Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, buku Petunjuk Praktikum Ilmu Ukur Tanah
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dapat diselesaikan.
Pembuatan buku ini dilakukan untuk memberikan panduan kepada mahasiswa peserta praktikum agar
dapat mengikuti dan melaksanakan praktikum sesuai dengan aturan dan aga mencapai hasil yang diharapkan.
Selain itu petunjuk praktikum ini dimaksudkan untuk menjaga agar peralatan yang digunakan oleh peserta
praktikum sesuai dengan cara pemakaiannya sehingga terhindar dari hal-hal yang membahayakan baik peserta
maupun peralatan.
Buku ini terbagi dalam lima bagian yang mencakup materi dalam pelaksanaan praktikum yaitu petunjuk
umum dan pengenalan alat, orientasi lapangan, pengukuran jarak dan pemasangan patok, pengukuran sifat datar
memanjang dan penampang melintang, pengukuran sudut dan situasi detail, serta pembuatan bowplank dan
pengukuran peil lantai bangunan. Pada tiap bagian diuraikan mengenai tujuan umum, tujuan khusus, peralatan,
petunjuk umum, petunjuk khusus, formulir data lapangan, dan formulir data perhitungan. Buku ini tentu saja
tidak memuat teori seperti yang didapat diperkuliahan, oleh karena itu hal-hal yang berkaitan dengan teori
pengukuran dapat diperdalam melalui dosen pengajar dan membaca literatur ilmu ukur tanah.
Agar tujuan dari praktikum dapat dicapai dengan baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dan
dilaksanakan yaitu pertama, pemakai harus membaca buku petunjuk praktikum ini dengan teliti dan
memhaminya. Hal-hal yang tidak dimengerti oleh peserta praktikum agar ditanyakan langsung kepada instruktur
atau pun teknisi laboratorium.
Ucapan terima kasih ditujukan kepada Noor Wahyudi BE., ST., yang telah membantu penyusunan
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
2
4.6 Formulir Data Lapangan......................................................................................................................2
4.7 Formulir Data Perhitungan...................................................................................................................2
3
1. Petunjuk Umum, Pengenalan Alat, dan Istilah-
Istilah dalam Ilmu Ukur Tanah
4
1.1 Petunjuk Umum
c. Di awal praktikum (15 menit sebelum jadwal yang ditetapkan) para mahasiswa
(praktikan) harus mengisi daftar hadir yang diawasi oleh teknisi/instruktur.
e. Data hasil praktikum yang sudah diparaf instruktur dikopi dan dikumpulkan
oleh setiap kelompok kemudian diserahkan kepada Kepala Lab. sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, paling lambat 1 (satu) hari setelah praktikum
berlangsung.
j. Nilai akhir praktikum adalah kombinasi antara nilai dari pembimbing laporan
dan hasil UAS (Materi Pengarahan Praktikum, terlampir).
5
4. Jika mahasiswa tidak dapat mengikuti praktikum karena sakit atau hal
lain, maka harus melapor kepada dosen penanggung jawab praktikum
da/atau Kepala Lab. dengan surat keterangan atau surat dokter.
5. Bagi mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum ataupun mahasiswa
yang dispensasinya tidak disetujui maka nilai praktikum dapat menjadi 0
(nol).
C. KEBERSIHAN
1. Tetap menjaga kebersihan tempat praktikum baik di laboratorium
maupun dilapangan, khusus untuk dilapangan keadaan/kondisinya harus
kembali seperti semula (patok-patok dicabut kembali).
2. Selama praktikum, kebersihan alat harus tetap terpelihara.
D. KETERTIBAN
1. Selalu berpakaian sopan dan tidak diperkenankan berpakaian kaos
oblong, T-Shirt atau sejenisnya, dan mengenakan sandal, kelom atau
sejenisnya.
2. Selama praktikum berlangsung di lapangan, praktikan harus menjaga
ketertiban, ketenangan dan kesopanan.
6
3. Dilarang membawa senjata tajam dan lain-lain yang tidak ada kaitannya
dengan kegiatan praktikum.
4. Hati-hati menggunakan alat dan barang yang dipakai, dijaga dengan baik
dan jangan ditinggalkan disembarang tempat.
F. PETUNJUK PRAKTIKUM
1. Mahasiswa harus mengetahui prinsip/dasar dan tujuan percobaan yang
akan dilakukan.
2. Mahasiswa diharapkan menyelesaikan praktikum tepat pada waktunya.
3. Setelah selesai praktikum harus melapor kepada Asisten dan/atau Kepala
Lab.
(lebih jelasnya bisa dilihat pada buku petunjuk praktikum).
G. LAPORAN PRAKTIKUM
1. Laporan harus ilmiah dan berdasarkan literatur yang digunakan untuk
membuat laporan tersebut, lengkap, rapi dan bersih.
2. Mahasiswa wajib mengumpulkan laporan praktikum tepat pada waktu
yang telah ditentukan (lebih jelasnya bisa dilihat petunjuk pembuatan
laporan).
7
Tujuan umum
Tujuan khusus
1. Mahasiswa dapat mengukur jarak pada daerah datar maupun pada daerah
miring/lereng.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pengkuran jarak baik secara langsung
maupun tidak langsung.
3. Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan menghitung koreksi kesalahan
pengukuran jarak.
Peralatan
Petunjuk Umum
1. Pelajari lembar kerja ini dan kerjakan sesuai dengan langkah kerja.
2. Periksalah alat sebelum dipakai dan perhatikan skala dan titik 0 (nol) pada pita
ukur/metrol tersbut,
3. Hindari lendutan dan hembusan angin dalam melaksanakan pengukuran jarak,
4. Dalam menarik/mengencangkan pita ukur jangan terlalu kencang (bisa putus)
asalkan tidak kendor dan cukup mendatar,
5. Bekerjalah secara hati-hati dan sabar. Kalau masih ragu segeralah bertanya pada
instruktur.
6. Bersihkan semua peralatan setelah selesai digunakan dan kembalikan ketempat
semula.
8
Petunjuk Khusus dan Langkah Kerja
Dirikan statip diatas titik (patok) yang dimaksud hingga kaki statip membentuk segitiga
sama sisi dan kepala (plat/landasan datar) statip diusahakan mendatar dengan cara
:
a) Buka skrup pengunci kaki statip, panjangkan seperlunya kemudian kunci
sekedarnya.
b) Injak kaki statif seperlunya hingga cukup stabil.
c) Atur kepala (plat datar) statip sedatar mungkin sambil memperhatikan
sekrup pengunci pesawat, kira-kira centering di atas titik yang dimaksud.
d) Kencangkan sekrup pengunci kaki statip.
Pasang alar ukur dan kuncikan sekedarnya sehingga masih mudah digeser-geser.
Pasang unting-unting sedemikian rupa hingga kira-kira 1 cm di atas titik yang dimaksud.
Atur unting-unting dengan mengeser-geser pesawat di atas plat level hingga betul-betul
centering, kemudian kencangkan pengunci pesawat.
Sejajarkan teropong dengan dua sekrup penyetel sumbu I (sekrup A & B) dan
ketengahkan gelembung nivo dengan memutar sekrup A, B & C sekaligus hingga
gelembung nivo tepat berada ditengah-tengah lingkaran nivo. (gambar ….. )
Putar teropong kesembarang posisi, jika gelembung nivo berubah-ubah stel kembali
sekrup penyetel hingga gelembung kembali ke tengah.
Lakukan berulang-ulang (urutan ke no. 5 dan 6), hingga gelembung nivo tetap di tengah
kemanapun teropong diarahkan, maka garis jurusan nivo telah tegak lurus sumbu I
(sumbu tegak/putar) dan alat ukur telah siap dipakai.
Gambar : 11
Bidik dan arahkan teropong secara kasar pada rambu yang didirikan tegak pada suatu
titik yang telah ditentukan dengan menggunakan garis bidik kasar (vizier) yang ada
di atas pesawat.
Bila bayangan kabur, perjelas dengan memutar sekrup pengatur lensa obyektif, dan jika
benang silang kabur perjelas dengan memutar sekrup pengatur diafragma (dekat
lensa okuler/mata).
Impitkan benang silang diafragma dengan sumbu rambu, dengan cara mengatur sekrup
penggerak halus.
Lakukan pembacaan rambu sbb :
a) Misal bacaan meter dan desimeter (bilangan/angka pada rambu) :
9
b) Pembacaan centimeter ditentukan oleh bentuk kotak dan huruf E warna
merah, hitam dan putih pada rambu :
Misal :
BA = 0.050 BT = 0.050 BB = 0.050
Misal :
BA = 0.050 BT = 0.050 BB = 0.050
7. Gambar : 12
Perhatikan pembagian skala lingkaran mendatar pada alat tersebut (misal seperti
gambar dibawah ini).
Tiap 10° dibagi menjadi 10 bagian, berarti tiap bagian besarnya 1°.
Baca skala lingkaran yang ditunjuk oleh garis index.
Misal garis index menunjuk pada bilangan puluhan 60° dan antara 5 dan 6 strip bagian
kecil, berarti pembacaan derajat adalah 60° + 5° = 65°
Harga bacaan menit ditaksir sesuai dengan letak garis index.
Misal dalam gambar garis index berada ditengah antara 5 & 6 berarti mempunyai harga
½ ° atau 30’.
Pembacaan akhir pada gambar skala lingkaran mendatar di atas adalah :
60° + 5° + 30’ = 65° 30’.
AC = CB = BD.
TUJUAN UMUM
1. Mahasiswa dapat mengenal dan mempergunakan alat Theodolit.
2. Mahasiswa dapat melakukan pembidikan yang lebih teliti dalam pengukuran.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di
lapangan
TUJUAN KHUSUS
1. Mahasiswa dapat mengenal bagian-bagian dari alat Theodolit, skrup
pengatur/pengunci dan fungsinya.
2. Mahasiswa dapat menyetel pesawat Theodolit serta memeriksa sumbu I (vertical).
3. Mahasiswa dapat memeriksa sumbu II (horisontal) sumbu I dan garis bidik
sumbu II serta memperbaiki kesalahannya.
4. Mahasiswa dapat membaca skala lingkaran pada Theodolit.
PERALATAN
Alat Theodolit dan perlengkapannya,
Statip,
12
Unting-unting dan kompas tabung,
Pita ukur fiber : 50 m atau 100 m, dan metroll 3 m atau 5 m,
Patok, palu dan paku
Payung
Alat-alat tulis dan buku/formulir ukur.
PETUNJUK UMUM
1. Pelajari lembar kerja ini baik-baik.
2. Ingat betul-betul nama setiap bagian skrup-skrup pengatur / penyetel dan
fungsinya.
3. Perhatikan baik-baik tempat dan cara membaca skala lingkaran baik Horizontal
maupun Vertical, karena setiap pesawat mempunyai spesifikasi sendiri-sendiri.
4. Jangan memutar-mutar skrup pengatur sebelum tahu benar fungsinya.
5. Dalam membuka dan mengunci skrup-skrup pengatur jangan terlalu longgar dan
terlalu kencang.
6. Kalau masih ragu cepat-cepatlah bertanya pada instruktur.
I. LANGKAH KERJA
A. Mengenal Bagian-Bagian Pesawat
1. Pasang pesawat di atas statif.
2. Perhatikan dengan seksama bagian demi bagian dari pesawat tersebut dan
sesuaikan dengan spesifikasinya untuk mengingat-ingat nama dari bagian
tersebut.
3. Ikuti penjelasan Instruktur.
4. Contoh spesifikasi suatu pesawat lihat Gbr. 8-1.
B. Menyetel Pesawat Dan Memeriksa Sumbu I
1. Tempatkan nivo sejajar dengan dua skrup penyetel A & B, (lihat Gbr 8-
2a) dan dengan dua skrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan ditengah-
tengah.
2. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
a. Bila gelembung tetap di tengah-tengah pekerjaan dilanjutkan ke langkah 4.
b. Bila gelembung tidak di tengah-tengah lagi, coba ulangi dulu dari langkah ke
satu, dan bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga di
tengah-tengah setelah nivo diputar 180, maka kembalikan gelembung
setengahnya dengan sekrup koreksi nivo dn setengahnya lagi dengan skrup
penyetel A & B.
3. Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap di tengah-tengah
sebelum dan sesudah nivo diputar 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar.
4. Putar nivo 90 dengan sumbu I sebagi sumbu putar dank e tengahkan
gelembung nivo dengan memutar skrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus
pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertical.
13
5. Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar kesemua jurusan gelembung tetap di
tengah-tengah.
Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga Sumbu II (nivo b) dan
tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo a) maka
langkah pekerjaan sebagai berikut:
1. Tempatkan nivo a sejajar dengan skrup A & B dan nivo b dengan sendirinya kea
rah skrup penyetel C (lihat Gbr 8-2b).
2. Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah-tengah dengan sekrup penyetel
A,B & C.
3. Putar nivo 180 dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua
nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik 9sumbu satu telah
vertical).
4. Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah
ke satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga di tengah-tengah
setelah nivo diputar 180, maka kembalikan gelembung kedua nivo ke tengah-
tengah, setengahnya dengan skrup koreksi nivo masing-masing, maka sumbu I
akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.
5. Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo a dengan skrup penyetel A & B
dan nivo b dengan skrup penyetel C.
6. Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di
tengah-tengah yang berarti sumbu I telah vertical.
C. Memeriksa Sumbu II Sumbu I Dan Garis Bidik Sumbu II
1. Tempatkan dan stel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding (tembok) yang
terang. Sumbu I di anggap sudah baik.
2. Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding dibuat
suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua benang
diafragma.
3. Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titik P vertical diatas
T yang tingginya dua kali titik T (tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q
vertical dibawah titik T dan letak dikaki dinding.
4. Pada titik P & Q dipasang kertas millimeter atau kertas skala mendatar
sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik P & Q.
5. Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas (kearah titik P) dan ke bawah
(kearah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4
macam kemungkinan.
5. a. Sewaktu teropong dibidik ke titik P garis bidik (perpotongan benang
silang) akan berimpit dengan titik P dan sewaktu teropong dibidik ke
titik Q garis bidik akan berimpit dengan titik Q (lihat Gbr 8-3a).
14
Maka dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II sumbu I dan garis
bidik sumbu II).
b.2. Dengan skrup koreksi sumbu II, garis bidik digeser hingga berimpit
dengan titik P.
b.3. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke atas dan ke bawah,
garis bidik akan melukiskan P.T.Q.
Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus
sumbu II, tapi sumbu II telah sumbu I.
c.2. Dengan skrup koreksi diafragma, garis bidik digeser hingga berimpit
dengan titik P.
c.3. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong diputar dari atas ke bawah atau
sebaliknya, garis bidik akan melukiskan PTQ.
15
d.1. Hitung besarnya x dan y.
a=x+y x = ½ (a-b)
b=x–y y = ½ (a+b)
d.6. Putarlah skrup koreksi diafragma sedemikian rupa hingga garis bidik
menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P).
d.7. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong diarahkan dari atas ke bawah
atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTQ.
b.1. Baca angka derajat yang terdapat di belakang garis indek dengan
melihat posisi garis indek.
16
Pada gambar garis indek terletak antara angka 38 & 39 berarti
pembacaan derajat = 38.
b.2. Tentukan jarak antara angka indek dengan angka derajat (38) dengan
membaca skala indeks.
c.1. Cari / tentukan besarnya satuan nonius pada pesawat tersebut. Besar
satuan nonius = bagian lingkaran – bagian nonius. Maka untuk
menentukan satuan nonius ini adalah sebagai berikut: lihat Gbr 8-5a.
Impitkan indek nol nonius dengan garis skala lingkaran yang berangka
bulat, missal 10. Maka garis nonius yang terkahir akan berimpit pula
dengan garis skala lingkaran, misal dengan skala lingkaran 1715’ maka
panjang nonius = 715’. Bila nonius dibagi dalam 30 bagian maka satu
bagian nonius ada 715’ : 30 = 14’30” dan bila satu bagian skala
lingkaran ada 15’ maka besar satuan nonius = 15’ – 14’30” = 30”.
c.2. Baca angka derajat dari skala lngkaran missal 7115’ (lihat Gbr 8-5b).
c.3. Carilah garis nonius yang berimpit dengan garis skala lingkaran.
Missal garis no. 13 maka pembacaan : 7115’ + (13x30’) = 7121’30”.
Sebagai contoh kita ambil pesawat TMIA, dimana medan bacanya seperti
terlihat pada gambar.
d.1. Putarlah skrup micro meter sedemikian rupa hingga 2 atau 3 garis
horizontal pada bidang tengah (B) berimpit.
d.2. Baca angka derajat yang tertera pada bidang kiri (A) pada gambar
terbaca 24630’.
d.3. Baca skala micro meter yang ditunjukkan oleh indek (bidang C) pada
gambar terbaca 8’16,7”.
17
Maka pembacaan = 24630’ + 8’16,7” = 24638’16,7”.
18
2. Orientasi Lapangan, Pengukuran Jarak dan
Pemasangan Patok
2.3 Peralatan
Meteran.
Patok.
Palu & Paku.
Alat-alat tulis.
Hati-hati pada lokasi pengukuran, karena mungkin ada benda-benda tajam atau
binatang yang berbahaya.
Selama pemasangan patok perhatikan keamanannya.
Jaga dan pergunakan alat-alat semestinya.
Catat semua data di tabel yang telah disediakan
Tentukanlah terlebih dahulu titik awal (bench mark), tarik meteran dari titik P menuju
titik 1 dengan jarak 50-70m.
Pasang patok pada titik 1, lakukan seperti langkah di atas dengan titik 1 sebagai titik
awal pengukuran.
Lanjutkan pemasangan patok hingga melalui beberapa BM.
Buat sket hasil pengukuran.
19
2.6 Formulir Data Lapangan
20
3. Pengukuran Sifat Datar Memanjang dan
Penampang Melintang
21
4. Pengukuran Sudut (Polygon) dan Situasi Detail
(Topografi)
4.3 Peralatan
Pesawat theodolit.
Statif
Kompas / suunto azimuth.
Rambu ukur.
Meteran.
Payung.
Patok.
Palu & Paku.
Parang.
Alat-alat tulis.
Hati-hati pada lokasi pengukuran, karena mungkin ada benda-benda tajam atau
binatang yang berbahaya.
Selama pengukuran pakailah peralatan pengaman.
Catat, jaga dan pergunakan alat-alat semestinya.
Pengukuran sudut polygon dapat dilakukan secara biasa dan luar biasa.
Bila perlu buat sket pengukuran.
Pencatatan data harus jelas dan rapi.
22
4.5 Pertunjuk Khusus dan Langkah Kerja
Tentukanlah terlebih dahulu titik patok polygon yang akan dibuat, misal seperti pada
gambar.
Pasang dan stel pesawat pada titik polygon P (xp,yp) yang sudah diketahui koordinatnya.
Buka sekrup pengunci piringan atas dan bawah, nol kan skala mendatar (horizontal)
kemudian kunci kembali sekrup piringan atas.
Arahkan teropong ke utara dengan menggunakan kompas, lalu kunci sekrup piringan
bawah dan buka sekrup piringan atas. Untuk selanjutnya jangan buka sekrup
piringan bawah hingga theodolit pindah ke patok selanjutnya.
Bidik titik R (xr,yr). Setelah tepat kunci kembali dan catat pembacaan sudut.
Bidik titik 1 kemudian catat pembacaan sudut.
Pasang bak ukur pada titik 1, bidik bak ukur dan catat BA, BT dan BB.
Ulangi seperti langkah 5 s/d 6. Sehingga didapat sudut βp-1 dan jarak titik polygon P ke
titik 1 (dp1).
Pindahkan pesawat ke titik polygoon 1 dengan cara yang sama, ukur sudut dan jarak
seperti langkah-langkah tersebut di atas.
Lakukan pengukuran ke titik-titik polygon selanjutnya dengan jalan seperti langkah
tersebut di atas sampai titik Q (xq,yq) sehingga dengan demikian akan didapat β1,
β2, β3 . . . dan d1-2, d2-3, d3-4,... dan seterusnya.
Hitung dan gambar sket hasil pengukurannya.
Untuk polygon tertutup ini pada prinsipnya lengkah kerja dalam pengukuran sama
dengan langkah kerja polygoon terbuka. Hanya bedanya di sini :
Untuk Polygon Terbuka :
a) Pada ujung awal polygon diperlukan suatu titik yang tentu dan sudut jurusan
yang tentu pula.
b) Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada ujung akhir dibuat titik yang
tentu pula dan diikatkan pada jurusan yang tentu pula.
Untuk Polygon Tertutup :
c) Pada pengukuran cukup diperlukan suatu titik tertentu saja atau beberapa
titik tertentu dan sudut jurusan yang tentu pula pada awal pengukuran.
d) Pengukuran akhir harus kembali (menutup) ke titik awal.
Dalam hal ini dapat dilihat pada contoh dibawah ini dimana pengukuran awal dimulai
dari titik P yang kemudian diakhiri ke titik P lagi.
Gambar Kerja :
23
Polygon Terbuka :
R (xr,yr)
S (xs,ys)
P (xp,yp)
2 5
1 4 Q (xq,yq)
3
Polygon Tertutup :
8 7
10
R (xr,yr)
9
Q (xq,yq)
P (xp,yp) 6
3 5
2 4
24
4.5.3 Pengukuran Situasi Detail (Topografi)
Tentukanlah terlebih dahulu titik patok polygon yang akan dibuat, misal seperti pada
gambar.
Pasang dan stel pesawat pada titik polygon P (xp , yp) yang sudah diketahui koordinatnya.
Atur nivo dengan memutar sekup penyetel agar gelembung di dalam nivo tepat berada
di tengah.
Buka klem limbus dan piringan mendatar, nol kan skala lingkaran mendatar kemudian
kunci kembali.
Arahkan Theodolit kerambu ukur yang diletakkan pada sembarang titik (seperti as jalan,
bangunan, trotoar, dll). Baca dan catat bacaan BA, BT, BB, sudut horizontal dan
zudut vertikal.
Lakukan pengukuran selanjutnya dengan jalan seperti langkah tersebut di atas dimana
posisi berdiri alat pada patok 1, patok 2, . . . dan seterusnya.
Hitung dan gambar sket hasil pengukurannya.
25
5. Pembuatan Bowplank (siku-siku) dan
Pengukuran Peil Lantai Bangunan
5.3 Peralatan
Pesawat theodolit, pesawat penyipat datar, statip, unting-unting, jalon, pita ukur, patok kayu,
rambu ukur, slang plastic, papan kayu.
Pasang dan ukur pesawat pada titik A (lihat gambar : 23) sampai siap pakai.
26
Nolkan skala lingkaran mendatar, kemudian kunci kembali.
Buka klem limbus dan skala lingkaran vertikal bidik titik B, setelah tepat patokkunci
kembali.
Putar p[esawat sebesar α1, pasang jalon searah garis bidik sehingga didapat garis arah
AC.
Tentukan AC = 50cm dengan pita ukur.
Pasang patok di titik C dan pasang juga pakunya.
Pindahkan dan atur pesawat di titik C.
Seperti langkah 2 dan 3 tetapi dibidik titik A.
Putar pesawat sebesar α2, pasang jalon searah garis bidik sehingga didapat garis arah
CK.
Tentukan CK = 49,8 cm dengan pita ukur.
Pasang patok di titik K dan pasang juga pakunya.
Pindahkan dan aturpesawat di titik K.
Seperti langkah 2 dan 3, tetapi yang dibidik titik C.
Putar pesawat sebesar α3, pasang jalon searah garis bidik sehingga didapat garis arah
KL.
Tentukan KL = 20 cm dengan pita ukur.
Begitu seterusnya hingga mendapatkan patok D, E, F, G, H, I, J dan M yang dibidik dari
titik K.
27
Putar teropong dengan gerak vertikal bidik bowplank di belakang titik C untuk
menentukan as pondasi, sehingga garis CM menjadi C1M1.
Begitu seterusnya dengancara yang sama pada sudut-sudut bangunan didapat as
pondasi pada bowplank minimal 2 as.
Kedudukan bowplank di sudu-sudut bangunan lihat gambar.
28