BAHASA
INDONESIA
Modul 5
MENULIS EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan)
Abstract Kompetensi
Bahasa Indonesia merupakan dasar dari berbagai Setelah membaca modul ini, mahasiswa
/segala ilmu pengetahuan yang ada karena diharapkan dapat memahami
apabila individu memiliki kompetensi dan 1. Pengertian Dan Konsepsi Ejaan
kualitas yang baik dalam Bahasa Indonesia 2. Sejarah dan perkembangan ejaan
maka sama dengan individu terebut telah
memperoleh konsep dasar ilmu pengetahuan
3. Aspek – aspek Ejaan
yang baik dan benar yakni melalui Bahasa 4. Ruang lingkup ejaan.
Indonesia. Berbicara tentang Bahasa Indonesia
maka tidak terlepas dari penggunaan EYD (
Ejaan Yang Disempurnakan). Topik
pembahasan ini menjadi sangat penting untuk
dipelajari dan dikuasai oleh mahasiswa.
MODUL 5
MENULIS EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan)
5.1 Standar Kompetensi :
Setelah mempelajari materi pada bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
pengertian serta sejarah dan perkembangan ejaan dan ruang lingkup ejaan.
5.3 Indikator :
(1) Mampu menjelaskan pengertian ejaan
(2) Mampu menjelaskan konsepsi Ejaan
(3) Mampu menjelaskan Aspek – aspek Ejaan
(4) Mampu menjelaskan sejarah ejaan
(5) Mampu menjelaskan ruang lingkup ejaan
Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana melambangkan
bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan sebagainya, tetapi
juga meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata, bagaimana
menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata.
Pemotongan itu harus berguna bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu pada akhir
suatu baris, bila baris itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sana. Selain itu,
penggunaan huruf kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam
penulisan dengan ejaan yang tepat. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keseluruhan
peraturan bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana
interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu
bahasa disebut ejaan (Nasucha,2010:103).
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan
dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan brimplikasi
pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang mengemudi kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi.Jika para pengemudi mematuhi
Ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan kalimat. Jika ejaannya benar,
sebuah kalimat dapat menjadi baku dan jika ejaannya salah, sebuah kalimat dapat menjadi
tidak baku. Kesalahan ejaan biasanya terjadi pada penggunaan tanda koma yang salah, dan
kesalahan penulisan sapaan. Kenyataan yang terjadi adalah bahwa masih banyak dari para
pemakai bahasa yang salah ketika menerapkan ejaan baku yang telah ditetapkan, seperti
pemakaian tanda baca (Nasucha,2010:103).
Sebagaimana yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya bahwa ejaan yang
berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempuirnakan (EyD).EyD mulai diberlakukan
tepatnya pada tahun 1972.Ejaan ini merupakan ejaan yang ketiga dalam sejarah bahasa
Indonesia. Hal ini memang merupakan upaya penyempurnaan ejaan sebelumnya yang sudah
dipakai selama 25 tahun yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi
(Menteri P dan K Republik Indonesia pada saat ejaan itu diresmikan pada tahun 1947).
Selanjutnya setelah kurun waktu 43 tahun ada berbagai koreksi atas EyD dengan keluarnya
permendikbud nomor 59 tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI) yang dikeluarkan pada tanggal 26 November 2015 dan diundangkan di Jakarta pada
tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Ada tiga hal perubahan yang terjadi pada PUEBI.Perubahan tersebut meliputi
penambahan huruf diftong, penggunaan huruf tebal, serta penggunaan huruf kapital.Huruf
diftong yang ditambahkan ke PUEBI adalah ‘ei’. Penambahan ini terjadi karena bahasa
Indonesia banyak menyerap istilah dari bahasa asing, sehingga kini ada empat diftong dalam
bahasa Indonesia yakni ai, au, ei, dan oi. "Diftong ‘ei’ ditambahkan karena bahasa
Indonesiamenyerap kosakata dari berbagai bahasa asing dan banyak istilah asing tersebut
yang pakai ‘ei’, seperti pada kata ‘survei’.
Selain diftong, perubahan juga terjadi pada penggunaan huruf tebal. Penggunaan
huruf tebal ini belum diatur pada ejaan bahasa Indonesia sebelumnya. Pada PUEBI, huruf
tebal ini dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang ditulis miring serta untuk menegaskan
bagian-bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Sekarang di PUEBI penggunaan huruf tebal sudah diatur. Huruf tebal digunakan untuk
dua hal. Yang pertama digunakan untuk menulis judul atau sub-sub pada sebuah teks dan
yang kedua huruf tebal digunakan untuk menegaskan pada sebuah tulisan atau istilah yang
telah dimiringkan.
Perbedaan PUEBI dengan EYD yang terakhir terletak pada huruf kapital. Pada ejaan
bahasa Indonesia sebelumnya tidak diatur bahwa unsur julukan ditulis dengan awal huruf
kapital. Kini, aturan tersebut terdapat pada PUEBI.
I. Konsepsi Ejaan
2019 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Nofia Angela, S.Pd.,M.Pd http://www.mercubuana.ac.id
EJAAN adalah keseluruhan pelambangan bunyi bahasa, penggabungan dan
pemisahan kata, penempatan tanda baca dalam tataran satuan bahasa.Pengertian
senada dengan KBBI (2005:205), Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi dalammbnetuk hurufserta penggunaan tanda baca dalam tataran wacana.
Berdasrkan konsepsiejaan tersebut, cakupan bahasan ejaan membicarakan
Dalam buku Pedoman Ejaan yang Disempurnakan penulisan ejaan dan tanda baca
diatur dalamkaidahnya masing-masing. Penulisan ejaan yang diatur tersebut di antaranya
Ke – 16 penempatan tanda baca di atas diaplikasikan dalam teks sesuai dengan kaidah
yang berlaku secara resmi. Kaidah ejaan itu akan dilampirkan dari buku
PedomanEYD.(Pusat Bahasa, 2009, cetakan ke-30: hlm. 15—39).
Ketiga ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia itu diresmikan di Jakarta melalui
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan Republik Indonesia.
Ejaan van Ophuijsen ditetapkan pada tahun 1901 yang merupakan ejaan bahasa
Melayu dengan huruf Latin.Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi
Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam
ejaan van Ophuijsen adalah sebagai berikut:
a) Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti jang, sajang, dan pajah.
b) Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata, seperti goeroe, itoe, dan oemoer.
c) Tanda diakritik, yaitu koma, ain, dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata,
seperti ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.
Ejaan Soewandi ditetapkan pada tanggal 19 Maret 1947 untuk menggantikan ejaan
sebelumnya, yaitu Ejaan van Ophuijsen.Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah
sebagai berikut:
Ejaan Melindo yang merupakan kependekan dari ejaan Melayu Indonesia merupakan
konsep ejaan bersama antara Indonesia dengan Malaysia.Pada akhir tahun 1959, sidang
perutusan Indonesia dan Melayu (Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, sebagai
ketua)menghasilkan konsep ejaan tersebut.Perkembangan politik selama bertahun-tahun
berikutnya mengurungkan persemian ejaan itu.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan atau EyD adalah sebagai berikut:
Perubahan Huruf
Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi
sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai, seperti
aPenulisan di- atau ke-sebagai imbuhan berupa awalan dan dengan di atau ke sebagai kata
depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditullis serangkai dengan kata yang
mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang
mengikutinya.
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kehendak ke atas
Kata ulang ditulis secara penuh dengan huruf dan tidak boleh menggunakan angka dua,
seperti; anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat.
a) Pemakaian huruf berbicara tentang masalah yang mendasar dari suatu bahasa, yaitu;
abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
b) Penulisan huruf berbicara tentang jenis huruf yang digunakan, seperti; huruf kapital dan
huruf miring.
c) Penulisan kata berbicara tentang berbagai cara penulisan kata bermorfem tunggal dan
yang bermorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa, meliputi;
Kata dasar,
Kata turunan,
:b = p:q, sinar-XKata ulang,
Gabungan kata, ( Kata Gabung)
Kata ganti kau, ku, mu, dan nya,
Kata depan di, ke, dan dari,
Kata sandang si dan sang,
Kata seru, konjungsi,
Penulisan partikel,
Singkatan dan akronim,
Penulisan angka dan lambang bilangan.
Penulisan Nama Gelar dan jabatan
Pemakaian huruf Kapital
Penulisan judul terbitan dan judul tulisan
Penulisan alamat
Penulisan kalimat langsung dan tidak langsung
Penulisan kalimat Majemuk
Penulisan catatan kaki dan daftar pustaka
d) Penulisan unsur serapan berbicara tentang kaidah cara penulisan unsur serapan,
terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
e) Pemakaian tanda baca (pungtuasi) berbicara tentang penempatan kelima belas tanda
baca dalam penulisan. Tanda baca tersebut yaitu; tanda titik (.), tanda koma (,), tanda
titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (–), tanda elipsis (…),
2019 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 Nofia Angela, S.Pd.,M.Pd http://www.mercubuana.ac.id
tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((…)), tanda kurung siku ([…]), tanda petik
ganda (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), tanda penyingkat (‘).
Dapatkah Anda memahami tulisan tersebut di atas? Mungkin dapat, akan tetapi tentunya agak
sulit. Cobalah baca kembali tulisan di bawah ini!
Kita dapat melihat bahwa tulisan yang sudah diberi tanda baca serta diperbaiki
ejaannya jauh lebih mudah dan juga lebih cepat untuk dipahami.Itulah mengapa, kemampuan
dalam menerapkan ejaan dan tanda baca sangat dituntut dalam tulis-menulis.
Ini dapat disimpulkan bahwa peran ejaan dan tanda baca sangatlah penting dalam
karang-mengarang bahkan mutllak jika boleh saya katakan.Untuk itu, ada beberapa hal yang
perlu diketahui tentang uraian pemakaian dan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, dan tanda baca.Pemakaian dan penulisan huruf sangatlah penting untuk
melahirkan sebuah kalimat yang mudah untuk dipahami. Jika sudah memahami cara
pemakaian dan penulisan huruf, pelajari cara penulisan kata. Penulisan kata sangatlah
penting karena dalam berbahasa kita menggunakan kata.Dalam berbahasa seringkali kata
dasar mengalami perubahan karena mendapat imbuhan, pengulangan, dan penggabungan.
Kemudian, dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak menyerap unsur pelbagai
2019 Bahasa Indonesia Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Nofia Angela, S.Pd.,M.Pd http://www.mercubuana.ac.id
bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya,
unsur serapan ini ada yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, baik
pengucapan maupun penulisannya, dan ada yang belum sepenuhnya disesuaikan.Suatu hal
yang sering diabaikan dalam penulisan adalah tanda baca.Banyak penulis yang kurang
bahkan tidak mengindahkanpenulisan tanda baca ini.Padahal, tanda baca ini sangat berperan
dalam penulisan. Adanya tanda baca, akan membantu pembaca memahami sebuah tulisan
dengan tepat. Sebaliknya, tidak adanya tanda baca, akan menyulitkan pembaca memahami
suatu tulisan, bahkan mungkin dapat mengubah pengertian suatu kalimat
(Akhadiah,2003:180-181).
Ejaan
Penulisan Huruf
Huruf kapital dan miring di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti tertera di bawah ini!
Tanda Baca
Tanda titik (.) di antaranya digunakan untuk hal-hal seperti berikut ini;
Tanda hubung (-) digunakan antara lain untuk hal-hal berikut ini:
5.7 Rangkuman
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya
dalam suatu bahasa).Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan bagaimana
melambangkan bunyi-bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda-tanda baca dan
sebagainya, tetapi juga meliputi hal-hal seperti bagaimana memotong-motong suku kata,
bagaimana menggabungkan kata-kata, baik dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata
dengan kata.Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Pemahaman ejaan
merupakan satu aspek penting dalam mendukung penggunaan suatu bahasa termasuk
tentunya penggunaan bahasa Indonesia yang benar. Hal ini disebabkan gagasan yang
disampaikan secara lisan atau tatap muka lebih mudah atau lebih cepat dipahami daripada
secara tertulis.Oleh karena itu, ejaan turut menentukan kebakuan dan ketidakbakuan suatu
kalimat. Jika ejaannya benar, sebuah kalimat dapat menjadi baku dan jika ejaannya salah,
sebuah kalimat dapat menjadi tidak baku.
Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EyD) meliputi; (1) pemakaian huruf, (2)
penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda
baca (pungtuasi).
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E Zaenal dan S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan
Tinggi:Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta:Akapress.
Nasucha, Yakub, Muhammad Rohmadi, Agus Budi Wahyudi. 2010. Bahasa Indonesia untuk
Penulisan Karya Tulis Ilmiah:Mata Kuliah Kepribadian. Yogyakarta:Media Perkasa.