Anda di halaman 1dari 12

definisi

Asma ialah suatu penyakit peradangan (inflamasi) saluran nafas terhadap rangsangan atau

hiper reaksi bronkus. Sifat peradangan pada asma khas yaitu tanda-tanda peradangan saluran

nafas disertai infliltrasi sel eosinofil. Asma merupakan suatu keadaan gangguan / kerusakan

bronkus yang ditandai dengan spasme bronkus yang reversible asma mrupakan juga sebagai

reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara

riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan

napas terhadap berbagai stimulan.

Etiologi

 Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu, serbuk-

serbuk, bulu-bulu binatang).

 Faktor intrinsik; infeksi : para influenza virus, pneumonia,Mycoplasma..Kemudian

dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara (CO, asap

rokok, parfum). Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga

dapat menjadi faktor pencetus.

Patofisiologi

 Asma terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon

terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

 Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat

antibodi tubuh muncul (immunoglobulin E atau IgE) dengan adanya alergi. IgE di

muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan antigen menyebabkan
pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan

gejala asthma.

 Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang ditandai

dengan bronkokontriksi (1-2 jam); tahap delayed dimana brokokontriksi dapat

berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih lama ; tahap late yang

ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan nafas beberapa minggu atau

bulan.

 Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara

dingin.

 Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan sekresi

mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak, kemudian

meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan

 Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi karena

edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan perubahan

pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat ventilasi

dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan P02 (hipoxia).Selama serangan astmatikus,

CO2 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan

menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan

akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea),

kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2

dalam darah (hypocapnea).


Alergen, Infeksi, Exercise (Stimulus Imunologik dan Non Imunologik)

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat

oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator radang

(histamin)

Peningkatan permeabilitas kapiler (edema bronkus)

Peningkatan produksi mukus (sumbatan sekret)

Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis (N.X)

Hiperresponsif jalan napas


Asma

 Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola

nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan meningkatnya produksi

sekret.

 Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.

 Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan

 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan

menurunnya intake cairan

 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik

 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.

Tanda dan Kejala

1. Alergen.

tor allergi dianggap mempunyai peranan pad sebgian besar asma. Disamping itu hiper

reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting. Bila tingkat hiper

reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit dansebaliknya jika

hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan

serangan asma.
Sensitisasi tergantung pada lama dan intnsitas hubungan dengan bahan alergen

berhubungan dengan umur. Bayidan anak kecil sering berhubungan dengan sisi dari

debu rumah, misalnya tungau, serpih atau bulu binatang, spora jamur yang terdapat di

rumah. Dengan bertambahnya umur makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma

karena makanan sering terjadi pada bayi dan anak kecil.

2. Infeksi.

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan ialah

respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang karena

bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan parasit

seperti Askaris.

3. Iritan.

Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO2 dan

polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan batuksendiri dapat

menimbulkan refleks bronkokonstriksi.

4. Cuaca.

Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara

berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma

5. Kegiatan jasmani

Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma.

Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus. Pasien

dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

6. Infeksi saluran nafas.


Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan

terjadinya sma. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui mekanisme iritasi atau

refleks.

7. Faktor psikis.

Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat kompleks.

Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang berhubungan

dengan asma / keluarganya akan menggagalkan usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu

takut terhadap adanya serangan atau hari depan anak juga dapat memperberat serangan

asma.

Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus allergen yang sering disertai

pencetus non allergen yang dapat mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor

pencetus adalah alergen dan infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus

alergenik maupun non alergenik. Serangan dapat terjadi setelah mendapat infrksi virus

pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.

Pemeriksaan Fisik

 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

 Foto rontgen

 Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil

biasanya meningkat dalam darah dan sputum

 Pemeriksaan alergi

 Pulse oximetri

 Analisa gas darah.


Penatalaksanaan

 Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.

 Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang setiap 20

menit sampai 3 kali.

 Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :

a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :

 Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam

 Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

 Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam

Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor,

hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua

tentang efek samping obat dan monitor efek samping obat.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi bronkospasme dan

meningkatkan bersihan jalan nafas.

 Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

 Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam

Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping

tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf

pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan

kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus

khusus misalnya infus pump.


c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus. Prednison

: 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

Asuhan Keperawatan

a.Diagnosa keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas

berhubungan dengan bronkospasme, udem mukosal dan meningkatnya sekret.

2. Fatique berhubungan dengan hipoksia dan meningkatnya usaha nafas.

3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distres pernafasan.

4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya pernafasan dan

menurunnya intake cairan.

5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan pengobatan.

Intrervensi

No. Tujuan Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan 1. Pertahankan 1. Untuk mengetahui jalan nafas

perawatan ± 2x24 kepatenan jalan dan O2 yang d bthkan px

jam masalah dapat nafas;


2. Untuk menegetahui funsi
teratasi dengan tujuan pertahankan
pernafasan.
: support ventilasi
3. Agar dapat untuk mengurangi
bila diperlukan
nyeri pada dada px.
Kriteria hasil : ( oksigen 2 ml

dengan kanule ). 4.
 PO2 dan CO2
dalam batas nilai 2. Kaji fungsi

normal, tidak sesak pernafasan;

nafas, batuk auskultasi bunyi

produktif, cianosis nafas, kaji kulit

tdak ada, tidak ada setiap 15 menit

tachypnea,ronki sampai 4 jam.

dan wheesing tidak 3. Pemberian terapi

ada pernafasan;

nebulizer,

fisioterapi dada,

ajarkan batuk dan

nafas dalam

efektif setelah

pengobatan dan

pengisapan secret

( suction ).

2. Setelah dilakukan 1. Kaji tanda dan 1. Untuk menetahui keseimbangan

perawatan ± 2x24 gejala hypoxia; O2 pada px.

jam masalah dapat kegelisahann


2. Supaya px merasa lebih nyaman.
teratasi dengan tujuan fatigue, iritabel,
3. Membantu px supaya lebih mudah
: tachycardia,
Kriteria hasil:
untuk bernafas dan mengetahui
tachypnea.
bunyi nafas
 Tidak iritabel, 2. Berikan

dapat beradaptasi kenyamanan fisik;


dan aktivitas sesuai support dengan

dengan kondisi. bantal dan

pengaturan posisi.

3. Berikan nebulizer;

kemudian pantau

bunyi nafas, dan

usaha nafas

setelah terapi

3. Setelah dilakukan 1. Ajarkan teknik 1. Agar px dapat

perawatan ± 2x24 relaksasi; latihan mengatas i nyeri pada

jam masalah dapat nafas, melibatkan dada

teratasi dengan tujuan penggunaan bibir


2. Agar px merasa
: dan perut, dan
nyaman.
ajarkan untuk
Kriteria hasil :
3. Supaya px tidak
berimajinasi.
bertanya tanya
2. Pertahankan
 Anak tenang
/binggung.
lingkungan yang
dan dapat
tenang ; temani
mengekspresikan
anak, dan berikan
perasaannya, orang
support.
tua merasa tenang
3. Jelaskan semua
dan berpartisipasi
prosedur yang
dalam perawatan
akan dilakukan.
anak.
4 Setelah dilakukan 1. Monitor intake 1. Untuk mengetahui

perawatan ± 2x24 dan output, perkembangan

jam masalah dapat mukosa membran, skitbyang diderita px.

teratasi dengan tujuan turgor kulit,


2.
: pengeluaran urin,
3.
ukur grapitasi urin
Kriteria hsil :
atau berat jenis
 Turgor kulit
urin ( nilai 1.003-
elastis, membran
1030 ).
mukosa lembab,
2. Monitor elektrolit
intake cairan
3. Kaji warna
sesuai dengan usia
sputum,
dan BB, output
konsistensi dan
urine > 2 ml/ kg
jumlah
per jam.

5. Setelah dilakukan 1. Berikan 1. Supaya dapat

perawatan ± 2x24 kesempatan pada mengetahui tanda dan

jam masalah dapat orang tua untuk sebab tmbul nya

teratasi dengan tujuan ekspresi perasaan. pnyakit.

: 2. Jelaskan prosedur
2. Supaya px dan
dan pengobatan
Kriteria hasil : keluarga px mengerti
yang diberikan
dan tdk menyimpan
 Mengekspresikan
3. Informasikan
tanya.
perasaan dan
kepada orang tua
3. Supaya keluarga px
perhatian serta tentang kondisi dapat ikut mengawasi

memberikan anak kodisi px.

aktivitas yang 4. Identifikasi


4. Mengetahui hal yang
sesuai usia atau sumber-sumber
di bingungkan px
kondisi dan psikososial
maupun keluarga px
perkembangan keluarga dan

psikososial pada finansial.

anak.

Anda mungkin juga menyukai