Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH, PENGERTIAN, CABANG, POSISI FILSAFAT ILMU DALAM

FILSAFAT DAN IMPLIKASI FILSAFAT ILMU DALAM PENDIDIKAN DAN


SISTEM PENDIDIKAN BERBASIS PANCASILA

RESUME

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si

oleh:
Muhammad Fanji Ardiansyah
1906877

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
Sejarah Ilmu Pengetahuan Modern
George J. Mouly membagi perkembangan ilmu menjadi tiga (3) tahap yaitu animisme,
ilmu empiris dan ilmu teoritis. George J. Mouly dalam bukunya Jujun S Suriasumantri,
(1985:87) menjelaskan bahwa permulaan ilmu dapat ditelusuri sampai pada permulaan
manusia. (Mouly, 1991, hlm. 87) Sedangkan perkembangan sejarah ilmu pengetahuan
menurut amsal bakhtiar yang dibagi menjadi empat periode dijelaskan sebagai berikut:
1. Periode Yunani
Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa memilki peradaban. Oleh
karenanya Yunani kuno sangat identik dengan filsafat yang merupakan induk dari ilmu
pengetahuan. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh
sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan
mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak
ada yang begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya peradaban di
Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur peradaban yang telah ada ribuan tahun di
Mesir dan Mesopotamia. Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa
Yunanilah yang menyempurnakannya. (Russel, 2004, hlm. 3-4)
Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir oleh
bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada generasi-
generasi setelahnya. Itu ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang
pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani
merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Zaman ini
berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6 M. Zaman ini menggunakan sikap
an inquiring attitude (suatu sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak
menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima segitu
saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan subur. Yunani mencapai puncak
kejayaannya atau zaman keemasannya. ada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang
terkemuka. Di antaranya adalah Thales (624-545 SM), Phytagoras (580 SM-500 SM),
Socrates (469 SM-399 SM), Plato (427 SM-347 SM), dan Aristoteles (384 SM-322 SM).
(Bakhtiar, 2013, hlm. 22)
2. Masa renaisans dan modern.
Michelet, sejarahwan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk berbagai
periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia
sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang jelas antara abad
pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang menganggap bahwa
zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans. Renaisans adalah periode
perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai
muncul abad modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan
perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu
humanisme, individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang
karena semangat dan hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena
semangat humanisme. (Bakhtiar, 2013, hlm.50)
3. Periode Kontemporer
Zaman ini bermula dari abad 20 M dan masih berlangsung hingga saat ini. Zaman ini
ditandai dengan adanya teknologiteknologi canggih, dan spesialisasi ilmu-ilmu yang
semakin tajam dan mendalam. Pada zaman ini bidang fisika menempati kedudukan paling
tinggi dan banyak dibicarakan oleh para filsuf. Sebagian besar aplikasi ilmu dan teknologi di
abad 21 merupakan hasil penemuan mutakhir di abad 20. Pada zaman ini, ilmuwan yang
menonjol dan banyak dibicarakan adalah fisikawan. Bidang fisika menjadi titik pusat
perkembangan ilmu pada masa ini. Fisikawan yang paling terkenal pada abad ke-20 adalah
Albert Einstein. Ia lahir pada tanggal 14 Maret 1879 dan meninggal pada tanggal 18 April
1955 (umur 76 tahun). Alberth Einstein adalah seorang ilmuwan fisika. Dia mengemukakan
teori relativitas dan juga banyak menyumbang bagi pengembangan mekanika kuantum,
mekanika statistik, dan kosmologi. (Surajiyo, 2007, hlm. 89)
Kaitan Filsafat dan Filsafat Ilmu
“Kalau mulai dengan keyakinan akan berakhir dengan kebimbangan, kalau mulai dengan
kebimbangan akan berakhir dengan keyakinan” adalah ungkapan termasyhur filsuf Francis
Bacon (1561-1626). Ungkapan tersebut, kiranya untuk menegaskan bahwa keingintahuan
yang belum diketahui biasanya muncul setelah mendapatkan pengalaman yang mengesankan.
Euklides dari Yunani yang sengaja datang ke kota Iskandariyah, begitu mengetahui orang
Mesir (purba) dari pengalamannya menemukan pengetahuan mengenai luas tanah berbentuk
segi tiga sama dengan luas setengah persegi panjang yang panjang dan lebarnya sama dengan
alas dan tinggi segi tiga. (Komar, 2018, hlm. 27)
Hakikat Pengetahuan berasal usul dari upaya ingin tahu. Hakikat kebenaran berasal usul
setelah mengalami keraguan. Hakikat berfilsafat berasal usul dari rasa ingin tahu dan ragu-
ragu, baik terhadap apa yang telah diketahui maupun kepada yang belum diketahui. Salah
satu ciri berfilsafat adalah berpikir spekulatif, yaitu penetapan dasar yang handal (asumsi
dasar) untuk penjelajahan ilmiah, sehingga posisi filsafat sebagai pionir berpikir bagi
berpijaknya kegiatan ilmiah atau pengetahuan berasal usul dari filsafat. Posisi filsafat
bertugas merumuskan pernyataan yang sejelas-jelasnya agar dapat menetapkan dasar yang
handal untuk penjelajahan ilmiah. (Komar, 2018, hlm. 28)
Pengertian Filsafat
Kata Filosofi berasal dari perkataan Yunani: philos (suka,cinta) dan sophia
(kebijaksanaan). Jadi, kata itu berarti cinta terhadap kebijaksanaan (wisdom). Sikap bijaksana
dalam pengambilan keputusan dalam upaya melakoni kehidupan, dari dahulu hingga
sekarang tetap diperlukan. Wisdom is greater than knowledge, for wisdom inludes knowledge
and the due use of it. Demikian fatwa Joseph Burrit Savelli Capponi. (Alwasilah, 2018, hlm.
3)
Selain definisi KBBI tadi, berikut ini diturunkan lima definisi filsafat sebagaimana yang
dihimpun oleh Titus, dkk., (1979). Kelima definisi ini menunjukkan ragam pemahaman
manusia dan penggunaan terhadap (kata) filsafat.
1. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam
yang biasanya diterima secara tidak kritis.
2. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap
yang dijunjung tinggi.
3. Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
4. Filsafat adalah sebagian analisis logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata
dan konsep.
5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat perhatian
dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Alwasilah, 2018,
hlm. 3)
Berikut ini adalah beberapa penjelasan ihwal definisi di atas:
 Kata filsafat dipakai dengan rujukan yang beragam dari pemakaian secara informal
sebagai sikap atau sudut pandang orang awam yang mengandalkan akal sehat
(common sense).
 Berfilsafat adalah memiliki dan melakukan, artinya memiliki sudut pandang tertentu
dan melakukan sesuatu, yakni melakukan kritik dan refleksi, sebagai implikasi dari
sudut pandang tertentu ini.
 Filsafat mengandalkan kemampuan akal budi untuk menyelidiki objek kajiannya,
yakni hakikatnya, sebab-musababnya, asal-muasalnya, dan hukum-hukumnya. Ahli
filsafat selalu melakukan telaah ulang (a second look) terhadap bahan-bahan yang
disajikan oleh faham orang awam berupa common sense. Karena hanya manusia
yang dianugrahi akal. Akallah yang menjadi sumber kekuatan manusia sehingga
tetap bertahan da menguasai alam semesta. Tak heran bila Rene Descrates (1596-
1650), bersesumbar ‘cogito ergo sum’ aku berpikir karena itu aku ada.
 Ahli filsafat berdiri di puncak piramida, memandangi kaki langit dari ketinggian,
sehingga mampu meligat persoalan secara komprehensif tetapi juga spekulatif. Ia
tidak hanya meligat persoalan sebagaimana disimpulkan seorang ilmuwan, birokrat,
pebisnis, seniman dan sebagainya. Dia memandangnya secara komprehensif,
memaknai hidup sebagai suatu keseluruhan.
 Ahli filsafat menggunakan metode analisis serta menjelaskan arti istilah-istilah,
singkatnya menjelaskan bahasa. Ini merupakan tugas utama filsafat, bukannya
menjelaskan persoalan makro yang dihadapi manusia. Pandangan ini membatasi
konsep pengetahuan (knowlegde) kepada pernyataan (statement) tentang fakta-fakta.
 Filsafat itu bersifat teoretis dan menjadi dasar pikiran dan kegiatan manusia. Filsafat
adalah ibu segala ilmu pengetahuna. Filsafat lahir jauh sebelum pengetahuan
berkembang. Dalam kesehariannya manusia selalu dihadapkan dengan segala
persoalan yang harus segera diselesaikan secara praktis. (Alwasilah, 2018, hlm. 4)
Cabang Filsafat
Buku “Filsafat Ilmu”: Sebuah Pengantar Populer” karya Suriasumantri, JS (1996)
membagi tiga cabang utama filsafat, yaitu: logika yang membahas apa yang disebut benar
dan apa yang disebut salah, etika yang membahas apa yang baik dan mana yang dianggap
buruk serta estetika yang membahasan ukuran keindahan. Buku “Pintu Masuk ke Dunia
Filsafat” karya Hamersma, H (1992) menyebut empat induk cabang filsafat dan kemudian
berkembang menjadi sepuluh anak cabang filsafat. Yaitu filsafat pengetahuan terdiri atas
epistemologi, logika dan kritik ilmu, filsafat kenyataan terdiri atas ontologi, teologi,
antropoligi dan kosmologi. Filsafat teridri atas etika estetika. (Komar, 2018, hlm. 23)
Implikasi Filsafat Pada Pendidikan
Antara filsafat dan pendidikan memiliki hubungan problematika yang ada pada kedua
disiplin tersebut. Yaitu: (a) filsafat mengajukan pertanyaan filosofis terhadap realita dan
pengalaman/praktek pendidikan, (b) filsafat secara spekulatif menetapkan hakikat dunia dan
makna hidup untuk dijadikan landasan konseptual tentang penyusunan tujuan. Metode, dan
pengalaman belajar untuk menumbuh-kembangkan peserta didik. (Komar, 2018, hlm. 32)
Implikasi Filsafat Pada Sistem Pendidikan Berdasarkan Pancasila.
Filsafat merupakan dasar perilaku suatu bangsa yang direfleksikan dalam perilaku
warga negaranya. Rangkaian elaborasi yang ditempuh seharusnya mengikuti alur berikut.
Filsafat negara dengan Per-Undangannya mampu menurunkan Filsafat Pendidikan Nasional.
Artinya, Filsafat Pendidikan dirumuskan berdasarkan pada (dijabarkan) Filsafat Negara. Dari
Filsafat Pendidikan, kemudian diturunkan menjadi Teori Pendidikan. Sehingga meuncul
Teori Pendidikan versi Indonesia yang melahirkan prakte (pedoman) pendidikan.Karena itu,
Filsafat Pendidikan akan menjadi dasar penyelenggaraan pendidiakn bagi bangsa itu. Filsafat
Pendidikan merupakan pedoman dan arah berpikir bagi para penyelenggara pendidikan untuk
mewujudkan hasil pendidikan yang dicita-citakan. (Komar, 2018, hlm. 34)
Kondisi pendidikan tanpa memperhatikan Filsafat Pendidikan sebagai dasarnya,
memang masih dapat memproduksi tenga pembangunan yang dibutuhkan. Namun, bil adunia
pendidikan ingin dibangun secara lebih sempurna yaitu agar anak Indonesia memilik
keutuhan dan kemartabatan sebagai warga negara yang dicita-citakan, maka suatu
kemutlakan praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia harus didasarkan atas Filsafat
Pendidikan versi negaranya. Sehingga tidak mengalami kondisi goals disappeared, goals are
destroyed. Bila praktek pendidikan terlepas dari filsafat pendidikan yang mendasarinya akan
meuai bahaya, yaitu terjadi penyalahgunaan pendidikan untuk kepentingan yang tidak sejalan
dengan cita-cita negara. (Komar, 2018, hlm. 34)

Daftar Pustaka
Bakhtiar, A. (2013). Filsafat Ilmu Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Russell, B. (2004). Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari
Zaman Kuno Hingga Sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mouly, G.J. (1991) Perkembangan Ilmu, dalam Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan
Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri. Jakarta: Gramedia.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar.
Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Dosen Filsafat Ilmu UPI. (2018). Filsafat Ilmu: Rujukan Bagi Calon Cendekiawan.
Bandung: UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai