TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Remaja
2.3.1 Pengertian
Menurut WHO, remaja adalah usia 10 hingga 19 tahun. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
usia 10-18 tahun. Sementara itu, menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah
10-24 tahun dan belum menikah. Perbedaan tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada kesepakatan mengenai batasan kelompok usia remaja.
Namun, masa remaja itu masa transisi dari anak-anak menuju dewasa
dan merupakan persiapan menuju masa dewasa yang akan melewati
beberapa tahapan perkembangan. Selain kematangan fisik dan seksual,
remaja juga mengalami tahapan menuju kemandirian sosial dan
ekonomi, membangun identitas, akuisisi kemampuan (skill) untuk
kehidupan masa dewasa serta kemampuan bernegosiasi (abstract
reasoning) (WHO, 2015)
2.3.2 Tahap Perkembangan Remaja
Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja yaitu:
1) Pra Remaja (11 atau 12-13 atau 14 tahun)
Pra remaja masa yang sangat pendek, kurang lebih hanya satu
tahun, untuk laki-laki usia 12 atau 13 tahun - 13 atau 14 tahun.
Fase ini adalah fase negatif, karena terlihat tingkah laku yang
cenderung negatif. Fase yang sukar untuk hubungan komunikasi
antara anak dengan orang tua. Perkembangan fungsi-fungsi
tubuh juga terganggu karena mengalami perubahan-perubahan
termasuk perubahan hormonal yang dapat menyebabkan
perubahan suasana hati yang tak terduga. Remaja
menunjukkan peningkatan tentang diri mereka yang berubah
dan meningkat berkenaan dengan apa yang orang pikirkan
tentang mereka. Seperti pertanyaan: Apa yang mereka
pikirkan tentang aku? Mengapa mereka menatapku?
Bagaimana tampilan rambut aku? Apakah aku salah satu anak
“keren”? dan lain lain
2) Remaja Awal (13 atau 14 tahun - 17 tahun)
fase ini perubahan-perubahan terjadi sangat pesat dan mencapai
puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada usia ini. Ia
mencari identitas diri karena masa ini, statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah. Menyerupai orang
dewasa muda, remaja sering merasa berhak untuk membuat
keputusan sendiri. Pada masa perkembangan ini, pencapaian
kemandirian dan identitas sangat menonjol, pemikiran
semakin logis, abstrak dan idealistis dan semakin banyak
waktu diluangkan diluar keluarga.
3) Remaja Lanjut (17-20 atau 21 tahun)
Dirinya ingin menjadi pusat perhatian serta ingin menonjolkan
dirinya caranya berbeda dengan remaja awal. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat dan mempunyai
energi yang besar, berusaha memantapkan identitas diri, dan
ingin mencapai ketidak tergantungan emosional. Perubahan
fisik pada fase remaja yang begitu cepat, misalnya perubahan
pada karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang bagi anak perempuan sedangkan anak
laki-laki tumbuhnya kumis, jenggot serta perubahan suara.
Perubahan mental juga mengalami perkembangan. Pada fase
ini identitas diri sangat menonjol, pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis, dan semakin banyak waktu diluangkan di
luar keluarga. Selanjutnya, perkembangan tersebut disebut fase
pubertas (puberty) yaitu suatu periode kematangan kerangka
atau fisik tubuh seperti proporsi tubuh, berat dan tinggi badan
mengalami perubahan serta kematanagan fungsi seksual yang
terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan
tetapi, pubertas bukanlah peristiwa yang tiba-tiba terjadi.
Pubertas adalah bagian dari suatu proses yang terjadi berangsur-
angsur (gradual). Pada fase ini kita banyak melihat fenomena
remaja yang duduk berjam-jam didepan kaca untuk penampilan
yang sempurna dan meyakinkan bahwa dirinya menarik.
Terkadang remaja berpenampilan yang aneh-aneh supaya
mendapat perhatian dan diakui keberadaannya, seperti tentang
model rambut, model baju, model assesoris yang selalu
mengikuti perkembangan jaman dan tingkah laku yang kadang
kita anggap tidak sewajarnya. Karena hormon-hormon sexnya
sudah bekerja dan berfungsi, maka remaja sudah mempunyai
rasa ketertarikan dengan lawan jenis sehingga remaja begitu
sangat cemas dan tertekan apabila ada yang kurang pada
penampilannya. Mereka berusaha menutupi kekurangananya
dengan berbagai cara. Remaja berusaha tampil secara
meyakinkan dan tanpa rasa minder ketika mereka bergaul
dengan teman-teman sebayanya. Preokupasi (perhatian)
terhadap citra tubuh itu cukup kuat di masa remaja. Sekalipun
demikian, keraguan masih seringkali terlihat pada raut mukanya
ketika berbicara dengan orang-orang dewasa.
2.3.3 Ciri-Ciri Remaja
Jahja11 mengemukakan bahwa masa remaja adalah suatu masa
perubahan. Ciri-ciri perubahan pada remaja sebagai berikut:
1) Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa storm & stress. Peningkatan
emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama
hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial,
peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi bari yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya.
Pada fase ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan kepada
remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah
laku seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri, dan
bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan
terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan tampak jelas pada
remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan
Tinggi.
2) Perubahan yang cepat secara fisik juga disertai dengan kematangan
seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak
yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem
sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan
eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
3) Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya
dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang
menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan
dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga
dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan
ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Remaja tidak
lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang
sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
4) Perubahan nilai, di mana apa yang mereka anggap penting pada
masa kanak-kanak menjadi kurang penting, karena telah mendekati
dewasa.
5) Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi
perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan
kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab
yang menyertai kebebasan itu, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab.
Dilengkapi pula oleh Gunarsa & Gunarsa,12 dan
Mappiare,13 dalam menjelaskan ciri-ciri remaja sebagai berikut :
1) Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama, dengan ciri-ciri:
a. tidak stabil keadaannya, lebih emosional.
b. mempunyai banyak masalah
c. masa yang kritis
d. mulai tertarik pada lawan jenis
e. munculnya rasa kurang percaya diri, dan
f. suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal
dan suka menyendiri.
2) Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri:
a. sangat membutuhkan teman
b. cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri
c. berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri
d. berkenginan besar mencoba segala hal yang belum
diketahuinya, dan
e. keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
3) Masa remaja akhir di tandai dengan ciri-ciri:
a. aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil
b. meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang
sudah baik
c. lebih matang dalam cara menghadapi masalah
d. ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai
perasaan
e. sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
2.3.4 Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja14
mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai
berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur
yang mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan
bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun
kelompok
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6) Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup
(weltanschauung)
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan
DAFTAR PUSTAKA