Debat 2
Debat 2
Dalam pandangan para pengikut paradigma tradisionalis, dinyatakan bahwa disiplin ilmu
hubungan internasional merupakan rumpun ilmu sosial (dan bukan ilmu eksakta / ilmu pasti). Oleh
karena itu, cara “mendekati” ilmu HI harus dengan menggunakan “pranata” dan “metodologi “
ilmiah sebagaimana yang ada dan lazim dalam Ilmu Sosial. Ilmu HI harus didekati, ditelaah, dan
dianalisis dengan menggunakan perangkat teoritik dan metodologik yang biasa dipergunakan
dalam Ilmu Sosial. Penganut paradigma tradisionalis menyatakan bahwa obyek studi ilmu HI
(seperti ilmu sosial yang lain) hakekatnya adalah manusia / orang. Manusia / orang adalah makhluk
yang sarat nilai / value loaded. Artinya punya kepentingan, keinginan, kebutuhan, dan lain-lain.
Oleh karena itu, ilmuwan / peneliti HI tidak terlepas dari nilai / value. Setiap ilmuwan HI dalam
melakukan riset, kajian, dan penelitian tentang fenomena HI pasti akan bersifat subyektif /
memihak / terpengaruhi oleh kepentingan pribadi, kepentingan kelompok, kepentingan agama, dan
lain-lain. Pendek kata, ilmuwan HI tidak bisa membebaskan diri dari nilai yang ada / melekat
dalam dirinya (value loaded).
Nilai yang terdapat dalam diri peneliti dapat dihindarkan dengan metode
“intersubyektifitas”. Paradigma behavioralis menyarankan adanya penggunaan metode kuantitatif
sebagaimana yang lazim dalam ilmu alam. Dalam melakukan penelitian HI, ilmuwan HI harus
menggunakan teknik statistik, logika kalkulatif, analisis matematik, dan teknik kuantifikasi,
sehingga data yang diperolah dapat dihitung dan dapat diukur (validitas dan reliabilitas tinggi).
Bahkan, kalau perlu dan memungkinkan, diadakan uji eksperimentasi dalam setiap penelitian HI
sehingga akan kuat bobot ilmiah / santifiknya. Paradigma Behavioralis menegaskan bahwa ilmu
HI adalah ilmu murni. Artinya, ilmuwan HI harus obyektif, netral, dan independen dalam meneliti
gejala hubungan internasional. Hasil penelitian tidak boleh direkayasa, dimanipulasi, dan dibuat
untuk kepentingan negara tertentu. Hal ini sejalan dengan pameo saat ini, yakni : “peneliti boleh
salah tapi tidak boleh bohong” dalam setiap riset yang dikembangkan.