Anda di halaman 1dari 12

1. Apa pebedaan cephal hematoma dan caput succedanum?

Caput succedaneum adalah oedema dari kulit kepala anak yang terjadi karena
tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan
dalam capiilair veneus meninggi hingga cairan masuk kedalam jaringan longgar di
bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.
Kelainan ini akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala bayi
sebatas caput. Keadaan ini dapat pula terjadi pada kelahiran spontan dan biasanya
menghilang dalam 2-5 hari setelah lahir. Tidak diperlukan tindakan dan tidak ada gejala
sisa yang dilaporkan.
Caput succedaneum adalah Pembengkakan yang terjadi karena adanya tekanan yang
berlebihan letaknya diatas periosteum atau karena adanya timbunan serum dibawah
lapisan aponerose diluar garis periostium, sehingga kepala bayi terlihat bengkak /
edema. Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada kepala oleh jalan lahir. Yang
disebabkan karena partus lama dan persalinan dengan bantuan alat yaitu facum
ekstraksi, bisa juga dengan forcep. Pada umumnya, caput ini menghilang dalam kurun
waktu 1 hari.
Pembengkakan akan melewati garis tengah kepala dan menyeberangi ubun-ubun.
Akan tetapi, benjolan ini tidak berbahaya dan akan menghilang dengan sendirinya.
Kepala yang tidak rata bisa juga disebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses
persalinan, ciri-cirinya benjolan tidak akan melewati garis ubun-ubun. Bila darahnya
banyak, bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya menjadi kuning. Maka
meminimalisasikan penggunaan alat bantu pada proses persalinan.
Caput succdaneum itu terjadi apabila ketuban sudah pecah, his cukup kuat (makin kuat
his, makin besar capu succedaneum), anak hidup dan tidak terjadi pada anak yang
mati, dan selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.

2.1.2 Cephalhematoma
Cephal hematoma adalah Pengumpulan darah dibawah periost dan biasanya terjadi
pada os parietal. Cephalhematoma yaitu Pembengkakan pada kepala karena adanya
penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum. Perdarahan sub
periostium akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum. kerusakan
jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui
batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang
temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup.

2.2 Etiologi Caput Succedaneum dan Cephalhematoma


Caput succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala pada saat
memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang
disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa
terjadi pada partus lama atau persalinan dengan Vaccum ektrasi.
Cephalhematoma dapat terjadi karena :
1. Persalinan lama
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebab kan adanya tekanan tulang pelvis
ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan
penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke
jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.
2.3 Gejala-gejala Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
© Gejala terjadinya Caput succedaneum antara lain:

1. Udema di kepala
2. Terasa lembut dan lunak pada perabaan
3. Benjolan berisi serum dan kadang bercampur dengan darah
4. Udema melampaui tulang tengkorak
5. Batas yang tidak jelas
6. Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan
7. Benjolan akan menghilang sekitar 2-3 minggu tanpa pengobatan.

© Gejala terjadinya Cephalhematoma antara lain:

Adanya fluktuasi
2. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir
3. Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal, Berupa benjolan
timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian
benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.
4. Kepala tampak bengkak dan berwarna merah.
5. Tampak benjolan dengan batas yang tegas dan tidak melampaui tulang
tengkorak
6. Pada perabaan terasa mula – mula keras kemudian menjadi lunak.
7. Benjolan tampak jelas lebih kurang 6 – 8 jam setelah lahir
8. Benjolan membesar pada hari kedua atau ketiga
9. Benjolan akan menghilang dalam beberapa minggu.
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Caput succedaneum
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis mengakibatkan
spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat, mengakibatkan kontraksi
uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga fontanel meregang dan CSS
(Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke seluruh otak. Sehingga CSS
menerobos ke jaringan atau intraviber. Sehingga potensial (cairan) tedorong ke
bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.
Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum.
Kelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki
jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai
pengeluaran cairan tubuh ke jaringan extravasa. Benjolan caput ini berisi cairan
serum dan sering bercampur dengan
sedikit darah.
Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di
daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk
mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya
moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi
lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang
sendiri dalam satu sampai dua hari.

2.4.2 Cephalhematoma
Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang
kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada
persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini, timbul timbunan darah di daerah
subperiosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma
bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan
sub periosteum.

2.5 Penanganan
2.5.1 Caput Succedaneum
Untuk melakukan penanganan pada kasus caput succedaneum sebagai berikut:
a. Bayi dirawat seperti bayi normal
b. Awasi keadaan umum bayi
c. Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari
(agar tidak terjadi hipotermi).
d. Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan tiduran
untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas
karena tekanannya meninggi dan cairan serebrospinalis meningkat keluar.
e. Stimulus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.
f. Memberikan konseling kepada orang tua tentang:
1) Keadaan trauma pada bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan
menghilang dalam 2 – 5 hari.
2) Perawatan bayi sehari-hari.
3) Manfaat dan cara pemberian ASI (bisa dengan sendok)
g. Mencegah terjadinya infeksi dengan cara:
1) Perawatan tali pusat dengan baik.
2) Personal hygiene yang baik pada daerah luka.
3) Pemberian ASI yang adekuat.

2.5.2 Cephalhematoma
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan
mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya
benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama
menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :
1) Menjaga kebersihan luka
2) Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematoma
3) Pemberian vitamin K Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui
oleh ibunya karena Pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pul
2.6 Perbedaan Caput Succedaneum dan Cephalhematoma
Perbedaan caput succedaneum dan cephalhematoma yaitu sbb:
Caput Succedaneum Chepalhematoma
Muncul waktu lahir dan mengecil setelah lahir Muncul atau ada pada waktu lahir atau
sesudah lahir dan dapat membesar setelah lahir
Lunak dan tidak berfluktuasi Lunak dan tidak berfluktuasi
Melewati batas sutura dan teraba moulase Batas tidak melampaui sutura
Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-5 hari Hilang lama (beberapa minggu atau
bulan)
Berisi cairan getah bening Berisi darah

2. Mengapa perlu diberikan injeksi vit K pada bayi?


Mencegah perdarahan akibat defisiensi vitamin k saat lahir
1. Vitamin k ada 3, yaitu : k1 (piloquinone) yang berasal dari makanan nabati
dan langsung dialirkan dan dimetabolisme di hepar, k2 (melaquinone) dari
produk hewani dan diproduksi bakteri serta memiliki efek yang lebih
panjang, dan k3 (menadione) yang bersifat sintetis
2. Karena asi rendah kadar vitamin k, pencernaan bayi masih steril, dan
cadangan vitamin k di hepar bayi masih rendah, maka dari itu bayi harus
diberikan suntikan vitamin k.

3. Apakah ada kontra indikasi pemberian injeksi vitamin K pada bayi baru
lahir?
Vitamin K adalah salah satu vitamin yang dicurigai menjadi pemicu
terjadinya hemolisis pada orang dengan defisiensi Glucose-6-phosphate
dehydrogenase (G6PD) sehingga beberapa klinisi menyatakan orang dengan
defisiensi G6PD harus menghindari vitamin K.

Kontraindikasi pemberian vitamin K1 adalah terdapatnya hipersensitivitas


terhadap komponen penyusun sediaan obat vitamin K1.

Kontra indikasi pemberian injeksi hepatitis

Bayi berat kurang dr 2000 gr dan distress napas. Imunitas nya tidak sebaik
bayi berat >2000.
Waktu yang optimal bagi pemberian imunisasi HB pada bayi prematur
dengan ibu HBsAg negatif belum dapat dipastikan. Beberapa laporan
menyebutkan ditemuinya kadar serokonversi yang lebih rendah pada bayi
berat lahir rendah yang diimunisasi segera setelah lahir dibandingkan
dengan bayi prematur yang diimunisasi lebih lambat dan bayi cukup bulan
yang diimunisasi segera setelah lahir. Oleh karena itu, dianjurkan untuk
menunda imunisasi bayi prematur dengan berat lahir kurang dari 2 kg
dengan ibu HBsAg negatif sampai mereka meninggalkan rumah sakit, yaitu
pada waktu berat bayi mencapai 2 kg atau lebih14,25 atau setidaknya sampai
umur 2 bulan, diberikan bersamaan dengan imunisasi lain.6
4. Pada penilaian usia bayi: jika didapat berat,panjang, dan lingkar kepala gak
dalam persentil yang sama bagaimana?

Jika ada salah satu dari penilaian yang berada di bawah persentil 10, berarti
namanya KMK asimetris

5. Apakah indikasi memulangkan bayi baru lahir?

Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan dipulangkan setelah dalam 24 jam


pengawasan tidak terdapat tanda – tanda bahaya.

Tanda bahaya meliputi :

Tidak mau minum atau muntah

Kejang

Bergerak hanya jika dirangsang

Napas cepat

Napas lambat

Retraksi saat napas

Merintih

Teraba demam (suhu aksila di atas 37.5

Teraba dingin (suhu < 36

Nanah banyak di mata

Pusar kemerahan meluas ke dinding perut


Diare

Kuning

Harus sudah BAB BAK

REFLEX BAIK

DEXTROSE 10 PERSEN

Jadwal kunjungan neonatal 1 : 6 – 48 jam

Neonatal 2 : 3 – 7 hari

Neonatal 3 : 8 – 28 hari

6. Apabila asi sulit keluar? Apakah bisa langsung diberikan susu formula?
Kalau tdk bisa kluar boleh beri sufor.

7. Pada pemeriksaan fisis jantung, mengapa s1s2 ditulis normal, bukan


tunggal?
Bayi suara jantung katup aorta pulmonal tidak menutup bersamaan. Tai itu
masih normal.

8. Bagaimana biasanya hasil pemeriksaan areola mamae pada bayi


premature?
Tidak menonjol, sulit teraba, warna mirip warna kulit.
9. Bagaimana kebutuhan cairan pada bayi baru lahir?
10.FOTO

11.Apa tujuan IMD dan bagaimana caranya? Pada pasien SC apakah bisa
dilakukan?
IMD
Segera setelah bayi lahir, bayi sehat diletakkan pada dada ibunya agar
tercipta kontak kulit ke kulit segera setelah persalinan sampai bayi
mendapat ASI pertamanya, pemberian ASI meningkatkan asih, asuh, asah.

1. Tali pusat dipotong dan diikat  Keringkan bayi  muka, kepala, dan
bagian tubuh lain kecuali kedua tangannya  bau amnion pada tangan
membantu bayi mencari puting ibunya yang punya bau yang sama.
Jangan bersihkan dada ibu  tengkurapkan bayi di atas perut ibu
dengan kepala bayi menghadap ke arah kepala ibu  selimuti bayi
2. Bayi mengikuti pola pre-feeding  bayi tengkurap di dada ibu, selama
beberapa waktu akan diam tetapi tetap waspada melihat sekelilingnya
(quite alert)  12-44 menit bayi mulai bergerak dan menendang,
menggerakkan kaki, bahu, dan lengannya  penglihatan terbatas tapi
bayi dapat melihat areola mammae yang berwarna lebih gelap dan
bergerak menuju kesana  bayi akan membentur-benturkan kepalanya
menuju areola mammae.
3. Pijakan kaki bayi di atas rahim ibu : mempercepat lahirnya plasenta dan
menghindari risiko perdarahan  hentakan kepala bayi pada payudara
ibu : pijat payudara bayi meremas puting ibu : mengeluarkan puting
dan oksitosin  bayi mencapai puting  bayi mengangkat kepala, mulai
mengulum puting, dan mulai menyusu  tercapai antara 27-71 menit.
Saat menyusu, areola mammae harus masuk semua ke mulut bayi bukan
hanya puting.
4. Menyusu pertama berlangsung sekitar 15 menit  2-2,5 jam
selanjutnya keinginan menyusu berkurang  menyusu akan
mengkoordinasikan gerakan menghisap, menelan, dan bernapas.

Posisi dan Perlekatan :

 Topang badan bayi, terutama leher, bahu dan bokong, pastikan kepala,
lengan dan tangan bayi berada pada 1 garis lurus

 Bayi di dekap berhadapan dengan ibu, perut bayi menempel dengan perut
ibu

 Kepala bayi lebih rendah dari payudara ibu

 Lingkarkan kaki merapat ke badan ibu untuk mencegah hidung tertutup


oleh payudara

Pelekatan yang baik ditandai dengan :

 Dagu menempel payudara

 Sebagian aerola masuk mulut bayi, bagian atas bibir terlihat lebih banyak
dari pada bagian bawah dagu

 Bibir bawah bayi mengerah keluar

 Mulut terbuka lebar


 Ibu tidak merasa nyeri pada puting

Anda mungkin juga menyukai