Anda di halaman 1dari 8

ISSN 2406-8012

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBEJARAN BONEKA KAUS KAKI UNTUK


MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

Erwin Putera Permana


PGSD FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri
erwinp@unpkediri.ac.id

Abstract

The purpose of this study are: (1) to produce instructional media sock puppets which are practical,
attractive, effective and ef¿cient in improving speaking skills of elementary school students, (2)
to determine the steps of making media sock puppets to improve speaking skills elementary school
students, and (3) to test the feasibility of instructional media products which include practicality, the
attractiveness, effectiveness and ef¿ciency of the product. This study uses a model of the development of a
modi¿ed Borg & Gall. The steps of this research, namely (1) Preliminary Study, (2) Planning, (3) Design
Products, (4) Product Validation, (5) Trial Product, and (6) End Product. The practical implications of
this research is to develop the basic capabilities of cognitive, affective and psychomotor learning fun
through the media. The use of storytelling with a sock puppet media proved to meet these objectives.

Keywords: Media Education, Doll Socks, Speaking Skills

PENDAHULUAN dan mengekspresikan pemikirannya dengan


Pendidikan adalah usaha sadar dan menggunakan kata dan kalimat yang tepat.
terencana untuk mewujudkan suasana belajar Pengembangan keterampilan berbicara pada
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif siswa sekolah dasar lebih menekankan pada
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki pemilihan kata (diksi), keruntutan kata, intonasi
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian membaca kalimat dan ekspresi.
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, Keterampilan berbicara memiliki peranan
serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, penting dalam upaya melahirkan generasi
masyarakat, bangsa dan negara (Sagala, 2010: 3). masa depan yang cerdas, kreatif, kritis dan
Berdasarkan hal tersebut maka pendidikan harus berbudaya. Dengan menguasai keterampilan
berkualitas, artinya dalam pembelajaran seorang berbicara, siswa mampu mengekspresikan
siswa harus mengalami proses pembelajaran pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai
secara efektif yang bermakna serta menunjukkan materi dan situasi pada saat dia sedang berbicara.
adanya tingkat penguasaan terhadap tugas- Keterampilan berbicara juga mampu membentuk
tugas belajar sesuai dengan sasaran dan tujuan generasi masa depan yang kreatif sehingga
pendidikan. mampu berbicara yang komunikatif, jelas,
Perwujudan pembelajaran yang bermakna runtut, mudah dipahami. Selain itu, keterampilan
salah satunya ditinjau dari keterampilan siswa berbicara juga mampu melahirkan generasi
dalam berbicara. Keterampilan berbicara masa depan yang kritis karena mereka memiliki
merupakan salah satu aspek yang harus kemampuan untuk mengekspresikan gagasan,
dikembangkan dalam pendidikan sekolah pikiran, atau perasaan kepada orang lain secara
dasar, siswa dilatih agar mampu menggunakan runtut dan sistematis.

133 Profesi Pendidikan Dasar Vol. 2, No. 2, Desember 2015 : 133 - 140
ISSN 2406-8012

Keterampilan berbicara juga mampu dilakukan jenis media ajar yang sesuai dengan
melahirkan generasi masa depan yang berbudaya karakteristik siswa dan dapat digunakan sesuai
karena sudah terbiasa dan terlatih untuk dengan kebutuhan adalah media pembelajaran
berkomunikasi dengan pihak lain sesuai dengan boneka kaus kaki memalui metode bercerita.
materi dan situasi tutur pada saat berbicara. Terdapat beberapa teori yang mendukung dalam
Berbicara sebagai keterampilan berbahasa mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya
berhubungan dengan keterampilan berbahasa yaitu penggunaan media pembelajaran dalam
yang lain. Kemampuan berbicara berkembang meningkatkan keterampilan berbicara.
pada kehidupan siswa apabila didahului dengan Penggunaan media dalam pembelajaran
keterampilan menyimak. Menurut Vygotsky dapat membantu siswa dalam memberikan
(dalam Aisyah, 2007), bicara adalah sentral yang pengalaman yang bermakna. Penggunaan media
penting dalam proses belajar. Ia berpandangan dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa
perkembangan bicara berhubungan langsung dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi
dengan perkembangan kognitif. Bicara lebih konkret. Edgar Dale (dalam Sanjaya 2006:
diperlukan individu untuk mengelola pikiran 165) dikenal dengan cone of experience (kerucut
mereka. Menurutnya kita melambangkan dan pengalaman) yang memberikan gambaran
menggambarkan dunia kita melalui bicara, bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa
sehingga bicara adalah sistem simbolik dengan dapat melalui proses perbuatan atau mengalami
apa kita berkomunikasi, atau dengan kata lain sendiri apa yang dipelajari. Proses mengamati
bicara adalah alat budaya. dan mendengarkan melalui media tertentu dan
Berdasarkan hasil pengamatan yang proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin
dilakukan di sekolah dasar se-Kecamatan kongkrit siswa mempelajari bahan pengajaran,
Gandusari secara acak, ditemukan bahwa saat maka semakin kompleks siswa memperoleh
terjadi proses pembelajaran bahasa Indonesia pengalaman.
tampak 60 % siswa tidak tertarik dengan metode Media pembelajaran boneka kaus kaki
bercerita yang guru berikan. Beberapa sikap yang adalah salah satu media dari sekian banyak
ditunjukkan adalah sikap acuh tak acuh, gaduh, media pembelajaran yang dapat dipih oleh
dan berbicara dengan teman sebangkunya. seorang guru sesuai dengan tujuan pembelajaran
Pembelajaran aspek berbicara belum sepenuhnya dan karakteristik siswa. Alasan peneliti memilih
dikuasai siswa. Hal ini berakibat siswa kurang media boneka kaus kaki dan adalah media ini
percaya diri saat tampil di depan kelas, siswa sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar
merasa gugup saat menyampaikan pendapat, kelas II, dimana siswa dalam tahapan operasional
takut salah, dan merasa malu. Hal ini tentu konkrit tentang teori kognitif Jean Piaget. Jadi,
saja kurang dari harapan di mana pembelajaran siswa memerlukan perantara yaitu media untuk
dikatakan berhasil dan tuntas apabila 70% memudahkan memahami pesan atau materi yang
dari siswa telah mencapai KKM. Indikator disampaikan oleh guru diterima atau dimengerti
yang digunakan untuk mengukur keterampilan oleh siswa. Karena pada tahap ini kemampuan
siswa dalam berbicara, di antaranya kelancaran siswa berpikir masih terbatas pada hal yang
berbicara, ketepatan pilihan kata (diksi), struktur bersifat nyata atau konkret dan belum memahami
kalimat, intonasi membaca kalimat dan ekspresi. hal yang bersifat abstrak. Boneka kaus kaki yang
Mencermati berbagai permasalahan di atas, digunakan dapat mewakili benda-benda yang
perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan bagi siswa sulit dijangkau menjadi sesuatu yang
permasalahan tersebut. Alternatif pemecahan nyata melalui model tiruan. Sehingga melalui
masalah yang dilakukan yaitu dengan media pembelajaran boneka kaus kaki inilah
mengembangkan media pembelajaran yang dapat mencapai tujuan pembelajaran yaitu
disesuaikan dengan karakteristik siswa. mampu meningkatkan keterampilan berbicara
Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah siswa secara optimal.

Pengembangan Media Pembelajaran ... (Erwin Putera Permana) 134


ISSN 2406-8012

Berbicara adalah salah satu jenis kelancaran berbicara, keruntutan berbicara, dan
ketrampilan berbahasa ragam lisan yang bersifat ketangkasan. Adapun tujuan berbicara menurut
produktif. Akhadiah (1991:153) menyatakan Tarigan (1991: 134-135) adalah (1) menghibur,
bahwa proses penyampaian secara lisan disebut (2) menginformasikan, (3) menstimulus, (4)
berbicara. Dalam materi komunikasi pembicara menyakinkan, dan (5) menggerakkan.
berlaku sebagai pengirim pesan sedangkan Sedangkan media pembelajaran berasal
penerima adalah penerima pesan. Kegiatan dari dua istilah yaitu media dan pembelajaran.
berbicara dilakukan untuk mengadakan hubungan Kata “media” berasal dari bahasa latin medium
sosial dan berkomunikasi. Dalam proses belajar yang berarti perantara atau pengantar pesan
berbahasa di sekolah siswa mengembangkan dari pengirim pesan kepada penerima pesan
kemampuan secara vertikal tidak secara (Fathurrohman, 2009: 65). Hamidjojo (dalam
horizontal. Siswa dapat mengungkapkan pesan Setyosari, 2005: 16) menyatakan bahwa media
secara lengkap meskipun belum sempurna. ialah semua bentuk perantara yang dipakai
Semakin lama keterampilan berbicara orang penyebar ide, sehingga gagasan itu sampai
dilatih semakin sempurna dalam artian kepada penerima. Sedangkan, Blacks (dalam
strukturnya semakin benar, pilihan katanya Setyosari, 2005: 17) berpendapat bahwa media
semakin tepat, kalimatnya semakin bervariasi. adalah saluran komunikasi atau medium yang
Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak digunakan untuk membawa atau menyampaikan
secara horizontal mulai dari fonem, kata, fase, suatu pesan, di mana medium itu merupakan
kalimat, dan wacana. Ellis (dalam Ro¿’uddin, jalan atau alat berisi pesan berjalan antara
1999:12) mengemukakan adanya tiga cara komunikator dan komunikan.
untuk mengembangkan secara vertikal dalam Dari beberapa pendapat ahli di atas,
meningkatkan keterampilan berbicara yaitu (1) maka dapat disimpulkan bahwa media adalah
menirukan pembicaraan orang lain (khususnya sebagai suatu alat, sarana atau perangkat yang
guru), (2) mengembangkan bentuk-bentuk ujaran berfungsi menyampaikan pesan dari sumber
yang telah dikuasai, dan (3) mendekatkan atau untuk diteruskan kepada sasaran atau penerima
menyejajarkan dua bentuk ujaran, yaitu bentuk pesan. Sedangkan pembelajaran adalah upaya
ujaran sendiri yang belum benar dan ujaran membelajarkan pebelajar. Membelajarkan yaitu
orang dewasa (terutama guru) yang sudah benar. upaya untuk membuat seseorang belajar. Dalam
Keterampilan berbicara lebih mudah pembelajaran terjadi komunikasi antara siswa
dikembangkan apabila siswa memperoleh dengan guru sehingga pembelajaran ini adalah
kesempatan untuk mengkomunikasikan sebagai proses komunikasi antar manusia.
sesuatu secara alami kepada orang lain. Penggunakan media boneka juga tidak kalah
Selama proses pembelajaran di sekolah guru menariknya bagi siswa. Media boneka yang
menciptakan berbagai lapangan pengalaman dapat dipergunakan guru pada teknik ini yaitu
yang memungkinkan siswa mengembangkan boneka kaus kaki. Media pembelajaran boneka
keterampilan berbicara. Kegiatan untuk melatih kaus kaki merupakan media sederhana yang
keterampilan berbicara itu antara lain menyajikan dapat dibuat sendiri dengan bahan yang mudah
informasi dan berpartisipasi dalam diskusi. ditemukan di sekitar siswa.
Tujuan keterampilan berbicara di sekolah Penggunaan media pembelajaran boneka
dasar yaitu untuk melatih siswa agar terampil kaus kaki ditampilkan dalam bercerita dan dapat
dalam berbicara. Keterampilan berbicara siswa menyampaikan pesan yang mendidik dan hiburan
dapat dilatih dengan cara memberi kesempatan yang menarik bagi siswa. Media pembelajaran
kepada siswa untuk menyampaikan pendapat ini dikemas lebih menarik, komunikatif dan
secara lisan. Agar tujuan berbicara dapat menyenangkan. Selain itu, menggunakan
tercapai dengan baik maka ada beberapa aspek media boneka kaus kaki dalam bercerita akan
yang perlu diperhatikan, diantaranya aspek melibatkan pancaindra secara bersamaan

135 Profesi Pendidikan Dasar Vol. 2, No. 2, Desember 2015 : 133 - 140
ISSN 2406-8012

sehingga pembelajaran akan lebih bermakna (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan
dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan produk akhir, (10) diseminasi dan implementasi
mudah untuk diterima (Sandra, 2012: 8). (Borg & Gall, 1983:775).
Tahapan-tahapan Borg & Gall di atas tampak
METODE PENELITIAN sangat panjang dan cermat untuk menjamin
Penelitian ini menggunakan model
hasil dan kualitasnya. Dengan mengadaptasi
pengembangan Borg and Gall. Langkah-
pendapat Borg & Gall di atas, langkah-
langkah model pengembangan Borg & Gall
adalah (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) langkah pengembangan dapat dibuat mejadi
perencanaan, (3) perancangan produk awal, (4) lebih sederhana dengan tanpa mengurangi
uji awal produk, (5) revisi produk berdasarkan kualitas produk. Adapun modi¿kasi model
masukan dari uji awal, (6) uji lapangan utama, pengembangan Borg and Gall yang dimaksud
(7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, adalah seperti pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1 Model Pengembangan Modifikasi Borg & Gall (Borg & Gall, 1987: 775)

Pengamatan kelas pada sekolah-sekolah untuk mengembangkan alternatif pemecahan


secara acak dilakukan untuk mengetahui kegiatan masalah yang akan dibuat.
pembelajaran yang dilakukan di kelas khususnya Pada analisis struktur isi, kegiatan
keterampilan berbicara (bercerita). Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis
menganalisis karakteristik dan kebutuhan siswa standar kompetensi, kompetensi dasar dan
dilakukan untuk mengetahui permasalahan mengembangkan indikator serta tujuan
yang dihadapi oleh guru dan siswa serta untuk pembelajaran. Indikator dan tujuan pembelajaran
mengetahui karakteristik siswa kelas II dalam yang telah dikembangkan akan digunakan
bercerita. Kegiatan pengkajian pustaka dan sebagai acuan dalam menyusun materi media
penganalisisan jurnal penelitian terdahulu yang pembelajaran boneka kaus kaki dengan metode
relevan dilakukan untuk memperoleh teori-teori bercerita. Kegiatan selanjutnya dalam tahap
yang dapat digunakan menjadi landasan pijak perencanaan adalah pengembangan instrumen

Pengembangan Media Pembelajaran ... (Erwin Putera Permana) 136


ISSN 2406-8012

kelayakan produk. Pada kegiatan ini dilakukan ahli yang dimaksud adalah uji coba kepada ahli
penyusunan instrumen penilaian yang akan materi dan ahli desain media pembelajaran. Hasil
diberikan pada ahli media, ahli desain media dari uji coba ahli digunakan sebagai acuan untuk
pembelajaran, guru dan siswa kelas II. Hasil dari merevisi produk yang dikembangkan. Produk
instrumen ini akan dijadikan sebagai pedoman yang telah direvisi kemudian diujicobakan pada
untuk perbaikan produk media pembelajaran. kelompok kecil, dan uji coba terbatas.
Kegiatan terakhir pada tahap perencanaan ini Uji coba kelompok kecil yang dilakukan
adalah penyusunan story board. Story board pada penelitian ini yaitu uji coba pada 1 sekolah
merupakan susunan alur dari media pembelajaran dasar yang dipilih secara acak. Uji coba kelompok
yang akan dikembangkan yang berisi desain kecil dilakukan untuk mengetahui apakah produk
boneka kaus kaki dan teks yang akan digunakan. yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk
Produk hasil pengembangan ini adalah uji coba sasaran. Setelah dilakukan uji coba
media pembelajaran boneka kaus kaki dan kelompok kecil akan dilakukan uji coba terbatas.
pedoman penggunaan media pembelajaran Uji coba skala terbatas yang dilakukan yaitu
boneka kaus kaki yang dibuat untuk guru. dan uji coba pada SDN Tulungrejo 02 dan SDN
akan dioperasikan oleh guru maupun siswa.
Ngaringan 03 Kecamatan Gandusari. Uji coba
Media pembelajaran boneka kaus kaki ini
terbatas dilakukan menggunakan Lesson Study
digunakan pada kegiatan bercerita.
yang melibatkan observer dan guru model.
Validasi produk dalam penelitian ini
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian
bertujuan untuk mengetahui apakah media
ini adalah data kuantitatif dan kualitatif. Data
pembelajaran yang dikembangkan layak
kuantitatif diperoleh dari angket dan tes yang
untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran
diberikan kepada subjek coba. Sedangkan data
dan dapat digunakan untuk mencapai tujuan
kualitatif diperoleh dari saran dan perbaikan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Validasi
dari subjek coba. Data yang dikumpulkan
produk dilakukan pada para ahli. Para ahli yang
dalam penelitian ini digunakan untuk menguji
dimaksud adalah ahli materi dan ahli desain
media pembelajaran. kepraktisan, kemenarikan, keefektifan,
Uji coba produk dalam penelitian kee¿sienan produk dan untuk mengetahui
pengembangan ini meliputi: 1) desain uji coba, keterterapan media pembelajaran boneka kaus
2) subjek uji coba, 3) jenis data, 4) instrumen kaki.
pengumpulan data, dan 5) teknik analisis data. Uji Instrumen dalam penelitian ini digunakan
coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan untuk mengukur keseluruhan aspek yang
data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk berkaitan dengan kepraktisan, kemenarikan,
menetapkan tingkat kepraktisan, kemenarikan, keefektifan, kee¿sienan produk dan keterterapan
keefektifan dan kee¿sienan media pembelajaran media pembelajaran boneka kaus kaki. Pada
yang telah dibuat. Tabel 1 disajikan jabaran aspek yang dinilai,
Kegiatan uji coba dalam penelitian instrumen yang digunakan, data yang diamati,
pengembangan ini dilakukan melalui tiga tahap dan responden dalam pengembangan media
yaitu validasi ahli, uji coba kelompok kecil dan pembelajaran boneka kaus kaki yang diterapkan
uji coba terbatas pada guru dan siswa. Uji coba menggunakan kegiatan bercerita.

137 Profesi Pendidikan Dasar Vol. 2, No. 2, Desember 2015 : 133 - 140
ISSN 2406-8012

Tabel 1 Jabaran Aspek yang Dinilai dalam Media Pembelajaran Boneka Kaus Kaki yang Diterapkan
Menggunakan Kegiatan Bercerita.

Aspek yang dinilai Instrumen Data yang diamati Responden


Kemudahan dalam
Ahi desain media
menggunakan media
Kepraktisan produk Angket pembelajaran/Guru
pembelajaran boneka kaus
kaki
Ketertarikan siswa dalam
belajar menggunakan media
Kemenarikan produk Angket Siswa
pembelajaran boneka kaus
kaki
Lembar
Nilai evaluasi siswa pada
Keefektifan produk observasi Siswa
kegiatan bercerita
penilaian afektif
Lembar
Daftar harga pengadaan
Kee¿sienan produk observasi harga Observer dan guru
bahan media pembelajaran
pengadaan bahan
Keterterapan media Keterterapan media
pembelajaran boneka Lembar pembelajaran boneka kaus
Observer/peneliti
kaus kaki dalam observasi kaki untuk meningkatkan
kegiatan bercerita keterampilan berbicara

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan kaki untuk untuk melatih keterampilan bercerita.
secara deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif. Media yang digunakan dalam pembelajaran
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengacu pada gambar yang ada pada LKS
mengolah data yang berupa masukan, kritik, dan buku teks. Metode yang digunakan dalam
saran dan tanggapan. Sedangkan analisis data pembelajaran masih kurang dapat mengaktifkan
statistik deskriptif digunakan untuk mengolah siswa.
data yang diperoleh dari angket dan lembar Guru menginformasikan bahwa siswa lebih
observasi. tertarik pada materi yang dapat mereka lihat
dan melibatkan siswa secara langsung. Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN cenderung kurang bersemangat dan cenderung
Pada tahap studi pendahuluan diperoleh data mengantuk dalam belajar jika materi hanya
terkait kegiatan pembelajaran yang dilakukan disampaikan dengan dijelaskan, diberi catatan di
pada kegiatan bercerita, yaitu pembelajaran yang papan tulis dan diberi pertanyaan.
dilaksanakan masih mengacu pada buku teks Uji coba terbatas dilakukan untuk
dan LKS yang isinya belum tentu sesuai dengan mengetahui tingkat kepraktisan, kemenarikan,
karakteristik siswa. Kegiatan pembelajaran yang keefektifan, kee¿sienan produk dan keterterapan
didominasi oleh guru berdampak pada rendahnya media pembelajaran boneka kaus kaki di sekolah
aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil dasar. Uji coba terbatas dilakukan dengan
wawancara dengan guru diperoleh data bahwa menggunakan lesson study yang tahapannya
guru mengalami kesulitan dalam menentukan yaitu Plan (Perencanaan), Do (Tindakan),
atau menyediakan media pembelajaran untuk See (ReÀeksi). Hasil pelaksanaan lesson study
melatih keterampilan berbicara (bercerita) dalam pada setiap pertemuan yang telah dilaksanakan
pembelajaran di kelas. Selama ini guru belum adalah sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran
pernah mendesain media pembelajaran sendiri yang dilakukan oleh guru dan siswa pada
khususnya media pembelajaran boneka kaus pertemuan pertama diamati oleh observer

Pengembangan Media Pembelajaran ... (Erwin Putera Permana) 138


ISSN 2406-8012

dengan menggunakan pedoman observasi yang Dari permasalahan yang ditemukan pada
telah disiapkan sebelumnya. Setelah dilakukan pertemuan kedua tim lesson study menemukan
observasi oleh tim lesson study hasilnya akan pemecahan masalah yang akan dilakukan.
direÀeksi. Berdasarkan hasil observasi ditemukan Pemecahan masalah dilakukan dengan
beberapa kekurangan dalam pembelajaran. memberikan penguatan pada siswa berupa
Adapun kekurangan yang ditemukan yaitu, pemberian reward bagi siswa yang dapat
siswa terlalu bergembira sehingga memakan melaksanakan kegiatan bercerita dengan baik
waktu yang lebih lama dan tidak sesuai dengan dan tepat waktu.
RPP dan beberapa siswa masih kesulitan dalam Hasil lesson study pada pertemuan kedua
kegiatan bercerita. akan digunakan sebagai perbaikan pada
Hasil permasalahan yang ditemukan pertemuan ketiga dan dilakukan observasi
akan dibahas dan dicari solusi pemecahannya. kembali terkait dengan pembelajaran yang
berdasarkan hasil diskusi tim lesson study dilakukan oleh guru dan siswa. Dari hasil
diperoleh alternatif pemecahan yang akan observasi pada pertemuan ketiga diperoleh
dilakukan diantaranya guru model disarankan data bahwa pada pertemuan ketiga kegiatan
agar lebih memperhatikan alokasi waktu yang pembelajaran yang dilakukan sudah lebih
telah direncanakan pada RPP. Selain itu, siswa baik dari pertemuan sebelumnya. Hal tersebut
pada pertemuan berikutnya sebaiknya diberi ditunjukkan dengan kegiatan bercerita yang
kesempatan untuk pembagian tugas bercerita dilakukan dapat selesai tepat waktu, sebagian
dan menghafalkan teks cerita. Agar seluruh besar siswa dapat bekerja secara kelompok
siswa dapat bekerja secara kelompok dengan dengan baik ditunjukkan dengan siswa aktif
baik sebaiknya pada pertemuan berikutnya guru bercerita dengan menggunakan media yang telah
memberikan penjelasan pada siswa tentang dibuat, siswa aktif menyimak dan menuliskan
langkah-langkah dan pembagian tugas yang isi pesan cerita dan tidak lagi menggantungkan
harus dilakukan saat belajar secara kelompok. pekerjaan atau tugas yang diberikan pada teman
Hasil lesson study pada pertemuan lain yang dianggap lebih pintar, siswa lebih
pertama akan digunakan sebagai perbaikan gembira dan antusias dalam pembelajaran, serta
pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapat
observasi pada pertemuan kedua dapat dilihat seusai kegiatan bercerita.
perubahan yang cukup memuaskan terhadap
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. SIMPULAN DAN SARAN
Permasalahan yang terjadi pada pertemuan Berdasarkan hasil lesson study dapat diketahui
pertama dapat terselesaikan, walaupun masih bahwa, pemanfaatan media pembelajaran boneka
belum secara maksimal. Kegiatan guru dalam kaus kaki dapat meningkatkan keterampilan
melakukan pembelajaran telah sesuai dengan berbicara siswa. Kegiatan pembelajaran tidak
rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah lagi didominasi oleh guru. Siswa menjadi lebih
dibuat namun ada sedikit permasalahan terkait aktif dalam mengikuti pembelajaran dengan
dengan aktivitas belajar siswa. Pada saat siswa melakukan diskusi dan bekerja secara kelompok.
diberikan penjelasan dengan menggunakan Keterampilan berbicara siswa juga sudah sangat
media pembelajaran boneka kaus kaki mereka baik. Berdasarkan data yang diperoleh terkait
tampak bersemangat menyimak, namun ketika dengan keterampilan berbicara siswa lebih dari
mereka diminta untuk bercerita tampak kurang 70% siswa telah tuntas dalam belajar dengan nilai
malu-malu. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas lebih dari 75. Ditinjau dari analisis penggunaan
siswa pada saat diminta bercerita ke depan media boneka kaus kaki mempunyai pengaruh
kelas ada beberapa siswa yang terkadang masih positif, efektif dan e¿sien yaitu; meningkatkan
bercanda dengan teman dalam kelompok dan kemampuan anak dalam berbagai aspek yaitu
tidak segera mengerjakannya. menyimak, berbicara, membaca juga menulisnya.

139 Profesi Pendidikan Dasar Vol. 2, No. 2, Desember 2015 : 133 - 140
ISSN 2406-8012

Semua aspek berbahasa secara umum sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan
merupakan keseluruhan kemampuan bahasa dalam pembelajaran dipersiapkan terlebih
anak yang memerlukan proses yang memerlukan dahulu, guru sebaiknya memastikan kesiapan
motivasi dan stimulasi agar anak optimal dalam siswa dalam kegiatan bercerita dan bekerja
pencapaian tingkatan perkembangan bahasanya. secara kelompok, guru juga dapat memberikan
Hal ini dikuatkan oleh pendapat Vernom dalam hadiah pada siswa yang aktif dalam mengikuti
Munir (2012:142) yang menyatakan bahwa pembelajaran untuk lebih memotivasi siswa
siswa belajar, 10% dari apa yang dibaca; 20% dalam belajar, penerapan media pembelajaran
dari apa yang didengar; 30% dari apa yang boneka kaus kaki dengan metode bercerita
dilihat; 50% dari apa yang dilihat dan didengar; sebaiknya diakukan dengan lesson study agar
70% dari apa yang dikatakan; 90% dari apa yang
kualitas pembelajaran yang dilakukan dapat
dilakukan. Berpijak pada konsep Vernom, maka
terus ditinggkatkan.
pembelajaran dengan menggunakan teknologi
Saran juga diberikan untuk melakukan
multimedia akan meningkatkan kemampuan
pengembangan materi pembelajaran lebih
belajar siswa sebesar 50% dari pada tanpa
lanjut. Adapun hal yang disarankan untuk
menggunakan media.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan mengembangkan produk lebih lanjut adalah
yang telah dilakukan disarankan dalam sebagai berikut. Menambah karakter yang
menggunakan produk media pembelajaran ada pada media pembelajaran boneka kaus
boneka kaus kaki ini guru sebaiknya memahami kaki menjadi lebih banyak dan penjelasannya.
isi dari buku petunjuk penggunaan media Dilakukan penelitian eksperimen yaitu
pembelajaran boneka kaus kaki, guru sebaiknya membandingkan antara kelas yang dibelajarkan
memahami isi dari RPP yang telah dibuat menggunakan media pembelajaran boneka kaus
agar metode dan media pembelajaran yang kaki dengan kelas yang tidak dibelajarkan dengan
direncanakan dapat diterapkan dengan lancar. menggunakan media pembelajaran boneka kaus
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan kaki.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Gro¿ndo Persada.


Borg, W. R., & Gall, M. D. 1983. Education Research an Introduction (fourth ed.). New York:
Longman Inc.
Fathurrahman, P dan Sutikno, S. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Re¿ka Aditama.
Munir. 2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Setyosari, P. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas
Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV alfabeta
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media

Pengembangan Media Pembelajaran ... (Erwin Putera Permana) 140

Anda mungkin juga menyukai