Anda di halaman 1dari 13

PRAKTIKUM I

PRODUKTIVITAS PRIMER

A. Tujuan Praktikum
1 Untuk mengetahui kadar fotosintesis pada air laut pantai Bama
2 Untuk mengetahui kadar respirasi pada air laut pantai Bama
3 Untuk mengetahui produktivitas primer pada air laut pantai Bama
4 Untuk mengetahui produktivitas total pada air laut pantai Bama

B. Landasan Teori
I. Perairan Lautan
Lautan memiliki nilai ciri yang penting secara ekologis sebagai berikut :
1. Lautan itu luas, menutupi 70 % permukaan bumi.
2. Lautan itu dalam dan makhluk hidup terdapat di semua
kedalaman. Walaupun tampaknya tidak ada zona abiotic di dalam lautan,
kehidupan lebih rapat di sekitar tepi benua dan tepi pulau.
3. Lautan itu berkesinambungan. Habitat lautan itu tidak
terpisah-pisah seperti habitat daratan dan habitat perairan tawar. Semua lautan itu
berhubungan, suhu, salinitas, serta kedalaman merupakan barrier utama untuk
gerakan bebas makhluk lautan.
4. Lautan berada dalam sirkulasi yang kontinu. Perbedaan
suhu udara diantara kutub dan ekuator menimbulkan angin yang kuat seperti ke
arah yang angin pasat, yaitu angina bertiup ke arah yang sama sepanjang tahun,
yang bersama-sama dengan rotasi bumi menimbulkan lautan yang ditimbulkan
oleh angin masih ditambah oleh adanya arus yang ada di lapisan air yang lebih
adalam yang sebagai akibat adanya perbedaan suhu dan salinitas, yang
menimbulkan perbedaan kerapatan.
5. Lautan di dominasi oleh gelombang dan oleh pasang
surut yang disebabkan oleh gaya tarik matahari. Proses pasang surut terutama
penting di dalam zona yang terletak di arah pantai, yang merupakan tempat hidup
makhluk lautan. Pasang surut terutama yang bertanggung jawab atas periodesitas
yang menyolok di dalam komunitas tersebut disebut lunarday jam biologis. Pasang
surut memiliki periodesitas kira-kira 12,5 jam dan dikebanyakan tempat hari yang
berurutan.
6. Lautan itu asin. Rerata salinitas atau kandungan garam
di lautan adalah 35 bagian garam menurut berat per 1000 bagian air lautan atau 3,5
% (salinitas air tawar = 0,5/1000) kurang lebih 27/1000 adalah garam Magnesium,
garam Kalsium, garam Kalium. Oleh karena garam mengalami disosiasi menjadi
ion maka dapat ditulis sebagai ion positif yaitu Natrium 10,7; Magnesium 1,3;
Kalsium0,4; ion negative Klorida 19,3; Sulfat 2,7; Bikarbonat 0,007; Bromide
0,07.

II. Salinitas dan suhu merupakan 2 faktor pembatas yang penting di dalam lautan :

1
1. Kosentrasi zat hara yang terlarut rendah dan merupakan factor pembatas yang
penting untuk menentukan besarnya populasi makhluk lautan
2. Bersifat paradoksis bahwa lautan dan beberapa makhluk yang hidup di dalamnya
lebih tua daripada dasar lautan yang secara konstan berubah dan diperbaharui oleh
proses tektonik dan proses sedimenter.

Produksi oksigen dapat menjadi dasar untuk pengukuran produktivitas, karena


terdapat suatu kesepadanan yang pasti antara oksigen dan pangan yang dihasilkan.
Walaupun demikian, dalam keadaan kebanyakan hewan-hewan dan bakteri, juga
tumbuhan-tumbuhan itu sendiri cepat sekali menghabiskan oksigen dan seringkali
terdapat pertukaran gas dengan lingkungan lainnya.
Produktivitas primer atau dasar dari suatu ekosistem, komunitas atau bagaimana
saja daripadanya, didefinisikan sebagai laju pada masa energy pancaran disimpan oleh
kegiatan fotosintesis atau khemosintesis organisme-organisme produsen ( terutama
tumbuhan-tumbuhan hijau) dalam bentuk senyawa-senyawa organic yang dapat
digunakan sebagai bahan-bahan pangan.
Ada 4 macam peristiwa pembentukan :
a. Produktivitas primer kotor
Yaitu laju dari fotosintesis, termasuk bahan organic yang habis digunakan dalam
respirasi selama
J. Metode Praktikum
1 Alat dan bahan
a. Botol winkler gelap 2 buah
b. Botol winkler terang 2 buah
c. Tali rafia
d. Erlenmeyer 250 mL 2 buah
e. Pipet tetes
f. Pipet ukur 1 mL
g. Buret
h. Statif dan klem
Bahan:
a. Larutan MnSO4 : 2 ml
b. Larutan KOH-KI : 2 ml
c. Larutan H2SO4 pekat : 2 ml
d. Larutan Amilum 1% : 10 tetes
e. Larutan Na2S2O3 0,025 N
f. Sampel air
2 Prosedur Kerja
a. Pengambilan sampel air dan peletakan botol sampel
1) Mengambil sampel air dengan menggunakan botol winkler gelap dan terang
sekitar permukaan air (1 pasang botol). Tutuplah masing-masing botol sewaktu di
dalam air.
2) Mengikat satu botol gelap dan satu botol terang dengan tali rafia pada kedalaman
permukaan dan satu pasang botol pada sekitar bagian dasar air diikatkan tali rafia
pada bagian atas yang digantungkan pada pohon dekat air sehingga kedua pasang
botol yang diikat rafia dapat masuk ke badan air sesuai dengan kedalaman
tertentu.

2
b. Pemeriksaan kadar oksigen terlarut
Memeriksa kadar oksigen dari botol terang dan botol gelap sesuai dengan kedalaman
sebelum perlakuan.
c. Pengukuran kandungan oksigen dengan metode Winkler
1) Membuka botol Winkler, air hasil tampungan diberi MnSO 4 sebanyak 2 ml
dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah permukaan air,
sehingga tidak menimbulkan gelembung.
2) Menambahkan 1 ml KOH-KI dengan cara yang sama
3) Menutup botol Winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5 menit
4) Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan
sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di dasar botol.
5) Mengambil dan membuang 2 ml larutan di permukaan atas botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 1 ml H2SO4 pekat dengan pipet
ukur.
6) Menutup botol dan dibolak-balikan sehingga endapan larut dan larutan menjadi
warna kuning kecoklatan.
7) Mengambil 100 ml larutan dalam botol tersebut kemudian memasukkannya dalam
Erlenmeyer, larutan siap untuk dititrasi dengan Na2S2O3.
8) Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning
muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan
9) Menambahkan amilum 1 % sebanyak 10 tetes ke dalam Erlenmeyer hingga
larutan menjadi biru muda.
10) Larutan ditirasi lagi menggunakan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang.
Mengukur Na2S2O3 yang digunakan, Na2S2O3 yang digunakan pada langkah h-j
dijumlahkan.
11) Menghitung nilai DO sampel air dengan menggunakan rumus:
8000.N .a
DO 
V 4
Keterangan:
DO : Dissolved Oxygen (mg/l)
N : Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
a : Volume titran (Na2S2O3) yang dibutuhkan (ml)
V : Volume sampel air dalam botol winkler
12) Dalam sampel air 1 botol Winkler dilakukan 2 kali pengulangan pengukuran DO,
kemudian hasil penghitungan DO sebanyak 2 kali pengulangan tersebut dirata-
rata, hasil rata-rata merupakan nilai DO sampel air dalam botol Winkler tersebut.
13) Menghitung nilai fotosintesis, respirasi, produktivitas primer dan produktivitas
total dengan menggunakan rumus:
Fotosintesis = DO akhir botol terang - DO awal
Respirasi = DO akhir botol gelap - DO awal
Produktivitas primer = Fotosintesis – Respirasi
Produktivitas total = Fotosintesis + Respirasi

PRAKTIKUM II

KUALITAS AIR

3
A. Tujuan Praktikum
1 Untuk mengetahui kadar BOD dalam air laut Baluran
2 Untuk mengetahui kadar DO dalam air laut Baluran
3 Untuk mengetahui kadar CO2 dalam air Baluran
4 Untuk mengetahui suhu air laut Baluran
5 Untuk mengetahui salinitas air laut Baluran
6 Untuk mengetahui pH air laut Baluran

B. Metode Praktikum
1. Alat dan bahan
a. Mengukur Kadar BOD
Alat :
1) Botol winkler terang
2) Inkubator
Bahan:
1) Sampel air
b. Mengukur Kadar DO
Alat :
1) Botol winkler (gelap atau terang)
Bahan:
1) Larutan MnSO4 : 2 ml
2) Larutan KOH-KI : 2 ml
3) Larutan H2SO4 pekat : 2 ml
4) Larutan Amilum 1% : 10 tetes
5) Larutan Na2S2O3 0,025 N
6) Sampel air
c. Mengukur Kadar CO2
Alat:
1) Botol winkler gelap
2) Pipet tetes
3) Erlenmeyer
4) Biuret/Spet/Pipet tetes
Bahan:
1) NaOH
2) Sampel air
3) Indikator PP

d. Mengukur Suhu air


Alat: Termometer
e. Mengukur salinitas
Alat : Refraktometer
f. Mengukur pH
Alat: pH meter
2 Prosedur kerja
a. Mengukur kadar BOD
1) Mengambil sampel air dalam 2 botol winkler terang
2) 1 botol winkler dihitung DO nya sebagai nilai DO pada 0 hari, sedangkan 1
botol lainnya ditutup dengan kertas gelap kemudian disimpan dalam inkubator
dengan suhu 20oC selama 5 hari
3) Setelah 5 hari dihitung DO nya sebagai nilai DO pada 5 hari

4
4) Menghitung kadar BOD dengan rumus: BOD = 5 x (DO0 hari – DO5 hari)
Keterangan: Pengukuran DO dilakukan seperti pengukuran DO pada
praktikum produktivitas primer.
b. Mengukur DO
1) Mengambil sampel air dalam botol Winkler
2) Menambahkan MnSO4 sebanyak 2 ml ke dalam sampel air dalam botol
Winkler dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah
permukaan air, sehingga tidak menimbulkan gelombung.
3) Menambahkan 2 ml KOH-KI dengan cara yang sama
4) Menutup botol Winkler kembali dengan membolak-balikkan selama 5 menit.
5) Membiarkan selama 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan
sempurna dengan ditandai timbulnya endapan dasar botol.
6) Mengambil dan membuang 4 ml larutan di permukaan atas botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 2 ml H2SO4 pekat dengan
pipet ukur.
7) Menutup botol dan dibolak-bolikkan sehingga endapan larut dan larutan
menjadi warna kuning kecoklatan
8) Mengambil 100 ml larutan dalam botol tersebut kemudian memasukkannya
dalam Erlenmeyer, larutan siap untuk dititrasi dengan Na2S2O3.
9) Larutan dalam Erlenmeyer dititrasi dengan Na2S2O3 hingga berwarna kuning
muda. Mengukur Na2S2O3 yang digunakan.
10) Menambahkan amilum 1 % sebanyak 10 tetes ke dalam Erlenmeyer hingga
larutan menjadi biru muda.
11) Larutan dititrasi lagi menggunakan Na2S2O3 hingga warna biru tepat hilang.
Mengukur Na2S2O3 yang digunakan, Na2S2O3 yang digunakan pada langkah
8)-9) dijumlahkan.
12) Menghitung nilai DO sampel air dengan menggunakan rumus:
8000.N .a
DO 
V 4
Keterangan:
DO : Dissolved Oxygen (mg/l)
N : Normalitas Na2S2O3 (0,025 N)
a : Volume titran (Na2S2O3) yang dibutuhkan (ml)
V : Volume sampel air dalam botol winkler
13) Dalam sampel air 1 botol Winkler dilakukan 3 kali pengulangan pengukuran
DO, kemudian hasil penghitungan DO sebanyak 2 kali pengulangan tersebut
dirata-rata, hasil rata-rata merupakan nilai DO sampel air dalam botol Winkler
tersebut.

c. Mengkur Kadar CO2


1) Mengambil sampel air dan memasukkanya dalam Winkler gelap dan
menutupnya.
2) Menuangkan sampel air tersebut sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer
3) Meneteskan larutan PP sebanyak 5 tetes ke dalam Erlenmeyer.
4) Mengamati perubahan warna pada sampel air tersebut pada Erlenmeyer, bila
warna merah muda berarti CO2 = 0 ppm.
5) Menghitung kadar CO2 dengan rumus:
Kadar CO2 = Volum NaOH yang digunakan x 10 mg/l

5
6
PRAKTIKUM III
PLANKTON
A. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di perairan pantai Bama
2. Untuk menghitung indeks keanekaragaman plankton di perairan pantai Bama
3. Untuk menghitung indeks keseragaman plankton di perairan pantai Bama
4. Untuk menghitung indeks dominasi plankton di perairan pantai Bama

B. Metode Praktikum
1. Alat dan bahan
Alat:
a. Jaring plankton nomor 25
b. Timbang plastik volume 30 liter
c. Botol plankton kecil volume 15 ml
d. Pipet tetes
e. Sedwick rafther
f. Mikroskop
g. Gelas benda dan gelas kaca
h. Buku Identifikasi Plankton

Bahan:
Sampel air

2. Prosedur Kerja
a. Menentukan lokasi perairan yang akan diambil sampel airnya.
b. Menyiapkan jaring plankton.
c. Mengisi timba plastik volume 30 liter dengan air sampai penuh. Menuang air yang
ada di dalam timba plastik pada jaring plankton. Mengulangi sampai 5 timba
penuh 150 liter.
d. Menyaring sampel air tersebut dengan jaring plankton.
e. Menuangkan air hasil saringan tersebut ke dalam botol plankton.
f. Menetesi dengan larutan formalin 5 % sekitar 1 tetes dan menutupnya.
Menyiapkan uji untuk identifikasi plankton.
g. Selanjutnya sampai di laboratorium, mengidentifikasi plankton dengan cara
menuang sampel air dalam botol ke dalam sedwick rafther volume 1 ml. Menutup
dengan kaca benda dan meletakkan pada meja benda mikroskop, mengamati
dengan mikroskop, melakukan pengamatan sebanyak 5 kali. Kemudian hasil
plankton dikalikan 3 karena volume botol plankton 15 ml. mengidentifikasi
plankton sampai menulis genus. Menulis dalam tabel plankton.
h. Menghitung Indeks keanekaragaman plankton dengan menggunakan rumus.
5
Ni Ni
 ln
t 1 N N
H = indeks keanekaragaman plankton menurut Shannon-Weaver
Ni= jumlah individu genus ke i
N = jumlah total individu
Kisaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris (1986) dalam Masson (1981):

7
H > 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas
rendah
2,3026 <H> 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas
sedang
H<6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas
tinggi
i. Menghitung Indeks keseragaman (Magurran, 1982) dengan rumus:
H
E
ln N
Keterangan:
E : indeks keseragaman
H : indeks keanekaragaman
N : jumlah genus A
Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E pada tiap titik semakin
mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata dan jika nilai F pada tiap titik
semakin mendekati 0 sebaran individu antar jenis tidak merata atau ada jenis tidak
merata atau ada jenis tertentu yang dominan.
j. Menghitung Indeks dominasi plankton dengan rumus:
N .a
D x100%
N
Keterangan:
D : Indeks dominasi
Ni : Jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Apabila nilai D pada titik semakin mendekati 1 maka terdapat genus yang
mendominasi, dan jika nilai D pada tiap titik semakin mendekati 0 maka tidak ada
genus yang mendominasi.

8
PRAKTIKUM IV
ANALISIS VEGETASI MANGROVE
ANALISIS VEGETASI POHON
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi nama tumbuhan komunitas hutan mangrove (atau pohon)
2. Menentukan kerapatan populasi komunitas hutan mangrove (atau pohon)
3. Menentukan dominansi relatif komunitas hutan mangrove (atau pohon)
4. Menentukan frekuensi relatif komunitas hutan mangrove (atau pohon)
5. Menentukan nilai penting suatu komunitas hutan mangrove (atau pohon)
6. Melakukan analisis vegetasi komunitas hutan mangrove (atau pohon)

B. METODE PRAKTIKUM
1. Alat dan Bahan
a. Alat:
1) Meteran gelang
2) Tali rafia
3) Timbangan
4) Cethok
5) Termometer Hg atau alkohol
6) pH dan kelembaban tanah
7) Tonggak kayu
8) Buku identifikasi
b. Bahan:
1) Kantong plastik
2) Karet gelang
3) Kertas dan pulpen

2. Prosedur Kerja
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek di sekitar Taman Nasional
Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Mengukur setiap jarak di sepanjang 1 m garis
transek. Menandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok.
b. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali.
c. Pada masing-masing plot kuadrat, menetukan titik pusatnya. Dari titik pusat tersebut
ditentukan 4 sub titik pusat. Setelah itu menentukan jarak dari masing-masing sub
titik pusat (Metode Point Centered Quarter).
d. Mengidentifikasi spesies tumbuhan pada sub titik pusat dan mengukur diameternya
serta mrngukur jaraknya dari point center.
e. Mengambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar
mempermudah melakaukan identifikasi.
f. Mengidengtifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi.
g. Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan menggunakan soil
pH menggunakan soil tester.
h. Mengukur suhu tanah dengan termometer alkohol atau Hg.
i. Mengukur parameter-parameter analisis vegetasi pohon dan mangrove dengan rumus:

9
1. Kerapatan
Luas area cuplikan
 Kerapatan total =
P2
Dengan, p: rata-rata jarak spesies ke titik pusat
Jumlah individu spesies A
 KM spesies A = x kerapatan total
Jumlah seluruh individu
KM spesies A
 KR spesies A = x 100%
Jumlah total KM seluruh spesies

2. Frekuensi
Jumlah titik pusat yang mengandung spesies A
 FM spesies A = x 100 %
Jumlah titik pusat

FM spesies A
 FR spesies A = x 100 %
Jumlah total FM seluruh spesies

3. Dominasi

Jumlah basal aea spesies A


 DM spesies A = x 100 %
Jumlah basal area seluruh spesies

DM spesies A
 DR spesies A = x 100 %
Jumlah total DM seluruh spesies

4. Indeks nilai penting (INP)


 INP = KR + FR + DR

Keterangan:
KM : kerapatan mutlak
KR : kerapatan relatif
FM : frekuensi mutlak
KR : frekuensi relatif
DM : dominasi mutlak
DR : dominasi relatif

10
PRAKTIKUM V
ANALISIS VEGETASI HERBA
A. Tujuan Praktikum
7. Mengidentifikasi nama tumbuhan dan keanekaragaman herba
8. Menentukan kerapatan populasi komunitas herba
9. Menentukan dominansi relatif komunitas herba
10. Menentukan frekuensi relatif komunitas herba
11. Menentukan nilai penting suatu komunitas herba
12. Menentukan indeks dominasi suatu komunitas herba
13. Melakukan analisis vegetasi komunitas herba

B. Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan

a. Alat:
1) Meteran gelang
2) Tali rafia
3) Timbangan
4) Cethok
5) Termometer Hg atau alkohol
6) pH dan kelembaban tanah
7) Tonggak kayu
8) Buku identifikasi
9) Plot kuadrat ukuran (1x1)m2

b. Bahan:
1) Kantong plastik
2) Karet gelang
3) Kertas dan pulpen

2. Prosedur Kerja
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek di sekitar Taman
Nasional Baluran, Situbondo, Jawa timur. Mengukur setiap jarak di sepanjang 1 m
garis transek. Menandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan tiap kelompok
b. Tiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali dengan cara
memasang plot kuadrat ukuran (1x 1) m2
c. Pada masing-masing plot kuadrat, menghitung jumlah populasi herba yang ada
pada tiap plot dan menghitung berapa jenis spesies yang ada pada tiap plot
d. Mengidentikasi spesies herba pada setiap plot kuadrat
e. Mengambil daun atau bagian dari pohon tersebut untuk dibuat herbarium agar
mempermudah melakukan identifikasi
f. Mengidentifikasi pohon tersebut dengan menggunakan buku identifikasi
g. Mengukur pH tanah dan kelembaban tanah masing-masing dengan menggunakan
soil tester
h. Mengukur suhu tanah dengan termometer tanah atau alkohol atau Hg
i. Menghitung parameter-parameter analisis vegetasi herba dengan rumus:
1. Kerapatan
Jumlah individu spesies A

11
 KM spesies A =
Total luas area cuplikan
KM spesies A
 KR spesies A = x 100%
Jumlah total KM seluruh spesies

2. Frekuensi
Jumlah plot yang mengandung spesies A
 FM spesies A = x 100 %
Jumlah seluruh inividu

FM spesies A
 FR spesies A = x 100 %
Jumlah total FM seluruh spesies

3. Dominasi
DM Spesies A =
Jumlah plot ditemukannya spesies A/jumlah spesies A x jumlah plot x 100%
Luas area cuplikan
DR spesies A = DM Spesies A x 100 %
Jumlah total DM seluruh spesies
4. Indeks nilai penting (INP)
INP = KR + FR + DR
Keterangan:
KM : kerapatan mutlak
KR : kerapatan relatif
FM : frekuensi mutlak
KR : frekuensi relatif
DM : dominasi mutlak
DR : dominasi relatif

5. Indeks Dominansi

n. X .N
D 
N ( N  1)

Keterangan:
ID : Indeks dominasi
N : jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies
N : jumlah seluruh spesies di seluruh plot
X : jumlah spesies A pada seluruh plot-plot

Tipe pola penyebaran:


Jika ID = 1, maka distribusi random
Jika ID>1, maka distribusi seragam
Jika ID<1, maka distribusi mengelompok

PRAKTIKUM VI

12
POLA PENYEBARAN POPULASI FAUNA PASANG SURUT
A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui jenis-jenis fauna pasang surut yang ada di pantai bama
2. Mengetahui pola penyebaran fauna pasang surut

B. Metode Praktikum
1. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Plot kuadrat (1 x 1) m2
2) Termometer
3) Soil Tester
4) Buku identifikasi

b. Bahan
1) Kantong plastik
2) Karet gelang
3) Kertas dan bolpoint

2. Prosedur Kerja
a. Menentukan luas area yang diteliti sepanjang garis transek di sekitar Taman
Nasional Baluran, Situbondo, Jawa timur. Mengukur jarak setiap meter
disepanjang garis transek. Menandai tiap-tiap transek sebagai titik cuplikan tiap
kelompok
b. Setiap kelompok mengambil setiap titik sebanyak 4 (empat) kali dengan cara
memasang plot kuadrat ukuran (1x 1) m2
c. Dari plot tersebut dihitung populasi penyebaran tiap fauna dan mengambil sampel
tiap fauna untuk diidentifikasi sampai tingkat kelas
d. Mengukur sifat fisika-kimia. Antara lain mengukur pH tanah dengan kelembaban
tanah dengan menancapkan soil tester, salinitas, dan suhu dengan menggunakan
termometer.
e. Mencatat semua data yang diperoleh
f. Mengidentifikasi fauna yang ditemukan dengan berpedoman pada buku
identifikasi
g. Menghitung indeks dominasi
n. X .N
D 
N ( N  1)

Keterangan:
ID : Indeks dominasi
N : jumlah plot yang di dalamnya terdapat spesies
N : jumlah seluruh spesies di seluruh plot
X : jumlah spesies A pada seluruh plot-plot

Tipe pola penyebaran:


Jika ID = 1, maka distribusi random
Jika ID>1, maka distribusi seragam
Jika ID<1, maka distribusi mengelompok

13

Anda mungkin juga menyukai