Anda di halaman 1dari 14

RANCANGAN PROPOSAL

PENELITIAN MAHASISWA

MATAKULIAH METODE PENELITIAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

ANALISIS MANFAAT TABUNGAN SAMPAH BAGI KELUARGA


MISKIN DI KELURAHAN SICANANG BELAWAN KOTA MEDAN
(Studi Kasus Pada Lima Keluarga Miskin Nasabah
Bank Sampah Simpan Jadi Mas)

Tim Peneliti:

Syamsul Hilal NPM: (Ketua Peneliti)


Hidayat Pasaribu NPM: (Anggota Peneliti)
Ahmad Yusuf NPM: (Anggota Peneliti)
Dst ….

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2019
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN
DAFTAR ISI................................................................................................... i
RINGKASAN ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................


A. Latar Belakang Masalah................................................................
B. Perumusan Masalah ......................................................................
C. Tujuan Penelitian ……………………………… .........................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
1. Bank Sampah ...............................................................................
2. Manfaat Bank Sampah dan Tabungan Sampah ...........................
3. Keluarga Miskin ……………………………………... ................
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................
A. Pendekatan Penelitian ..................................................................
B. Lokasi Penelitian ...........................................................................
C. Subjek Penelitian .............................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
E. Teknik Analisi Data ......................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

i
RINGKASAN

Produksi sampah dari tahun ke tahun terus meningkat. Satu diantara beberapa faktor
yang menyebabkan peningkatan produksi sampah adalah pertambahan jumlah penduduk.
Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin besar jumlah konsumsi masyarakat yang
keseluruhannya akan berakhir menjadi sampah. Di Kota Medan, berdasarkan laporan Badan
Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun 2008 hingga 2012 terlihat peningkatan produksi
sampah. Pada tahun 2008 ke 2009 terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 33,85 ton.
Sedangkan dari tahun 2009 ke tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 677,89 ton. Namun,
antara tahun 2010 ke 2011 yang terjadi adalah penurunan produksi sampah sebesar 22,6556
ton. Sedangkan pada tahun 2011 ke tahun 2012 kembali terjadi peningkatan produksi sampah
sebesar 270,3306 ton.
Hadirnya Bank Sampah Simpan Jadi Mas (SJM) di Lingkungan V Kelurahan
Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan ini, berhasil merubah paradigm
masyarakat yang dahulu melihat sampah sebagai satu benda yang kotor, jijik dan tidak
memiliki arti, kini berubah menjadi satu memiliki nilai guna. Hal ini dikarenakan sampah –
khususnya dengan jenis anorganik seperti plastik, kaleng dan lain sebagainya –dapat
dijadikan tabungan dengan nilai rupiah yang cukup menjanjikan. Itu mengapa kini hampir
setiap pagi, khususnya di saat air laut belawan sedang mengalami pasang banyak masyarakat
yang berbondong-bondong keluar untuk mengutipi sampah plastik yang dibawa oleh air
pasang.
Atas dasar hal tersebut, penting rasa untuk dapat melihat secara lebih luas tentang
bagaimana pemanfaatan tabungan sampah bagi keluarga miskin nasabah bank sampah
Simpan Jadi Mas di Kelurahan Sicanang Belawan Kota Medan. Penelitian ini juga dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan tabungan sampah bagi keluarga
miskin nasabah Bank Sampah Simpan Jadi Mas di Kelurahan Sicanang Belawan Kota
Medan. Adapun hasil penelitian yang ingin dicapai adalah luaran karya ilmiah pada jurnal
nasional terakreditasi.
Pada penelitian ini dijelaskan beberapa uraian teoritis yang menyangkut konsep bank
sampah, manfaat bank sampah dan tabungan sampah serta keluarga miskin. Metode
penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan sabjek penelitian lima orang keluarga
miskin yang menjadi nasabah Bank Sampah Simpan Jadi Mas. Adapun teknik pengumpulan
data menggunakan wawancara mendalam dengan teknik analisis data menggunakan
pendekatan kualitatif model interaktif sebagaimana yang diajukan oleh Miles dan Huberman
yang terdiri atas tiga hal utama yaitu: Reduksi data, Penyajian data, dan penarikan
kesimpulan/verifikasi.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Produksi sampah dari tahun ke tahun terus meningkat. Satu diantara beberapa faktor
yang menyebabkan peningkatan produksi sampah adalah pertambahan jumlah penduduk.
Semakin tinggi jumlah penduduk maka semakin besar jumlah konsumsi masyarakat yang
keseluruhannya akan berakhir menjadi sampah. Augus dan Muja (2016) menjelaskan sampah
dapat diartikan sebagai sisa dari satu materi barang yang tidak diinginkan lagi oleh manusia,
baik dalam skla individu atau rumah tangga. Itu sebabnya manusia atau masyarakat menjadi
sebagai penghasil (produsen) sampah itu sendiri.
Di Kota Medan, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang tahun
2008 hingga 2012 terlihat peningkatan produksi sampah. Pada tahun 2008 ke 2009 terjadi
peningkatan produksi sampah sebesar 33,85 ton. Sedangkan dari tahun 2009 ke tahun 2010
terjadi peningkatan sebesar 677,89 ton. Namun, antara tahun 2010 ke 2011 yang terjadi
adalah penurunan produksi sampah sebesar 22,6556 ton. Sedangkan pada tahun 2011 ke
tahun 2012 kembali terjadi peningkatan produksi sampah sebesar 270,3306 ton.
Begitupun, dalam upaya mengurai permasalahan yang dihasilkan dari sampah,
setidaknya dapat dilakukan dengan merubah cara pandangan masyarakat terhadap sampah
agar tidak lagi takut, benci dan jijik. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 UU No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah. Dijelaskan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah
sebagai sumber daya. Sampah sebagai sumber daya dapat dipahami sebagai upaya
pemanfaatan sampah kembali agar dapat menjadi satu materi (barang) yang berguna.
Dalam banyak hasil penelitian telah ditemukan banyak manfaat yang bisa dihasilkan
dari sampah sebagai satu sumber daya yang dapat diolah dan dimanfaatkan kembali.
Misalnya saja; sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga dapat dijadikan sebagai
pupuk kompos. Bahkan terdapat satu hasil penelitian menyatakan bahwa sampah organik
layak dijadikan sebagai bahan baku produk obat anti-nyamuk. Sedangkan sampah anorganik
biasanya diolah kembali untuk dijadikan aksesoris –khusus pada sampah jenis plastik, dapat
dicincang kembali dan kemudian dilebur menjadi biji plastik untuk dijadikan sebagai bahan
baku dalam pembuatan barang-barang yang berasal dari plastik. Pada penelitian cabang Ilmu-
ilmu sosial, biasanya penelitian bertemakan sampah selalu berkaitan dengan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah atau menyangkut tingkat kesehatan masyarakat yang
diakibatkan pengelolaan sampah yang buruk.

1
Hal ini bisa dilihat dari penelitian yang oleh Ibrahim Candra dari Universitas
Tanjungpura Pontianak dengan judul: Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga (study kasus di Kelurahan Siantan Tengah Kecamatan Pontianak Utara).
Hasil penelitiannya menunjukkan tingkat partisipasi dalam pengelolaan sampah ditentukan
oleh tingkat kemampuan, kemauan dan kesempatan, yang dibagi ke dalam enam indikator;
(1) sikap terhadap lingkungan dan program, (2) motivasi untuk terlibat ke dalam program, (3)
tingkat pengetahuan dalam pengelolaan sampah, (4) tingkat keterampilan dalam pengelolaan
sampah sebelum adanya program, (5) tingkat pengalaman dalam pengelolaan sampah
sebelum adanya program, (6) manajemen program pengelolaan sampah (Candra, 2012).
Candra kemudian menyimpulkan, terdapat dua faktor yang memiliki hubungan
dengan tingkat partisipasi, yaitu tingkat kemauan dan tingkat kemampuan. Sedangkan tingkat
kesempatan tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa aspek pisikologi lebih menentukan partisipasinya dalam pengelolaan
sampah. Sikap yang positif dan motivasi yang kuat akan menimbulkan keinginan warga
untuk berpartisipasi, begitu pula dengan tingkat pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap
keterlibatan warga dalam program pengelolaan sampah (Candra, 2012).
Penelitian lain terkait partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah juga
dikemukakan oleh Simanungsong (2003) dengan judul Analisis Partisipasi Masyarakat
Terhadap Program Kebersihan Sampah Di Kota Pematang Siantar. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa partisipasi masyarakat dalam program kebersihan sampah di Kota
Siantar di pengaruhi oleh pendidikan, pendapatan dan umur. Simanungsong menjelaskan,
partisipasi masyarakat di kelurahan Suka Maju lebih besar dari pada kelurahan Suka Dame
dan Dwi Kora, karena tingkat pendapatan dan pendidikan responden di kelurahan Suka Maju
lebih tinggi. Sedangkan jumlah anggota keluarga dan lama bertempat tinggal tidak
mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam program kebersihan sampah di Kota Pematang
Siantar.
Dari dua penelitian di atas terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah
terlihat bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam melakukan pengelolaan sampah sangat
dipengaruhi oleh tingkat kemauan dan kemampuan serta tingkat pendidikan dan pendapatan.
Dua faktor pertama dapat dikatakan bersifat internalistik dan dua faktor yang terakhir bersifat
eksternalistik. Begitupun, faktor-faktor tersebut tidaklah dapat digeneralisasikan untuk
keseluruhan kasus pengelolaan sampah. Sebab di Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan
Belawan, Kota Medan, tempat di mana penelitian ini akan dilakukan, banyak masyarakat

2
yang berpartisipasi dalam pengelolaan sampah justru memiliki tingkat pendapatan dan
pendidikan yang rendah atau masuk dalam katagori masyarakat miskin.
Hadirnya Bank Sampah Simpan Jadi Mas (SJM) di Lingkungan V Kelurahan
Sicanang, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan ini, berhasil merubah paradigm
masyarakat yang dahulu melihat sampah sebagai satu benda yang kotor, jijik dan tidak
memiliki arti, kini berubah menjadi satu memiliki nilai guna. Hal ini dikarenakan sampah –
khususnya dengan jenis anorganik seperti plastik, kaleng dan lain sebagainya –dapat
dijadikan tabungan dengan nilai rupiah yang cukup menjanjikan. Itu mengapa kini hampir
setiap pagi, khususnya disaat air laut belawan sedang mengalami pasang banyak masyarakat
yang berbondong-bondong keluar untuk mengutipi sampah plastik yang dibawa oleh air
pasang.
Besarnya animo masyarakat untuk ikut serta dalam usaha pengelolaan sampah melalui
bank sampah –dengan program tabungan sampah dan simpan pinjam –dapat dilihat dari
besarnya jumlah nasabah yang terdaftar di Bank Sampah SJM. Hingga September 2016
tercatat nasabah bank sampah berjumlah 60 orang dengan jumlah total tabungan sampah
anorganik nasabah perhari sebesar ± 30 Kg. Atas dasar hal tersebut maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan topik; Analisis Manfaat Tabungan Sampah Bagi
Keluarga Miskin Di Kelurahan Sicanang Belawan Kota Medan. Studi Kasus Pada Lima
Keluarga Miskin Nabah Bank Sampah Simpan Jadi Emas.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
 Bagaimana Manfaat Tabungan Sampah Bagi Keluarga Miskin Nasabah Bank
Sampah Simpan Jadi Mas di Kelurahan Sicanang Belawan Kota Medan?
C. Tujuan Peneltian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Bagaimana manfaat tabungan sampah bagi keluarga miskin yang menjadi
nasabah Bank Sampah Simpan Jadi Mas di Kelurahan Sicanang Belawan Kota
Medan.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Bank Sampah

Bank sampah merupakan satu dari beberapa konsep atau model pengelolaan sampah.
Suwerda (2012) membangi pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat saat ini
menjadi empat jenis yaitu; (1) Pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem tradisional.
(2) Pengelolaan sampah rumah tangga dengan sistem kumpul-angkut-buang. (3) Pengelolaan
sampah dengan sistem mandiri dan produktif dan (4) pengelolaan sampah dengan tabungan
sampah di bank sampah.
Model pengelolaan sampah melalui bank sampah ini merupakan wujud dari usaha
pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3-R (Reduce, Reuse, Recycle). Di bank
sampah, sistem yang diterapkan adalah sistem mengelola sampah dan menampung, kemudian
memilah dan mendistribusikan sampah ke fasilitas pengolahan sampah yang lain atau kepada
pihak yang membutuhkan. Di sini nilai guna barang yang sudah menjadi sampah dapat
ditingkatkan, yang sebelumnya tidak berguna menjadi barang berguna. Selain itu, usaha
penampungan dan pengolahan sampah dengan mendistribusikan ke fasilitas pengolahan
sampah yang lain atau kepada pihak yang membutuhkan juga bisa membantu pengurangan
intensitas pembuangan sampah ke TPS atau TPA.
Dilihat dari pengertiannya, Utami (2013) menjelaskan bank sampah dapat dikatakan
sebagai satu sistem pengelolaan sampah kering secara kolektif yang mendorong masyarakat
untuk berperan serta aktif di dalamnya. Sistem ini akan menampung, memilah, dan
menyalurkan sampah bernilai ekonomi pada pasar sehingga masyarakat mendapatkan
keuntungan ekonomi dari menabung sampah. Jadi semua kegiatan dalam sistem bank sampah
dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat. Sampah-sampah yang disetorkan oleh nasabah
sudah harus dipilah. Persyaratan ini mendorong masyarakat untuk memisahkan dan
mengkelompokkan sampah. Misalnya, berdasarkan jenis material; plastik, kertas, kaca dan
metal. Jadi, bank sampah akan menciptakan budaya baru agar masyarakat mau memilah
sampah. Dengan demikian, sistem bank sampah bisa dijadikan sebagai alat untuk melakukan
rekayasa sosial. Sehingga terbentuk satu tatanan atau sistem pengelolaan sampah yang lebih
baik di masyarakat (Utami, 2013).
Hadirnya bank sampah dibeberapa kota di Indonesia diharapkan mampu untuk
memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Suwerda (2012) mencatat terdapat empat

4
manfaat yang bisa diharapkan dari hadirnya bank sampah sebagai satu model pengelolaan
sampah. Bank sampah – bank sampah yang ada kemudian diharapkan dapat bermanfaat bagi;
pertama, kesehatan lingkungan. Kedua, sosial ekonomi masyarakat. Ketiga, aspek pendidikan
dan keempat, bagi pemerintah.
Untuk kesehatan lingkungan, hadirnya bank sampah diharapkan mampu untuk
menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, mengurangi kebiasaan membakar sampah
dan menimbun sampah. Sedangkan untuk aspek sosial ekonomi, bank sampah diharapkan
dapat menambah penghasilan keluarga dari tabungan sampah, dan juga dapat membangun
hubungan relasi sosial yang baik antar masyarakat. Untuk aspek pendidikan, kehadiran bank
sampah diharapkan dapat mengubah kebiasan masyarakat dalam mengelola sampah yang
dihasilkannya. Dengan adanya bank sampah masyarakat diharapkan sudah mampu untuk
memilah sampah sejak dari rumah sebelum ditabung ke bank sampah. Selain itu, dengan
adanya tabungan sampah diharapkan juga dapat menanamkan arti penting menabung bagi
masyarakat. Terakhir, kehadiran bank sampah diharapkan dapat bermanfaat untuk pemerintah
khususnya dalam usaha pengelolaan sampah. Bank sampah dapat dijadikan sebagai satu
alternatif untuk pengelolaan sampah.

2. Manfaat Bank Sampah dan Tabungan Sampah

Hadirnya bank sampah di beberapa kota di Indonesia diharapkan mampu untuk


memberikan manfaat yang berarti bagi masyarakat. Suwerda (2012) mencatat terdapat empat
manfaat yang bisa diharapkan dari hadirnya bank sampah sebagai satu model pengelolaan
sampah. Bank sampah yang ada kemudian diharapkan dapat bermanfaat bagi; pertama,
kesehatan lingkungan. Kedua, sosial ekonomi masyarakat. Ketiga, aspek pendidikan dan
keempat, bagi pemerintah.
Untuk kesehatan lingkungan, hadirnya bank sampah diharapkan mampu menciptakan
lingkungan yang bersih dan sehat, mengurangi kebiasaan membakar sampah dan menimbun
sampah. Sedangkan untuk aspek sosial ekonomi, bank sampah diharapkan dapat menambah
penghasilan keluarga dari tabungan sampah, dan juga dapat membangun hubungan relasi
sosial yang baik antar masyarakat. Untuk aspek pendidikan, kehadiran bank sampah
diharapkan dapat mengubah kebiasan masyarakat dalam mengelola sampah yang
dihasilkannya. Dengan adanya bank sampah masyarakat diharapkan sudah mampu untuk
memilah sampah sejak dari rumah sebelum ditabung ke bank sampah.

6
Manfaat lain yang dihasilkan dari bank sampah dan tabungan sampah adalah dapat
menjadi mekanisme pendorong perubahan dalam kehidupan masyarakat. Hal ini terungkap
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Syafrini (2013) di mana pada salah satu point
penelitian menyimpulkan bahwa menyimpulkan bahwa isrti atau ibu rumah tangga yang
selama ini tidak bekerja, setelah menjadi nasabah bank sampah memiliki peluang kerja
memproduksi sampah plastik menjadi benda bernilai ekonomis yang hasilnya dapat
membantu menambah pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.
Untuk tabungan sampah, Syafrini (2013) menjelaskan bahwa saldo yang tertera di
tabungan nasabah, disesuaikan dengan berat sampah yang terkumpul per-item yang kemudian
dikalkulasikan dengan harga yang telah ditetapkan. Artinya semakin banyak sampah yang
dibawa, semakin banyak juga jumalah uang yang ditabung, meskipun sebenarnya sekali
mereka menabung sampah, uang dihasilkan tidak begitu banyak, hanya berkisar Rp. 3.000,-
sampai Rp. 35.000,- untuk sekali menabung. Akan tetapi menurut para nasabah dengan
adanya profit ini, mereka lebih bersemangat untuk mengumpulkan sampah rumah tangga dan
bahkan tidak jarang sampah di luar yang dilihat di jalanan ataupun yang ada di kantor,
mereka bawa pulang dengan harapan bisa ditabung.
Dari hasil uraian di atas tampak jelas bagaimana bank sampah dan juga tabungan
sampah memiliki manfaat yang sangat berarti bagi para nasabah. Meski hasil tabungan
sampah untuk sekali tabung tidak terlalu besar jumlahnya, namun jika dikomulasikan secara
menyeluruh maka hasilnya akan sangat membantu perekonomia keluarga. Apalagi bagi
keluarga miskin yang tingkat pendapatannya masih di bawah kecukupan sedangkan
kebutuhan pokok yang harus dipenuhi sangatlah banyak.

3. Keluarga Miskin

Menurut UU No, 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga, pada bab 1 pasal 1 ayat 6 dijelaskan keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan
anaknya (duda), atau ibu dan anaknya (janda). Secara umum keluarga dapat diartikan sebagai
unit organisasi terkecil di dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga –baik laki-laki
atau perempuan –dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling tergantung satu sama lainnya. William J. Goode sebagaimana
dikutip oleh Soelaeman (2011) menyatakan fungsi keluarga meliputi; pengaturan seksual,

7
reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan, penetapan anak dalam masyarakat, pemuasaan
kebutuhan sosial dan ekonomi serta control sosial.
Namun bagi banyak keluarga keseluruhan fungsi tersebut tidak dapat dijalankan
secara utuh dan maksimal. Kemiskinan menjadi satu faktor yang mempengaruhi keluarga
tidak dapat menjalakan fungsinya secara maksimal. Fungsi pemeliharaan seperti pendidikan,
fungsi pemuasan kebutuhan sosial dan ekonomi adalah fungsi yang sulit untuk diwujudkan
secara maksimal oleh keluarga miskin. Hal ini dikarenakan rendahnya kemampuan keluarga
miskin untuk mengakumulasi basis kekuasaan sosialnya. Menurut John Friedman dalam
Suyanto (2013) basis kekuasaan sosial tersebut adalah; pertama, modal produktif atas aset,
misalnya tanah perumahan, peralatan dan kesehatan. Kedua, sumber keuangan seperti income
dan kredit yang memadai. Ketiga, organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk
mencapai kepentingan bersama. Keempat, network atau jaringan sosial untuk memperoleh
pekerjaan, barang-barang, pengetahuan dan keterampilan yang memadai. Kelima, informasi-
informasi yang berguna untuk kehidupan.
Minimnya kemampuan untuk mengakumulasi basis sosial iniah yang membuat
banyak individu-keluarga terperangkap pada lingkaran kemiskinan. Hal inilah yang menurut
Robert Chamber (1987, dalam Suyanto 2013) sebagai inti dari masalah kemiskinan.
Menurutnya deprivation trap atau perangkap kemiskinan itu terdiri dari lima unsur; (1)
kemiskinan itu sendiri, (2) kelemahan fisik, (3) keterasingan atau kadar sosial, (4) kerentanan
dan (5) ketidakberdayaan. Kelima unsur ini sering kali saling berkait satu dengan yang lain
sehingga merupakan perangkap kemiskinan yang paling berbahaya dan mematikan peluang
hidup orang atau keluarga miskin. Apa yang diungkap oleh Chamber tentang perangkap
kemiskinan mendapat perhatian serius oleh Stamboel. Menurut Stambol terdapat empat
hambatan utama yang menyebabkan masyarakat miskin Indonesia terperangkap dalam
kemiskinannya. Hambatan-hambatan tersebut antara lain adalah hambatan struktural,
hambatan modal manusia, hambatan institusional dan hambatan sosial budaya (Stamboel,
2012:28).

7
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih agar dapat
mengungkapkan secara mendalam tentang bagaimana pemanfaatan tabungan sampah bagi
keluarga miskin di Kelurahan Sicanang Belawan Kota Medan. Hal ini sesuai dengan apa
yang dikatakan oleh Bogdan dan Taylor (Kaelan: 2012) bahwa metode penelitian kualitatif
adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata,
catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian. Selain itu metode
kualitatif senantiasa memiliki sifat holistik, yaitu penafsiran terhadap data dalam
hubungannya dengan berbagai aspek yang mungkin ada.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan mengambil lokasi di Bank Sampah Simpan Jadi Emas
(SJM) di Lingkungan V Blok B Pulau Canang, Kelurahan Belawan Sicanang,
Kecamatan Medan Belawan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada
banyaknya sampah anorganik yang bertebaran di Lingkungan V Blok B yang
diakibatkan dari air pasang laut belawan yang selalu membawa sampah. Di tambah
lagi, lokasi ini merupakan daerah pinggiran yang banyak dihuni oleh penduduk
dengan tingkat pendapatan menengah kebawah atau bisa dikatagorikan dalam
penduduk yang rentan kemiskinan.

Gambar 3.1:
Lingkungan V Blok B Pulau Canang, Kelurahan Belawan Sicanang Kota
Medan.
Sumber: Google Maps

8
C. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, istilah yang digunakan untuk subjek penelitian adalah Informant
dan Key Informant. Hal ini mengacu pada apa yang dituliskan oleh Idrus (2009) tentang
karakteristik penelitian kualitatif. Idrus menjelaskan pada penelitian kualitatif sasaran
penelitian berlaku (disebut) sebagai subjek penelitian. Di mana istilah yang digunakan untuk
menyebut subjek penelitian adalah informant dan key informant (Idrus, 2009). Oleh
karenanya, pada penelitian ini, informant yang diwawancarai akan diambil secara purposive
yaitu berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu.
Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2010), purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelajahi objek/situasi sosial yang diteliti.

D. Teknik Pengumpulan data


Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dua cara yaitu: pertama, data skunder
dikumpulkan dari berbagai buku-buku, jurnal, laporan penelitian dan berita onlien. Kedua,
data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.

E. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif model
interaktif sebagaimana yang diajukan oleh Miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga hal
utama yaitu: Reduksi data, Penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi, sebagai
suatu hal yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data
dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (Idrus,
2009).
Pengumpula Penyajian
n data data

Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
Reduksi
data

Gambar 3.2:
Model Interaktif Miles dan Huberman 1992.
Sumber: Idrus (2009)

9
Daftar Pustaka
Sumber Buku:

BPS Kota Medan. 2009, 2010, 2011, 2012. Medan Dalam Angka. Medan: BPS Kota Medan.

Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial; Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. (Edisi Kedua). Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kaelan, M.S, Prof.,DR.. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner bidang Sosial,
Budaya, Filsafat, Seni, Agama dan Humaniora. Yogyakarta: Penerbit Paradigma.

Soelaeman, M. Munandar. 2011. Ilmu Sosial Dasar; Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: Reflika Aditama.
Stamboel, Kemal A. 2012. Panggilan Keberpihakan: Strategi Mengakhiri Kemiskinan di
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit
Alfabeta.

Suwerda, Bambang. 2012. Bank Sampah; Kajian Teori dan Penerapan). Yogyakarta:
Pustaka Rihama.

Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan dan Strategi Penanganannya: Fakta


Kemiskinan Masyarakat Pesisir, Kepualauan, Perkotaan dan Dampak dari Pembangunan
di Indonesia. Malang: In-TRANS Publishing.
Utami, Eka. 2013. Buku Panduan Sistem Bank Sampah & 10 Kisah Sukses. Jakarta:
Yayasan Unilever Indonesia.

Sumber Jurnal & Thesis:

Augus, Efendi dan Mujahiddin. 2016. Model Pengelolaan Sampah Anorganik di SMP N 8
Medan dan SMP N 3 Medan. KESKAP: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial FISIP UMSU. Vol. 14,
No. 01, Rabiul Awal 1437 H/Januari 2016 M.
Candra, Ibrahim. 2012. Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga;
Study Kasus Di Kelurahan Siantan Tengah Pontianak Utara. Sociodev, Jurnal S-1 Ilmu
Sosiatri. Vol. 01 No. 01 Edisi Perdana 2012. Hal. 1-21. Pontianak: Universitas
Tanjungpura.
Simangungsong, Rahidun. 2003. Analisis Partisipasi Masyarakat Terhadap Program
Kebersihan Sampah Di Kota Pematang Siantar. Tesis. Medan: Program Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Syafrini, Delmira. 2013. Bank Sampah: Mekanisme Pendorong Perubahan Dalam
Kehidupan Masyarakat, Studi Kasus; Bank Sampah Barokah Assalam Perumahan
Dangau Teduh Kecamatan Lubuk Begalung, Padang. Jurnal Humanus. Vol. XII. No. 2
Thn 2013.

Undang-Undang:
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008: Tentang Pengelolaan Sampah.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 52 Tahun 2009: Tentang Perkembangan


Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.

Anda mungkin juga menyukai