Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PRE EKLAMSIA BERAT (PEB)

A. Definisi
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan terjadinya hipertensi, edema, dan proteinuria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda
kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan 20 minggu (Nurarif Amin Huda, 2015).
Pre-eklampsia yaitu suatu peningkatan tekanan darah yang baru muncul setelah usia
kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan peningkatan berat badan ibu yang cepat
akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukan protein dalam
urine yang disebut dengan proteinuria (Fadlun dan Feryanto, 2014)
Pendapat lainnya menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan bahwa pre- eklampsia
merupakan gangguan sistemik yang berkaitan dengan kehamilan, ditandai dengan hipertensi
dan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu. Pre-eklampsia merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu, menambah masalah perinatal karena Intra
Uterine Growth Retardation (IUGR) dan kelahiran prematur.
Preeklampsia adalah hipertensi yang terjadi pada ibu hamil dengan usia kehamilan 20
minggu atau setelah persalinan di tandai dengan meningkatnya tekanan darah menjadi
140/90 mmHg. (Sitomorang, dkk 2016)
Preeklampsia mempunyai gambaran klinik bervariasi dan komplikasinya sangat
berbahaya pada saat kehamilan, persalinan dan masa nifas. Gambaran klinis yang utama dan
harus terpenuhi adalah terdapatnya hipertensi dan proteinuria, karena organ target yang
utama terpengaruhi adalah ginjal (glomerular endoteliosis). Patogenesisnya sangat
kompleks, dipengaruhi oleh genetik, imunologi, dan interaksi faktor lingkungan (Pribadi, A.,
et al, 2015).
B. Etiologi
Penyebab terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Tetapi pre-eklampsia dan eklampsia dialami pada wanita dengan masa subur yang ekstrim,
pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun. (Nurarif Amin Huda, 2015).
Sedangkan menurut Fadlun dan Feryanto (2014), mengatakan bahwa semua teori yang
menjelaskan tentang pre-eklampsia harus dapat menjelaskan observasinya bahwa hipertensi
pada kehamilan jauh lebih besar kemungkinannya timbul pada wanita dengan keadaan
sebagai berikut:
1. Terpajan ke villus korion petama kali
2. Terpajan ke villus korion dalam jumlah yang sangat besar.
3. Telah menderita penyakit vaskuler
4. Secara genetik rentan terhadap hipertensi yang timbul saat hamil
Menurut Mansjoer, dkk (2008) mengatakan bahwa faktor resiko terkait dengan partner
(nullipara, primigravida, kehamilan remja, inseminasi donor, orang tua hasil kehamilan
dengan pre-eklampsia), ada beberapa faktor resiko diantaranya:
1. Faktor Resiko Ibu Ibu dengan riwayat pre-eklampsia, usia ibu tua, jarak
kehamilan yang pendek, riwayat keluarga, ras kulit hitam, pasien membutuhkan
donor oosit, inaktifitas fisik, riwayat hipertensi sejak > 4 tahun yang lalu,
hipertensi pada kehamilan sebelumnya.
2. Adanya penyakit penyerta lain Seperti hipertensi kronik dan penyakit ginjal,
obesitas resistensi insulin, berat badan ibu rendah, tubuh yang pendek (short
stature), migrain, diabetes gestasional, DM tipe 1, penyakit Raynaud, resistensi
protein C aktif, defisiensi protein aktif S, antibodi antifosfolipid, SLE,
hiperhomosisteinemia, talasemia dan inkompatibilitas rhesus.
3. Faktor eksogen Seperti, merokok, stres, ketegangan psikis terkait kehamilan
(kehamilan kembar, infeksi saluran kemih, anomali struktural kongenital, hidrops
fetalis, kelainan kromosom dan molahidatidosa.
C. Klasifikasi
1. Pre-eklampsia ringan
a) Tekanan darah 140/90 mmHg/ lebih b
b) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka/ kenaikan berat badan 1 kg/lebih
perminggu
c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih perliter: kwantitatif 1+ / 2+ pada urine
kateter atau midstream.
2. Pre-eklampsia berat
a) Tekanan darah 160/110mmHg/ lebih
b) Proteinuria >3g/liter
c) Oliguria jumlah urine <400cc/24 jam
d) Adanya gangguan penglihatan, serebral, nyeri kepala dan rasa nyeri pada epigastrium
e) Terdapat edema paru dan sianosis
f) Enzim hati meningkat dan disertai ikterus
g) Perdarahan pada retina
h) Trombosit <100.000/mm.
( Nurarif Amin Huda, 2015)

C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala hebat dibagian depan atau belakang kepala yang diikuti dengan
peningkatan tekanan darah yang abnormal.
2. Gangguan penglihatan pasien menurun, pasien akan melihat kilatan- kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan kadang bisa terjadi kebutaan sementara.
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bertoleransi dengan suara berisik/ gangguan
lainnya.
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati (epigastrium) yang kadang disertai dengan mual dan
muntah.
5. Gangguan pernafasan sampai sianosis.
6. Terjadi gangguan kesadaran.
7. Gangguan fungsi ginjal.
(Nurarif Amin Huda, 2015)
E. Pathway
F. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin, usaha utama ialahmelahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita eklampsia. Berikut adalah beberapa komplikasi yang
ditimbulkan pada pre- eklampsiaberat dan eklampsia:
1. Solutio Placenta, Biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih
sering terjadi pada preeklampsia.
2. Hipofibrinogemia, Kadar fibrin dalam darah yang menurun.
3. Hemolisis, Penghancuran dinding sel darah merah sehingga menyebabkanplasma
darah yang tidak berwarna menjadi merah.
4. Perdarahan Otak Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematianmaternal
penderita eklampsia.
5. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung selama
seminggu.
6. Edema paru, pada kasus eklampsia, hal ini disebabkan karena penyakit jantung.
7. Nekrosis hati, nekrosis periportan pada preeklampsia, eklamsi merupakan akibat
vasopasmus anterior umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia.
8. Sindrome Hellp, Hemolysis, elevated liver enymes dan low platelete.
9. Kelainan ginjal, kelainan berupa endoklrosis glomerulus, yaitu pembengkakkan
sitoplasma sel endotial tubulus. Ginjal tanpa kelainan struktur lain, kelainan lain yang
dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain, lidah tergigit, trauma dan faktur karena jatuh akibat kejang-kejang
preumania aspirasi, dan DIC (Disseminated Intravascular Coogulation).
11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uteri.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan gapusan darah : penurunan hemoglobin (nilai normal
12-14gr%)
2. Urinalisis : ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan Fungsi Hati a. Bilirubin meningkat b. LDH (Laktat Dehidrogenase)
meningkat
4. Tes kimia darah : asam urat meningkat (normal N=2,4-2,7 mg/dl
5. Radiologi
a. Utrasonografi : ditemukan retardasi perumbuhan janin intra uterus, pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin menjadi lambat, volume cairan ketuban sedikit.
b. Kardiotografi : Diketahui detak jantung janin lemah. (Nurarif Amin Huda, 2015)

H. Penatalaksanaan
Pre-eklampsia Fadlun dan Feryanto (2014) mengatakan bahwa tujuan dasar
penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan pre-eklampsia, diantaranya:
a. Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan bayinya.
b. Lahirnya bayi yang kemudian dapat berkembang.
c. Pemulihan sempurna kesehatan ibu.
d. Deteksi prenatal dini Pemeriksaan perinatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia
kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 36 minggu.
Peningkatan kunjugan prenatal selama trimester terakhir memungkinkan untuk
mendeteksi dini pre-eklampsia.
1. Pre-eklamspia Ringan
a) Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsi ringan, dengan cara
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendahgaram
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urinelengkap,asam urat
darah, fungsi hati, fungsi ginjal
b) Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan
dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi berat
c) Perawatan obstetri pasien preeklamsi ringan
1) Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) bila desakan darah mencapai normotensif
selamaperawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah tu
runtetapi belum mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya
dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu ataulebih
2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) Perslaian ditunnggu smapai terjadinya
onset persaliana atau di pertimbangkan untuk melakukan persalinan pada taksiran
tanggal persalian
3) Cara persalinanPersalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala
II
2. Pre-eklamspsia Berat
Per-eklamsi berat kehamilan kurang 37 minggu:
1. Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake
dan rasio L/S maka penanganannya adalah sebagai berikut:
a. Berkan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan injeksi
tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi)
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan (kecuali
jika ada kontraindikasi)
c. Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin monitor, penimbangan berat badan
seperti pre-eklamsi ringan sambil mengawasi timbul lagi gejala.
d. Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan:
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.
Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:
1. Penderita di rawat inap
a. Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
c. Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan dan 4 gr bokong
kiri)
d. Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
e. Syarat pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam
yang lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas
10% ampul 10cc.
f. Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
2. Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet
katapres 3x½ tablet sehari
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan
jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
4. Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai
oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, jadi wanita dilarang
mengedan.
6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebsbkan atonia
uteri.
7. Pemberian sulfas magnesium kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr
setiap 4 jam dalam 24jam post partum.
8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.

I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama: Klien mengeluh demam dan sakit kepala
2) Riwayat Kesehatan Sekarang: Terjadi peningkatan tekanan darah, edema, pusing,
nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
3) Riwayat Kesehatan Sebelumnya: Penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik
b. Riwayat kehamilan Riwayat kehamilan ganda, mola, hidatidosa, hidramnion, serta
kehamilan dengan pre-eklampsia sebelumnya.
Riwayat KB Yang perlu dipertanyakan adalah: 1) Pernah mengikuti KB atau tidak 2)
Jenis kontrasepsi yang digunakan 3) Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak
memakai lagi) 4) Lamanya menggunakan kontrasepsi
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem pernafasan Pernafasan kurang dari 14x per menit, klien biasanya
mengalami sesak sehabis beraktifitas, terdengar suara krekles dan adanya edema
paru.
2) Sistem kardiovaskuler Apakah terdapat sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis,
terjadi peningkatan tekanan darah, nadi meningkat atau menurun, serta edema
periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
3) Sistem reproduksi Ada atau tidaknya massa abnormal, nyeri tekan pada
payudara, ada atau tidaknya pengeluaran pervaginam berupa lendir yang
bercampur darah serta ketahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema dan
biasanya terdapat kontraksi uterus
4) Sistem integumen dan perkemihan Cloasma gravidarum, oliguria, fungsi ginjal
menurun, dan protein nuria
5) Sistem persyarafan Biasanya hiperrefleksi dan klonus pada kaki.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko gangguan hubungan ibu janin
1) Definisi : rentan terhadap diskontinuitas hubungan simbiotik ibu janin sebagai
kondisi komorbid atau terkait kehamilan yang dapat mengganggu kesehatan
2) Faktor risiko
a) Perawatan prenatal tidak adekuat
b) Adanya penganiayaan
c) Penyalahgunaan zat
3) Kondisi terkait
a) Gangguan metabolism glukosa
b) Gangguan transport oksigen janin
c) Komplikasi kehamilan
d) Program pengobatan
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Intervensi Keperawatam
Keperawatan NOC NIC

Resiko gangguan Status janin Monitor tanda-tanda vital


a. Denyut jantung 120-160 (5) 1. Monitor tekanan darah, nadi,
hubungan ibu
b. Posisi janin (5) suhu respirasi.
janin 2. Monitor djj janin
Status maternal
a. Durasi kontaksi uterus (5) Pencengahan kejang
b. Glukosa darah (5) 3. Sediakan tempat tidur yang
c. Tekanan darah (5) rendah
d. Sakit kepala (5) 4. Monitor pengelolaan obat
e. Nyeri epigastrium (5) 5. Instruksikan pasien mengenali
f. Mual (5) kejang
Keparahan hipertensi 6. Pertahankan jalan nafas
a. Sakit kepala (5) 7. Berikan obat kejang dengan
b. Berkeringat banyak (5) benar
c. Pandangan kabur (5) Perawatan kelahiran Caesar
8. Mengkaji riwayat prenatal
9. Jelaskan alasan dilakukan
pembedahan
10. Dapatkan hasil pemeriksaan
darah

4. Indikai fetal distres


a. Definisi Fetal Distress
Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup sehingga mengalami
hipoksia. Janin yang beresiko tinggi untuk mengalami kegawatan (hipersia) adalah janin
yang pertumbuhannya terhambat, janin dari ibu dengan diabetes, janin preterm dan post
term, Janin dengan kelainan letak, dan janin kelainan bawaan atau infeksi (Benson, R.
2008).
Fetal distress adalah adanya suatu kelainan pada fetus akibat gangguanoksigenasi dan
atau nutrisi yang bisa bersifat akut (prolaps tali pusat), subakut (kontraksi uterus yang terlalu
kuat), atau kronik (plasenta insufisiensi)
b. Etiologi Fetal Distress
a) Persalinan yang berlangsung lama
b) Induksi persalinan dengan oksitosin
c) Ada perdarahan atau infeksi
d) Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia
e) Penyakit hipertensi
f) Penyakit jantung
g) Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal
h) Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)
i) Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine
(Benson, R. 2008)
c. Tanda Gawat Janin
1. DJJ abnormal :
a. Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit
Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan adanya
kegawatan janin.
b. Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit
Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-obatan yang dapat
menyebabkan takhikardi,misalnya :obat tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak
mengalami takhikardi,DJJ lebih dari 160 x/menit menunjukan adanya anval hipoksia
2. Mekoneum
Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang sedikit
(Benson, R. 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun dan Feryanto, Achmad. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Huda, Nurarif Amin. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC

NOC. Jilid: 3. Jakarta: Mediaction.

Mansjoer, Areif, dkk. 2008. Penyakit-Penyakit Pada Kehamilan: Peran Seorang Internis.

Jakarta Pusat: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. No

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed rev, Jakarta: Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustakaedc

RINI, SANC. 2010. Pematalaksanaan Terapi Pasien Pre Eklamsia Rawat Inap RSUP Dr.

Soeradji Tirtonegoro Klaten 2009. Diakses tanggal 23 September 2016

<eprints.ums.ac.id/8993/1/K100060036.pdf>

Benson, R. 2008. Buku Saku Obsteteri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: Penerbit EG

Anda mungkin juga menyukai