, sebagai aliran yang utama dalam
karena itu, menurutnya kehidupan jiwa seseorang memiliki tiga tingkat kesadaran,
yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yakni id, ego, dan superegeo. Meskipun
sama lain saling berkaitan serta serta membentuk suatu totalitas. Tingkah laku
manusia tidak lain merupakan produk interaksi antara id, ego, dan superego
dasar, sistem yang di dalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem
yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau penyalur
rasa sakit atau tidak nyaman. Menurut Freud dalam Minderop (2018: 21) id
berada di alam bawah sadar, tidak ada kontak dengan realitas. Cara kerja id
berhubungan dengan prinsip kesenangan, yakni selalu mencari kenikmatan dan
aturan yang diterapkan orang tuanya. Seorang anak yang ingin memenuhi tuntutan
dan keinginan yang kuat dari suatu realitas, akan membentuk suatu struktur
Struktur kedua adalah ego. Ego adalah sistem kepribadian yang bertindak
sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan
(1991:34) ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak
dengan dunia luar. Adapun proses yang dimiliki dan dijalankan ego sehubungan
adalah proses sekunder (secondary process). Dengan proses sekundernya ini, ego
tersebut bisa dilaksanakan atau tidak. Atau dengan perkataan lain, melalui proses
sekunder ego dari individu akan berpikir, makana apa yang ia butuhkan, di mana
dan bagaimana makanan itu bisa diperoleh. Dengan demikian, ego bagi individu
tidak hanya bertindak sebagai penunjuk kepada kenyataan, tetapi juga berperan
Sekilas akan tampak bahwa antara id dan ego hampir selalu terjadi konflik
atau pertentangan. Menurut Freud, dalam Koswara (1991:34) ego ego dalam
pihak dengan keadaan lingkungan di pihak lain. Yang dihambat oleh ego adalah
pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh
lingkungan. Jadi, fungsi yang paling dasar dari ego itu tidak lain sebagai
baik dan buruk). Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-
nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan,
berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut (Koswara, 1991: 35). Superego
sama halnya dengan ‘hati nurani’ yang mengenali nilai baik dan buruk.
dengan hal-hal realistik, keculai ketika implus seksual dan agresivitas id dapat
Dalam sebuah kasus misalnya, ego seseorang ingin melakukan seks secara
teratur agar karirnya tidak terganggu oleh kehadiran anak; tetapi id orang tersebut
menginginkan hubungan seks yang memuaskan karena seks adalah sesuatu yang
kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan atau ketakutan individu terhadap
bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat,
adalah kecemasan atas tidak terkendalinya naluri-naluri primitif oleh ego yang
yang ditakutkan oleh ego individu berasal di dunia luar. Adapun kecemasan moral
adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu
berhubung individu telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral.
Sama halnya dengan kecemasan neurotik, kecemasan moral bersifat nyata, dalam
arti bahwa tekanan superego atas ego yang menimbulkan kecemasan moral itu
mengacu kepada otoritas-otoritas yang riel atau nyata ada di luar individu (orang
Freud percaya bahwa kecemasan sebagai hasil dari konflik bawah sadar
merupakan akibat dari konflik antara pulsi id (umumnya seksual dan agresif) dan
pertahanan diri ego dan superego. Kebanyakan dari pulsi tersebut mengancam
didukung oleh bukti-bukti eksperimen, tetapi ada pula yang tidak berdasarkan
(Minderop, 2018: 30). Menurut Freud dalam Koswara (1991: 46) mekanisme
pertahanan adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Menurut Freud
dalam Minderop (2018: 32-39) ada tujuh macam mekanisme pertahanan yang
1. Represi
dari alam sadar dan kembali ke alam bawah sadar. Represi merupakan
fondasi cara kerja semua mekanisme pertahanan ego. Tujuan dari semua
tindakan yang dapat diterima secara sosial dengan menjadi seorang artis
3. Proyeksi
4. Pengalihan (Displacement)
pada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam
orang (atau objek lainnya) yang mana objek-objek tersebut bukan sebagai
5. Rasionalisasi (Rationalization)
laku sebaliknya.
7. Regresi
lebih rendah serta bertingkah laku seperti ia berada dalam taraf yang lebih
rendah itu.
Perasaan marah terkait erat denga ketegangan dan kegelisahan yang dapat
sumber frustasi tersebut karena tidak jelas atau tak tersentuh. Apatis
adalah bentuk lain dari reaksi terhadap frustasi, yaitu sikap apatis (apathy)
berasal dari kata latin “configere” yang berarti “saling memukul”. Secara
sosiologi konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) di mana suatu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
Suyanto (2011: 168) konflik batin sebagai suatu proses ternyata dipraktikkan juga
dan perselisihan. Konflik dapat terjadi pada siapapun dan di mana pun seseorang
berada. Konflik biasanya terjadi akibat adanya dua atau lebih keinginan, pendapat
hambatan bila tidak segera dicari pemecahannya. Dalam hal ini konflik yang
Batin adalah sesuatu yang terdapat dalam hati; sesuatu yang menyangkut
jiwa (perasaan hati), sesuatu yang tersembunyi (gaib, tidak kelihatan), dan
semangat; hakikat (Alwi dalam Handayani, 2018: 14). Batin merupakan salah satu
unsur pembentuk cerita di mana batin akan melekat pada diri tokoh. Batin,
sebagai bagian dari tokoh, sering dipermainkan oleh pengarang untuk membentuk
seri cerita yang menarik untuk dibahas. Pergolakan yang digambarkan dalam
cerita seakan-akan kita merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita
tersebut.
Konflik batin artinya konflik pribadi yang disebabkan oleh adanya dua
atau lebih keinginan yang saling bertentangan dan menguasai diri individu,
ini pada umumnya melanda setiap orang dalam hidupnya. Dalam kenyataannya
tidak semua orang mampu mengatasi sendiri konflik batin yang terjadi pada
dirinya (https//ningsihsetya99.wordpress.com/category/konflik-dan-berbagai-
mengemukakan bahwa konflik terjadi manakala hubungan antara dua orang atau
dua kelompok, perbuatan yang satu berlawanan dengan perbuatan yang lain,
bahwa konflik terbagi menjadi tiga jenis. Pertama konflik dalam diri seseorang
(tokoh), konflik tersebut sering disebut juga dengan psychological conflict atau
kejiwaan. Konflik jenis ini biasanya terjadi musahab suatu pertarungan individual
atau perjuangan seseorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, sampai pada
tersebut disebut dengan istilah social conflict atau konflik sosial. Konflik sosial
seperti ini biasanya terjadi antara tokoh dengan lingkungan sekitarnya. Konflik
tersebut timbul dari setiap individu terhadap lingkungan sosial dan menyangkut
Ketiga konflik antara manusia dengan alam. Konflik seperti ini sering
disebut sebagai physical or element conflict atau konflik alamiah. Konflik ini
manusia dengan alamnya tidak serasi, maka akan terjadi disharmoni yang dapat
jenis konflik, yakni konflik eksternal dan konflik internal. Konflik eksternal
(external conflict) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sesuatu yang di luar dirinya sendiri. Konflik internal (internal conflict) adalah
konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini
besar ada beberapa konflik internal (kejiwaan) antara lain sebagai berikut.
Pertama, depresi adalah gejala seseorang mengalami depresi bila dia dalam
kondisi kesedihan maksudnya suatu emosi yang ditandai oleh perasaan tidak
beruntung, kehilangan, dan tidak berdaya. Saat itu manusia sering menjadi lebih
diam, kurang bersemangat dan menarik diri. Kecewa juga termasuk ke dalam
bagian depresi kecewa adalah berkecil hati, tidak puas karena terkabul
terus menerus mengalami suatu perasaan atau dihantui oleh pikiran-pikiran yang
dikatakan memiliki gejala cemas bila ia merasa khawatir dan gamang, setidaknya
ada suatu perasaan yang merupakan sinyal atau kecurigaan atau perasaan takut
menyenangkan yang akan terjadi, baik itu nyata atau hanya dalam pikiran saja.
kekhawatiran, keragu-raguan dan rasa gelisah yang sangat kuat, sehingga merasa
curiga dan khawatir mengenai apa yang diyakini mungkin akan terjadi. Kelima,
rasa tidak aman. Pada dasarnya, rasa tidak aman disebabkan oleh kekurangan
salah adalah gejala yang timbul dari suatu penilaian pikiran atau perilaku oleh
superego individu, yaitu gagal untuk hidup menurut diri sendiri, atau terlalu
dirinya atau kegagalan untuk hidup ideal sendiri. Delapan, frustasi. Kebanyakan
keinginan yang tidak disadari untuk membuat individu gagal. Sembilan, marah.
Seseorang menjadi marah bila merasa tersinggung, sakit hati, atau jengkel oleh
perilaku orang lain. Sepuluh, sakit hati. Seseorang mungkin menjadi sakit hati bila
ada yang disengaja atau tidak menghina, bersifat kasar atau kurang ajar
terhadapnya. Pada tahap ini mungkin individu melakukan serangan baik dengan
Karena menafsirkan semua situasi seperti itu sebagai suatu serangan langsung,
kecemasan yang berkaitan dengan pikiran individu mengenai apa yang mungkin
diambil dari dia, apa mungkin tidak ia peroleh, atau apa yang mungkin ia
Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan
sesuatu dilura dirinya dengan dengan demikian konflik eksternal dapat dibedakan
kedalam dua kategori yaitu konflik fisik dan konflik sosial, Jones dalam
Sedangkan konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak
sebagai berikut. Pertama, faktor primer (primary causes) yakni suatu kondisi atau
situasi yang harus ada seandainya suatu gangguan terjadi. Faktor ini merupakan
hal yang mutlak, tetapi tidak selalu mencakupi untuk melahirkan perilaku
sebagai pemicu. Faktor ini sering tampil sebagai penyebab-penyebab yang dilihat
secara langsung. Keempat, faktor penguat (reinforcing causes) adalah suatu
kondisi yang cenderung untuk memelihara perilaku maladaptif yang telah atau
sedang terjadi. Misalnya, pemberian perhatian yang berlebihan (bisa simpati) atau
sakit, maka penyakit itu akan terus tetap ada dan bahkan berkembang.