Anda di halaman 1dari 12

Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan salah satu bagian dari suatu sistem tenaga listrik yang terdiri
dari unit pembangkit, unit penyaluran / transmisi dan unit distribusi yang dimulai dari PMT
incoming di Gardu Induk sampai dengan Alat Penghitung dan Pembatas (APP) di instalasi
konsumen.

Sistem Distribusi tenaga listrik meliputi semua Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20
KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR) 380/220 Volt hingga ke meter-meter pelanggan.
Pendistribusian daya listrik dilakukan dengan menarik kawat – kawat distribusi melalui penghantar
udara. Penghantar bawah tanah dari mulai gardu induk hingga ke pusat – pusat beban. pada sistem
di ranting Galang ada terpasang jaringan bawah tanah karena keadaan kota atau daerahnya belum
memungkinkan untuk dibangun jaringan tersebut. jadi untuk daerah ini tetap disuplai melalui
hantaran udara 3 phasa 3 kawat.

Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo distribusi, dimana
tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang lebih rendah menjadi 380/220 Volt.
Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan
rendah menjelajah ke sepanjang pusat-pusat pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa
industri yang ada disini. Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang rendah (380/220
Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah (sistem 20 KV) dan tegangan tinggi
(sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk
jarak yang jauh. Hal ini bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi
daya dan memliki tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran transmisi
ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

Gambar 2.1.1 Diagram satu garis sistem penyaluran Tenaga Listrik

Keterangan dari gambar:


1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu
distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian sendiri bagi konsumen besar.

2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari Jaringan Tegangan


Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220 Volt. Tegangan rendah inilah yang kemudian
didistriibusikan ke pelanggan kecil melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang berupa sistem 3
phasa empat kawat.

3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar yang biasanya
langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat untuk kemudian disalurkan ke Gardu Induk
(GI ) pemakaian sendiri.

4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga istrik dengan level
tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga, industri kecil, perkantoran, pertokoan dan
sebagainya.

1.2. Pembagian Jaringan Distribusi

Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian rangkaian listrik dari sumber
daya ( Trafo Daya pada GI distribusi ) yang besar sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan.
Secara garis besar jaringan distribusi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Distribusi Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah (20 KV).
Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi
skunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi yang
terpasang pada tiang-tiang saluran.

2. Distribusi Sekunder

Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam kategori tegangan rendah
(sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan
distribusi skunder bermula dari sisi skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur
(meteran) pelanggan. Sistem jaringan distribusi sekunder ini disalurkan kepada para pelanggan
melalui kawat berisolasi.

Capture

Gambar 2.2.1 One Line Penyulang Pahat 3

Gambar 2.2.1 diatas memperlihatkan sistem pelayanan yang disalurkan melalui berbagai tujuan.
Penyulang pahat merupakan salah satu Feder Utama 20 KV yang mendistribusikan daya ke
konsumen yang sebelumnya melalui sistem pendistribusisn tegangan yaitu melalui penurunan
tegangan 20 KV –380/220 Volt melalui tranformator step down.

1.3. Peralatan Sistem Distribusi

Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan dan peralatan yang
cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun peralatan proteksi. Untuk jaringan
distribusi sistem saluran udara, peratan-peralatanm proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik
berdekatan dekat letak pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut
antara lain:

1. Tiang

Berfungsi Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system seperti transformator, Fuse,
isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan
beton sesuai dengan fungsi bawah tanah.

2. Penghantar

Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu induk ke konsumen. Kebanyakan
penghantar yang digunakan pada sistem distribusi . Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan
bawah tanah.

3. Kapasitor

Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system penyaluran.


4. Recloser

Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi gangguan dan akan segera
menutup kembali beberapa waktu kemudian sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini
disetting untuk dua kali bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan . Apabila
hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup, berarti telah terjadi
gangguan permanen.

5. Fuse

Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih maupun adanya
gangguan hubung singkat.

6. PMT

Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out put. Pemutusan dapat
terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis PMT akan membuka ataupun secara
manual diputuskan karena adanya pemeliharaan jaringan.

7. Tansformator

Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan tegangan kerja yang
diinginkan

8. Isolator

Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang maupun ke penghantar
lainnya.

Perlengkapan – perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya, terutama untuk peralatan


proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus
dilakukan pemeliharaan secara rutin untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-
masing peralatan tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap
saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

1.4. Transformator Distribusi


Transformator adalah salah komponen elektro yang berkerja untuk menaikan tegangan serta
menurunkan tegangan dengan perinsip kerja gandengan elektromagnetik. Dalam sistem distribusi
tenaga listrik transformator dapat dibagi berdasarkan sistem kerja menjadi dua macam yaitu: 1.
Transformator Step Up ( 11,6 KV menjadi 150 KV ) 2. Transformator Down ( 150 KV menjadi
20 KV ) dan ( 20 KV menjadi 380 / 220 Volt ) Sistem distribusi menggunakan jenis transformator
step down untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan.

Berdasarkan jenis belitan transformator yang digunakan maka dalam sistem tenaga listrik terdapat
dua macam jenis belitan antara lain:

1. Belitan bintang

2. Belitan delta

1.5. Arester

Arrester adalah suatu alat untuk melindungi isolasi atau peralatam listrik terhadap tegangan lebih
yang diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan transient yang tinggi dari suatu
penyambungan atau pemutusan rangkaian (sirkuit), dengan jalan mengalirkan arus denyut (Surge
Current) ketanah serta membatasi berlangsungnya arus ikutan (Follow Current) serta
mengembalikan keadaan jaringan ke keadaan semula tanpa mengganggu sistem.

Prinsip Kerja Arester

Bagi sebuah arester bila terjadi tegangan lebih pada jaringan , aresterberkerja dengan mengalirkan
arus surge ( Surge Current ) ketanah , kemudian setelah tegangan normal kembali, arester tersebut
harus segera memutus arus yang mengikuti kemudian Follow Current.

Karakteristik Arrester

Sebuah alat pengamanan memiliki beberapa karakteristik begitu juga dengan arrester yang
memiliki beberapa karakteristik antara lain :
a. Pada tegangan operasional, harus mempunyai impedansi yang sangat tinggi atau tidak menarik
arus listrik

b. Bila mendapat tegangan transient abnormal diatas harga tegangan tembusnya , harus tembus (
Break Down ) dengan cepat.

c. Arus pelepasan selama Break Down ( Tembus ) tidak boleh melebihi arus pengelepasan nominal
supaya tidak merusak.

d. Arus dengan frekwensi normal harus diputuskan dengan segera apabila tegangan transien telah
turun dibawah harga tegangan tembusnya.

1.6. Rel Daya

Rel daya adalah suatu bagian dari sistem tenaga listrik yang bertujuan dalam penggunaannya untuk
mengkombinasikan bermacam feder yang akan turut dibagi dalam melayani beban. Dalam sistem
tenaga listrik Rel daya disebut juga dengan istilah Busbar. Busbar adalah konduktor berkapasitas
arus besar yang berfungsi untuk terminal penampang arus yang masuk dan keluar melalui saluran
masuk dan keluar melalui gardu induk. Busbar atau rel daya juga berfungsi untuk titik pertemuan
atau hubungan antara transformator –transformator, SUTT dan peralatan-peralatan listrik lainya
untuk menerima dan mendistribusikan tenaga listrik . Rel ini pada umunya terdiri dari bahan
tembaga , alumunium atau ACSR.

1.7. Sistem Busbar Tunggal ( Single Busbar Sistem )

Pada sistem ini semua trafo, generator dan fedder yang ada pada system dihubungkan kebusbar.
Rel daya tunggal adalah sistem rel daya yang paling sederhana karena hanya menggunakan satu
rel daya saja. Semua rangkaian baik saluran masuk ataupun saluran keluar disambungkan dengan
rel tersebut melalui pemutus daya dan saklar pemisah.

1.8. Recloser (Pemutus Balik Otomatis)

Salah satu tujuan pengamanan sistem tenaga listrik ialah terjaminnya penyaluran tenaga listrik,
artinya bila terjadi gangguan (misalnya gangguan pada sistem distribusi yang sering terjadi) kalau
mungkin tidak menimbulkan pemutusan daya, ataupun bila terpaksa, pemutusan tersebut
diusahakan sesingkat mungkin. Peralatan yang bertugas untuk memberikan perintah memutus /
menghubungkan daya secara otomatis adalah Pemutus Balik Otomatis(PBO) atau Recloser.
Dengan penambahan rele penutup balik maka gangguan sementara tidak mengakibatkan
pemutusan daya secara keseluruhan, atau hanya terjadi pemutusan daya dalam waktu yang sangat
singkat (beberapa detik). Klasifikasi Recloser Recloser dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Menurut jumlah fasanya – Fasa tunggal – Fasa tiga

b. Menurut media peredam busur api – Media minyak 6 – Media hampa udara (vacum)

c. Menurut peralatan pengendalinya – Pengaturan hidrolik – Pengaturan elektronik

1.9. Sectionalizer

Sectionalizer atau yang disebut juga saklar seksi otomatis (SSO) adalah sebuah alat pemutus beban
yg secara otomatis dapat dibebankan, seksi-seksi yang tergantung dari suatu sistem distribusi atau
dapat melokalisasi gangguan pada seksi yang terganggu, sehingga sistem yang tidak mengalami
gangguan tetap mendapat energi listrik.

Saklar seksi otomatis (SSO) bekerja sendiri untuk membuka rangkaian setelah perhitungan operasi
pemutusan dari peralatan-peralatan disisi sumbernya, dan pembukaannya dilakukan pada saat
peralatan disisi sumber sedang dalam posisi terbuka.
GANGGUAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

1. Faktor-faktor Penyebab Gangguan

Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem yang melibatkan banyak komponen dan sangat
kompleks. Oleh karena itu, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
sistem tenaga listrik, antara lain sebagai berikut :

a. Faktor Manusia

Faktor ini terutama menyangkut kesalahan atau kelalaian dalam memberikan perlakuan pada
sistem. Misalnya salah menyambung rangkaian, keliru dalam mengkalibrasi suatu piranti
pengaman dan sebagainya.

b. Faktor Internal

Faktor ini menyangkut gangguan-gangguan yang berasal dari sistem itu sendiri. Misalnya usia
pakai (ketuaan), keausan, dan sebagainya. Hal ini bisa mengurangi sensitivitas relay pengaman,
juga mengurangi daya isolasi peralatan listrik lainnya.

2. Jenis Gangguan

Jika ditinjau dari sifat dan penyebabnya, jenis gangguan dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Tegangan Lebih (Over Voltage)

Tegangan lebih merupakan suatu gangguan akibat tegangan pada sistem tenaga listrik lebih besar
dari yang seharusnya.

Gangguan tegangan lebih dapat terjadi karena kondisi eksternal dan internal pada sistem berikut
ini :

1. Kondisi Internal

Hal ini terutama karena osilasi akibat perubahan yang mendadak dari kondisi rangkaian atau
karena resonansi. Misalnya operasi hubung pada saluran tanpa beban, perubahan beban yang
mendadak, operasi pelepasan pemutus tenaga yang mendadak akibat hubungan singkat pada
jaringan, kegagalan isolasi, dan sebagainya.
2. Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal terutama akibat adanya sambaran petir. Petir terjadi disebabkan oleh
terkumpulnya muatan listrik, yang mengakibatkan bertemunya muatan posistif dan negatif.
Pertemuan ini berakibat terjadinya beda tegangan antara awan bermuatan positif dengan muatan
negatif, atau awan bermuatan positif atau negatif dengan tanah. Bila beda tegangan ini cukup tinggi
maka akan terjadi loncatan muatan listrik dari awan ke awan atau dari awan ke tanah.

b. Hubung Singkat

Hubung singkat adalah terjadinya hubungan penghantar bertegangan atau penghantar tidak
bertegangan secara langsung tidak melalui media (resistor/beban) yang semestinya sehingga
terjadi aliran arus yang tidak normal (sangat besar). Hubung singkat merupakan jenis gangguan
yang sering terjadi pada sistem tenaga listrik, terutama pada saluran udara 3 fase. Meskipun semua
komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan
sebagainya.

Namun karena usia pemakaian, keausan, tekanan mekanis, dan sebab-sebab lainnya, maka
kekuatan isolasi pada peralatan listrik bisa berkurang atau bahkan hilang sama sekali. Hal ini akan
mudah menimbulkan hubung singkat. Gangguan hubung singkat yang sering terjadi pada sistem
tenaga listrik 3 fase sebagai berikut :

1. Satu fase dengan tanah

1. Fase dengan fase

2. Dua fase dengan tanah

3. Fase dengan fase dan pada waktu bersamaan dari fase ke Tiga fase dengan

tanah

4. Tiga fase dengan tanah

5. Hubung singkat Tiga fase

Empat jenis gangguan pertama menimbulkan arus gangguan tidak simetris (unsymmetrical short-
circuit). Sedangkan dua jenis gangguan terakhir menimbulkan arus gangguan hubung singkat
simetris (symmetrical short-circuit).

c. Beban Lebih (Over Load)


Beban lebih merupakan gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi melebihi energi listrik yang
dihasilkan pada pembangkit. Gangguan beban lebih sering terjadi terutama pada generator dan
transformator daya. Ciri dari beban lebih adalah terjadinya arus lebih pada komponen. Arus lebih
ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan sehingga bisa menimbulkan kerusakan pada
isolasi.

d. Daya Balik (Reverse Power)

Daya balik merupakan suatu gangguan berubah fungsi generator menjadi motor (beban) pada
sistem pembangkit tenaga listrik. Gangguan ini terjadi pada sistem tenaga listrik yang terintegrasi
(interconnected system). Pada kondisi normal generator-generator yang tersambung pararel akan
bekerja secara serentak dalam membangkitkan tenaga listrik. Namun karena sesuatu sebab,
misalnya gangguan hubung singkat yang terlalu lama, gangguan medan magnet, dan sebagainya,
maka

akan terjadi ayunan putaran rotor sebagian dari generator pada sistem tersebut.

Ayunan bisa lebih cepat atau lebih lambat dari putaran sinkron. Hal ini menyebabkan sebagian
generator menjadi motor dan sebagian berbeban lebih. Dengan demikian terjadi tenaga listrik yang
terbalik, yaitu generator yang seharusnya menghasilkan tenaga listrik, justru berbalik menjadi
motor yang menyerap tenaga listrik. Kejadian ini akan terjadi pada sistem tegangan tinggi atau
ekstra tinggi yang lebih luas.

4. PENCEGAHAN GANGGUAN

Sistem tenaga listrik dikatakan baik apabila dapat mencatu dan menyalurkan tenaga listrik ke
konsumen dengan tingkat keandalan yang tinggi. Keandalan disini meliputi kelangsungan,
stabilitas, dan harga per KWH yang terjangkau oleh konsumen. Pemadaman listrik sering terjadi
akibat gangguan yang tidak bisa diatasi oleh sistem pengamannya. Keadaan ini akan sangat
menggangu kelangsungan penyaluran tenaga listrik. Naik turunnya kondisi tegangan dan catu daya
listrik pun

bisa merusakkan peralatan listrik.


Sebagaimana dijelaskan di muka, ada beberapa jenis gangguan pada saluran tenaga listrik yang
memang tidak semuanya bisa dihindarkan. Untuk itu perlu dicari upaya pencegahan agar bisa
memperkecil kerusakan pada peralatan listrik, terutama pada manusia akibat adanya gangguan.
Pencegahan gangguan pada sistem tenaga listrik bisa dikategorikan menjadi 2 langkah sebagai
berikut :

1. Usaha Memperkecil Terjadinya Gangguan

Cara yang ditempuh, antara lain :

a. Membuat isolasi yang baik untuk semua peralatan

b. Membuat koordinasi isolasi yang baik antara ketahanan isolasi peralatan dan penangkal petir
(arrester)

c. Memakai kawat tanah dan membuat tahanan tanah pada kaki menara sekecil mungkin, serta
selalu mengadakan pengecekan

d. Membuat perencanaan yang baik untuk mengurangi pengaruh luar mekanis dan mengurangi
atau menghindarkan sebab-sebab gangguan karena binatang, polusi, kontaminasi, dan lain-lain

e. Pemasangan yang baik, artinya pada saat pemasangan harus mengikuti peraturan-peraturan yang
berlaku

f. Menghindari kemungkinan kesalahan operasi, yaitu dengan membuat prosedur tata cara
operasional (standing operational procedur) dan membuat jadwal pemeliharaan yang rutin

g. Memasang kawat tanah pada SUTT dan gardu induk untuk melindungi terhadap sambaran petir

h. Memasang lightning arrester (penangkal petir) untuk mencegah kerusakan

pada peralatan akibat sambarab petir

2. Usaha Mengurangi Kerusakan Akibat Gangguan

Beberapa cara untuk mengurangi pengaruh akibat gangguan, antara lain

sebagai berikut :

a. Mengurangi akibat gangguan, misalnya dengan membatasi arus hubung singkat, caranya dengan
menghindari konsentrasi pembangkitan atau dengan memakai impedansi pembatas arus,
pemasangan tahanan, atau reaktansi untuk sistem pentanahannya sehingga arus gangguan satu fase
terbatas. Pemakaian peralatan yang tahan atau andal terhadap terjadinya arus hubung singkat.
b. Secepatnya memisahkan bagian sistem yang terganggu dengan memakai pengaman dan
pemutus beban dengan kapasitas pemutusan yang memadai.

c. Merencanakan agar bagian sistem yang terganggu bila harus dipisahkan dari sistem tidak akan
menganggu operasi sistem secara keseluruhan atau penyaluran tenaga listrik ke konsumen tidak
terganggu.

d. Mempertahankan stabilitas sistem selama terjadi gangguan, yaitu dengan memakai pengatur
tegangan otomatis yang cepat dan karakteristik kestabilan generator memadai.

Anda mungkin juga menyukai