NIM : 20180420157
Kelas : C
BAB DUA
Analisis Kekuatan¯Kelemahan¯Peluang¯Ancaman
(Strengths¯Weaknesses¯Opportunities¯Threats¯SWOT)
Salah satu langkah pertama dalam mengimplementasikan strategi adalah mengidentifikasi faktor-
faktor penentu kesuksesan (critical success factors—CSF) Yang harus menjadi fokus perusahaan
untuk meraih kesuksesan. Analisis SWOT (SWOT analitysis) merupakan prosedur sistematis
untuk mengidentifikasi CSF yang dimiliki oleh perusahaan: kekuatan dan kelemahan internal,
serta peluang dan ancaman eksternal. Ketrampilan atau kopetensi yang secara kusus digunakan
perusahaan dengan sangat baik disebut kopentensi utama (core competencies). Ketrampilan atau
kopetensi yang secara khusus digunakan perusahaan dengan sangat baik disebut kopetensi inti.
Analisis SWOT mengarahkan analisis strategis dengan memfokuskan perhatian pada kekuatan
(strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat) yang sangat
penting bagi kesuksesan perusahaan. Langkah terakhir dalam analisis SWOT adalah dengan
mengidentifikasi ukuran-ukuran kuantitif dari faktor-faktor penentu kesuksesan (CSF).
Pelaksanaan
Louis Gerstner dipuji atas kesuksesan luar biasa IBM pada tahun 1990-an. Dia menjadi CEO IBM
pada saat perusahaan mengalami masa-masa yang sangat sulit. Dia menolak anggapan dapat
menyelamatkan perusahaan karena visi yang besar, tetapi dia malah bersikeras bahwa perusahaan
harus fokus pada pelaksanaan. Hal ini berarti menentukan faktor-faktor penentu kesuksesan dan
menempatkan berbagai proses untuk mengembangkan, mencapai, dan secara teratur menginspeksi
proses-proses ini. Pelaksanaan yang efektif membutuhkan pernyataan yang strategi ringkas yang
jelas dikomunikasikan dalam organisasi. Pelaksanaan yang efektif juga membutuhkan pendekatan
proses bisnis kepada manajemen, dimana CSF jelas diidentifikasi, dikomunikasikan, dan
ditindaklanjuti. Hal ini berarti menelaraskan strategi dengan tindakan, atau seperti kata pepatah,
“rencanakan pekerjaan Anda kemudian kerjakan rencana Anda.”
Industri komputer menyediakan peluang untuk menunjukkan analisis rantai nilai pada
penerapannya. Computer Intelligence Company (CIC) memproduksi komputer untuk bisnis kecil.
CIC memiliki reputasi yang sangat baik mengenai pelayanan terhadap pelanggan, inovasi produk,
dan kualitas. CIC mampu berkompetisi dengan produsen komputer besar karena CIC merancang
produk kusus bagi setiap pelanggan dan mempunyai nilai yang unggul.
Lima Langkah Pengambilan Keputusan Strategis untuk Manufaktur CIC
Seperti yang dijelaskan pada bab 1, BSC terdiri dari empat prespektif atau pengelompokan faktor-
faktor penentu kesuksesan: (1) prospektif keuangan, mencangkup ukuran kerja keuangan seperti
pendapatan operasi dan arus kas; (2) perspektif pelanggan, mencangkup ukuran kepuasan
pelanggan; (3) prospektif proses internal, mencangkup di antaranya ukuran produktivitas dan
kecepatan; serta (4) pembelajaran dan inovasi, mencangkup ukuran seperti jumlah jam pelatihan
karyawan dan jumlah hak paten atau produk baru.
BSC dapat dipandang sebagai jalan dua arah. Ketika BSC dirancang untuk membantu
mengimplementasikan strategi, BSC harus mencerminkan strategi. Seseorang harus dapat
mengetahui strategi perusahaan dengan mempelajari dengan seksama BSC perusahaan itu.
Penentuan Waktu, Sebab Akibat, dan Ukuran Terkemuka dalam Kartu Sektor Berimbang
BSC bukan satu-satunya dokumen yang ditampilkan pada siklus mingguan atau bulanan yang
ditetapkan, tetapi merupakan ukuran yang akan diperbarui pada waktu yang tepat. Selain itu,
beberapa ukuran ini dikenal memiliki hubungan sebab akibat dengan ukuran lain, contohnya
peningkatan kualitas harus meningkatkan penjualan dan kepuasan pelanggan.
Peta Strategi
Peta strategi (strategy map) merupakan diagram sebab akibat dari hubungan antara prespektif
BSC. Manajer menggunakan peta strategi untuk menunjukkan bagaimana pencapaian tujuan
dalam setiap prespektif mengetauhi pencapaian tujuan dalam prespektif lainnya, dan pada akhirnya
keseluruhan kesuksesan perusahaan.
Untuk mengilustrasikan bagaimana peta strategi dan kartu skor berimbang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi, kita akan mengambil contoh, Martin & Carlson Co., produsen
mebel kelas atas. Penilaian dimulai dengan pertimbangkan terhadap misi dan strategi perusahaan.
Langkah kedua (SWOT dan nilai rantai) menyediakan wawasan lebih luasa yang tercermin dalam
BSC dan peta strategi. Langkah ketiga adalah untuk mengembangkan peta strategi.
Berkembangnya kepedulian di dunia mengenai pemanasan global, harga bahan bakar yang
berubah-ubah, harga komunditas yang tingi, serta tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan, telah menciptakan harapan baru bahwa organisasi menggunakan tiga dimensi kerja
perusahaan—kinerja sosial, ekonomi, dan lingkungan (atau, “orang, planet, dan laba”). Tiga target
dikenal sebagai kesinambungan usaha (sustainability), yaitu penyeimbangan tujuan jangka pendek
dan jangka panjang dalam tiga dimensi kinerja.
Kekhawatiran terhadak kesinambungan usaha memiliki banyak dimensi. Salah satu dimensinya
adalah pemanasan global yang digaris bawahi oleh mantan walik presiden, film dokumentasi Al
Gore, An Inconvenient Truth—tanggujawab bagi seluruh organisasi dan konsumen; Dimensi
lainnya adalah kepedulian mengenai tenaga kerja, dan keselamatan pada perusahaan di seluruh
dunia, dan masalah-masalah tersebut akan menempatkan kesinambungan usaha sebagai bagian
dari manajemen resiko perusahaan.
Lima alasan yang paling sering diberikan oleh responden yang disurvai untuk memilih melaporkan
tanggung jawab perusahaan adalah (1) pertimbangan ekonomi, (2) pertimbangan etika, (3) inovasi
dan pembelajaran, (4) motivasi karyawan, serta (5) manajemen resiko atau penurunan resiko.
Banyak responden merasakan bahwa pelaporan penanggungjawaban akan mengakibatkan peluang
bisnis, penurunan resiko, peningkatan reputasi etika, dan kemudahan yang lebih besar dalam
mempekerjakan pekerja terampil.
Indikator kondisi perjalanan yang mengukur keselamatan dan peluang bagi pekerja:
contohnya, jumlah jam pelatihan dan jumlah cidera.
Indikator keterlibatan masyarakat yang mengukur pencapaian di luar perusahaan terhadap
masyarakat lokal dan masyarakat yang lebih luas: contohnya, darma bakti karyawan dan
partisipasinya pada Habitat bagi Kemanusiaan.
Indikator kedermawanan yang mengukur kontribusi langsung oleh perusahaan dan
karyawannya terhadap organisasi sosial.