Anda di halaman 1dari 2

Kehadiran Behivoralisme dalam studi Hubungan Internasional (HI) telah membawa pengaruh bagi

perkembangan teori yang telah ada sebelumnya. Di Amerika Serikat (AS), teori-teori klasik layaknya
Realisme dan Liberalisme mengalami transformasi.

Perkembangan yang ada turut dipengaruhi oleh bergesernya fase Perang Dingin dari konfliktual
menjadi kerjasama, seperti dengan ditandatanganinya Non-Proliferation Treaty tahun 1968
maupun Strategic Arms Limitation Talks (SALT) tahun 1972. Selain itu, adanya Krisis Minyak tahun
1973-1975 turut mengubah sistem keuangan dunia yang berpengaruh pada pola kerjasama antar
aktor HI.

Pada 1977, Robert Keohane dan Joseph Nye berupaya memberikan penjelasan tentang pola
kerjasama global dalam buku mereka yang berjudul "Complex Interdependence." Buku inilah yang
dianggap sebagai pedoman bagi pemikiran Neoliberalisme.

Bagi Neoliberalis, dunia internasional telah dipengaruhi oleh hubungan transnasional yang
meningkatkan interdependensi antar aktor. Interdependensi adalah situasi saling ketergantungan
masyarakat dan pemerintah atas apa yang terjadi di negara lain. Beberapa contoh fenomena yang
memerlukan kerjasama antar aktor diantaranya: AIDS, terorisme, isu lingkungan, sebagainya.

Adanya ketergantungan antar aktor membuat potensi konflik dapat berkurang. Hal ini dapat dilihat dari
keberadaan Jerman di Eropa. Jerman adalah negara yang dianggap sebagai sumber konflik di Eropa.
Pasca Perang Dunia II, Jerman diikat dalam kerjasama strategis dengan beberapa negara Eropa.
Kerjasama tersebut menghasilkan output yang positif karena Jerman tidak lagi berpikir untuk
menguasai Eropa dalam bentuk militeristik.

Dari kerjasama yang terjalin membuat negara berusaha mengintensifikasikan industri yang
berdampak bagi keberhasilan ekonomi. Adanya pembagian divisi kerja dan produksi turut
menciptakan ketergantungan satu sama lain yang mendorong negara untuk bekerjasama.
Keuntungan yang dihasilkan dari kerjasama membuat negara tidak lagi memusatkan perhatiannya
pada upaya peningkatan kapasitas militer.

Untuk itu, adanya interdependensi kompleks menyebabkan tiga hal, yaitu:


1. Aktor transnasional menjadi semakin penting
2. Kekuatan militer cenderung tidak bermanfaat, ketimbang kekuatan ekonomi
3. Isu kesejahteraan lebih dominan ketimbang isu militer

Pemikiran Neoliberalisme mendapatkan tantangan dari Neorealisme. Pemikiran ini dikembangkan


oleh Kenneth Waltz dalam bukunya, "Theory of International Politics" yang terbit tahun 1979. Dalam
buku tersebut, Waltz menyatakan bahwa bentuk dasar hubungan internasional adalah struktur anarki
yang terdesentralisiasi di antara negara-negara. Oleh karenanya, kebijakan negara maupun interaksi
di antara mereka tidak ditentukan oleh faktor domestik seperti kepemimpinan.
Bagi Waltz, kondisi damai cenderung lebih mudah terwujud dalam sistem bipolar. Setidaknya ada 3
argumentasi terkait pernyataan ini, yaitu:

1. Jumlah konflik antar negara besar relatif sedikit


2. Lebih mudah melakukan penangkalan mengingat jumlah negara yang terlibat hanya 2
3. Tingkat miskalkulasi relatif rendah

Terkait pandangan Neoliberalisme atas keuntungan absolut, Joseph Grieco, mewakili kubu
Neorealisme, menyatakan bahwa semua negara yang bekerjasama memang mendapatkan
keuntungan, tetapi tidak sama jumlah nominalnya antara negara yang satu dengan yang lain. Hal
inilah yang menyebabkan keuntungan menjadi relatif karena ada akumulasi keuntungan lebih yang
dapat digunakan negara untuk memaksimalkan kepentingannya, terutama dalam hal militer.

Di tengah perdebatan antara Neoliberalisme dan Neorealisme, muncul pula pemikiran Marxisme
(Strukturalisme) yang berusaha menawarkan alternatif dalam memahami kerjasama internasional.
Bagi kelompok Marxis, problem dasar kerjasama internasional adalah dengan adanya struktur
Kapitalisme global yang tidak adil dan eksploitatif. Alhasil tatanan ekonomi dan sosial yang ada
bersifat konfliktual dan disharmonis.

Struktur ketimpangan dapat dilihat dari adanya negara maju (core), berkembang (semi-periphery) dan
terbelakang (periphery). Hal ini menyebabkan hubungan kerjasama senantiasa bersifat asimetris
karena hanya menguntungkan negara maju. Selain itu, struktur ekonomi global yang ada turut
menyebabkan adanya ketergantungan negara terbelakang maupun berkembang terhadap negara
maju.

Dari penjelasan di atas, bagaimana Anda memahami pola kerjasama internasional? Bagaimana pola
ideal kerjasama tersebut dilangsungkan? Gunakanlah kerangka pikir Neoliberalisme, Neorealisme
dan Marxisme dalam membuat review perdebatan besar ke-3.

Sistematika pembuatan review merujuk pada tugas sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai