Anda di halaman 1dari 23

REDISTRIBUSI PENDAPATAN NEGARA DAN

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Administrasi Keuangan

Dosen pengampu : Khaerul Umam, S.IP., S.E., M.Ag.

Disusun Oleh : Kelompok 4 / Semester III Kelas E

Ketua : Riki (1188010187)


Sekretaris : Resty Nurdiantika R. (1188010184)
Moderator : Rika Diyah R. (1188010186)
Anggota : Resti Yusviani (1188010183)
Rifqah Anindita (1188010185)
Rizal Prasetya (1188010194)
Rizar Prihaningsih (1188010195)
Rizka Maula A. (1188010196)

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2019

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas karunia dan rahmat-Nya, kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“Bab 7 Redistribusi Pendapatan Negara dan Bab 8 Pemeriksaan Keuangan
Negara” dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata


kuliah Pengantar Administrasi Keuangan. Harapan kami bahwa makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan
tentang Redistribusi Pendapatan Negara dan Pemeriksaan Keuangan Negara.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Kritik dan saran dari pembaca akan kami terima
dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bandung, 9 September 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii
BAB I.................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
REDISTRIBUSI PENDAPATAN NEGARA ................................................................. 3
A. Pengertian Redistribusi Pendapatan................................................................... 3
B. Kesulitan Pengukuran Derajat Distribusi Pendapatan ..................................... 4
C. Teknik Redistribusi Pendapatan ......................................................................... 5
1. Transfer Tunai..................................................................................................... 5
2. Transfer Tunai dan Transfer Innatura ( dalam bentuk barang) ........................... 7
3. Program Kesempatan Kerja .................................................................................. 7
PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA .................................................................... 7
A. Dasar Pemeriksaan ............................................................................................... 7
B. Pelaksanaan Pemeriksaan .................................................................................... 8
C. Jenis Pemeriksaan............................................................................................... 10
D. Tanggung Jawab Pemeriksa .............................................................................. 11
E. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ......................................... 14
F. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan .................................................................... 16
BAB III ............................................................................................................................ 18
PENUTUP ....................................................................................................................... 18
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Redistribusi pendapatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
pemerintah agar pendapatan masyarakat terbagi merata secara maksimal antar
warga masyarakat. Artinya, semua warga masyarakat dapat memperoleh
kesempatan yang sama untuk memperoleh pendapatan. Dan ketika terdapat suatu
informasi atau dugaan penyalahgunaan keuangan negara yang dilakukan oleh
pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan keuangan negara
maka wajib dilakukan pemeriksaan. Dengan itu maka penting bagi kita semua
untuk mengetahui dan memahami pemahaman mengenai retribusi dan
pemeriksaan keuangan negara, agar tidak terjadi suatu penyimpangan terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut maka kita mampu memberikan solusi
dan pemecahan masalah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas, dapat disusun
beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:

Redistribusi Pendapatan :
1. Apa yang dimaksud dengan redistribusi pendapatan?
2. Kesulitan apa saja yang dihadapi ketika melakukan pengukuran derajat
distribusi pendapatan?
3. Bagaimana teknik redistribusi pendapatan?

Pemeriksaan Keuangan Negara :


1. Apa yang menjadi dasar pemeriksaan keuangan negara?
2. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan keuangan negara?
3. Apa saja jenis-jenis pemeriksaan keuangan negara?

1
4. Apa saja yang menjadi tanggung jawab pemeriksa keuangan negara?
5. Apa saja dasar hukum Badan Pemeriksa Keuangan Negara (BPK)
6. Bagaimana tindak lanjut hasil pemeriksaan keuangan negara?

C. Tujuan
Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih lanjut apa dan bagaimana
Redistribusi Pendapatan Negara dan Pemerksaan Keuangan Negara, dengan
harapan dapat menambah kita semua mengenai hal tersebut dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan keuangan negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

REDISTRIBUSI PENDAPATAN NEGARA

A. Pengertian Redistribusi Pendapatan


Redistribusi adalah upaya yang di buat oleh pemerintah supaya pendapatan
setiap warga masyarakat terbagi secara merata dan maksimal. Hal itu berarti
bahwa setiap warga masyarakat mendapatkan peluang yang seimbang guna
mendapatkan pendapatan.
Pendistribusian pendapatan bermaksud meredam penghasilan golongan
masyarakat yang berada atau berkecukupan untuk membagikannya pada
golongan masyarakat miskin. Pendistribusian balik pendapatan bakal bertambah
tepat guna jika dilakukan oleh negara atau pemerintah.
Menurut Suparmoko (2003: 298), pembagian kembali pendapatan (income
redistribution) sebaiknya dilakukan oleh pemerintah sebagaimana yang diusulkan
oleh Adam Smith bahwa pemerintah perlu campur tangan dalam bidang keadilan.
Berhubung distribusi pendapatan yang kian menyeluruh dibutuhkan bagi keadilan,
hendaknya pendistribusian kembali pendapatan dilakukan oleh negara atau
pemerintah.
Dalam redistribusi pendapatan terkandung elemen barang publik (public
goods). Namun, bukan redistribusi pendapatannya yang merupakan barang publik,
tetapi dampak yang dikeluarkannya mempunyai kekhususan seperti barang
publik. Sebagaiman telah dikemukakan maka bahwa barang publik atau barang
kolektif memiliki bentuk non-rivalry consumption dan non-exclusion. Artinya,
apabila barang publik ini dipakai oleh seseoarang, tidak akan memangkas
tersedianya barang tersebut untuk konsumsi orang lain, juga pula mereka yang tak
mampu membayarnya tidak mungkin bisa dikeluarkan pada konsmusi barang
tersebut. Atas tersedianya redistribusi pendapatan, kelompok miskin bakal
mempunyai taraf penghasilan yang kian banyak dan taraf kegelisahan dalam
masyarakat dan kriminalitas akan semakin rendah.

3
Mengenai argumen yang bersangkut paut dengan kekuatan politik, maka
kelompok masyarakat yang berada atau berkecukupan memengaruhi jalannya
politik di suatu negara. Makanya demi memungkiri adanya peluang tersebut,
pemerintah mesti mendistribusikan balik sehingga terdapat distribusi pendapatan
yang bertambah merata. Atas begitu, kebijakan pemerintah tak akan dikuasai atau
dipengaruhi oleh golongan pendapatan tinggi.
Selain itu, kurang lebih argumen lainnya adalah sebagai berikut.
1. Kesamarataan atau keadilan, yakni mesti terdapat apresiasi untuk seluruh
warga negara yang mempunyai adab yang baik.
2. Redistribusi pendapatan bakal memangkas desakan atau insentif untuk
bekerja keras. Keadaan ini sebanding atas gagasan umum bahwa
pendapatan merupakan balasan atas jerih payah atau usaha seseorang.
Melalui redistribusi pendapatan, laju pertumbuhan ekonomi bakal macet
akibat menurunnya taraf investasi di negara yang bersangkutan. Rata-rata
dana investasi berasal dari deposito atau simpanan yang dilakukan oleh
golongan pendapatan tinggi. Makanya, andaikan terdapat redsitribusi
pendapatan, jumlah simpanan dinegara yang bersangkutan dan taraf
investasinya bakal berkurang. Karena rendahnya taraf atau tingkat
investasi (penanaman modal), laju pertumbuhan ekonomi terhambat.
3. Karena adanya pemindahan pendapatan dari golongan yang berada atau
berkecukupan kepada golongan miskin, guna total (total utility) dari
semua pendapatan yang tersedia dalam masyarakat tentu bertambah lebih
tinggi.

B. Kesulitan Pengukuran Derajat Distribusi Pendapatan


Standar yang dijadikan ukuran dalam derajat distribusi pendapatan sering
menjadi kendala. Dalam praktiknya hal tersebut mempersulit pengelolaan
distribusi pendapatan.

Perbedaan pendidikan dan tempat bekerja sangat menentukan pendapatan.


Seorang doktor yang menjadi PNS akan memperoleh gaji pokok yang sama

4
dengan seseorang sarjana yang juga PNS apabila golongan nya sama. Akan tetapi,
seorang sarjana teknik yang akan bekerja di perusahaan asing gajinya akan lebih
besar dibandingkan seorang sarjana teknik yang bekerja di Indonesia, misalnya
menjadi buruh pabrik. Seorang PNS memiliki waktu senggang yang lebih banyak
daripada seorang kuli bangunan, tetapi penghargaan terhadap jenis pekerjaan
tersebut tidak meningkatkan pendapatan seorang kuli bangunan, termasuk
tunjangan lainnya.

Suparmoko mengemukakan bahwa dalam mengukur distribusi pendapatan


pada umumnya berdasarkan perhitungan pendapatan sebagaimana yang diusulkan
oleh Adam Smith bahwa pemerintah perlu campur tangan dalam bidang keadilan.
Karena distribusi penghasilan yang lebih merata diperlukan demi keadilan,
sebaiknya pendistribusian pendapatan kembali ditangani oleh pemerintah.

Suparmoko mengemukakan bahwa dalam mengukur distribusi pendapatan


pada umumnya berdasarkan perhitungan pendapatan dalam jangka waktu tertentu
(satu tahun) dan tidak melihat pendapatan selama hidup seseorang. Hal ini
merupakan teori pendapatan yang berkaitan dengan siklus kehidupan seseorang.
Teori siklus kehidupan (The life-cycle hypothesis) menyebutkan bahwa seseorang
itu biasanya memiliki tingkat pendapatan yang yang rendah pada usia muda,
kemudian meningkat pada usia menengah, selanjutnya menurun lagi pada usia
yang relative tua. Dengan demikian, ada kelompok orang yang tergolong miskin
pada suatu periode tertentu, tetapi kemudian tergolong kaya pada waktu lain.

Dari uraian diatas kita mengerti bahwa penglihatan kita terhadap distribusi
pendapatan yang sebenarnya dalam masyarakat dapat keliru bila hanya didasarkan
pada pendapatan uang saja. Dengan sendirinya kebijakan redistribusi pendapatan
juga akan tidak mencapai sasaran yang sebenarnya.

C. Teknik Redistribusi Pendapatan


1. Transfer Tunai
a) Pajak Pendapatan Negatif

5
Dalam transfer tunai ini terdapat pendekatan untuk mendistribusikan
pendapatan, yaitu pembayaran transfer atau pendapatan tahunan yang dijamin.
Hal tersebut merupakan program transfer uang tunai kepada keluarga yang berhak
dengan jumlah transfer bergantung pada besarnya pendapatan dan besarnya
keluarga.

Program pajak pendapatan negatif mengandung tiga unsur kebijakan, yaitu


sebagai berikut.

1) Jaminan pendapatan, yaitu jumlah transfer yang diterimakan jika


pendapatan sebesar nol
2) Tingkat pajak marginal (r) merupakan variabel kedua. Dalam hal tersebut
menunjukkan berapa besarnya penurunan transfer tunai dengan
meningkatnya pendapatan sebelum transfer.
3) Tingkat pendapatan pas-pasan merupakan variabel ke tiga, yaitu tingkat
pendapatan yang besarnya transfer adalah nol.

b) Demogrant

Demogrant merupakan bentuk transfer tunai, yang semua anggota dan


sekelompok demografi menerima transfer yang sama dan jumlah transfernya tidak
akan menurun dengan bertambahnya jumlah pendapatan.

c) Subsidi Upah

Subsidi upah memberikan transfer pendapatan dengan cara meningkatkan


tingkat upah netto yang diterima pekerja yang berbentuk tambahan terhadap
tingkat upah perhari. Ketika tingkat upah lebih tinggi maka subsidi pemerintah
akan lebih rendah, ketika dengan jumlah yang lebih kecil daripada perubahan
tingkat upah tersebut akan mendorong seseorang untuk berusaha mencari tingkat
upah yang semakin tinggi. Oleh karena itu, pendapatan keseluruhan akan lebih
tinggi jika orang tersebut bekerja semakin lama dan tidak ada waktu ntuk
menganggur.

6
2. Transfer Tunai dan Transfer Innatura ( dalam bentuk barang)
Apabila transfer dalam bentuk tunai, maka uang tersebut dapat dibelanjakan
sesuai keinginannya, tetapi disisi lain pemerintah memberikan barang/ jasa
kepada subsidi. Contohnya, beras, transfortasi, dan lain sebagainya.

3. Program Kesempatan Kerja


Bantuan berupa uang tunai dapat digunakan oleh orang yang tidak dapat
bekerja, tetapi ada juga juga bagi orang-orang yang dapat bekerja tetapi tidak
mendapatkan perolehan yang cukup. Oleh karena itu, pemerintah harus
menyediakan lapangan pekerjaan.

PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA

A. Dasar Pemeriksaan
Dalam pengelolaan keuangan Negara, Pemeriksaan wajib dilakukan ketika
terdapat suatu informasi atau dugaan penyalahgunaan keuangan Negara yang
dilakukan oleh pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab. Dalam buku Djafar
Saidi, Muhammad yang berjudul Hukum Keuangan Negara disebutkan bahwa
pengertian dari pemeriksaan merupakan tindakan hukum dalam rangka
pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.
Pemeriksaan tidak boleh menyimpang dari ketentuan sebelumnya, agar tidak
menimbulkan kerugian bagi pihak – pihak yang diperiksa. Sebaliknya, pihak –
pihak yang diperiksa berkewajiban memberi keterangan lisan maupun keterangan
tertulis yang berkaian dengan informasi atau dugaan penyalahgunaan keuangan
Negara, misalnya dengan memperlihatkan pembukuan atau pencatatan sebagai
dasar pengelolaan keuangan Negara yang diselenggarakan.

Dalam buku Djafar Saidi, Muhammad yang berjudul Hukum Keuangan


Negara juga disebutkan bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
professional berdasarkan standar pemeriksaan untuk menilai kebenaran,

7
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan Negara.

Adapun upaya pelaksanaan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung


jawab keuangan Negara dimaksudkan agar pemeriksa yang melakukan
pemeriksaan maupun yang di periksa tetap terbuka dan jujur sehingga terhindar
dari kejahatan dalam bentuk korupsi, kolusi, nepotisme, dan terciptanya
pemerintahan yang bersih.

Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara juga merupakan bagian


dari pemerintahan Negara, sehingga pemerintah berkewajiban memenuhi tugas
Negara sebagaimana yang termaktub dalam alenia ke empat Pembukaan Undang
– Undang Dasar 1945. Untuk memenuhi tujuan maupun tugas Negara, pemerintah
memerlukan pendanaan yang setiap tahun di tetapkan dalam bentuk UUAPBN.
Dengan adanya UUAPBN, maka memerlukan pemeriksaan agar pembiayaan
terhadap tujuan maupun tugas Negara dapat tercapai tanpa disalahgunakan oleh
pihak – pihak yang tidak bertanggung jawab.

B. Pelaksanaan Pemeriksaan
Sebelum dilakukannya pemeriksaan, Badan Pemeriksaan Keuangan
menentukan objek pemeriksaan, perencanaan, dan pelaksanaan pemeriksaan,
penentuan waktu dan metode pemeriksa, serta penyusunan dan penyajian laporan
pemeriksaan dilakukan secara bebas dan mandiri. Dalam merencanakan tugas
pemeriksaan, BPK memperhatikan permintaan, saran dan pendapat lembaga
perwakilan, seperti DPR, DPD, dan DPRD. Permintaan itu dapat berupa hasil
keputusan rapat pari purna, rapat kerja dan alat kelengkapan lembaga perwakilan.
Namun hasil dari permintaan itu tidak bersifat mengikat, kecuali bila BPK
menganggap keputusan memiliki relevansi dengan objek pemeriksaan.

Jika hasil pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkkan


kepada instansi berwenang dengan ketentuan undang-undag yang berlaku, dan
melaporkan kepada pihak kepolisian, kejaksaan atau komisi pemberantas korupsi.

8
Dalam pertemuan DPRD untuk membicarakan konsultasi diharapkan
keseragaman pendapa terhadap objek yang diteliti sehingga menghasilkan
pemeriksaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam pertemuan BPK tetap
berpegang pada kebebasan dan kemandirian agar objek pemeriksaan telah
ditentukan dapat dipertahankan dan dilaksanakan pemeriksaannya.

Perencaan tugas pemeriksaan BPK dapat mempertimbangkan informasi dari


pemerintah, bank sentral, dan masyarakat. Dalam menyelenggarakan pemeriksaan
pengelolaan keuangan Negara dan tanggung jawab keuangan Negara, BPK dapat
memanfaatkan hasil pemeriksaan aparatur pengawasan intern pemerintah
berkewajiban disampaikan kepada BPK. Laporan hasil intern pemerintah
diharapkan menjadi informasi bagi BPK dalam upaya mengungkapkan ketidak
benaran pengelolaan keuangan negara atas tanggung jawab keuangan negara yang
menimbulkan kerugian keuangan negara.

Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan BPK dapat menggunaan pemeriksa


atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK. Pemeriksa
atau tenaga ahli dalam bidang tertentu dari luar dimaksudkan adalah pemeriksa
dilingkungan aparat pengawasan intern pemerintah, pemeriksa atau tenaga ahli
lain yang memenuhi persyaratan ditentukan oleh BPK.

Ketika pemeriksa berlangsung terhadap pengelolaan keuangan negara dan


tanggung jawab keuangan negara, pemeriksa menurut pasal 10 UUP3KM dapat ;

b. Meminta dokumen yang wajib disampaikan oleh pejabat atau pihak lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan pengelola keuangan negara dan tanggung jawab
keuangan negara.
c. Mengakses data yang disimpan diberbagai media, asset, lokasi dan segala
jenis barag atau dokumen dalam penguasaan atau dari entitas yang menjadi
objek pemeriksaan atau entitas lain yang dipandang perlu dalam pelaksanaan
tugas pemerintahan.
d. Melakukan penyegelan tempat penyimpanan uang, barang, dan dokumen
pengelolaan keuangan negara

9
e. Meminta keterangan kepada seseorang.
f. Memotret, merekam atau mengambil sample sebagai alat bantu pemeriksaan.

Berkaitan dengan meminta keteranga kepada seseorang, BPK dapat


melakukan panggilan kepada seseorang, yang harus dilakukan dalam bentuk
tertulis dengan memuat identitas yang dipanggil serta maksud dari pemanggilan.

Terhadap pemeriksaan, pemeriksa melakukan pengujian dan peniaian yang


dimaksud termasuk atas pelaksanaan system kendali mutu dan hasil pemeriksaan
aparat pemeriksa intern pemerintah. BPK dapat meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelaksanaan pemerintahan hasil pengujian untuk memperbaiki
pelaksanaa system pengendalian dan kinerja pemeriksaan intern.

Pemeriksa dapat melaksanakan pemeriksaan investigasi guna mengungkap


adana indikasi kerugian negara atau unsur pidana. Pengungkapan kerugian negara
atau unsur pidana adalah upaya terakhir dilakukan oleh pemeriksa ketika pihak
yang diperiksa tidak berusaha mengembalikan kerugian negara karena
perbuatannya. Pemeriksa investigasi untuk menstabilkan keuangan negara pada
posisi semula.

C. Jenis Pemeriksaan
Beberapa jenis pemeriksaan terdiri atas sebagai berikut.

1) Pemeriksaan keuangan, yakni pemeriksaan atas laporan keuangan.


Pemeriksaan keuangan bermaksud untuk menyampaikan kepastian atau
keyakinan yang akseptabel mengenai laporan keuangan. Laporan
keuangan yang diperiksa berawal dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, Bank Indonesia, lembaga pemerintahan lainnya, badan usaha milik
pemerintahan, badan usaha milik daerah, badan atau lembaga lain yang
mengadakan pengelolaan keuangan pemerintahan. Pembatasan laporan
keuangan yang diperiksa supaya pengawas memahami medan atau ruang
lingkup pemeriksaan yang mesti dilaksanakan.
2) Pemeriksaan kinerja atau kemampuan, pemeriksaan terhadap pengelolaan
keuangan pemerintahan, yang terdiri dari pemeriksaan faktor ekonomi dan
efisiensi serta pemeriksaan faktor ekonomis. Ketika melaksanakan
pemeriksaan kinerja, pemeriksa jua menguji kedisiplinan atas ketentuan

10
peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern. Pemeriksaan
kinerja dilaksanakan secara objektif dan sistematis atas beragam bentuk
bukti, guna mampu melaksanakan penilaian secara independen mengenai
kinerja entitas maupun program/kegiatan yang diperiksa.
3) Mengenai maksud pemeriksaan yang menilai hasil dan efektivitas suatu
program, yaitu:
4) tujuan pemeriksaan yang menilai ekonomi dan efisiensi berkaitan dengan
suatu entitas yang telah menggunakan sumber dayanya dengan cara yang
paling produktif dalam mencapai tujuan program;
5) tujuan pemeriksaan itu dapat saling berkaitan dan dilaksanakan secara
bersamaan dalam pemeriksaan kinerja.
6) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan
hasil pemeriksaan. Pemeriksaan tersebut bisa berupa eksaminasi, review,
atau prosedur yang disepakati. Pemeriksaan tersebut mencakup
pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan
investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Bilamana
pemeriksa melaksanakan pemeriksaan atas maksud tertentu beralasakan
permintaan, Badan Pemeriksa Keuangan harus meyakinkan lewat
komunikasi tertulis yang layak bahwa sifat pemeriksaan sudah sebanding
dengan permintaan. Kabar pemeriksaan sudah sebanding dengan
permintaan menggambarkan corak rasa kesamarataan atau keadilan dan
kejelasan hukum yang diberikan kepada yang diperiksa.

D. Tanggung Jawab Pemeriksa


Tanggung jawab pemeriksa dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, yaitu:
1. Tanggung jawab atas jabatan dan wewenangnya sebagai pemeriksa
2. Tanggung jawab profesional
3. Tanggung jawab sebagai perencana dan pelaksana pemeriksaan
4. Tanggung jawab pelayanan publik
5. Tanggung jawab memelihara kepercayaan publik
6. Tanggung jawab moral dan spiritual di dunia dan di akhirat

Untuk memenuhi tujuan pemeriksaan, pemeriksa harus secara profesional dan


bertanggungjawab dalam merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan.
Pemeriksa harus memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik dalam
melaksanakan tanggung jawab profesionalnya, serta menjunjung tinggi integritas,

11
independensi, dan obyektivitas. Pemeriksa harus memiliki sikap untuk melayani
kepentingan publik, menghargai dan memelihara kepercayaan publik, dan
mempertahankan profesionalisme. Standar Pemeriksaan memuat konsep
akuntabilitas yang merupakan landasan dalam pelayanan kepentingan publik,
dikarenakan tanggung jawab ini sangat penting dalam pelaksanaan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara.

Dalam melakukan pemeriksaan, pemeriksa harus mengambil keputusan yang


konsisten dengan kepentingan publik. Pemeriksa mungkin akan menghadapi
tekanan dan atau konflik dari manajemen entitas yang diperiksa, berbagai tingkat
jabatan pemerintah, dan pihak lainnya yang dapat mempengaruhi obyektivitas dan
independensi pemeriksa dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.
Maka dari itu, pemeriksa harus menjaga integritas dan menjunjung tinggi
tanggung jawab kepada publik.

Pemeriksa harus melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya


dengan derajat integritas yang tertinggi untuk mempertahankan dan memperluas
kepercayaan publik. Pemeriksa harus bersikap jujur dan terbuka kepada entitas
yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan dalam melaksanakan
pemeriksaannya dengan tetap memperhatikan batasan kerahasiaan yang dimuat
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Pemeriksa harus profesional,
obyektif, berdasarkan fakta, dan tidak berpihak. Pemeriksa harus berhati-hati
dalam menggunakan informasi yang diperoleh selama melaksanakan
pemeriksaan. Pemeriksa tidak boleh menggunakan informasi tersebut diluar
pelaksanaan pemeriksaan kecuali terdapat ketentuan lain.

Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan


pribadi. Integritas mensyaratkan pemeriksa untuk memperhatikan jenis dan nilai-
nilai yang terkandung dalam standar teknis dan etika. Integritas juga
mensyaratkan agar pemeriksa memperhatikan prinsip-prinsip obyektivitas dan
independensi. Integritas dapat mencegah pelanggaran prinsip dan kebohongan
tetapi tidak dapat menghilangkan perbedaan pendapat dan kecerobohan.

12
Dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya, pemeriksa harus
obyektif dan bebas dari benturan kepentingan. Pemeriksa juga bertanggung jawab
untuk mempertahankan independensi dalam sikap mental dan independensi dalam
penampilan perilaku pada saat melaksanakan pemeriksaan. Cara berpikir yang
tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan,
itulah yang dimaksud dengan sikap obyektif dalam pemeriksaan. Bersikap
independen berarti menghindarkan hubungan yang dapat menganggu penampilan
obyektif dan sikap mental pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan. Untuk
mempertahankan independensi dan obyektivitas maka diperlukan penilaian secara
terus-menerus terhadap hubungan pemeriksa dengan entitas yang diperiksa.

Pemeriksa harus mempertahankan integritas dan obyektivitas pada saat


melaksanakan pemeriksaan untuk mengambil keputusan yang konsisten dengan
kepentingan publik. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan
pertimbangan profesional dalam menetapkan lingkup dan metodologi,
menentukan pengujian dan prosedur yang akan dilaksanakan, melaksanakan
pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya. Dalam melaporkan hasil pemeriksaannya,
pemeriksa bertanggung jawab untuk mengungkapkan semua hal yang material
atau signifikan yang diketahuinya, yang apabila tidak diungkapkan dapat
mengakibatkan kesalahpahaman para pengguna laporan hasil pemeriksaan,
kesalahan dalam penyajian hasilnya, atau menutupi praktik-praktik yang tidak
patut atau tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam rangka membantu pihak manajemen dan para pengguna laporan hasil
pemeriksaan lainnya memahami tujuan, jangka waktu dan data yang diperlukan
dalam pemeriksaan, pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang
berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan tersebut
kepada pihak-pihak yang terkait selama tahap perencanaan pemeriksaan
berdasarkan Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

13
Selain itu, organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk
meyakinkan bahwa :

1. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap


pemeriksaan

2. Pertimbangan profesional digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan


pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan
3. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi
profesional dan secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang
memadai
4. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan
menghasilkan suatu pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu
organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan keyakinan yang
memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

E. Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)


Republik Indonesia menyadari sangat pentingnya fungsi pemeriksaan dan
pengawasan dalam penyelenggaraan Negara. Keberadaan badan yang akan
melakukan fungsi pemeriksaan telah dicantumkan dalam Undang-Undang Dasar
yang telah dinyatakan bahwa untuk memeriksa tanggung jawab tentang Keuangan
Negara yang diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturannya
ditetapkan dengan Undang-Undang.

Dasar Hukum Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) diatur dalam UUD 1945
Pasal 23 :

(1) Anggaran pendapatan dan belanja Pemerintah sebagai wujud dari


pengelolaan keuangan pemerintah ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan tanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
(2) Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama dengan Dewan

14
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah.
(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan anggaran
pendapatan dan belanja pemerintah yang diusulkan oleh Presiden,
Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah
tahun yang lalu.

Pasal 23 A

Pajak dan pungutan lainnya yang bersifat memaksa untuk keperluan


Pemerintahan diatur dengan undang-undang.

Pasal 23 B

Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang.

Pasal 23 C

Hal-hal lain mengenai keuangan Pemerintahan diatur dengan undang-undang.

Pasal 23 D

Pemerintahan memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan,


kewenangan, tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang-
undang.

Pasal 23 E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan dan
Pemerintahan diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan
mandiri.
(2) Hasil pemeriksaan keuangan Pemerintahan diserahkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, sesuai dengan kewenangannya.
(3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan
dan/atau badan sesuai dengan undang-undang.

15
Pasal 23 F

(1) Anggota Badan Pemeriksaan Keuangan dipilih oleh Dewan Perwakilan


Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daereh
dan diresmikan oleh Presiden.
(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangan dipilih dari dan oleh anggota.

Pasal 23 G

(1) Badan Pemeriksa Keuangan berkedudukan di ibukota Pemerintahan, dan


memiliki perwakilan disetiap provinsi.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Badan Pemeriksa Keuangan diatur
dengan undang-undang.

F. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan


Pemeriksa harus melakukan penyusunan atas laporan hasil pemeriksaan yang
telah dilakukan. Apabila dibutuhkan, bisa juga menyusun laporan intern
pemeriksaan. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerugian pemerintahan
bertambah. Di dalam laporan hasil pemeriksaan keuangan pemerintah terdapat
opini. Opini tersebut harus memiliki beberapa kritera, yaitu:

1. kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan;

2. kecukupan pengungkapan;

3. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;

4. efektivitas sistem pengendalian intern.

Adapun beberapa jenis opini pemeriksa sebagai berikut:

1. unqualified opinion,
2. qualified opinion,
3. adversed opinion,
4. disclaimer of opinion.

16
Laporan hasil pemeriksaan dari kinerja terdapat temuan, kesimpulan, dan
rekomendasi. Berbeda dengan laporan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu
yang hanya terdapat kesimpulan. Badan Pemeriksaan Keuangan memiliki
beberapa tahapan dalam menindak lanjut hasil pemeriksaan, yakni:

1. BPK melaporkan hasil pemeriksaan atas keuangan pemerintah pusat


kepada Presiden dan DPR

2. BPK melaporkan hasil pemeriksaan dengan tujuan tertentu kepada


Presiden, DPR, DPD, atau DPRD sesuai dengan wewenangnya masing-
masing.

Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada Presiden, DPR,


DPD, dan DPRD dibuka untuk umum dan dapat diperoleh atau diakses oleh
masyarakat. Namun, tidak termasuk laporan yang berisi rahasia pemerintahan
yang tertera dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Perlindungan terhadap rahasia pemerintahan yang termuat dalam laporan hasil
pemeriksaan merupakan tindakan yang sah agar pemerintahan berada dalam
keadaan stabil dari gangguan, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Redistribusi adalah upaya yang di buat oleh pemerintah supaya pendapatan
setiap warga masyarakat terbagi secara merata dan maksimal. Hal itu berarti
bahwa setiap warga masyarakat mendapatkan peluang yang seimbang guna
mendapatkan pendapatan.

Pendistribusian pendapatan bermaksud meredam penghasilan golongan


masyarakat yang berada atau berkecukupan untuk membagikannya pada
golongan masyarakat miskin. Pendistribusian balik pendapatan bakal bertambah
tepat guna jika dilakukan oleh negara atau pemerintah.

Sedangkan, upaya pelaksanaan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan


tanggung jawab keuangan Negara dimaksudkan agar pemeriksa yang melakukan
pemeriksaan maupun yang di periksa tetap terbuka dan jujur sehingga terhindar
dari kejahatan dalam bentuk korupsi, kolusi, nepotisme, dan terciptanya
pemerintahan yang bersih.

B. Saran
Saran dan kritik terus kami sampaikan untuk kemajuan negara ini, salah
satunya adalah perihal yang kami sedang bahas saat ini, yaitu masalah redistribusi
dan pemeriksaan keuangan negara. Untuk masalah redistribusi yaitu pertama,
peningkatan tax ratio dan kepatuhan pembayaran pajak. Peningkatan rasio pajak
merupakan cara untuk mendistribusikan kekayaan dari kelompok atas untuk
kelompok di bawahnya. Kenaikan rasio pajak berarti meningkatkan transfer dari
kelompok kayak ke kelompok miskin. Selain itu, kebijakan perpajakan seperti tax
amnesty akan berdampak terhadap ketimpangan sangat tergantung seberapa besar
tebusan yang dibayarkan serta bagaimana memanfaatkan informasi perpajakan
dalam tax amnesty untuk meningkatkan rasio pajak.

18
Dalam hal pemeriksaan keuangan negara kami dan masyarakat sekalian
mempercayakannya kepada Badan Pemeriksa Keuangan negara selaku lembaga
yang mengurus dan mengelola segala hal tentang keuangan negara ini. Sekali lagi
kami menyarankan agar pemeriksa yang melakukan pemeriksaan maupun yang di
periksa tetap terbuka dan jujur sehingga terhindar dari kejahatan dalam bentuk
korupsi, kolusi, nepotisme, dan terciptanya pemerintahan yang bersih.

Selanjutnya penyusun mengucapkan Alhamdullilah karena dapat


menyelesaikan makalah ini dengan lancar, segala koreksi dan saran demi
kesempurnaan makalah ini penyusun harapkan sebagai bentuk kepedulian bagi
yang ingin menambahkan dan sebagai bahan untuk memperbaiki apa yang telah
disusunnya. Sehingga mudah-mudahan untuk waktu kedepannya, penyusun dapat
lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya. 2016. Administrasi Keuangan Negara. Bandung: Pustaka Setia.

Djafar Saidi, Muhammad. 2013. Hukum Keuangan Negara. Jakarta: Rajawali


Pers.

Suparmoko, M. 2003. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta :


BPFE.

Sutedi, Adrian. 2010. Hukum Keuangan Negara. Jakarta : PT. Sinar Grafika.

Aulia Nuansa, Tim Redaksi. 2009. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan


Republik Indonesia Tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Bandung : CV. Nuansa
Aulia.

Winardi. 1990. Politik Ekonomi. Bandung : TARSITO.

20

Anda mungkin juga menyukai