Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktifitas berbagai organ sel tubuh.
Dalam kaitannya pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak terlepas dari
peranan fungsi sisitem pernafasan dan kardiovaskuler yang menyuplai
kebutuhan oksigen tubuh. Dan dalam implementasinya mahasiswa
keperawatan diharapkan lebih memahami tentang apa oksigenasi, bagaimana
proses keperawatan pada klien dengan gangguan oksigenasi dan bagaimana
praktik keperawatan yang mengalami masalah atau gangguan oksigenasi.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan
praktek keperawatan yang dapat diimplementasikan pada klien yang
mengalami gangguan oksigenasi di RSU Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan ruang lingkup dan permasalahan yang diteliti,
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. Rumah Sakit
Hasil penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi perawat
khusunya perawat di Rumah Sakit Kabupaten Tangerang dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi
b. Pasien
Menambah pemahaman tentang relaksasi autogenik dan
mengetahui cara menangani pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
c. Bagi mahasiswa
Hasil penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai
kerangka acuan bagi mahasiswa dalam pemberian asuhan
keperawatan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh.
Kekurangan oksigen kurang dari lima menit akan menyebabkan kerusakan
sel-sel otak. Selain itu oksigen digunakan oleh sel tubuh untuk
mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen akan digunakan
dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin Trifosfat) yang
merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi secara optimal.
Oksigenasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dengan
cara melancarkan saluran masuknya oksigen atau memberikan aliran gas
oksigen (O2) sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh.

B. Etiologi
Penyebaran infeksi dilakukan melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptoccus pneumonia, melalui selang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan penggunaan ventilator oleh P.aeruginosa dan enterobacter. Masa
kini terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
penyakit kronis, kerusakan lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak
tepat. Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah
berhasil mengalahkan mekanisme pertahanan paru-paru, terjadi pneumonia.
Selain diatas sesuai dengan permintaan pneumonia sesuai penggolongannya
yaitu:
1. Bakteri hemolyticus, Streptokoccus aureus, Hemophilus Influinzae,
Mycobacterium tuberkolusis, Virus Bacillus Friedlander
2. Virus: Virus Sinkronisasi Pernafasan, virus Adeno, V.Sitomegalitik, V.
Influenza
3. Mikoplasma Pnemoni.

2
4. Jamur :Histoplasma capsulatum, cryreptococus Neuroformans,
Blastomyces, Dermatitides, Coccidodies Immitis, Aspergilus Species,
Candida Albicans
5. Aspirasi: Makanan, Minyak Tanah, minyak tanah), Cairan Amnion,
Benda Asing
6. Pneumonia Hipostatik
7. Sindrom Loeffler

C. Patofisiologi dan Pathway


Pneumonia dapat timbul melalui aspirasi kuman atau menyebar langsung
dari saluran pernapasan atas. Akibat sekunder dari Viremia atau bacteremia
hanya sebagian kecil. Saluran pernapasan bawah dimulai dari sublaring
hingga unit terminal umumnya dalam keadaan steril. Melalui beberapa
mekanisme, paru terlindungi dari infeksi termasuk barrier anatomi dan barrier
mekanik serta sistem pertahanan tubuh local maupun sistemik. Barrier
anatomi dan meknik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung,
pencegahan aspiraasi dengan refleks epiglottis, pengeluaran benda asing
melalui refleks batuk dan upaya menjaga kebersihan jalan napas oleh lapisan
mukosiliat.
Sistem pertahanan tubuh yang terlibat adalah sekresi lokal oleh
immunoglobulin A, respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen,
sitokin, immunoglobulin, alveoli dan cell mediated immunity. Pneumonia
terjadi apabila salah satu sistem pertahanan diatas mengalami gangguan.
Inokulasi pathogen menyebabkan pada saluran pernapasan megalami reaksi
inflamasi akut yang berbeda sesuai pathogen penyebabnya.
Virus akan menyerang saluran pernapasan kecil dan alveoli, yang lebih
banyak mengenai lobus. Pada infeksi virus awalnya ditandai oleh lesi berupa
kerusakan silia epitel dengan akumulasi debris kedalam lumen. Respon
inflamasi awal adalah infiltrasi sel-sel mononuclear kedalam submukosa dan
perivascular. Sebagian sel poly morponucleus (PMN) akan didapatkan dalam
saluran napas kecil. Bila proses inflamasi meluas maka sel debris, mucus
serta sel-sel inflamasi yang meningkat dalam saluran napas kecil akan
menyebabkan obstruksi baik parsial maupun total. Respon inflamasi di dalam

3
alveoli sama seperti yang terjadi pada ruang intertisial yang terdiri dari sel-sel
mononuclear. Prosen infeksi yang berat akan mengalami pengelupasan epitel
dan akan terbentuk eksudat hemoragik. Infiltrasi ke intertisial sangat jarang
menimbulkan fibrosis.
Ketika bakteri mencapai alveoli, beberapa sistem pertahanan tubuh akan
diaktifkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dan dinding alveoli maka bakteri
akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang mengandung opsonin dan akan
terbentuk antibodi immunoglobulin G spesifik. Selanjutnya terjadi fagositosis
oleh makrofag alveolar, sebagian kuman akan dilisis melalui perantara
komplemen. Ketika mekanisme ini gagal merusak bakteri dalam alveolar,
leukosit PMN dengan aktivitas fagositosi akan dibawa oleh sitokin sehingga
muncul respons inflamasi.
Proses inflamasi mengkibatkan terjadinya kongesti vascular dan edema
yang luas. Area edema akan membesar dan membentuk area sentral yang
terdiri dari eritrosit, eksudat, purulent (fibrin, sel-sel lekosit PMN) dan
bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan hepatisasi merah.
Tahap selanjutnya adalah hepatisasi kelabu yang ditandai dengan
fagositosis aktif oleh leukosit PMN. Proses ini akan mengakibatkan kaburnya
struktur seluler paru. Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi
antikapsular timbul dan leukosit PMN meneruskan aktivitas fagositosisnya
dan sel-sel monosit akan membersihkan debris.
Kerusakan jaringan disebabkan oleh enzim dan toksin yang dihasilkan
kuman Streptococcus aureus. Perlekatan Staphylococcus aureus pada sel
mukosa melalui teichoid acid yang terdapat pada dinding sel dan paparan di
submukosa akan meningkatkan adhesi dari fibrinogen, fibronektinkolagen,
dan protein yang lain.
Seseorang yang terkena pneumonia akan mengalami gangguan pada
proses ventilasi yang disebabkan karena penurunan volume paru. Untuk
mengatasi gangguan ventilasi, tubuh akan meningkatkan volume tidal dan
frekuensi napas sehingga terlihat takipnea dan dyspnea. Sehingga proses
difusi gas akan terganggu dan menyebabkan hipoksia bahkan gagal
napas.

4
Pathway

Normal (sistem pertahanan) terganggu Organisme

Virus Saluran napas bagian Stapilococus


bawah pneumothoraks
Kuman patogen mencapai Trombus
bronkoli terninalis merusak Eksudat masuk ke alveoli
sel epitel bersila, sel goblet Toksin, coagulase
Alveoli
Cairan edema + leukosit Permukaan lapisan
ke laveoli Sel darah merah, leukosit, pleura tertutup
pneumokokus mengisi alveoli tebal eksudat
Konsolidasi paru trombus vena
Leukosit + fibrin pulmonalis
Kapasitas vital, mengalami konsolidasi
\compliance menurun, Nekrosis hemoragik
hemoragik Leukositosis

Intoleransi aktivitas Suhu tubuh meningkat

Defisiensi pengetahuan

Resiko kekurangan
volume cairan
Hipertermi

Produksi sputum meningkat Abses pneumatocele


(kerusakan jaringan parut)

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas Ketidakefektiafan
pola napas

5
D. Manifestasi Klinik
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama.Paling sering
terjadi pada usia 6 bulan-3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-40,5ºC
bahkan dengan infeksi ringan.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala,
nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit
masa kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
4. Muntah, biasanya dapat berlangsung singkat tetapi dapat menetap selama
sakit
5. Diare, biasanya ringan, sementara bisa menjadi sering disertai infeksi
pernafasan. Khususnya karena virus
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum.
7. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, tergantung pada tipe dan atau
tahap infeksi
8. Batuk merupakan gambaran umum dari penyakit permafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
9. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi, krekels

E. Komplikasi
1. Efusi pleura
2. Empiema
3. Abses paru
4. Pneumothoraks
5. Gagal napas
6. Sepsis

6
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X : mengidentifikasi dostribusi struktural (misal : lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses.
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus.
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diganosis keadaan.
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
7. Bronkostopi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang dirancang untuk
meningkatkan efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan
paru, kekuatan dari otot pernapasan, dan eliminasi sekret yang
berasal dari sistem pernapasan. (Murwani, 2008).
Fisioterapi terdiri dari beberapa tindakan yaitu postural drainage,
clapping, dan vibrasi. Fisioterapi dada bertujuan untuk membantu
klien agar bernapas lebih bebas dan mendapatkan oksigen untuk
keperluan metabolisme tubuh.
1) Postural drainage merupakan teknik pengaturan posisi tubuh
dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dalam
membersihkan jalan napas.
2) Perkusi adalah memberikan pukulan yang teratur pada dinding
dengan menggunakan tangan yang dikuncupkan selama 1-2
menit.
3) Vibrasi adalah pemberian getaran pada dinding dada dimana
tujuannya sama dengan perkusi yaitu meluruhkan sekret pada
saluran pernapasan.

7
b. Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien dengan
kepala dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul dan kaki. Pada
posisi semi flower kepala dan dada dinaikkan dengan sudut 30°-45°.
Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami masalah
pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung. (Muttaqin, 2012)
2. Medis
a. Oksigen 1-2 liter/menit
b. Intra vena fluid drip dextrose 10%, NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10
mEq/500 ml cairan, jumlah cairan disesuaikan dengan berat badan,
kenaikan suhu dan status hidrasi.
c. Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang
nasogastric dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
d. Jika terdapat sekresi lendir berlebihan dapat dilakukan pemberian
inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk meperbaiki
transport mukosilier. Seperti pemberian terapi nebulizer dengan
flexoid dan ventolin yang bertujuan untuk mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
e. Pemberian antibiotic sesuai jenis pneumonia.

H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data
tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien
baik secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan
perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan
mengganggu oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian

8
tentang riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur
PQRST (Paliatif/Provokatif, Quality, Regio, Skala, dan Time)
c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
5) Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.
e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya,
misalnya : merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-
faktor alergen dll.
f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
1) Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya
2) Pengaruh sakit terhadap cara hidup
3) Perasaan klien terhadap sakit dan therapi
4) Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapi
g. Riwayat spiritual
h. Pemeriksaan fisik
1) Hidung dan sinus
Inspeksi : cuping hidung, deviasi septum, perforasi, mukosa
(warna, bengkak, eksudat, darah), kesimetrisan hidung.
Palpasi : sinus frontalis, sinus maksilaris
2) Faring
Inspeksi : warna, simetris, eksudat ulserasi, bengkak
3) Trakhea
Palpasi : dengan cara berdiri disamping kanan pasien, letakkan
jari tengah pada bagian bawah trakhea dan raba trakhea ke atas,

9
ke bawah dan ke samping sehingga kedudukan trakhea dapat
diketahui.
4) Thoraks
a) Inspeksi :
Postur, bervariasi misalnya pasien dengan masalah
pernapasan kronis klavikulanya menjadi elevasi ke atas.
Bentuk dada, pada bayi berbeda dengan orang dewasa.
Dada bayi berbentuk bulat/melingkar dengan diameter
antero-posterior sama dengan diameter tranversal (1 : 1).
Pada orang dewasa perbandingan diameter antero-posterior
dan tranversal adalah 1 : 2
Beberapa kelainan bentuk dada diantaranya :
1) Pigeon chest yaitu bentuk dada yang ditandai dengan
diameter tranversal sempit, diameter antero-posterior
membesar dan sternum sangat menonjol ke depan.
2) Funnel chest merupakan kelainan bawaan dengan ciri-
ciri berlawanan dengan pigeon chest, yaitu sternum
menyempit ke dalam dan diameter antero-posterior
mengecil. Barrel chest ditandai dengan diameter antero-
posterior dan tranversal sama atau perbandingannya 1 :
1.
 Kelainan tulang belakang diantaranya :
- Kiposis atau bungkuk dimana punggung
melengkung/cembung ke belakang.
- Lordosis yaitu dada membusung ke depan atau
punggung berbentuk cekung.
- Skoliosis yaitu tergeliatnya tulang belakang ke
salah satu sisi.
 Pola napas
- Eupnea yaitu pernapasan normal dimana kecepatan
16 - 24 x/mnt, klien tenang, diam dan tidak butuh
tenaga untuk melakukannya,

10
- Tachipnea yaitu pernapasan yang cepat,
frekuensinya lebih dari 24 x/mnt, atau bradipnea
yaitu pernapasan yang lambat, frekuensinya kurang
dari 16 x/mnt
- Apnea yaitu keadaan terhentinya pernapasan
 Kaji volume pernapasan
- Hiperventilasi yaitu bertambahnya jumlah udara
dalam paru-paru yang ditandai dengan pernapasan
yang dalam dan panjang
- Hipoventilasi yaitu berkurangnya udara dalam
paru-paru yang ditandai dengan pernapasan yang
lambat.
 Kaji sifat pernapasan apakah klien menggunakan
pernapasan dada yaitu pernapasan yang ditandai dengan
pengembangan dada, ataukah pernapasan perut yaitu
pernapasan yang ditandai dengan pengembangan perut.
 Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah
reguler atau irregular.
- Cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat
kemudian menjadi lambat dan kadang diselingi
apnea.
- Kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam,
atau pernapasan biot yaitu pernapasan yang ritme
maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi
periode apnea.
 Perlu juga dikaji kesulitan bernapas klien, apakah
dispnea yaitu sesak napas yang menetap dan kebutuhan
oksigen tidak terpenuhi, ataukah ortopnea yaitu
kemampuan bernapas hanya bila dalam posisi duduk
atau berdiri.
 Perlu juga dikaji bunyi napas

11
- Stertor/mendengkur yang terjadi karena adanya
obstruksi jalan napas bagian atas.
- Stidor yaitu bunyi yang kering dan nyaring dan
didengar saat inspirasi
- Wheezing yaitu bunyi napas seperti orang bersiul.
- Rales yaitu bunyi yang mendesak atau
bergelembung dan didengar saat inspirasi.
- Ronchi yaitu bunyi napas yang kasar dan kering
serta di dengar saat ekspirasi.
 Perlu juga dikaji batuk dan sekresinya, apakah klien
mengalami
- Batuk produktif yaitu batuk yang diikuti oleh
sekresi,
- Non produktif yaitu batuk kering dan keras tanpa
sekresi
- Hemoptue yaitu batuk yang mengeluarkan darah
 Status sirkulasi, dalam hal ini perlu dikaji heart
rate/denyut nadi
- Takhikardi yaitu denyut nadi lebih dari 100 x/mnt,
ataukah
- Bradikhardi yaitu denyut nadi kurang dari 60
x/mnt.
- Juga perlu dikaji tekanan darah
- Hipertensi yaitu tekanan darah arteri yang tinggi
- Hipotensi yaitu tekanan darah arteri yang rendah.
 Juga perlu dikaji tentang oksigenasi pasien apakah
- Anoxia yaitu suatu keadaan dengan jumlah oksigen
dalam jaringan kurang
- Hipoxemia yaitu suatu keadaan dengan jumlah
oksigen dalam darah kurang
- Hipoxia yaitu berkurangnya persediaan oksigen
dalam jaringan akibat kelainan internal atau
eksternal

12
- cianosis yaitu warna kebiru-biruan pada mukosa
membran, kuku atau kulit akibat deoksigenasi yang
berlebihan dari Hb
- Clubbing finger yaitu membesarnya jari-jari tangan
akibat kekurangan oksigen dalam waktu yang
lama.
b) Palpasi :
Untuk mengkaji keadaan kulit pada dinding dada, nyeri
tekan, massa, peradangan, kesimetrisan ekspansi dan taktil
vremitus.
Taktil vremitus adalah vibrasi yang dapat dihantarkan
melalui sistem bronkhopulmonal selama seseorang
berbicara. Normalnya getaran lebih terasa pada apeks paru
dan dinding dada kanan karena bronkhus kanan lebih besar.
Pada pria lebih mudah terasa karena suara pria besar.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah :
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola napas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas

3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
Yaitu tertumpuknya sekresi atau adanya obstruksi pada saluran
napas.
Tanda-tandanya :
1) Bunyi napas yang abnormal
2) Batuk produktif atau non produktif
3) Cianosis
4) Dispnea
5) Perubahan kecepatan dan kedalaman pernapasan

13
Kemungkinan faktor penyebab :
1) Sekresi yang kental atau benda asing yang menyebabkan
obstruksi
2) Kecelakaan atau trauma (trakheostomi)
3) Nyeri abdomen atau nyeri dada yang mengurangi pergerakan
dada
4) Obat-obat yang menekan refleks batuk dan pusat pernapasan
5) Hilangnya kesadaran akibat anasthesi
6) Hidrasi yang tidak adekuat, pembentukan sekresi yang kental
dan sulit untuk di expektoran
7) Immobilisasi
8) Penyakit paru menahun yang memudahkan penumpukan sekresi
Intervensi:
Intervensi Rasional
Auskultasi dada bagian anterior Untuk mengetahui adanya
dan posterior penurunan atau tidaknya
ventilasi dan bunyi tambahan.
Lakukan pengisapan jalan napas Merangsang terjadinya batuk
bila diperlukan atau pembersihan jalan napas
secara mekanik pada pasien
yang tak mampu batuk secara
efektif dan penurunan kesadaran
Pertahankan kaedekuatan hidrasi Memobilisasi keluarnya sputum
untuk menurunkan viskositas
sekresi.
Instruksikan untuk batuk efektif Memudahkan ekspansi
& teknis napas dalam untuk maksimal paru atau jalan napas
memudahkan keluarnya sekresi. lebih kecil dan membantu silia
untuk mempermudah jalan napas
Kolaborasi dengan berikan obat Untuk menurunkan spasme
sesuai indikasi: mukolitik, bronkus dengan mobilisasi
ekspektoran, bronkodilator, sekret.

14
analgesik
Kolaborasi dengan berikan obat Untuk menurunkan spasme
sesuai indikasi :mukolitik, bronkus dengan mobilisasi
ekspektoran, bronkodilator. sekret
Kolaborasi dengan bantu Memudahkan pengenceran dan
mengawasi efek pengobatan pembuangan secret.
nebulizer dan fisioterapi lain mis :
spiromerti iasentif, perkusi,
drainase postural.

b. Pola napas tidak efektif


Yaitu respon pasien terhadap respirasi dengan jumlah suplay O2
kejaringan tidak adekuat.
Tanda-tandanya :
1) Dispnea
2) Peningkatan kecepatan pernapasan
3) Napas dangkal atau lambat
4) Retraksi dada
5) Pembesaran jari (clubbing finger)
6) Pernapasan melalui mulut
7) Penambahan diameter antero-posterior
8) Cianosis, flail chest, ortopnea
9) Vomitus
10) Ekspansi paru tidak simetris
Kemungkinan faktor penyebab :
1) Tidak adekuatnya pengembangan paru akibat immobilisasi,
obesitas, nyeri
2) Gangguan neuromuskuler seperti : tetraplegia, trauma kepala,
keracunan obat anasthesi
3) Gangguan muskuloskeletal seperti : fraktur dada, trauma yang
menyebabkan kolaps paru
4) CPPO seperti : empisema, obstruksi bronchial, distensi alveoli
5) Hipoventilasi akibat kecemasan yang tinggi

15
6) Obstruksi jalan napas seperti : infeksi akut atau alergi yang
menyebabkan spasme bronchial atau oedema
7) Penimbunan CO2 akibat penyakit paru
Intervensi :
Intervensi Rasional
Tinggikan kepala tempat tidur, Merangsang fungsi pernapasan
letakkan pada posisi semi atau ekspansi paru
fowler
Bantu klien untuk melakukan Meningkatkan gerakan sekret
batuk efektif & napas dalam ke jalan napas, sehingga
mudah untuk dikeluarkan
Berikan tambahan oksigen Meningkatkan pengiriman
masker/ oksigen nasal sesuai oksigen ke paru untuk
indikasi kebutuhan sirkulasi.
Berkolaborasi dengan dokter Membantu mengencerkan
dalam pemberian ekspektoran secret, sehingga mudah untuk
dikeluarkan

c. Gangguan pertukaran gas


Yaitu perubahan asam basa darah sehingga terjadi asidosis
respiratori dan alkalosis respiratori.
Tanda-tandanya :
1) Dispnea,
2) Abnormal gas darah arteri
3) Hipoksia
4) Gelisah
5) Takikardia
6) Sianosis
7) Hipoksemia
8) Tingkat kedalaman irama pernafasan abnormal

16
Kemungkinan penyebab :
1) Penumpukan cairan dalam paru
2) Gangguan pasokan oksigen
3) Obstruksi saluran pernapasan
4) Bronkhospasme
5) Edema paru
6) Pembedahan paru
Kemungkinan penyebab :
1) Disfungsi kardiak output akibat penyakit arteri koroner,
penyakit jantung
2) Berkurangnya volume darah akibat perdarahan, dehidrasi, reaksi
alergi dan reaksi kegagalan jantung
3) Cardiak arrest akibat gangguan elektrolit
4) Ketidakseimbangan elektrolit seperti kelebihan potassiom dalam
darah
Intervensi :
Intervensi Rasional
Berikan O2 sesuai indikasi Meningkatkan konsentrasi
oksigen alveolar dan dapat
memperbaiki hipoksemia
jaringan
Pantau GDA Pasien Nilai GDA yang normal
menandakan pertukaran gas
semakin membaik
Pantau pernapasan Untuk evaluasi distress
pernapasan

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal / jam masuk RS : 31 Juli 2019 / 18.22 WIB


Tanggal / jam pengkajian : 27 Agustus 2019 / 10.00 WIB
Metode pengkajian : Wawancara
Diagnosa Medis : Post Laparatomi Hemikolektomi ec obstruksi os
tumor colon desenden
No. Registrasi : 002291162

A. PENGKAJIAN
1. Biodata Pasien
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kp. Ledug RT 02/01 Alam Jaya,
Jatiuwung, Tangerang
Umur : 71 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Cerai Mati
Pendidikan : SD Sederajat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. I
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 46 tahun
Pendidikan : Islam
Pekerjaan : Karyawan
Hubungan dengan klien : Ibu
Alamat : Jakarta
Hubungan dengan Klien : Anak Kandung

18
I. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakn sesak sejak semalam.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST)
Pasien datang ke IGD RSU Tangerang tanggal 31 Juli 2019
pada jam 18.22 WIB dengan keluhan nyeri pada perutbagian kiri
seperti di tusuk-tusuk, nyeri dirasakan dari diagfragma sampai ke
bawah, skala nyeri 4 (1-5) dengan lama 10 menit, nyeri berkurang
pada saat pasien merubah posisi, nyeri yang dirasakan hilang timbul,
lalu pasien diantar ke paviliun dahlia untuk dilakukan perawatan,
setelah 1 minggu pasien dipindahkan ke paviliun mawar, pada
tanggal 13 Agustus 2019 pasien dibawa ke ruang operasi sentral
untuk dilakukan operasi laparatomy hemitektomy, setelah selesai
pasien dipindahkan ke ruang ICU untuk menjalani perawatan
intensif pada tanggal 24 Agustus 2019 kemudian pasien dipindahkan
kembali ke ruang mawar.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 24 Agustus 2019 asien
mengeluh sesak pada bagian dada, sesak dirasakan seperti tertimpa
tertimpa benda berat, sesak akan bertambah apabila pasien
melakukan aktivitas berat, sesak dirasakan terus menerus, sesak
berkurang apabila pasien dalam posisi semifowler. ADL pasien
dibantu.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit Dinda 2
tahun yang lalu dengan penyakit yang sama. Pasien mengatakn tidak
memiliki riwayat alergi obat.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang memiliki
penyakit yang sama dan pasien tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti hipertensi, DM, asma. Namun saat perawatan di
ruang mawar pasien ternyata memiliki penyakit DM.

19
II. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Menurut pasien, kesehatan pada dirinya penting untuk
memanjangkan umurnya. Dengan tubuh yang sehat pasien dapat
beraktivitas dengan leluasa. Maka dari itu pasien saat sebelum sakit
menjaga makanan-makanan yang dimakan. Apabila pasien
mengalami keluhan, pasien akan berobat ke fasilitas kesehatan. Pada
saat itu pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat,
namun alergi pada makan yaitu ikan.
2. Pola Aktifitas dan latihan (kegiatan sehari-hari)
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya
yaitu membersihkan rumah sesuai perannya
sebagai ibu rumah tangga.
Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit aktivitasnya
terbatas terkadang untuk jalan jauh sudah lelah dan
saat dikaji pasien hanya terbaring ditempat tidur.
3. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : pasien mengatakan sebelum sakit pola tidurnya
teratur yaitu pada malam hari 6-7 jam, sedangkan
pada siang hari pasien jarang tidur. Pasien
mengatakan merasa tenang setelah tidur.
Selama sakit : pasien mengatakan selama sakit pola tidurnya
tidak teratur yaitu pada malam terkadang tidak bisa
tidur dan bisa tidur saat setelah subuh.
a) Kualitas dan kuantitas tidur
Pasien mengatakan tidur tidak nyenyak, frekuensi tidur
siang ± 30 menit, sedangkan malam ± 4-5 jam.
b) Gangguan tidur
Pasien mengatakan sulit untuk tidur baik siang maupun
malam, pasien terlihat gelisah apabila tidur menurut keluarga.
Pasien juga mengatakan apabila sudah tidur dan terbangun
kemudian tidak dapat tidur kembali.

20
4. Pola nutrisi metabolik

Sebelum sakit : Selama sakit :

Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : 3x/hari


Jenis : lunak Jenis : lunak
Porsi : 1 porsi Porsi : 1/2 porsi
Keluhan : tidak ada Keluhan : tidak ada

5. Pola eliminasi

Jenis Kegiatan Sebelum Sakit Selama Sakit


BAB
Frekuensi 1x/hari 1x/hari
Konsisten lunak cair
Warna kuning kuning
Keluhan tidak ada tidak ada
BAK
Frekuensi 5x/hari 4x/hari
Jumlah 500 cc 400 cc
Warna kuning jernih kuning jernih
Keluhan tidak ada tidak ada

ANALISIS KESEIMBANGAN CAIRAN SELAMA PERAWATAN


Intake Output Analisis
a. Minuman : 600 cc a. Urine : 1.400 cc Intake : 3.000 cc
b. Makanan : 300 cc b. Fases : 500 cc Output : 3.100 cc
c. Infus : 2.100 cc c. IWL : 1.200 cc
Total : 3.000 cc Total : 3.100 cc Balance : - 100 cc

6. Pola kognitif dan perseptual


a. Nyeri
Pada saat dikaji pasien mengatakan tidak merasakan nyeri
b. Fungsi panca indra
Penglihatan : baik (visus 6/6, dapat melihat tanpa
bantuan kacamata)

21
Pendengaran : baik (pasien dapat mengulang kembali
perkataan perawat)
Pengecapan : baik (pasien dapat merasakan pahit, manis,
asam, dan asin)
Penciuman : baik (pasien dapat mencium aroma terapi)
Peraba : baik (pasien dapat merasakan sentuhan
oleh perawat di tangannya)
c. Kemampuan membaca : baik
7. Pola konsep diri
a. Harga diri : pasien mengatakan senang semua anaknya
memperhatikan dan ingin cepat sembuh
b. Ideal diri : pasien mengatakan harapan saya menjadi ibu
dan anak yang baik
c. Identitas diri : pasien mengatakan dirinya seorang ibu
rumah tangga dan bersyukur jadi wanita
d. Gambaran diri : pasien mengatakan senang dengan semua
anggota tubuhnya
e. Peran : pasien mengatakan senang sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai nenek dari cucu-cucunya.
8. Pola koping
a. Masalah utama selama masuk RS
Pasien mengeluh nyeri perut bagian kiri atas.
b. Kehilangan / perubahan yang terjadi sebelumnya
Pasien mengatakan mengalami perubahan pada bagian perutnya
yaitu bagian perut bagian kiri terdapat stoma untuk eliminasi
BAB dan bagian perut tengah sepanjang ± 20 cm luka
sayatanpost laparatomy.
c. Pandangan terhadap masa depan
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktifitas kembali
serta bermaindengan cucu-cucunya
d. Koping mekanisme yang digunakan saat terjadi masalah

22
Pasien mengatakan saat terjadi masalah, pasien pasti
menghubungi anak-anaknya untuk didiskusikan bagaimana jalan
keluarnya.
9. Pola seksual reproduksi
a. Masalah menstruasi : pasien mengatakn sudah mngalami
menopause
b. Papsmear terakhir : pasien mengatakan tidak melakukan
pemeriksaan papsmear.
c. Perawatan payudara : tidak ada
d. Alat kontrasepsi digunakan : tidak menggunakan alat
kontrasepsi
e. Kesukaran dalam berhubungan : tidak ada
f. Penyakit mengganggu fungsi seksual : tidak ada
10. Pola peran hubungan
a. pola pasien dalam keluarga dan masyarakat
Keluarga mengatakan pasien sangat ramah dan kooperatif
dengan keluarga maupun masyarakat
b. Apakah klien punya teman dekat
Pasien mengatakan dekat dengan ibu-ibu yang ada di
kampungnya
c. Siapa yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan
Pasien mengatakn saat ada masalah, pasien selalu menceritakan
kepada anak-anaknya.
d. Klien dalam kegiatan masyarakat? Bagaimana keterlibatannya?
Pasien mengatakan aktif dalam kegiatan, namun tidak ikut
berkolaborasi hanya ikut serta dalam kegiatan dilingkungan
rumahnya.
11. Pola nilai dan kepercayaan
a. Agama : pasien mengatakan beragama islam
b. Ibadah : pasien mengatakan selalu solat 5 waktu dan berdo’a
untuk kesembuhannya.

23
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Cukup
a. Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4 M6 V5)
b. Tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah : 120/70 mmHg
2) Nadi
- Frekuensi : 82x/menit
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
3) Pernafasan
- Frekuensi : 35x/menit
- Irama : cepat
4) Suhu : 36,50C
2. Pernafasan Head to toe
a. Kepala
1) Bentuk dan ukuran kepala : simetris
2) Perumbuhan rambut : distribusi merata
3) Kulit kepala : bersih
b. Muka
1) Mata
a) Kebersihan : bersih
b) Fungsi penglihatan : baik
c) Palbebral : tidak ada peningkatan TIO
d) Konjungtiva : an-anemis
e) Sklera : an-ikterik
f) Pupil : saat terkena cahaya mengecil
g) Diameter ki/ka : normal
h) Reflek terhadap cahaya : normal
i) Penggunaan alat bantu penglihatan : tidak ada

24
2) Hidung
a) Fungsi penghidu : baik
b) Sekret : tidak ada
c) Nyeri sinus : tidak ada
d) Polip : tidak ada
e) Nafas cuping hidup : ada
3) Mulut
a) Kemampuan bicara : baik
b) Keadaan bibir : baik
c) Selaput mukosa : normal
d) Warna lidah : merah
e) Keadaan gigi : baik
f) Bau nafas : tidak ada
g) Dahak : ada
4) Gigi
a) Jumlah : tidak lengkap
b) Kebersihan : baik
c) Masalah : tidak ada
5) Telinga
a) Fungsi pendengaran : baik
b) Bentuk : normal
c) Kebersihan : baik
d) Serumen : tidak ada
e) Nyeri telinga : tidak ada
c. Leher
1) Bentuk : normal
2) Pembesaran tyroid : tidak ada
3) Kelenjar getah bening : tidak ada
4) Nyeri waktu menelan : tidak ada
5) Jvp : tidak ada

25
d. Thorax
1) Paru-paru
a) Inspeksi : pergerakan dada simetris, terdapat retraksi
dinding dada saat inspirasi, frekuensi nafas 35x/m,
pasien memakai O2 nasal kanul 5 L/menit.
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : suara lapang paru sonor
d) Auskultasi : suara nafas vesikuler namun bagian lapang
dada kanan atas terdengar ronchi, vocal vemitus normal
2) Jantung
a) Inspeksi : tidak terlihat adanya lctus cordis, tidak ada
peningkatan JVP
b) Palpasi : ictus cordis teraba denyutan, tidak ada
nyeri tekan
c) Perkusi : terdengar suara pekak
d) Auskultasi : tidak ada bunyi tambahan
e. Abdomen
1) Inspeksi : tidak ada distensi abdomen, terdapat luka
post laparatomy memanjang sekitar ±20cm, terdapat
colostomy bag di abdomen sinistra, tidak ada jejas, tidak
ada lesi
2) Auskultasi : bising usus 10x/m
3) Palpasi : terdapat nyeri tekan disekitar luka
4) Perkusi : bunyi abdomen terdengar tympani
f. Genetalia : genetalia terlihat bersih, tidak ada lesi/oedema,
tidak ada nyeri tekan
g. Anus dan rectum : tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri
tekan, terdapat saluran BAB dibagian abdomen kiri yaitu
colostomy.

26
h. Ekstermitas
1) Atas
a) Kekuatan otot ka/ki : 5/5
b) ROM ka/ki : baik
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Pergerakan sendi bahu : baik
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : bagian kiri oedem karena
infus
g) Terpasang infus : terpasang infus bagian
dextra
2) Bawah
a) Kekuatan otot ka/ki : 5/5
b) ROM ka/ki : baik
c) Perubahan bentuk tulang : tidak ada
d) Varises : tidak ada
e) Perabaan akral : hangat
f) Pitting edema : tidak ada
i. Integumen : turgor kulit mengerut, tidak ada sianosis

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratarium
Tanggal pemeriksaan : 26-08-2019
JENIS NILAI KETERANGAN
SATUAN HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL HASIL
KIMIA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah Sewaktu <180 mg/dl 93 Normal
FUNGSI GINJAL
Ureum 0-50 mg/dl 26 Normal
Creatinin 0.0-1.1 mg/dl 0.6 Normal
IMUNO-SEROLOGI
REMATOLOGI
CRP Kuantitatif 0.00-6.00 mg/dl 87.57 Tidak normal

27
Tanggal pemeriksaan : 28-08-2019
JENIS NILAI KETERANGAN
SATUAN HASIL
PEMERIKSAAN NORMAL HASIL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7-15.5 g/dl 11.4
Lekosit 3.60-11.00 x10^3/ul 18.25
Hematokrit 35-47 % 32
Trombosit 140-440 X10^3/ul 596

2. Pemeriksaan diagnostik
Tanggal pemeriksaan : 20-08-2019
Jenis pemeriksaan Hasil Pemeriksaan
Patologi Anatomi  Diagnosis klinis : Tumor colon desenden sups ganas T4bNxM0
 Makroskopis : sebuah jaringan usus diliputi lemak panjang
25cm diameter ke 2 ujung diameter 2cm, dan 4cm, dinding
tipis ruge rata 2,5cm dari diameter 2cm, tampak massa apadat
putih kecokelatan ukuran 6x5x3,5cm ditemukan 12 buah
KGB ukuran terkecil diameter 0,2cm, terbesar 0,4cm
 Mikroskopis : sediaan berasal dari kolon desenden terdiri atas
mukosa sebagian dilapisi epitel selapis torak bersel goblet
tampak massa tumor epitelial infiltratif hingga menembus
lapisan muskulans propia hingga ke sebserosa, membentuk
struktur kelenjar tubbulus dan krlonpormis. Tampak inti sel
bertumpuk, pelompok vesikuler, nukleoli sebagian nyata.
Mitosis ditemukan. Ditemukan 12 buah kelenjar getah
bening, semuanya tidak mengandung massa tumor. Batas
sayatan operasi bebas tumor.

Kesimpulan : adenokarsinoma diferensasi baik kolon, PT3N0.


Batas sayatan operasi bebas tumor. Ditemukan 12 kelenjar getah
bening regional, semua tidak ditemukan massa tumor.

28
V. TERAPI MEDIS
HARI/TGL JENIS TERAPI DOSIS DIAGNOSIS & FUNGSI
KANDUNGAN
Cairan IV :
 NaCl 0,9 % 500cc Kristaloid
Obat Peroral :
 Rampiril 2x5mg ACE inhibitor
1x10mg
 Amlodipin
1x20mg
 Acetylcistein
3x30mg
 Ambroxol
1x5mg
 Bisoprdol
Obat Parenteral
 Meropenem 3x1gr Antibiotik
 Ciprofloxacin 3x400mg Antibiotik
 Cefepime 3x2gr Antibiotik
 Vitamin C 2x200mg Vitamin
 Omeprazole 2x40gr Penghambat
 Ventolin 3x1 pompa pronton

B. ANALISA DATA
NO. DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Proses peradangan pada Ketidakefektifan
Pasien mengeluh sesak rongga paru bersihan jalan nafas
Do :
 Bunyi nafas lapang Hipersekresi
dada kanan atas
ronchi Secret tertahan di saluran
 Rr = 35x/m nafas

Ronchi

Bersihan jalan nafas


tidak efektif
2. Ds : Toksin, coagulase Ketidakefektifan
Pasien mengeluh sesak pola nafas
pada bagian dada Permukaan lapisan
pleura tertutup tebal
Do : eksudat trombos vena
 Rr = 35x/m pulmonalis

29
 Pernafasan cuping
hidung Nekrosis hemoragik
 Pasien terpasang O2
diberikan sebanyak 5 Abses pnematocale
L/menit
Ketidak efektifan pola
nafas
3. Ds : Resiko infeksi
Luka post operasi
Pasien mengatakan luka
dibersihkan 2 hari yang
Jaringan terbuka
lalu
Do :
Proteksi kurang
 Terdapat luka post
laparatomy ±20cm
Invasi bakteri
 S : 36,50C
 Lekosit : 18.25
Resiko infeksi
x10^3/ul

Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas
3. Resiko Infeksi

30

Anda mungkin juga menyukai