Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONCHIAL

1.1. Pengertian

Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru,


karena adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifatreversible,
peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalannafas terhadap
berbagai rangsangan hiperresponsivitas, obstruksi padasaluran nafas bisa
disebabkan oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus,oedema mukosa
bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2013).

Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasanakibat


penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitandapat
hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan
diantara dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2009).

1.2. Etiologi

Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013) adalah
sebagai berikut :
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang
sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. IritasiIritasi
Dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asaprokok, bau asam
dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
d. Psikologis
Stress dapat memicu keadaan yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan menimbulkan
asma bronkiale (Muttaqin, 2008).
1.3. Klasifikasi
a. Klasifikasi derajat asma
Derajat Asma Manifestasi klinis Gejala malam Fungsi Paru
Intermiten -Gejala <1x/minggu. < 2 kali/bulan APE > 80%
(Mingguan) -Serangan singkat
-Tanpa gejala diluar
serangan.
-Fungsi paru asimtomatik
dan normal luar serangan.
Persisten - Gejala > 1x/ minggu atau > 2 kali APE >80%
Ringan <1x/hari. seminggu normal
(Mingguan) - Serangan dapat
mengganggu aktivitas dam
tidur.
Persisten -Gejala harian > sekali APE > 60%
Sedang -Serangan 2x/minggu atau seminggu tetapi < 80%
(Harian berhari-hari. normal
-Serangan mengganggu
aktivitas dan tidur.
-Pasien menggunakan obat
setiap hari.
Persisten -Aktivitas fisik terbatas. Sering APE < 80%
Berat -Gejala tampak terus kambuh asma
(Kontinu) menerus.
-Serangan sering terjadi.

b. Klasifikasi asma berdasarkan penyebab atau pencetus :


1. Asma bronchiale tipe atopik (ekstrinsik)

Faktor genetik atau pribadi karena alergi, asma yang mulai terjadi saat
kanak-kanak, kadar IgE serum meningkat, mekanisme terjadinya
berkaitan dengan sistem imun.
2. Asma bronchiale tipe non atopik (intrinsik).

Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atauasma idiosinkratik yaitu asma
yang terjadi saat dewasa, kadar IgEnormal dan bersifat Non-imun.

3. Asma bronchial campuran.


Pada golongan ini, keluhan diperberat bak oleh gabungan fakto-faktor
intrinsik maupun dari faktor ekstrinsik.
1.6. Manifestasi Klinis

Manifestasi kllinis pasien dengan asma bronchial menurut Putri & Sumarno
(2013), yaitu :

a. Sesak nafas mendadak


b. Inspirasi yang lebih pendek dibandingkan fase ekspirasi
c. Munculnya suara nafas tambahan (wheezing)
d. Batuk
e. Serangan bersifat tak menentu.
1.7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaandiagnostik pada
pasein asma bronchial, yaitu :
a. Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil
yangmeningkat menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat
>250/mm³
b. Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai denganadanya
hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar (wijaya & putri,2013)
c. Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif
yang spesifik dalam tubuh.
1.8.Diagnosa Banding
Diagnosis banding asma bronchial, yaitu:
a. PPOK
b. Bronkitis kronis
c. Gagal jantung kongesif
d. Disfungsi laring
e. Emboli paru
f. Obstrksi mekanik
1.9. Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial, yaitu :


a.Pengobatan Farmakologi
1. Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aaerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot,dan jarak antara
semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
2. Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bilagolongan beta
agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
3. Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidakmemberikan
respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari.Pemberian steroid dalam jangka
yang lama harus diawasi dengan ketat.
4. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolinmerupakan obat
pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
5. Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer Pulmicord (
budesonide 100 μg, 200 μg, 400μg/ dosis), Ventolin ( beclomethasone 50,
100, 200, 250, 400 μg /dosis, NaCl 2 ml, Bisolvon larutan (Putri & Sumarno,
2013).
b. Non Farmakologi.
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif.
1). Batuk Effektif
Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien
dapat menghemat energi sehinggatidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan
secret secara maksimal dengan tujuan membantu membersihkan jalan nafas.
2). Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan meningkatkan
ekspansi paru.
1.10. Komplikasi

Status asmatikus dapat menyebabkangagal napas dengan hipoksemia,


hiperkapnia, dan asidosis. Intubasiendotrakea, ventilasi mekanis, dan terapi
obat agresif dapat diperlukanuntuk mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas
akut, komplikasi lainterkait status asma, antara lain dehidrasi, infeksi
pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan kor pulmonale (LeMone, 2016).
1.11. Proses Keperawatan
1.1.1 Pengkajian
a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asmasebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang:
Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak
bergairah, pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas.
Sesak setelah melakukan aktivitas / menghadapi suatu krisis emosional.
f. Riwayat kesehatan keluarga:
Riwayat keluarga yang mengalami asma, riwayat keluarga positif menderita
penyakit alergi, sepertirinitis alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain.
g. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,kecepatan
pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang paru, nadi apikal.
h. Airway : batuk kering/tidak produktif, wheezing yang
nyaring, penggunaan otot – otot aksesoris pernapasan ( retraksi
ototinterkosta).
i. Breathing : perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode
inspirasi,dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi,
suaratambahan ronkhi, hiper resonan pada perkusi.
j. Circulation : Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkat kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.
1.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan spasme jalan
napas dan akumulasi sputum di bronkus.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi dan
perfusi.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan spasme jalan nafas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bulechek M Gloria, Butcher,K Howard, Dochterman M. Joanne, Wagner M


Cheryl. (2015). Nursing intervention classification (NIC) Terjemah
Indonesia. Yogyakarta. Mocomedia dalam kontrak Elsevier.
2. Darmanto, Djojodibroto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta.
Buku Kedokteran.
3. LeMone, Priscilla., Burke, Karen. M., & Bauldoff, Gerene.(2016). Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
4. Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
Outcomes Classification (NOC). (I. Nurjannah & R. D. Tumanggor, Eds.)
(5th ed.). Jakarta: Elsevier Ltd.
5. Mubarak, W. I., Chayatin, N., & Susanto, J. (2015). Standar Asuhan
Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan: Konsep dan
Aplikasi dalam Praktik Klinik. (A. Suslia & F. Ganiajri, Eds.) (1st ed.).
Jakarta: Salemba Medika.
6. Muttaqin, A. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistim Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.
7. NANDA. (2015-2017). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan
definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
8. NANDA. (2018-2020). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan
definisi dan klasifikasi. Jakarta: EGC.
9. Putri, H dan Soemarno S. 2013. Perbedaan Postural Drainage dan Latihan
Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer Terhadap Penurunan Frekuensi
Batuk pada Asma Bronchiale . Jurnal Fisioterapi. Volume 13 Nomor 1, April
2013. Hal: 7.
10. Subagyo, A. 2013. Pengukuran Derajad Sesak/Dispnea. diakses tanggal 1
Desember 2019, dari www.klikparu.com/2013/11/pengukuran-derajad-
sesakdispnea.html.

Anda mungkin juga menyukai