Anda di halaman 1dari 2

Bersekolah Di Zaman Nippon

Oleh: Petrik Matanasi

Anak sekolah masa kini digenjot dengan banyak latihan soal. Pada zaman Jepang, anak-
anak ditempa dengan baris-berbaris dan latihan perang-perangan. Tunggu dulu, bukankah
hingga kini sekolah amat doyan upacara dan baris-berbaris?

“Jepang menyadari bahwa sekolah mempunyai arti penting dalam


menunjang program indoktrinasinya. Melalui pendidikan itu mentalitas dan
cara berpikir masyarakat dapat diubah dan dialihkan, dari mentalitas Eropa
kepada alam pikiran Nipon. Dari sinilah kader-kader mulai dibentuk,
terutama dari golongan muda.” Kalimat-kalimat itu adalah hasil amatan
A.B. Lapian dan kawan-kawan yang ditulis dalam buku Di Bawah
Pendudukan Jepang (1988).
Sebagian orangtua yang bersekolah di sekolah elite Hindia Belanda
sebelum 1942 merasa mutu pelajaran sekolah di masa pendudukan Jepang
berkurang. Akibatnya, ada orangtua yang enggan menyekolahkan
anaknya meski sebetulnya mampu.
“Di zaman Jepang, saya di Cirebon di rumah orangtua. Ayah saya tidak
mengizinkan saya untuk sekolah. Saya sangat sesalkan keputusan ayah itu.
Soalnya, kata ayah di sekolah-sekolah hanya diberikan kinrohoshi (kerja
bakti) dan taisho (senam). Akibatnya saya rugi waktu,” ujar Djajusman
Tandikusumah.
Dari zaman pendudukan Jepang, lebih banyak foto yang
menggambarkan anak sekolah baris-berbaris ketimbang belajar fisika,
sastra, bahasa, sejarah, matematika, biologi, atau yang lainnya. Bagi militer
negara matahari terbit itu, latihan baris berbaris memang latihan terpenting
untuk menempa disiplin. Anak-anak dididik agar selalu melaksanakan
perintah atasan dengan tepat dan rapi. Kondisi memprihatinkan ini
berlanjut setelah Jepang pergi. Karena pada kurun 1945-1949 Indonesia
mengalami perang kemerdekaan melawan Belanda dan Sekutu, dan anak-
anak Indonesia pun belajar di antara peperangan.

Meski masih ada tradisi baris-berbaris dan upacara yang dipertahankan


hingga sekarang, di zaman perang kemerdekaan itu tak ada lagi yang
mewajibkan anak-anak sekolah melulu berbaris ala militer seperti pada
pendudukan Jepang.
Selepas pendudukan Nippon, anak-anak sekolah menengah tak berlatih
perang-perangan, melainkan turun di medan perang sungguhan.

Anda mungkin juga menyukai